Disusun Oleh
Kelompok 1
Nama : 1. Afifah Kristiani Putri N.A (PO.71.20.1.20.003)
2. Surya Tirta Samudra (PO.71.20.1.20.006)
3. Nadinda Nathania (PO.71.20.1.20.010)
4. Angie Anindita (PO.71.20.1.20.012)
5. Gina Khairaatun Hisaan (PO.71.20.1.20.017)
6. Viera Santriani (PO.71.20.1.20.018)
7. Ricca Marsela Rosalina (PO.71.20.1.20.034)
8. Rizka Novitrisia (PO.71.20.1.20.039)
9. Yenisa (PO.71.20.1.20.042)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penyusun kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-
Nya, penyusun tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................4
2.5 Komplikasi.............................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................39
3.2 Saran.......................................................................................39
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka prevalensi
hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada
1
penduduk umur ≥18 tahun.2Salah satu kepatuhan yang harus ditaati penderita
hipertensi adalah makanan (kepatuhan diet). Faktor makanan (kepatuhan diet)
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada penderita hipertensi.
Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita hipertensi harus
tetap menjalankan diet rendah garamsetiap hari dengan ada atau tidaknya sakit
dan gejala yang timbul.
Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan darah penderita hipertensi tetap
stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi dan
komplikasinya.5Kunjungan pasien hipertensi primer Puskesmas Gamping I
baik pasien lama maupun baru tahun 2016untuk usia 20-44 tahun
sebanyak719 pasien (29.5%), usia 45 –54 tahun sebanyak 706
pasien(28.95%), dan usia 55-59 sebanyak 1013 pasien (41.55%).6Penyakit
hipertensi masuk ke dalam 10 besar penyakit yang terdapat di Puskesmas
Gamping I. Hal ini juga serupa dengan Puskesmas Godean I, yaitu penyakit
hipertensi masuk ke dalam 10 besar penyakit dan mendapat peringkat ke tiga
terbanyak di puskesmas.Pemberian reminder mempengaruhi tingkat
kepatuhan pasien hipertensi.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hipertensi sebagian besar tidak akan ditemukan suatu gejala apapun tetapi
tekanan darah yang dimiliki seseorang akan terjadi peningkatan secara
langsung sehingga menimbulkan risiko berbagai penyakit yang muncul di
dalam tubuh seperti gagal ginjal, kerusakan ginjal, stroke, serangan jantung
(Sutanto, 2010). Hipertensi disebut pembunuh gelap atau silent killer karena
merupakan penyakit mematikan tanpa disertai dengan gejalagejala terlebih
dahulu sebagai peringatan bagi penderita. Gejala yang muncul sering dianggap
gangguan biasa sehingga penderita terlambat menyadari akan datangnya
penyakit (Sustrani, 2004). Hipertensi dapat memengaruhi kualitas hidup
karena jika seseorang mengalami tekanan darah yang tinggi dan tidak
mendapatkan pengobatan secara rutin akan menyebabkan terjadinya kematian
(Wolff , 2006).
4
posbindu guna mengendalikan faktor risiko yang ada. Salah satu penyakit
tidak menular yang saat ini menjadi prioritas dalam dunia kesehatan secara
global adalah hipertensi. Berdasarkan rekomendasi Join National Committee
dalam The Eighth Report of Join National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure menyatakan
bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan dimana
tekanan darah seseorang ≥140 mmHg (sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg. Selain
sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular, Hipertensi juga menjadi faktor
risiko utama penyakit kardiovaskuler lainnya.
Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor risiko untuk
hipertensi terdiri dari jenis kelamin paling banyak menyerang pada pria, usia
yang lebih lanjut (lebih dari 50 tahun), mempunyai riwayat keluarga
mengalami hipertensi, mengalami peningkatan berat badan atau obesitas,
aterosklerosis (terjadi penyempitan dalam arteri), sering merokok,
mengonsumsi garam dengan kadar tinggi), minum alcohol dan sering
mengalami stres (Baradeo, M.,dkk, 2008).
5
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi 2 macam yaitu faktor yang tidak
dapat dikontrol dan faktor yang dapat di kontrol.
Faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain :
keturunan
jenis kelami
umur
6
usia ≥75 tahun berisiko 11,53 kali (Rahajang & Sulistyowati, 2009).
2. Jenis Kelamin
3. Keturunan
7
berarti orang yang memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi 4.36 kali
lebih berisiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang tidak
memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi (Mannan, 2012)
Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukan satu-
satunya penyebab hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang
dengan obesitas jauh lebih besar, risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
berat badannya normal (Buku Pedoman Hipertensi, 2010). Penentuan
obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan dengan pengukuran IMT, 14
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan pada laki-laki dewasa
di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung didapakan hasil pada hasil
analisis regresi logistik diperoleh nilai OR=1.664. Hal ini berarti laki-laki
dewasa yang menderita obesitas di wilayah kerja Puskesmas Petang I
mempunyai risiko 1.664 kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan
dengan laki-laki dewasa yang tidak obesitas. Obesitas Meningkatkan
pengeluaran insulin, suatu hormon yang mengatur gula darah. Insulin
dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karenanya
meningkatkan resistensi perifer. Pada orang-orang yang kegemukan rasio
lingkar pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan
dengan hipertensi (Widyaningtyas, 2009).
2. Konsumsi Alkohol
8
darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat
alkohol masih belum jelas. Namun, diduga pengikatan kadar kortisol, dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam meningkatkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan konsumsi alkohol, efek
terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar
2-3 gelas ukuran stadar setiap harinya. Di negara barat seperti Amerika,
konsumsi alkohol yang berlebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asuman alkohol yang
berlebih dikalangan pria separuh baya (Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, 2006) Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan
di wilayah kerja Puskesmas Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara pada
tahun 2013 didapatkan hasil berdasarkan uji chi square bahwa dari 104
responden, yang mengonsumsi alkohol sebanyak 10% dengan OR sebesar
4.54 hal ini berarti orang yang mengonsumsi alkohol 4.54 kali lebih
berisiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengonsumsi alkohol (Talumewo, M. C, 2013). Penelitian lain yang
dilakukan di Desa Sidmen, Kecamatan Karangasem pada prevalensi dan
faktor risiko terjadinya hipertensi didapatkan hasil bahwa 16 responden
yang memiliki riwayat konsumsi alkohol didapatkan 6,2% responden
memiliki riwayat mengonsumsi alkohol. Selain itu didapatkan pula
hubungan yang positif antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi
yaitu nilai p=0,891 (Adnyani, 2014)
3. Kebiasaan Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihispa
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Merokok juga dapat menyebabkan meningkatnya denyut nadi jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada
penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan
pada pembuluh darah arteri (Depkes RI, 2006) Berdasarkan hasil
9
penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Baturiti II terhadap
hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
umur 40 tahun keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai OR
2,925. Hal ini berarti laki-laki umur 40 tahun ketas sebagai perokok berat
mempunyai risiko 2,952 kali lebih besar menderita hipertensi
dibandingkan dengan perokok ringan/ tidak merokok untuk menderita
hipertensi. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat
kumulatif, suatu saat dosisi racun akan mencapai titik toksin sehingga
mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal ini bagi perokok berat
akan merasakan dampak lebih cepat dibandingkan perokok ringan (Widya,
2012)
4. Aktivitas Fisik
5. Konsumsi Garam
10
(esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam. Pada masyarakat yang mengonsumsi garam 3 gram atau
kurang, ditemukan tekanandarah rata-rata rendah, sedangkan pada
mayarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih
tinggi (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006).
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Petang
Kabupaten Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil
pada wanita lansia yang konsumsi garamnya tinggi sebagian besar
menderita hipertensi dengan derajat berat, yaitu sebanyak 84,2% dengan
nilai OR 5.467. Artinya wanita usia lanjut yang konsumsi garamnya tinggi
5.467 kali lebih berisiko 18 menderita hipertensi derajat berat
dibandingkan dengan wanita lanjut usia yang konsumsi garamnya rendah
(Sucipta, 2009).
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apa pun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil (edema dan diskus optikus).
11
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang., bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung cepat
5. Telinga berdenging
Menurut Edward K Chung, 1995 tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan
menjadi :
1. Tidak ada gejala
2.5 Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala
dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada
ginjal, mata, otak, dan jantung. gejala-gejala-gejala seperti sakit kepala,
mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi
essensial.
12
nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Gejala
akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah: gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, fungsi ginjal, gangguan serebral
(otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum
bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan
merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya
dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-
minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga
perlu diwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam),
sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak pembuluh darah
sehingga mempercepat terjadinya penyempitan dan pengerasan pembuluh
darah arteri. Komplikasi dari hipertensi termaksud rusaknya organ tubuh
seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. hipertensi
adalah factor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient
ischemic attact), penyakit arteri coroner (infark myocard, angina), gagal ginjal,
demensia, dan atrial fibrilasi. Menurut studi Framingham, pasien dengan
hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit
coroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Kowalak, 2016).
13
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembulhuh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikels
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggipada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran
darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksisk dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar
melalui urine sehinga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering djumpai pada hipertensi kronis.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan.
14
tidak menyusui anaknya baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Seorang ibu yang menyusui dapat mencegah anaknya dari obesitas, dan
diketahui bahwa obesitas merupakan faktor risiko hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Dengan demikian, menyusui memberikan pengaruh positif
terhadap kesehatan penduduk selama semua tahap kehidupan.
15
target organ tubuh yang menimbulkan kerusakan lebih berat pada target organ
bahkan kematian. Penyakit hipertensi timbul karena berbagai faktor yaitu
faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, usia, genetik dan
faktor risiko yang dapat diubah seperti kegemukan, psikososial dan stress,
merokok, olahraga, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam berlebih, dan
hiperlipidemia.
16
penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya.
b. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes
militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara
riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita
penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh
utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang
dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,
kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan
darah.
Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
17
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering
terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
1) Pengkajian
A. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
B. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.
C. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
D. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit
ginjal pada masa yang lalu).
E. Makanan/cairan
18
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
F. Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
G. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
H. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
I. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
19
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum.
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapat
tidur/kursi.
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
c. Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
TD, mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima,
memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
20
C. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
a. Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
b. Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
3. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
4. Amati adanya hipotensi mendadak
5. Ukur masukan dan pengeluaran
6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang
membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima,
tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas
normal. Haluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.
21
9. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat,
jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung
kafein, teh serta alcohol.
10. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan
penatalaksanaan perawatan dini. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai
pesanan.
E. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
a. Kriteria Hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi
dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan /
memprogram olah raga yang tepat secara individu.
b. Intervensi :
1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah
tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan
menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke,
penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak
volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi).
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali
tidak berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
22
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori
seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan
berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat
mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya
dengan cara mengubah kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang
keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan,
membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah /
dapat mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging
dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).
8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan
bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
23
hari).
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi
mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah
langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).
4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan
memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.
5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang
anda inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja
keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada
kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan
tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
3) Implementasi/ Pelaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
24
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
3) Penurunan berat badan.
4) Penurunan asupan etanol.
5) Menghentikan merokok.
6) Diet tinggi kalium
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lainlain.
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220– umur.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan.
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
3. Edukasi Psikologis.
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback.
2) Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
25
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
3) Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
4) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
26
b. Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan
terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehata n. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :
1) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya
2) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
3) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
4) Meyakinkan penderita/clien. Yakinkan penderita bahwa
penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
5) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu
6) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
7) Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita
atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
9) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari
10) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,
efek samping dan masalahmasalah yang mungkin terjadi
11) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis
atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal
dan efektifitas maksimal. Usahakan biaya terapi seminimal
27
mungkin
12) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih
sering
13) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam
pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan
sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
5) Evaluasi
1. Resiko penurunan jantung tidak terjadi
2. Intoleransi aktivitas dapat teratasi
3. Rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang
4. Klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi
2. Klien dapat menggunakan mekanismekoping yang efektif dan tepat
3. Klien paham mengenai kondisi penyakitnya.
28
Macam-macam evaluasi yaitu :
a. Evalusi kuantitatif Evaluasi ini dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah
pelayanan atau kegiatan yang telah dikerjakan. Contoh : jumlah pasien
hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan perawat.
b. Evaluasi kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat
difokuskan pada salah satu dari tiga diimensi yang saling terkait yaitu :
1. Struktur atau sumber Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia,
atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.
Dalam upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain: -
Kualifikasi perawat - Minat atau dorongan - Waktu atau tenaga yang
dipakai - Macam dan banyak peralatan yang dipakai - Dana yang
tersedia
2. Proses Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya : mutu penyuluhan yang
diperlukan kepada klien dengan gejala-gejala yang ditimbulkan.
3. Hasil Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam
melaksanakan tugas-tugas kesehatan. Hasil dari keperawatan pasien
dapat diukur melalui 3 bidang :
a) Keadaan fisik Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui
suhu tubuh turun, berat badan naik, perubahan tanda klinik.
b) Psikologik-sikap Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga
bersikap positif terhadap patugas kesehatan.
c) Pengetahuan-perilaku Misalnya keluarga dapat menjalankan
petunjuk yang diberikankeluarga dapat menjelaskan manfaat
dari tindakan keperawatan.
TINJAUAN
KASUS
29
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Mei 2012 di bangsal multazam B11, Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Data diperoleh dari pasien, keluarga, dan
catatan medik
1. Identitas diri pasien
Nama Tn. H, Umur 60 tahun, jenis kelamin laki – laki. Alamat
betongan, 01/07, mangu, ngemplak, boyolali, status perkawinan sudah
menikah, agama Islam, suku jawa, pendidikan SD, pekerjaan sebagai
petani, No. RM 068309, Diagnosa medik Hipertensi.
2. Keluhan utama Pasien mengeluh kepalanya pusing. Riwayat kesehatan
sekarang sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan
kepalanya terasa pusing, perut terasa mual,muntah bercampur darah,
dan tangan terasa kesemutan. Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung
di bawa ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta agar segera
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Riwayat kesehatan dahulu 9
tahun yang lalu Tn. H pernah di rawat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta karena kecelakan.
B. Analisa Data
( jimpe – jimpe )
92 x/mennit, pernapasan; 24
30
hanya habis ½ porsi tenggorokanya dari kebutuhan tidak adekuat
Status nutrisi:
BB(kg) 75
=
2 2
TB 170
100 100
=75/2,89 = 25,95
baik
Dietary:BRG 1
3 DS : Pasien mengatakan tangan Intoleransi Kelemahan fisik
31
banyak gerak
32
C. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas
Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, maka prioritas masalah yang dapat
ditegakkan ;
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
D. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
Tanggal Diagnosa Intervensi Paraf
Kriteria Hasil
9 Mei 1 Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah Riza
2012 tindakan 2. Pertahankan tirah baring
keperawatan selama fase akut
selama 3 x 24 jam 3. Ajari teknik relaksasi
tidak terjadi 4. Beri tindakan
kerusakan organ, nonfarmakologis untuk
dengan kriteria menghilangkan rasa
hasil ; tekanan sakit misal; kompres
darah dalam batas dingin pada dahi, pijat
33
normal ( 130/90 punggung atau leher
mmHg – 140/95 5. Anjurkan pasien untuk
mmHg ) meminimalkan aktivitas
yang dapat
menyebabkan kepala
pusing misal ; mengejan
saat buang air besar,
batuk panjang,
membungkuk
6. Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai
kebutuhan
7. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
terapi
9 Mei 2 Setelah dilakukan 1 Beri makanan dalam Riza
2012 tindakan porsi sedikit tapi sering
keperawatan 3 X 2 Motivasi pasien untuk
24 jam kebutuhan menghabiskan
nutrisi pasien makanannya
dapat terpenuhi, 3 Beri higien oral sebelum
dengan kriteria dan sesudah makan
hasil ; mukosa 4 Awasi pemasukan diit
bibir lembab, diit 5 Kaji ulang pola makan
dari rumah sakit 6 Berikan diet,makanan
bisa habis 2/3 ringan tambahan
porsi yang disukai pasien
7 Kolaborasi dengan ahli
gizi
34
9 Mei 3 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan Riza
2012 tindakan umum
keperawatan 2. Kaji tingkat aktivitas
selama 3 X 24 jam pasien
diharapkan pasien 3. Bantu pasien dalam
dapat memenuhi melakukan aktivitas
kebutuhannya 4. Beri support kepada
secara optimal, pasien
dengan kriteria 5. Anjurkan keluarga
hasil; aktivitas untuk membantu pasien
dapat dilakukan dalam memenuhi
secara mandiri kebutuhannya
6. Instruksikan pasien
tentang teknik
penghemat energi.
7. Beri dorongan untuk
melakukan
aktivitas/perawatan diri
35
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Dalam pengkajian didapat hasil yaitu pasien mengatakan kepala tersa
pusing, tengkuk tersa berat dan mata sulit untuk di buka. Dimana didapatkan
hasil pengukuran tekanan darah lebih dari normal yaitu 170/110 mmHg. Hal
yang menyebabkan pasien mengalami peningkatan tekanan darah yaitu gaya
hidup pasien yang monoton, pasien mengatakan kalau dirumah pasien jarang
beraktifitas, hanya dirumah saja, kurang berolah raga, pola makan yang tidak
baik dimana pasien tidak suka mengkonsumsi sayur dan buah, pasien lebih suka
mengkonsumsi makanan yang berlemak dan kolesterol. Selain itu pengkajian
yang belum penulis kaji yaitu menimbang berat badan karena keadaan pasien
yang lemah dan ketidakmamapuan pasien untuk naik turun tempat tidur untuk
menimbang berat badan. Pada pengkajian seksual penulis lupa menanyakan
karena memang penulis menyadari kurangnya kelengkapan dalam
membuat/menyiapkan pertanyaan untuk pasien. Data yang menunjang bahwa
pasien mengalami hipertensi yaitu didapatkan hasil pemeriksaan tanda – tanda
vital TD; 170/110 mmHg. N; 92 x/menit, pernapasan; 24 x/menit, S: 36,8˚ c dan
keluhan pasien yang menunjukkan tanda dan gejala penyakit hipertensi yaitu
pusing, rasa berat di tengkuk, peningkatan tekanan darah dari batas normal,
mual dan muntah.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus dan sesuai dengan teori:
36
Diagnosa ini penulis tegakkan sebagai diagnosa pertama karena merupakan
keluhan utama yang muncul pada pasien, pasien mengeluhkan kepala
pusing dan tengkuk terasa kaku. Dan data – data lain yang mendukung
diagnosa ini adalah hasil pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah:
170/110 mmHg, nadi92 x/menit, pernafasan; 24 x/menit, suhu: 36,8˚c.
Penulis menegakkan prioritas pertama karena jika tidak segera ditangani
akan muncul masalah lain yaitu komplikasi penyakit stroke, gagal jantung.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko
mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat. ( Carpenito, 2009 )
c. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
b. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas
intervensi yang disusun sebelumnya, maka tindakan untuk diagnosa 1 tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah: melakukan pengkajian dan
menanyakan keluhan pasien, melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital,
mengajarkan teknik napas dalam, memberikan tindakan nonfarmakologis yaitu
memberikan pijatan pada pundak, memberikan obat oral analsik 2 x 2 mg dalam
24 jam, memberikan injeksi gastrofer 25 mg/ 12 jam obat masuk melalui selang
infus.
37
masuk melalui selang infus, carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan
brain act 250 mg/12 jam obat masuk melalui selang infus, mengobservasi
keadaan umum pasien. Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas, maka
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ke 3 adalah melakukan
pemeriksaan tanda – tanda vital dan menanya keluhan pasien, memberikan
injeksi dexa 5 mg/8 jam, carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, obat
masuk melalui selang infus, memberikan mengajarkan pasien untuk
menggerakkan tangannya dan menekukkan kaki, membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhannya membantu pasien untuk duduk, menganjurkan
keluarga untuk selalu membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Evaluasi Keperawatan
Untuk diagnosa pertama gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial dengan kriteria hasil tekanan darah
dalam batas normal yaitu ( 130/90 mmHg - 140/95 mmHg ), untuk data
subyektif pasien mengatakan kepala masih pusing, masih didapatkan tekanan
darah 150/95 mmHg, sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian dan
penulis memodifikasi planning yaitu dengan memberikan ruangan dan suasana
yang tenang dan nyaman dengan cara membatasi pengunjung, tidak
membiarkan semua keluarga untuk menungguhi pasien. Diagnosa kedua
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis harapkan nafsu makan dapat
meningkat dan bisa menghabisakan diit menjadi 2/3 porsi, pasien mengatakan
nafsu makan sudah bertambah,mampu menghabiskan makanan sebanyak 2/3
porsi, tenggorokan sudah tidak sakit saat menelan, sehingga masalah
keperawatan teratasi, penulis menambahkan rencana yaitu dengan
menghidangkan makanan selagi hangat dan akan mempertahankan rencana
tersebut.
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan peningkatantekanan sistolikmelebihi 140 mmHg dan
atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali
kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan.Salah satu tujuan tata laksana hipertensi adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi. Diet/nutrition carepada
pasien hipertensi memeran peranan penting dalam tata laksananya. Untuk
mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui
monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim
kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi
yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien
dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.
3.2 Saran
Penulis berharap dengan adanya saran-saran berikut ini dapat menjadi
masukan bagi semua pihak terkait.
1. Bagi Puskesmas Lebih menigkatkan promosi kesehatan tentang diet
hipertensi pada masyarakat khususnya pada keluarga dan penderita
hipertensi.
2. Bagi Keluarga Tetap berperan sebagai pendamping dan pengatur pola
makan pada penderita hipertensi selama melakukan diet hipertensi.
2. Bagi Penderita Diharapkan agar penderita mau mengikuti diet hipertensi
dan mau mencari tahu tentang kesehatannya dengan cara banyak bertanya
tentang hipertensi dan terbiasa melakukan diet hipertensi.
39
DAFTAR PUSTAKA
Adriaansz, P., Rottie, J., Lolong., J. 2016. Hubungan Konsumsi Makanan dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia diPuskesmas Ranomuut Kota Manado.
Ejournal Keperawatan Volume 4 Nomor 1, Mei 2016. Manado: Fakultas
KedokteranUniversitas Sam Ratulangi.
Michael, Natalia D, Margaretta SL, Putra WD, Rosela C. Tata Laksana Terkini
pada Hipertensi Tata Laksana Terkini pada Hipertensi. J Kedokt Meditek.
2014;20(52):36–41.
WHO. Global Status Report On Noncommunicable Diseases. Switzerland: WHO
Press; 2014.
10 p.
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/123
journal.unnes.ac.id
http://jurnal.akper-whs.ac.id/index.php/mak/article/download/7/22/
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Chung, E. K., 1995, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovarkular ( Quick Reference
To Cardiovaskular Diaseases) Edisi 3, diterjemahkan oleh Andrianto, P. 73-
74, Jakarta, EGC.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Muscari, Mary E.
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Chung, E. K., 1995, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovarkular ( Quick Reference
To Cardiovaskular Diaseases) Edisi 3, diterjemahkan oleh Andrianto, P. 73-
74, Jakarta, EGC.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Muscari, Mary E.
http://eprints.ums.ac.id/21288/23/NASKAH_PUBLIKASI
40