Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL KEGIATAN

ROLE PLAY TIMBANG TERIMA


PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

OLEH:
BAGAS MEIRANDA R. P27820820007
DELLA AFRIANTI P27820820012
DWI AZIZAH MEIRINA H. P27820820015
FITRI SOLICHAH P27820820019
HALLISA’TU ZAHRO P27820820021
MEISELA NUR FADILAH P27820820030
MUHAMMAD UBAIDILLAH S. P27820820032
NADYA FITRI P. P27820820033
NAOMI RAGIL PUTRI H. P27820820034
NINDYA RAMA PRAMESTI R. P27820820035
NISWATUN HASANAH P27820820037
REYVO TALANILA A’INUN R. P27820820046
SILVIA HANDAYANI P27820820048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TIMBANG TERIMA


PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Surabaya, 15 Maret 2021


Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan

Minarti, S. Kep. Ns., M. Kep. Sp. Kom.


NIP.19670730 199303 2 00 4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan
bagi organisasi pelayanan kesahatan. Saat ini timbul keinginan untuk
mengubah sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi.
Dengan meningkatkan pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat
memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan isi di
masyarakat. (Nursalam, 2015).
Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang
efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat
pergantian shift (timbang terima pasien) (Nursalam, 2015).
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Timbang terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2015).
Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat
perhatian penting bagi sistem pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien
merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa
keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan
kesehatan. World Health Organization (WHO) Collaborating Center for
Patient Safety Solutions bekerjasama dengan Joint Commision International
(JCI) pada tahun 2005 telah memasukan masalah keselamatan pasien dengan
menerbitkan enam program kegiatan keselamatan pasien dan sembilan
panduan/ solusi keselamatan pasien di rumah sakit pada tahun 2007 (WHO,
2007).
Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada sembilan solusi
keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien. Timbang terima pasien termasuk pada sasaran
yang kedua yaitu peningkatan komunikasi yang efektif.
Penyebab yang lazim terjadinya cidera pasien yaitu kolaborasi tindakan
medis yang tak terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan,
prosedur yang dijalankan pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat,
kesalahan medis, penundaan ruang darurat, para perawat yang tak berdaya
untuk turun tangan saat mereka melaporkan perubahan signifikan pasien,
ketidakmauan bertindak sebelum suatu situasi menjadi krisis, ketidakmauan
membelanjakan uang untuk pencegahan, dokumentasi tak memadai dan
kurangnya komunikasi (Fabre, 2010).
Program keselamatan pasien (patient safety) adalah untuk menjamin
keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat
kompleks dan melibatkan berbagai praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu
kedokteran dan ilmu kesehatan. Kerja sama antar petugas kesehatan sangat
menentukan efektivitas dan efisiensi penyediaan pelayanan kesehatan pada
pasien. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus merespons
dan produktif dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Mutu pelayanan kesehatan seharusnya menunjuk pada penampilan
dari pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan upaya yang harus
diutamakan dalam penyediaan pelayanan kesehatan. Pasien harus memperoleh
jaminan keselamatan selama mendapatkan perawatan atau pelayanan di
lembaga pelayanan kesehatan, yakni terhindar dari berbagai kesalahan
tindakan medis (medical error) maupun kejadian yang tidak diharapkan
(Koentjoro, 2007). Di Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, setiap timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas dan
kepala ruangan kecuali untuk shift pagi ke sore dan shift sore ke malam tanpa
kepala ruangan. Prinsip timbang terima sesuai dengan prosedur timbang
terima, karena semua pasien yang dirawat dioperkan dan dilanjutkan dengan
validasi ke pasien. Timbang terima dimulai dengan pembukaan oleh kepala
ruangan dan dipimpin untuk berdoa, kemudian perawat primer dipersilahkan
melaporkan timbang terima.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting,
karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan
tanggungjawab dan tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima
tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan
keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan
menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tingkat
kepuasan pasien.
Dokumentasi keperawatan yang digunakan oleh Ruang Bedah Flamboyan
RSUD Dr. Soetomo adalah sistem pendokumentasian timbang terima dengan
SBAR. SBAR merupakan bagian terpenting dari proses timbang terima karena
komponen SBAR tersebut yang disampaikan oleh perawat kepada perawat
yang akan dinas selanjutnya..

Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program Studi D IV


Keperawatan Gawat Darurat Poltekkes Kemenkes Surabaya akan
melaksanakan timbang terima pasien berdasarkan konsep Model Asuhan
Keperawatan Profesional Modular Nursing di Ruang Bedah Flamboyan
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat
Ruang Bedah Flamboyan mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien dengan baik, sehingga kesinambungan
informasi mengenai keadaan pasien dapat dipertahankan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi, tujuan, manfaat pada timbang terima.
2. Mengetahui Metode timbang terima
3. Mengetahui prosedur timbang terima
4. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima.
5. Mengetahui alur timbang terima dan evaluasi timbang terima.
6. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
7. Melaksanakan Role play timbang terima.

1.3 Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar
perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara menyeluruh.
2. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara komprehensif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift
yang disampaikan secara tertulis dan lisan oleh perawat primer yang
bertanggungjawab. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum, dan
perkembangan pasie saat itu. (Nursalam,2015)

2.2 Tujuan.
1. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah, belum dan akan dilakukan dalam
asuhan keperawatan pada pasien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu untuk ditindak lanjuti oleh shift
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk shift berikutnya.

2.3 Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar
perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara menyeluruh.
2. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal

2.4 Metode Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya :
1. Menggunakan Tape recorder, Metode itu berupa one way communication.
2. Menggunakan komunikasi oral atau spoken.
3. Menggunakan komunikasi tertulis atau written.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety (2011), menyusun
pedoman implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi
terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang
atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Timbang terima tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.
Berikut beberapa contoh model timbang terima, yaitu :
1. Timbang terima dengan menggunakan SBAR
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien
yang memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).
1) S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari
perawatan, serta dokter yang merawat.
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang
belum atau sudah teratasi/keluhan utama.
2) B : Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi
Pasien Terkini)
a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien
dari setiap diagnosis keperawatan.
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan
alat invasive, dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang
digunakan.
c. Jelaskan engetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi
medis.
3) A : Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti
tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,status
restrain,risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain-lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
4) R : Recommendation
Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge
planning dan edukasi pasien dan keluarga.
2. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo
(2005) di sebutkan bahwa overan jaga (handover) yang masih tradisional
adalah :
1) Dilakukan hanya di meja perawat.
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
3. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu timbang terima yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara
umum materi yang disampaikan dalam proses overan jaga baik secara
tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
1) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
2) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
3) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan
aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus
ditunda terkait

2.5 Prosedur Timbang Terima


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum atau dapat teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3) PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang menerima
pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang
terima:
a. Aspek umum yang meliputi M1 sampai dengan M5
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan diagnosis pasien
d. Data (keluhan atau subjektif dan objektif)
e. Masalah keperawatan yang masih muncul
f. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara
umum)
g. Intervensi kolaboratif dan dependen
h. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang, dan program lainnya).
b. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer
yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
Nurse Station
1) Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga)
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3) Kepala ruangan membuka acara timbang terima
4) Penyampaian yang jelas, singkat dan lengkap oleh perawat jaga
bedasarkan NIC
5) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci
6) Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal – hal yang telah ditimbang
terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal – hal yang kurang
jelas
Bed Pasien
1) Kepala ruangan menyampaikan salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien
2) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan , kebutuhan , dan tindakan yang telah atau belum
dilaksanaakan, serta hal – hal penting lainnya selama masa
keperawatan.
3) Hal – hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
beserahterimakan kepada petugas berikutnya.
c. Post Timbang Terima
1) Diskusi
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu
dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala rungan
3) Ditutup oleh kepala ruangan
2.6 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau pengangguang jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
5. Timbang terima harus berorentasi pada permasalahan pasien
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicaran di nurse station

2.7 Alur Timbang Terima

SITUATION

Data Demografi Diagnosis Diagnosis Keperawatan (Data)


Medis

Background

Riwayat Keperawatan

Assessment; KU; TTV; GCS;


Skala Nyeri; Skala Resiko Jatuh;
ROS (poin yang penting)

Recommendation :
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi baru

Sumber : Nursalam, 2016


BAB 3
PERENCANAAN KEGIATAN
`
3.1 Perencanaan Kegiatan
Hari / tanggal : Senin, 15 Maret 2021
Pukul : 13.00 – 13.45 WIB
Pelaksanaan : Roleplay Timbang Terima
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan timbang terima.
Tempat : Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr Soetomo

3.2 Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Hallisa’tu Zahro
Kepala Ruangan : Naomi Ragil Putri H
PP ( Pagi ) : Niswatun Hasanah
: Dwi Azizah
PA (Pagi) : Silvia Handayani
: Meisela Nur Fadilah
: Bagas Meiranda R.
PJ (Sore) : Reyvo Talanila A’inun R.
PA (Sore) : Fitri Solichah
: Della Afrianti
: Nadya Fitri P.
Pasien 1 : M. Ubaidillah S.
Pasien 2 : Nindya Rahma Pramesti
Pembimbing Akademik : Minarti, S. Kep. Ns., M. Kep. Sp. Kom.

3.3 Metode dan Media


Metode :
a. Karu memimpin proses Timbang Terima
b. Melakukan timbang terima antara Perawat Primer Malam dengan Perawat
Primer Pagi
c. Melaporkan status keadaan pasien dari PJ malam ke PP pagi.
d. Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
Media :
a. Materi disampaikan secara lisan.
b. Dokumentasi pasien (status).
c. Buku Timbang Terima

3.4 Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN
KOLABORATIF

RENCANA
TINDAKAN

TELAH BELUM
DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN /
KEADAAN PASIEN

MASALAH TERATASI SELURUHNYA,


SEBAGIAN, BELUM TERATASI DAN
TERDAPAT MASALAH BARU

3.5 Instrumen
1. Status pasien
2. Buku catatan
3. Nursing Kit
3.6 Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA

Persiapan 1. Kedua kelompok dinas 5 menit Nurse Karu


Timbang sudah siap dan berkumpul Station PP
Terima di Nurse Station PA
2. Karu mengecek kesiapan
timbang terima oleh PP
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet), PP
yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima & nursing kit
4. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.
Pelaksanaan 1. PJ dinas malam 10 menit Nurse Karu
Timbang melakukan timbang terima Station PP
Terima kepada PP dinas Pagi.
Penyampaian laporan yang PA
singkat, padat, jelas,
berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam timbang
terima :
S : Situation (kondisi terkini
yang terjadi pada pasien)
Sebutkan nama pasien,
umur, tanggal masuk, dan
hari perawatan, serta dokter `
yang merawat. Sebutkan
diagnosis medis dan
masalah keperawatan yang
belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.
B : Background (Info
Penting yang Berhubungan
dengan Kondisi Pasien
Terkini)
Jelaskan intervensi yang
telah dilakukan dan respons
pasien dari setiap diagnosis
keperawatan. Sebutkan
riwayat alergi, riwayat
pembedahan, pemasangan
alat invasive, dan obat-
obatan termasuk cairan
infuse yang digunakan.
Jelaskan pengetahuan
pasien dan keluarga
terhadap diagnosisi medis.
A : Assessment (Hasil
Pengkajian dari Kondisi
Pasien Saat Ini)
Jelaskan secara lengkap
hasil pengkajian pasien
terkini seperti tanda vital,
skor nyeri, tingkat
kesadaran, braden
score,status restrain,risiko
jatuh, status nutrisi,
kemampuan eliminasi dan
lain-lain. Jelaskan informasi
klinik lain yang
mendukung.
R : Recommendation
Merekomendasikan
intervensi keperawatan
yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing
care plan) termasuk
discharge planning dan
edukasi pasien dan
keluarga.
2. PJ malam dan PP pagi
selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi, tanya
jawab terhadap hal-hal yang
kurang jelas penyampaian
pada saat timbang terima
secara singkat dan jelas
Disamping
3. Karu membuka dan tempat
memberi salam kepada tidur
pasien, PJ malam pasien
menjelaskan tentang pasien,
PP pagi mengenalkan
anggota timnya dan
melakukan validasi data.
4. Lama timbang terima setiap
pasien kurang lebih 5 menit,
kecuali kondisi khusus yang
memerlukan keterangan
lebih rinci.
Post timbang 1. Klarifikasi hasil validasi 10 menit Nurse Karu
terima data oleh PP pagi. station PP
2. Laporan timbang terima PA
ditandatangani oleh kedua
PP dan mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
3. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
4. Penutup oleh karu.

3.7Evaluasi
1. Ev
aluasi Struktur
1) Menentukan penanggung jawab timbang terima
2) Menyusun teknik timbang terima bersama – sama dengan staf
keperawatan
3) Menentukan materi timbang terima
4) Menyiapkan rekam medis pasien yang akan digunakan dalam timbang
terima
5) Mempersiapkan buku laporan
2. Ev
aluasi Proses
1) Melakukan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan pada setiap pergantian shift
2) Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan
3) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas dan
yang akan dinas
4) Timbang terima dilaksanakan di ruang perawat dengan pelaporan tiap
pasien maksimal 5 menit
5) Menjelaskan masalah yang berfokus pada masalah keperawatan
3. Ev
aluasi Hasil
1) Perawat mampu melakukan timbang terima sesuai dengan konsep
SBAR
2) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
3) Dapat meningkatkan kemampuan dan komunikasi antar perawat
4) Menjalin hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar perawat
5) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika


Suarli, YB. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendidikan Praktik. Jakarta :
Erlangga
Suyanto, 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di
Rumah
Sakit. Jakarta:Mitra Cendika Press.

Anda mungkin juga menyukai