Manlab (Syarat-Syarat Penyimpanan Bahan Kimia)
Manlab (Syarat-Syarat Penyimpanan Bahan Kimia)
1 Bahan Laboratorium
Bahan laboratorium disebut bahan adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan untuk
pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala
terbatas (Permenpan RB No. 03, 2010).
Bahan dilaboratorium sini menurut penggunaannya dikelompokan menjadi 2 yaitu :
Bahan khusus, Bahan yang penanganannya memerlukan
perlakuan dan persyaratan khusus , karena mempunyai sifat eksplosif, korosif, iritant
(Trihadiningrum, 2000).
Bahan umum, Bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan
khusus , karena mempunyai sifat tidak eksplosif, tidak korosif, tidak iritant (Lestari, 2009).
Dalam laboratorium, penyimpanan zat dan bahan merupakan strategi rencana yang
dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko
kecelakaan di laboratorium. Wadah bahan yang digunakan dan lokasi penyimpanan harus diberi
label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal
diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok
bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan
flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan
korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh
lebih penting.Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya :
a. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium
(Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
b. Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral
oksidator.
c. Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan
flammable dan combustible.
d. Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik
dan dapat menyala seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS),
kalsium karbida (CaC2) dll.
e. Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan
botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
f. Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari
sumber panas atau tidak terkena langsung sinar matahari.
g. Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak
asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih
kecil.
h. Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastik
untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastik atau
panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya.
Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen
dan jauhkan dari bahan kimia organik.
i. Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari
bahan flammable dancombustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan yang bersifat kuat seperti
amonium hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium
hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan
sebagai berikut :
a. Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida
organik, dan bahan flammable.
b. Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
c. Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari
pecah atau keborocan.
d. Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari basa atau rak
atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih
bawah daripada botol lebih kecil.
Dalam simbol tersebut juga terdapat skore yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4. Skore tersebut
menunjukkan skala bahaya dimana skore 1 menunjukkan bahaya pada level rendah dan
skore 4 menunjukkan bahan tersebut sangat berbahaya.
Untuk bahan yang bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan,
bahan kimia yang rusak, dan bahan hasil atau sisa pekerjaan di lab harus dibuang melalui
unit pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan. Terdapat beberapa bahan
yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat yang bersifat toxic dan
tidak terhancurkan. Apabila tidak terdapat pengolahan limbah yang memadai, sediakan
wadah khusus seperti tong plastik untuk menampung dan kemudian buang melalui
perusahaan pengolahan limbah kimia.
1. Letak gudang
Sebaiknya terpisah dari bangunan-bangunan penting , agar saat terjadi kecelakaan
dapat dilokalisasi. Juga dalam penyimpanannya bahan-bahan dipisahkan berdasarkan
sifatnya.
2. Ventilasi
Ventilasi harus ada, dengan tujuan agar saat terjadi kebocoran bahan yang
beracun tidak berakibat fatal bagi orang yang masuk atau bekerja di gudang.
3. Bebas dari sumber penyalaan
Sumber penyalaan contohnya seperti api, bara rokok, loncatan api listrik, atau
loncatan listrik statis. Sehingga untuk pencegahannya ruangan harus diberi keterangan
seperti “DILARANG MEROKOK” atau “AWAS KEBAKARAN”.
4. Ruang dingin
Ruangan yang dingin akan mencegah reaksi penguraian atau memperlambat reaksi.
5. Kering
Usahankan ruangan tetap dalam keadaan kering. Penggunaan AC dapat
mendinginkan dan mngeringkan udara dalam gudang. Dengan memahami syarat gudang
diatas diaharapkan dapat dipenuhi persyaratan kondisi penyimpangan dengan pemenuhan
fasilitas dan nilai bahan yang disimpan.
3. Panas/temperatur
Pengaruh temperatur akan menyebabkan reaksi atau perubahan kimia terjadi, dan
juga mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi
oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga mempunyai akibat yang serupa.
Untungnya Indonesia beriklim tropis, sehingga penyebab kerusakan akibat panas tinggi
dan terlalu rendah jarang terjadi di laboratorium kita.
4. Mekanik
Benturan, tarikan, maupun tekanan yang besar harus dihindari, khususnya pada
bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene
(TNT).
5. Sinar
Sinar, terutama sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia.
Sebagai contoh larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami
reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan
larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat. Kristal
perak nitrat juga akan rusak jika terkena sinar UV, oleh sebab itu dalam penyimpanan
harus dihindarkan dari pengaruh sinar UV.
6. Api
Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersama-sama pada suatu
saat, dikenal dengan “segitiga api”
Gambar: Segitiga Api
Maka pada saat yang demikian itulah, oksigen yang mudah bereaksi dengan
bahan baker yang berupa uap yang sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan
api. Api inilah yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk
menghindari terjadinya kebakaran haruslah salah satu dari komponen segitiga api tersebut
harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di
tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah berubah
menjadi uap yang mencapai titik bakarnya.
Anwar, C., dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, DIKTI.
Harjanto, N.T., Suliyanto & Sukesi, E. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun
Sebagai Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan. Jurnal Pusat
Teknologi Bahan Bakar-BATAN, 4(8), 62-63.
Iswojo PIA. 1983. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, DIKTI.
Lestari, F. 2009. Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara. Jakarta:
EGC.
Nurhasanah, N. & Deliani, O., 2014. Strategi Pengembangan Laboratorium Program Studi
Teknik Industri di Universitas Al Azhar Indonesia. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan
Teknologi, 2(1):1-15.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, (Nomor
03, 2010), Tentang Jabatan Fungsional . Pranata Laboratorium Pendidikan Dan Angka
Kreditnya.
Soemanto, I. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia
Trihadiningrum, Y. 2000. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jurusan Teknik
Lingkungan. Surabaya: ITS.