Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DIAGNOSIS PERUBAHAN SIKAP DAN HASIL BELAJAR DALAM


PEMBELAJARAN DARING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP
PENYELESAIAN SOAL MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS

Dosen pengampu: Mutiara Arlisyah Putri Utami,M.Pd

Oleh:

Vinka Daniyah Salsabila


(18190036)

PROGAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pandemi Coronavirus telah melanda Bumi sejak akhir tahun 2019
lalu. Virus ini telah melumpuhkan hampir seluruh aspek kehidupan di
dunia tak terkecualikan aspek pendidikan. Coronavirus yang menyerang
saluran pernapasan pada manusia membuat grafik kematian di dunia terus
meningkat dengan pesat. Untuk menekan laju penyebaran virus ini,
khususnya di bidang pendidikan, Pemerintah lewat MENDIKBUD
membuat kebijakan dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun
2020 Tentang Pelaksanaan Dalam Masa Darurat COVID. Surat Edaran
tersebut menyebutkan bahwa pembelajaran selama pandemi ini akan
dilaksanakan melalui jarak jauh atau yang biasa disebut dengan daring
(dalam jaringan). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan
agar sekolah tidak dibuka terlebih dahulu setidaknya sampai bulan
Desember 2020 dan kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan melalui
skema pembelajaran jarak jauh (PJJ) baik secara dalam jaringan maupun
luar jaringan. Namun tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran
daring secara penuh. Ada beberapa sekolah yang menghendaki
pembelajaran dilaksanakan secara langsung dengan jadwal yang telah
diatur secara bergiliran. Meski saat ini vaksin Coronavirus telah
ditemukan dan telah didistribusikan secara berangsur kepada seluruh
masyarakat Indonesia secara gratis, namun hingga tahun ajaran 2020-2021
memasuki semester genap ini belum ada kepastian sampai kapan
pembelajaran daring akan terus berlanjut.
Dalam pembelajaran daring, penggunaan teknologi sangatlah
berperan penting karena diharapkan mampu menghubungkan peserta didik
dengan pendidik supaya mereka dapat bertinteraksi baik secara
synchronous dengan menggunakan aplikasi zoom dan google meet,
maupun secara asynchronous dengan menggunakan google classroom, e-
learning, whatsapp group, telegram dan lain-lainnya. Pembelajaran daring
dilakukan hampir diseluruh satuan pendidikan yang dilaksanakan sejak
bulan Maret 2019. Imam Subhi (2020) menyampaikan pendapatnya bahwa
hampir sebagian besar guru dan siswa bahkan orang tua mengeluh tentang
pembelajaran online, hal tersebut muncul dikarenakan terdapat beberapa
problem yang secara global dapat digolongkan dalam beberapa aspek
seperti kemampuan teknis, ketersediaan alat dan jaringan internet,
pembiayaan, interaksi dan motivasi belajar mengajar. Hal ini
dikhawatirkan seluruh komponen yang terlibat dalam pendidikan baik
langsung maupun tak langsung merasa jenuh yang secara otomatis akan
berdampak pada perubahan sikap atau nilai peserta didik. Maka saat ini
pemikiran yang paling dibutuhkan adalah bagaimana cara menjaga esensi
dari pendidikan dimasa pandemi seperti ini. Karena jika kondisi
pembelajaran yang dirasa tidak efektif ini dibiarkan berlarut-larut maka
dapat menjauhkan bahkan menghilangkan esensi pendidikan dari standar
mutu yang harus dimiliki.
Kekhawatiran akan kejenuhan peserta didik dalam proses
pembelajaran menjadikan momok tersendiri bagi para pendidik. Segala
upaya telah dikerahkan agar peserta didik merasa nyaman dan dapat
menyerap materi pembelajaran dengan baik, termasuk pelajaran
matematika yang kerap kali mendapat stigma negatif bahwa pelajaran
matematika adalah pelajaran yang sulit dan menyeramkan. Padahal
matematika merupakan ilmu dasar yang terbilang lebih mudah
dibandingkan dengan ilmu lainnya yang menjadikan matematika sebagai
ilmu penunjangnya.
Matematika merupakan pelajaran yang diajarkan mulai tingkat
kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika
akan selalu ada dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari yang secara tidak
sadar digunakan oleh setiap orang di dunia untuk menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan angka seperti menghitung uang,
menimbang dan lain-lain. Selain itu matematika juga mempunyai manfaat
dalam permasalahan kehidupan yang tak ada kaitannya dengan angka.
Matematika juga dapat melatih nalar seseorang untuk lebih berpikir kritis,
inovatif, kreatif, tanggap dan aktif.
Dalam mempelajari matematika, pemahaman konsep merupakan
langkah awal serta bagian yang sangat penting untuk melanjutkan langkah
berikutnya. Friska Nur Fadilla dan Ahmad Huda (2020) menyatakan
bahwa konsep matematika yang satu dengan yang lain berkaitan sehingga
untuk mempelajarinya harus runtut dan bekesinambungan. Ketika peserta
didik hendak menyelesaikan soal matematika, peserta didik harus paham
dengan betul bagaimana konsep dari materi matematika tersebut terlebih
dahulu sehingga peserta didik akan mudah menyelesaikan soal-soal
matematika.
Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik memahami materi
yang telah dipelajarinya, diperlukan adanya catatan hasil belajar. Hasil
belajar merupakan tolak ukur atas proses pembelajaran yang telah
dilakukan peserta didik untuk mengetahui keberhasilan peserta didik
dalam memahami mata pelajaran tertentu yang dapat dinyatakan dalam
bentuk deskripsi, huruf atau angka-angka.
Terkait dengan hal-hal yang diuraikan di atas, peneliti ingin
mencoba melakukan suatu penelitian tindakan kelas atas segala hal yang
berhubungan dengan perubahan sikap dan nilai peserta didik kelas X SMA
dalam pembelajaran daring saat ini. Dan adanya penelitian tindakan kelas
ini diharapkan mampu membawa pengaruh bagi pemahaman penyelesaian
soal matematika serta hasil pembelajarannya.

B. Diagnosis Permasalahan Kelas


Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka akan
dilakukan penelitian tindakan kelas yang mendiagnosis bahwa terdapat
beberapa kendala dalam pembelajaran daring yang menyebabkan adanya
hambatan peserta didik dalam memahami konsep dasar penyelesaian soal
yang tentunya berkaitan dengan perubahan sikap dan hasil belajar peserta
didik. Berdasarkan beberapa kendala dan hambatan tersebut maka
dilakukan usaha berupa tindakan untuk memperbaikinya dalam proses
pembelajaran.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang dan diagnosis masalah, maka
dalam penelitian ini diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman konsep dasar peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal matematika saat pembelajaran daring?
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi hambatan dan
kendala peserta didik dalam memahami konsep dasar?
3. Bagaimana perubahan sikap peserta didik ketika telah diberikan
tindakan yang sesuai selama proses pembelajaran daring?
4. Bagaimana hasil belajar matematika peserta didik ketika telah diberikan
tindakan yang sesuai selama proses pembelajaran daring?

D. Hipotesis Tindakan
Dari beberapa masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Turut hadir dalam proses pembelajaran daring di kelas baik ketika
dilakukan secara synchronous maupun asynchronous supaya dapat
melihat, mengobservasi, dan menganalisis secara tepat bagaimana
kondisi lingkungan kelas dari proses pembelajaran sehingga dapat
dirancang secara tepat tindakan apa yang diperlukan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep dasar peserta didik
dalam menyelesaikan soal, maka digunakan tes, wawancara, dan
kuesioner untuk dapat mengungkap bagaimana tingkat pemahaman
kosep dasar peserta didik serta untuk mengetahui kendala dan hambatan
yang dialami oleh peserta didik selama pembelajaran daring.
3. Dengan melakukan komunikasi dan saling berkoordinasi bersama guru
mata pelajaran matematika dalam mencari solusi tindakan atas
permasalahan yang terjadi.
4. Menyusun strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivis dan teori Bruner sehingga mampu membuat peserta didik
aktif dalam pembelajaran yang tentunya akan berpengaruh pada
pemahaman konsep dan hasil belajar.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan yang diharapkan hingga tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan pemahaman konsep dasar peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal matematika
2. Mencari strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi hambatan dan
kendala peserta didik dalam memahami konsep dasar
3. Mendeskripsikan perubahan sikap peserta didik ketika telah diberikan
tindakan yang sesuai
4. Mendeskripsikan hasil belajar matematika peserta didik ketika telah
diberikan tindakan yang sesuai

F. Manfaat Penelitian
Setelah rumusan dan tujuan penelitian ditentukan, peneliti berharap hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:
1. Peneliti
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu menambah wawasan
pengetahuan peneliti dan juga sebagai bahan untuk mempersiapkan diri
menjadi pendidik yang aktif, kreatif, inovatif serta profesional.
2. Peserta Didik
Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman konsep dasar
penyelesaian soal matematika peserta didik, serta dapat membuat
peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dari
keduanya diperoleh hasil belajar peserta didik yang memuaskan. Selain
itu, penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi diri
peserta didik untuk kedepannya.
3. Guru
Mampu memberikan masukan kepada guru di sekolah yang menjadi
lokasi penelitian ini agar dapat digunakan sebagai upaya evaluasi dan
peningkatan proses pembelajaran peserta didik. Dan memberikan
masukan kepada guru matematika mengenai kelebihan dan kekurangan
proses pembelajaran yang dilakukan selama daring ini.
4. Ilmu Pengetahuan Secara Umum
Memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan
khususnya pendidikan matematika yang berkaitan dengan peningkatan
proses pembelajaran.
5. Pembaca
Memberikan pengetahuan baru bagaimana perubahan sikan dan hasil
belajar peserta didik selama pembelajaran daring yang ditinjau dari
pemahaman konsep dasar peserta didik beserta tindakan-tindakan yang
tepat untuk dilakukan. Dan bagi calon guru, khususnya calon guru
Matematika, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran
dalam memberikan tindakan di lingkungan kelas sehingga peserta didik
merasa nyaman dan materi pelajaran dapat dipahami dengan sempurna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Daring
Demi menekan angka penularan virus corona, 4 Menteri
mengeluarkan Surat Keputusan bersama Tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada masa pandemi ini. Pada
tanggal 24 Maret 2020 MENDIKBUD mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID. Surat Edaran tersebut
menjelaskan bahwa model pembelajaran pada tahun ajaran ini akan
dilaksanakan melalui daring atau jarak jauh.”
Pembelajaran daring sendiri adalah pembelajaran yang
menggunakan jaringan internet secara penuh. Pembelajaran ini
memanfaatkan teknologi multimedia, video, kelas virtual, pesan
suara dan teks. Pembelajaran daring menghubungkan peserta didik
dengan sumber belajar sehingga dapat saling berkomunikasi,
berinteraksi, atau berkolaborasi secara syncrhounus untuk dapat
mengikuti jam pelajaran dengan menggunakan aplikasi seperti
zoom dan google meet. Atau juga secara asynchrounus seperti
melalui aplikasi google classroom, e-learning, whatsapp group,
dan lain-lainnya.

2. Hybrid Learning
Tidak semua instansi pendidikan menerapkan pembelajaran
daring selama mewabahnya virus corona ini. Beberapa intansi
pendidikan tersebut menghendaki peserta didiknya untuk
mengikuti pembelajaran secara langsung disekolah dengan jadwal
yang telah diatur secara bergiliran. Model pembelajaran yang
campuran seperti ini disebut dengan Hybrid.”
Menurut Kaye, Hybrid Learning adalah model
pembelajaran yang mengintegrasikan inovasi dan kemajuan
teknologi melalui system online learning dengan interaksi dan
partisipasi dari model pembelajaran tradisional. Sejak tahun 2000,
model pembelajaran ini sudah dikenal bahkan telah digunakan di
beberapa negara seperti Inggris, Amerika,Utara, dan Australia
(Vinka, dkk: 2020).
Pembelajaran yang dilaksanakan di masa pandemi ini baik
dilaksanakan dengan menggunakan web sepenuhnya/daring
maupun hybrid akan tetap berjalan maksimal jika peserta didik
mampu memahami konsep dasar setiap mata pelajaran yang
diikutinya terlebih pelajaran matematika.”

3. Pemahaman Konsep Penyelesaian Soal


a. Pengertian
Dalam teori Bruner dijelaskan bahwa belajar matematika
lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan pada konsep
matematika dan prosedur yang termuat dalam pokok bahasan yang
diajarkan sehingga anak akan memahami materi yang harus
dikuasainya (Khamidah Luluk: 2017). Dari pengertian tersebut
dapat kita artikan bahwa pemahaman konsep penyelesaian soal
yaitu pemahaman yang dimiliki peserta didik ketika menyelesaikan
soal. Jika peserta didik paham akan konsep dasar masalah
matematika, maka peserta didik akan mampu melangkah dengan
benar di langkah yang pertama serta mampu menentukan langkah-
langkah selanjutnya.

b. Indikator Penyelesaian Soal


Luluk Khamidah (2017) menyampaikan pendapat
“Indikator siswa dianggap memilik pemahaman dengan baik yaitu:
1) Siswa dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
2) Siswa dapat mengurutkan suatu tindakan dalam menyelesaikan
soal.
3) Siswa dapat menerapkan atau menggunakan symbol, keadaaan
dan proses untuk menyelesaikan masalah matematika.
4) Siswa dapat menjelaskan dan membenarkan satu cara
menyelesaikan masalah yang diberikan.

4. Pendekatan Konstruktivis
a. Pengertian
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang
berkeyakinan bahwa orang akan secara aktif membangun atau
membuat pengetahuannya sendiri dan juga ditentukan oleh
pengalaman realitas orang itu sendiri (Abimanyu, 2008:22).
Dalam proses pembelajaran, pendekatan konstruktiv
digunakan supaya peserta didik dapat mengkonstruk sendiri
pengetahuannya baik secara mandiri maupun dengan cara diskusi
kelompok sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
dan penalaran matematika serta prestasi hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivis
menekankan peserta didik untuk selalu turut aktif, kreatif serta
produktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan seperti
yang dikemukakan oleh Slavin (2000) bahwa students must
construct knowledge in their own mind. Dalam psikologi pendidikan,
disebutkan bahwa salah satu prinsip yang sangat penting dalam teori
konstruktivistik ini adalah guru bukanlah hanya sekedar memberi
pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didik juga harus
mampu membangun sendiri pengetahuannya yang diperoleh dari
pengalaman yang nyata di dalam benak mereka (Trianto, 2007).
Oleh karena itu, pendekatan konstruktivistik ini sangatlah
penting untuk memantik sikap aktif peserta didik. Selain itu dengan
pendekatan konstruktivistik ini peserta didik akan merasa bebas
dalam berpikir dan bernalar, yang menjadikan mereka juga merasa
bebas bersikap dalam belajar. Pendekatan ini membuat setiap peserta
didik mampu memnafaatkan teknik belajar apa saja yang akan
mereka pilih asalkan tujuan dan esensi dari proses pembelajaran
tersebut dapat terpenuhi.

b. Konstruktivistik Menurut Teori Bruner


Teori belajar konstruktivistik menurut Jerome Bruner, dapat
dikatakan juga dengan teori belajar penemuan. Dalam Wibisono
(2021), menurut M. Hosnan (2014), terdapat setidaknya empat hal
yang menjadi pokok berkaitan dengan teori Bruner yakni: Pertama,
individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia
menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses
kognitif dalam penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan
kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsic.
Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mepelajari teknik-
teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan
untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.
Kemudian Bruner lebih lanjut menjelaskan bahwa apa yang
dimaksud dengan pembelajaran adalah peserta didik yang membina
ide yang relative baru yang didasarkan oleh pengetahuan yang lalu
dengan turut berproses aktif. Dan menurut Bruner yang dimaksud
dengan “mengetahui” adalah prosesnya bukan produknya.

c. Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivistik


1) Mengembangkan ide siswa dan menggunakannya sebagai
panduan untuk merancang materi belajar.
2) Mendorong peserta didik agar aktif bertanya dan aktif
berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan peserta didik
lainnya.
3) Menganggap proses pembelajaran sebagai suatu proses yang tak
kalah penting dengan hasil belajar.
4) Memberikan kesempatan untuk peserta didik menggali
pengetahuan baru serta memahaminya melalui situasi nyata
dalam kehidupan yang sebenarnya.
Menurut Mahisa Alit di dalam bukunya, yang dikutip oleh
Indah Sih Prihartini (2016), menjelaskan bahwa yang merupakan ciri-
ciri dan model pembelajaran konstruktivistik adalah:
1) Pengalaman belajar disediakan dengan mengaitkan pengetahuan
yang sudah dimiliki oleh siswa sebelumnya, sehingga belajar
dapat dilakukan melalui proses pembentukan pengetahuan.
2) Berbagai macam alternatif pengalaman belajar disediakan, dan
tidak semuanya mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu
problem dapat diselesaikan dengan berbagai macam cara.
3) Situasi pembelajaran dengan realistic dan relevan dan
diintegrasikan dengan melibatkan pengalaman konkret, missal
dalam melalui kenyataan kehidupan sehari-hari dapat dipahami
konsep.
4) Pembelajaran diintegrasikan supaya transmisi sosial
memungkinkan untuk terjadi yakni interaksi dan kerja sama antara
seseorang dengan orang lain memungkinkan terjadi atau pun
dengan lingkungannya, missal dalam interaksi dan kerja sama
antara siswa, guru dan siswa lainnya.
5) Berbagai macam media dimanfaatkan termasuk komunikasi lisan
dan tertulis supaya pembelajaran yang berlangsung dapat menjadi
lebih efektif.
6) Siswa dilibatkan secara emosional dan sosial sehingga menjadi
menarik dan siswa menjadi bergairah untuk belajar.

5. Perubahan Sikap
Dalam proses pembelajaran erat kaitannya dengan suatu
perubahan, baik perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap,
maupun tingkah laku. Menurut Slameto (2010: 2) belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Namun, menurut Sugihartono (2007: 74-76) tidak semua
tingkah laku dikategorikan sebagai aktifitas belajar. Tingkah
laku/sikap yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Perubahan sikap terjadi secara sadar
Suatu sikap digolongkan sebagai aktifitas belajar apabila
pelaku menyadari terjadinya perubahan yang dilakukannya
tersebut atau paling tidak merasakan adanya suatu
perubahan yang ada pada dirinya.
2) Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri individu bersifat terus
menerus dan berkesinambungan serta dinamis (tidak statis).
Karena perubahan yang terjadi akan sangat bermanfaat bagi
proses perubahan pada tahap yang akan dating.
3) Perubahan bersifat positif dan aktif
Perubahan sikap dikatakan positif dan aktif apabila
perubahan tersebut terus bertambah menuju hal yang lebih
baik dari sebelumnya. Dan perubahan tersebut merupakan
bentuk perjuangan/usaha yang terus dilakukan seseorang
untuk menjadi lebih baik.
4) Perubahan bersifat permanen
Peubahan yang terjadi pada diri seseorang bersifat
permanen atau menetap, tidak akan mudah hilang begitu
saja melainkan akan terus dimiliki bahkan bisa berkembang
apabila terus digunakan dan terus dilatih dengan baik.
5) Perubahan memiliki tujuan atau terarah
Dalam pembelajaran, perubahan tentunya mempunyai
tujuan yang harus dicapai oleh pelaku dan tujuan tersebut
terarah kepada perubahan sikap yang benar-benar disadari.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia
selesai belajar sesuatu, maka dirinya akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh baik dalam
sikap, keterampilan, pengetahuan dan lain sebagainya.

6. Hasil Belajar
Menurut Nasution (2000) hasil belajar merupakan indikator
kualitas pengetahuan yang diiliki oleh siswa (Daud Firdaus: 2012).
Sedangkan dari artikel jurnal yang sama, menurut Hamalik (1995)
hasil belajar merupakan tingkat penguasaan seseorang terhadap
bidang ilmu setelah proses mengajar. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat kita artikan bahwa hasil belajar merupakan tolak
ukur untuk mengetahui faktor-faktor negatif maupun positif.
“Dalam pendidikan nasional, hasil belajar yang akan
dicapai mengacu pada hasil belajar diklasidikasikan oleh Bloom.
Klasifikasi Bloom ini secara garis besar membagi pada tiga ranah
yaitu:
1) Ranah Kognitif, yaitu perubahan tingkah laku yang terjadi akibat
pengetahuan yang dimilikinya.
2) Ranah Afektif, dibagi menjadi lima tingkatan yaitu (a)
penerimaan atau kesediaan menerima rangsangan yang
diterimanya, (b) pasrtisipasi atau kesediaan memberikan respon
dengan berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima
rangsangan, (c) penilaian atau kesediaan untuk menentukan
pilihan sebuah nilai rangsangan tersebut, (d) organisasi yaitu
kesediaan mengorganisasi untuk menjadi pedoman yang mantap
dalam perilaku, (e) internalisasi atau menjadikan nilai-nilai yang
diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi bagian dari pribadi
dalam perilaku sehari-hari.
3) Ranah Prikomotorik, pada ranah ini berhubungan dengan
keterampilan motoric yaitu manipulasi benda atau kegiatan yang
memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan.”
B. Kerangka Berfikir

Diagnosis Perubahan Sikap dan Hasil Belajar


Dalam Pembelajaran Daring Ditinjau dari
Pemahaman Konsep Penyelesaian Soal

Analisis kemampuan Analisis perubahan sikap


pemahaman konsep peserta didik selama
dasar peserta didik kelas pembelajaran daring
X IPS SMA Negeri 1 Mojo
Diagnosis Koefisien Korelasi
dalam menyelesaikan
antara kemampuan pemahaman
soal Persamaan Nilai
konsep dan perubahan sikap
Mutlak dengan
disertai tindakan sesuai desain
menggunakan ulangan
PTK
harian sebagai bentuk tes

Analisis hasil belajar peserta didik yang


diperoleh dari tes, wawancara dan
serangkaian tindakan yang telah
dilakukan.

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan
C. Kajian Relevan
Kajian relevan adalah deskripsi kajian penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya seputar topik permasalahan penelitian yang sedang
dilakukan. Adanya kajian ini diperlukan untuk menghindari duplikasi.
Menurut Slameto (2015), kajian ini menjadi dasar ulasan penelitian-
penelitian empiris yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai
landasan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengkaji beberapa
penelitian yang relevan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Hasil penelitian Meyty Natingkaseh (2018), dengan judul
“Mengatasi Kesulitan Belajar Materi Persamaan Garis
Lurus Melalui Penerapan Pendekatan Konstruktivisme”,
menunjukkan bahwa secara klasikal terdapat peningkatan
respons siswa dalam pembelajaran dengan dengan
pendekatan konstruktivis yang diikuti dengan peningkatan
hasil belajar matematika siswa.
2. Hasil penelitian Soeyanto Harja (2021), dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Pembagian Pecahan Biasa
dengan Pendekatan Konstruktivisme: menunjukkan bahwa
pembelajaran pembagian pecahan biasa dengan pendekatan
konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari kedua penelitian diatas ditemukan kesinambungan dengan
penelitian ini yang mengukur peningkatan hasil belajar melalui pendekatan
konstruktivis. Dan pada penelitian Meyty juga menunjukkan
kesinambungan dalam mengukur respons siswa.
REFERENSI
Abimanyu. 2008. Simulasi Sebagai Metode Belajar Mengajar. Tersedia
http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/mata%20Kuliah
%20Aw al/strategi
%20Pembelajaran/BAC/strategi_pembelajaran_unit_6.pdf. diakses 21
Maret 2016.
Firdaus Daud (2012). Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar
terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 3 Kota Palopo. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, Vol.19 (2), 243-254.
Indah Sih Prihatini, “Implementasi Model Pembelajaran Konstruktivistik pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD N Babat Agung Deket
Lamongan,” dalam Akademika, Vol. 10, No. 2 (2016): 205.
KEBUDAYAAN, M. P. D., & INDONESIA, R. (2020). Surat Edaran Nomor 4
Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19).
Khamidah, L. (2017, July). Pemahaman Konseptual Dan Pengetahuan Prosedural
Siswa Kelas VIII Dalam Penyelesaian Soal Matematika Pada Materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. In Prosiding SI MaNIs (Seminar
Nasional Integrasi Matematika dan Nilai-Nilai Islami) (Vol. 1, No. 1, pp.
611-616).
Kurniawan, W. Y. (2021). Implementasi Teori Belajar Konstruktivistik Jerome
Bruner dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 9
Yogyakarta. ISLAMIKA, 3(1), 21-37.
Nastiti, F. F., & Syaifudin, A. H. (2020). HUBUNGAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP N 1 PLOSOKLATEN PADA MATERI
LINGKARAN. PHI: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 8-15.
Salsabila, V. D., Mukti, T. S., Putri, F. R., & Hasanah, S. N. J. (2021, January).
CAPAIAN PEMBELAJARAN DARING DITINJAU DARI MODEL
DAN MOTIVASI BELAJAR. In Proceeding of International Conference
on Islamic Education (ICIED) (Vol. 5, No. 1, pp. 252-256).
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slameto, S. (2015). Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Scholaria:
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(2), 60-69.
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Boston: Allyn &
Bacon.
Subhi, I. (2020). Urgensi Upaya Menjaga Mutu Pembelajaran di Tengah Pandemi
Covid 19. Edification Journal: Pendidikan Agama Islam, 3(1), 35-56.
Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Puspitasari, D., & Wangunhardjo, G. PEDIATRIC CARE DURING COVID-19
PANDEMIC: CHALLENGES & OPPORTUNITIES.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,
(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2007), hal. 15.

Anda mungkin juga menyukai