Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN KELUARGA MENGALAMI


HIPERTENSI

Untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Keluarga


Dosen Pengampu:

Oleh :

Trya Noer Rizki 10119033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SubhanahuWata’ala,


yang telah mengizinkan dan memberikan Rahmat serta hidayah-Nya,
Sholawat beserta Salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada keluarga-Nya dan sahabat-sahabat yang taat
kepada-Nya. Berkat Irodat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah, yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga
Mengalami Hipertensi ”.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas Keperawatan Keluarga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan penyusunan yang
akan datang. Akhir kata, semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi
amal soleh dan ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan balasan lebih dari
Allah SWT dari apa yang telah diberikan.

Tasikmalaya, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitaian .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit ............................................................................... 3
2.2 Data Fokus........................................................................................... 6
2.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 9
2.4 Intervensi Keperawatan ................................................................ 10
2.5 Implementasi ..................................................................................... 14
2.6 Evaluasi ................................................................................................ 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 16
3.2 Saran....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan Keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan serajat kesehatan,
mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan untuk mencapai hidup sehat.
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan dalam asuhan
kepaerawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab perawat
terhadap klien. Penerapan proses keperawatan ini akan meningkatan kualitas
pelayanan keperawatn kepada klien dengan optimal.
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut
Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi merupakan
masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit
hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya.
Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang
akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah
dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Gejala yang sering dikeluhkan penderita
hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,
muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016).
Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko
yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik,
stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus
(Sinubu R.B., 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep penyakit dari keluarga yang mengalami Hipertensi?
2. Apa saja data fokus keluarga yang mengalami Hipertensi?
3. Bagiaman diagnosa keperawatan keluarga yang mengalami Hipertensi?
4. Bagaimana intervesni keluarga yang mengalami Hipertensi?
5. Bagaimana evaluasi keluarga yang mengalami Hipertensi?

1.3 Tujuan
1. Untuk menegtahui bagaimana konsep penyakit keluarga yang mengalami
Hipertensi
2. Untuk mengetahui apa saja data fokus keluarga yang mengalami Hipertensi

3
3. Untuk mengetahui bagiaman diagnosa keperawatan keluarga yang mengalami
Hipertensi
4. Untuk mengetahui bagaimana intervensi keluarga yang mengalami Hipertensi
5. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pada keluarga yang mengalami
Hipertensi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit


1. Definisi
Pengertian hipertensi oleh beberapa sumber adalah sebagai berikut :
a. Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).
b. Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit
yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi
yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada
usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014),
c. Sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa
terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015)
d. Dari perspektif epidemiologi, tidak ada tingkatan yang jelas dari tekanan darah
yang mendefinisikan hipertensi. Pada orang dewasa, risiko penyakit jantung,
stroke, dan penyakit ginjal berbanding lurus dengan peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik. Risiko penyakit kardiovaskular menjadi dua kali lipat untuk
setiap kenaikan 20 mmHg sistolik dan 10 mmHg peningkatan tekanan diastolik.
Pada orang yang lebih tua, tekanan darah sistolik dan tekanan nadi merupakan
prediktor yang lebih kuat untuk penyakit jantung daripada tekanan darah diastolik
(Longo dkk., 2012).
e. Secara klinis, hipertensi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan tekanan darah
yang meningkat dimana terapi dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas
terkait peningkatan tekanan darah tersebut. Saat ini kriteria klinis untuk
mendefinisikan hipertensi umumnya didasarkan pada rata-rata dua atau lebih
pembacaan tekanan darah duduk selama masing-masing dua atau lebih
kunjungan rawat jalan (Longo dkk., 2012)
f. Tekanan darah tinggi atau dikenal dengan istilah hipertensi didefinisikan sebagai
elevasi persistem dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau
lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih (Black
& Hawks, 2014).
g. Hipertensi Pulmonal Primer (HPP) atau hipertensi pulmonal idiopatik adalah
suatu penyakit atau sindroma yang kompleks, memerlukan pendekatan
multidisiplin dan jarang didapat, namun bersifat progresif karena adanya
5
peningkatan resistensi vascular pulmonal, yang lebih lanjut menyebabkan
menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan afterload ventrikel
kanan (Ghanie, 2014).
h. Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah yang terjadi akibat proses
dasar yang dapat diidentifikasi (Lemone, 2014).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
suatu kondisi yang menggambarkan terjadinya peningkatan tekanan darah
dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg pada beberapa kali pengukuran.

2. Epidemiologi
Prevalensi hipertensi terus meningkat tak hanya pada populasi di negara miskin
dan berkembang, tetapi juga di negara maju. Dalam 20 tahun, jumlah penderita
bertambah 400 juta hingga total mencapai 1 triliun pengidap hipertensi pada tahun
2008. 40% penduduk usia ≥ 25 tahun mengalami hipertensi.[15].Tingginya kasus
hipertensi diduga disebabkan oleh peningkatan usia, obesitas serta pola diet tinggi
garam.
Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan hipertensi diderita oleh 26,5 %
penduduk Indonesia usia ≥18 tahun. Berdasarkan sebaran, wilayah yang tinggi
populasi hipertensi yakni Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

3. Manifestasi Klinis
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki tanda/
gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada gejala
ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk
terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung)
(Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Selain itu, hipertensi
memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013):

1. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain
tekanan darah tinggi.
2. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan
arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan
papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling berhubungan
dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang terganggu.
6
4. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau
infark miokardium.
5. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.
6. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta
kadar kreatinin).
7. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien [TIA]
[yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan bicara, pening,
kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau permanen]).

Manisfestasi klinis kmenurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita


mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah
tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan
aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-
tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh
darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri
renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi.
Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna
kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala,
mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak(Kowalak,
Weish, & Mayer, 2011).

7
4. Penyebab atau Faktor Resiko
Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal
maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab
timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).
Faktor resiko
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh
terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka
semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini
disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang
mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung(Triyanto,
2014).
b) Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf
simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan
atau obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal
(Triyanto, 2014)
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan
katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial

8
serta terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Ardiansyah, 2012).
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai
anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi
otot jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan
tekanan darah turun dan memberikan efek rileks) menghambat
reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus
sistem saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami
konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan
darah(Blush, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian
hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 % lebih
banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot
(beda telur). Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga
menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu
hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk
menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma
yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan
kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

2.2 Data Fokus


1. Tipe Keluarga
Dalam penelitian ini penderita hipertensi pada umumnya tinggal bersama
keluarga, dukungan keluarga tersebut seharusnya mendukung agar penderita tetap
sehat, namun hal ini menunjukkan mayoritas keluarga tidak mendukung dalam
pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi di karenakan mayoritas
keluarga tidak mengingatkan dan membantu dalam memilih makanan yang harus
dimakan dan yang harus dihindari, serta tidak mengingatkan jadwal kontrol berobat
pada penderita hipertensi. Upaya terwujudnya pengendalian tekanan darah oleh
penderita hipertensi adalah meningkatkan dukungan keluarga.
Antar anggota keluarga harus bekerja sama agar penderita hipertensi mau dan
mampu mengendalikan tekanan darahnya. Semakin baik dukungan keluarga maka
akan semakin baik pula upaya penderita hiperetensi dalam mengendalikan tekanan
9
darah sehingga penyakit hipertensi yang diderita tidak bertambah parah (Maharani
& Syafrandi, 2016).
Dukungan keluarga dapat menjadi strategi preventif yang paling baik dalam
membantu anggota keluarga dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya, keluarga yang baik akan memberi pengaruh yang positif (Handayani
& Wahyuni, 2012).

2. Tahap Perkembangan Keluarga


Hasdianah (2011), menjelaskan bahwa dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental keluarga
mempengaruhi perilaku pasien hipertensi dalam pengendalian hipertensi. Adanya
dukungan keluarga akan memberikan kekuatan dan menciptakan suasana saling
memiliki satu sama lain ada anggota keluarga tersebut dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan keluarga.

3. Fungsi Perawatan
a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) fungsi perawatan kesehatan
keluarga meliputi tiga aspek yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan
praktik kesehatan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian Classen, dkk (2010)
diketahui bahwa pengetahuan keluarga tentang riwayat kesehatan keluarga akan
memotivasi keluarga untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Sedangkan
praktik kesehatan keluarga meliputi praktik diet keluarga, praktik tidur dan
istirahat, praktik latihan dan rekreasi, praktik penggunaan obat terapeutik dan
penenang, praktik perawatan diri keluarga, praktik lingkungan dan hygien, dan
praktik pencegahan berbasis pengobatan. Peningkatan pengetahuan keluarga
tentang perilaku perawatan kesehatan, diharapkan dapat menjalankan fungsi
keluarganya dengan lebih baik.

b. Kemapuan keluarga dalam mengambil keputusan


Berdasarkan tugas kesehatan keluarga yang kedua yaitu mengambil
keputusan didapatkan hasil bahwa mayoritas kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan adalah tinggi sebanyak 69 responden (98,6%).
Keluarga merupakan kunci utama bagi kesehatan serta perilaku sehat sakit,
oleh karena itu keluarga terlibat lansung dalam mengambil keputusan dan
terapeutik pada setiap tahap sehat-sakit anggota keluarga (Setiadi, 2008).
Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan langkah
sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dihadapi, takut akan
10
akibat tindakan penyakit, mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan terhadap
lansia dengan hipertensi mengerti akan dampak dari hipertensi seperti
stroke, kerusakan ginjal, penyakit jantung, dan gangguan penglihatan.
Keluarga memberi saran kepada lansia untuk segara memberi tahu keluarga
jika gejala hipertensi muncul/ dialami oleh lansia.

4. Fungsi Keluarga
Fungsi utama keluarga salah satu diantaranya adalah fungsi perawatan
keluarga, dimana keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat
preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit.
Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan (Mubarak,
Chayatin, & Santoso, 2010).

2.3 Diagnosa Keperawatan


Fokus Diagnosa keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan telah diterapkan di berbagai rumah sakit, puskesmas dan fasilitas
kesehatan lainnya, namun pengetahuan perawat terkait indikator - indikator diagnostik
untuk penegakan diagnosisi masih perlu ditingkatkan agar penegakan dapat dilakukan
secara tepat dan terstandarisasi. Selain itu, proses penegakan diagnosisi tidak dianggap
sulit dan perlunya keseragaman agar nantinya dapat disesuaikan dalam proses asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Berkaitan persamaan persepsi mengenai
Standar Diagnosis Indonesia, PPNI juga telah membuat persamaan persepsi tentang
Standar Intervensi (SIKI) dan Standar Luaran (SLKI) asuhan keperawatan di Indonesia.
Perumusan diagnosis SDKI :
1. Aktual: masalah b/d penyebab d/d Tanda atau gejala
2. Risiko: masalah b/d faktor risiko
3. Promosi kesehatan: masalah d/d tanda dan gejala.

11
Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
Tabel Analisa Data Diagnosa Keperawatan Keluarga
No Data Penyebab Masalah
1 DS : Ketidakmampuan Nyeri Akut
1. Ny.A mengeluh kepala keluarga
terasa sakit. merawat anggota
P: Ny.A mengatakan keluarga sakit
timbulnya keluhan karena
tekanan darahnya yang
kembali naik.
Q: Ny.A mengatakan
keluhan yang dirasakan
seperti tertekan benda berat
R: Ny.A mengatakan
keluhan dirasakan pada
daerah kepala dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny.A mengatakan
keluhan timbul secara tiba-
tiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul
2. Ny.A mengatakan pusing,
nyeri pada leher dan terasa
berat.
DO:
1. Ny.A tampak meringis
2. Ny.A tampak gelisah.
3. Tanda-tanda vital.
TD:180/110
N: 96x/m
RR: 18x/m
S : 37 C

12
2 DS : Ketidakmampuan Defisiensi
1. Keluarga mengatakan tidak keluarga pengetahuan
mengetahui tentang mengenal
penyakit hipertensi masalah
2. Keluarga mengatakan tidak
tahu cara merawat anggota
keluarga yang sakit dengan
hipertensi
3. Ny.A mengatakan masih
sering mengosumsi garam
yang berlebih
4. Ny.A mengatakan masih
sering mengosumsi yang
bersantan, ikan asin.
DO :
1. TD : 180/110 mmHg
2. Ny.A dan keluarga kurang
dapat mengingat
3. Ny.A dan keluarga tampak
bingung dan tidak mengerti
ketika ditanya mengenai
penyakit hipertensi.

13
Intervensi Keperawatan Keluarga
Tabel Intervensi Keperawatan Keluarga
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC
dengan ketidakmampuan Setelah dilakukan kunjungan rumah Manejemen nyeri
keluarga merawat sebanyak 3 kali kunjungan rumah 1. Kaji nyeri secara komprehensif.
anggota keluarga sakit. diharapkan nyeri teratasi. 2. Observasi tanda-tanda vital
Kriteria hasil : 3. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik
1. Klien mampu mengontrol nyeri relaksasi)
(tahu penyebab nyeri, mampu 4. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri
menggunakan teknik (distraksi)
nonfarmakologi untuk 5. Anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga
mengurangi nyeri, mencari kompres hangat pada kepala bagian belakang.
bantuan) 6. Anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat.
2. Melaporkan bahwa nyeri 7. Beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri.
berkurang dengan manajemen 8. Beri informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan
nyeri. perawatan yang diberikan.
3. Menyatakan rasa nyaman 9. Kolabari pemberian terapi farmakologi (analgetik) untuk
setelah nyeri berkurang. megurangi nyeri (katopril 25 mg)
2 Defisiensi pengetahuan NOC : NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan kunjungan rumah Teaching : disease proses
ketidakmampuan sebanyak 3 kali kunjungan rumah 1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi
keluarga mengenal diharapkan keluarga mengetahui 2. Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan
masalah. proses penyakit. menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian
Kriteria hasil : hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit,
1. Pasien dan keluarga menyatakan komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi.
pemahaman tentang penyakit, 3. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk
merawat anggota kelaurga sakit.

14
kondisi, dan program 4. Diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota
pengobatan. keluarga yang sakit.
2. Pasien dan keluarga mampu 5. Jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari
melaksanakan prosedur yang penderita hipertensi.
dijelaskan secara benar. 6. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang
3. Pasien dan keluarga mampu menunjang kesehatan.
menjelaskan kembali apa yang 7. Diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas
dijelaskan perawat. kesehatan.
4. Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi

15
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Tabel Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari Hari
Diagnosa Evaluasi
Tanggal Implementasi Paraf Tanggal Paraf
keperawatan Jam Jam SOAP
Nyeri akut b.d Senin 1. Mengkaji nyeri secara Selasa Subjektif :
ketidakmampuan 28/5/18 komprehensif. 29/5/18 - Klien mengatakan nyeri masih
keluarga merawat 16.00 Hasil : 15.55 dirasakan namun sudah sedikit
anggota keluarga P: Ny.A mengatakan berkurang (skala nyeri 4).
sakit. timbulnya keluhan karena - Klien mengatakan mampu
tekanan darahnya yang mengontrol nyeri dengan teknik
kembali naik. relaksasi dan distraksi (klien
Q: Ny.A mengatakan melakukan teknik distraksi nyeri
keluhan yang dirasakan dengan membaca Al-Quran).
seperti tertekan benda berat - Klien menyebutkan penyebab
R: Ny.A mengatakan terjadinya dan nyeri.
keluhan dirasakan pada - Klien mengatakan nyeri sedikit
daerah kepala dan leher berkurang setelah melakukan
S: Skala nyeri 6 (sedang) teknik menejeman nyeri yang
T: Ny.A mengatakan diajarkan.
keluhan timbul secara tiba- - Klien mengatakan merasa lebih
tiba, sakit kepala yang nyaman dan nyeri berkurang
dirasakan hilang timbul setelah melakukan kompres
2. Mengobservasi tanda-tanda hangat pada kepala bagian
vital. belakang.
Hasil : Objektif :
TD:180/110 - Klien mampu
N: 96x/m mendemonstrasikan teknik
RR: 18x/m relaksasi, distraksi dan kompres

16
S : 37 C hangat pada kepala bagian
3. Mengajarkan/demonstrasika belakang.
n teknik manajemen nyeri - Klien mampu menyebutkan
(teknik relaksasi). penyebab terjadinya nyeri.
Hasil : - Ny.A tidak lagi terlihat gelisah
DS : Klien mengatakan dan meringis.
bersedia diajarkan - Tanda-tanda vital :
teknik relaksasi TD : 150/100.
DO : Klien mengikuti teknik N : 90 x/m
relaksasi yang RR : 18 x/m
diajarkan. S : 36,8 C
4. Mengajarkan/demonstrasika A : Masalah teratasi sebagian
n teknik manajemen nyeri Planning :
(distraksi). - Kaji skala nyeri
DS : Klien mengatakan - Observasi TTV
belum tahu apa itu - Anjurkan melakukan teknik
teknik distraksi. relaksasi.
DO : Tampak klien - Anjurkan melakukan teknik
menyimak teknik distraksi.
distraksi yang - Anjurkan memberi kompres
diajarkan. hangat pada kepala bagian
5. Menganjurkan/demonstrasik belakang.
an pada klien dan keluarga - Anjurkan klien meningkatkan
kompres hangat pada kepala istrahat.
bagian belakang.
Hasil : Klien dan keluarga
kooperatif.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istrahat.
17
Hasil :
DS : Klien mengatakan
paham dengan instruksi
yang disampaikan.
DO : Klien kooperatif.
Tampak menyimak
dengan baik instruksi
yang disampaikan.
7. Menganjurkan keluarga
memberi lingkungan yang
nyaman untuk klien untuk
mengurangi nyeri.
Hasil :
DS : Keluarga mengatakan
paham dengan instruksi
yang disampaikan
DO : Keluarga kooperatif.
8. Memberikan informasi pada
klien dan keluarga tentang
nyeri dan perawatan yang
diberikan.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
bersedia mendengarkan
informasi.
DO : Tampak klien dan
keluarga menyimak
informasi yang
disampaikan.
18
Defisiensi Senin 1. Mengkaji pengetahuan klien Selasa Subjektif :
pengetahuan b.d 28/5/18 dan keluarga tentang 29/5/18 - Keluarga mengatakan paham
ketidakmampuan 16.25 hipertensi. 16.05 tentang penyakit, kondisi, dan
keluarga Hasil : program pengobatan yang
mengenal DS : Klien mengatakan diberikan pada Ny.A.
masalah. hipertensi adalah darah - Keluarga mengatakan
tinggi. melaksanakan program
DO : Klien dan keluarga pengobatan sesuai dengan yang
tampak bingung ketika dijelaskan perawat.
ditanya tentang - Keluarga menyebutkan
hipertensi. pengertian hipertensi,
2. Mendiskusikan dengan penyebabnya, tanda dan gejalah,
keluarga tentang hipertensi komplikasi, perawatan dan
dengan menggunakan pencegahan penyakit hipertensi
leaflet/lembar balik meliputi dengan bahasa sendiri.
pengertian hipertensi, Objektif :
penyebab, tanda dan gejalah, - Klien dan keluarga mampu
proses penyakit, komplikasi, melaksanakan prosedur yang
perawatan dan pencegahan dijelaskan secara benar.
hipertensi. - Klien dan keluarga mampu
DS : Keluarga mengatakan menjelaskan kembali apa yang
bersedia mendengarkan dijelaskan namun masih sering
informasi. lupa dan tidak lancar.
DO : Keluarga kooperatif. - Klien dan keluarga mengetahui
3. Mendiskusikan dengan komplikasi hipertensi
keluarga tentang keputusan A : Masalah teratasi sebagian.
untuk merawat anggota Planning :
kelurga sakit. - kaji pengetahuan keluarga
DS : Keluarga mengatakan tentang hipertensi.
memanfaatkan

19
Puskesmas untuk - Diskusikan dengan keluarga
mengobati Ny.A tentang hipertensi dengan
DO : Keluarga kooperatif menggunakan leaflet/lembar
4. Mendiskusikan dengan balik meliputi pengertian
keluarga cara merawat hipertensi, penyebab, tanda dan
(program pengobatan) gejalah, proses penyakit,
anggota keluarga yang sakit. komplikasi, perawatan dan
DS : Keluarga mengatakan pencegahan hipertensi.
bersedia diajarkan - Diskusikan dengan keluarga cara
tentang cara merawat merawat (program pengobatan)
Ny.A. anggota keluarga sakit.
DO : Keluarga kooperatif.
5. Menjelaskan makanan yang
harus dikonsumsi dan
dihindari penderita
hipertensi.
DS : Klien menyebutkan diet
makanan yang baik
untuk hipertensi.
DO : Klien mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
6. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang lingkungan
yang menunjang kesehatan.
DS : Keluarga menyebutkan
lingkungan yang baik
untuk menunjang
kesehatan.
20
DO : Keluarga mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
7. Mendiskusikan bersama
keluarga tentang
pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Hasil :
DS : Keluarga menyebutkan
manfaat faskes untuk
kesembuhan anggota
keluarga sakit.
DO : Keluarga mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
Nyeri akut b.d Selasa 1. Mengkaji skala nyeri. Rabu Subjektif :
ketidakmampuan 29/5/18 Hasil : Ny.A mengatakan 30/5/18 - Ny.A mengatakan nyeri sudah
keluarga merawat 16.15 skala nyeri yang dirasakan 16.25 sedikit berkurang daripada
anggota keluarga adalah 4 (nyeri sedang). kemarin (skala nyeri 3).
sakit. 2. Mengobservasi tanda-tanda - Klien mengatakan mampu
vital. mengontrol nyeri dengan teknik
Hasil : relaksasi dan distraksi (klien
TD : 150/100. melakukan teknik distraksi nyeri
N : 90 x/m dengan membaca Al-Quran).
RR : 18 x/m - Klien menyebutkan penyebab
S : 36,8 C terjadinya dan nyeri.
3. Menganjurkan melakukan - Klien mengatakan nyeri
teknik manajemen nyeri berkurang setelah melakukan
(teknik relaksasi).
21
Hasil : teknik menejeman nyeri yang
Ny.A mendemonstrasikan diajarkan.
teknik relaksasi. - Klien mengatakan merasa lebih
4. Menganjurkan klien nyaman dan nyeri berkurang
melakukan teknik setelah melakukan kompres
manajemen nyeri hangat pada kepala bagian
(distraksi) sesuai kebiasaan belakang.
klien. Objektif :
Hasil : klien mengatakan - Ny.A mampu
melakukan teknik distraksi mendemonstrasikan teknik
dengan membaca kitab suci relaksasi, distraksi dan kompres
Al-Quran. hangat pada kepala bagian
5. Menganjurkan pada klien belakang.
dan keluarga kompres - Ny.A tidak lagi terlihat gelisah
hangat pada kepala bagian dan meringis.
belakang. - Tanda-tanda vital :
Hasil : Klien dan keluarga TD : 140/90.
kooperatif. N : 84 x/m
6. Menganjurkan klien untuk RR : 18 x/m
meningkatkan istrahat. S : 37 C
Hasil : A : Masalah teratasi sebagian
DS : Klien mengatakan Planning :
paham dengan - Kaji skala nyeri
instruksi yang - Observasi TTV
disampaikan. - Anjurkan melakukan teknik
DO : Klien kooperatif. relaksasi.
Tampak menyimak - Anjurkan melakukan teknik
dengan baik instruksi distraksi.
yang disampaikan.
22
- Anjurkan memberi kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Anjurkan klien meningkatkan
istrahat.
Defisiensi Selasa 1. Mengkaji pengetahuan klien Rabu Subjektif :
pengetahuan b.d 29/5/18 dan keluarga tentang 30/5/18 - Keluarga mengatakan paham
ketidakmampuan 16.25 hipertensi. 16.35 tentang penyakit, kondisi, dan
keluarga Hasil : program pengobatan yang
mengenal masalah DS : klien dan keluarga diberikan pada Ny.A.
menyebutkan tentang - Keluarga menyebutkan
hipertensi dengan pengertian hipertensi,
bahasa sendiri. penyebabnya, tanda dan gejalah,
DO : Klien dan keluarga komplikasi, perawatan dan
mampu menyebutkan pencegahan penyakit hipertensi
tentang hipertensi dengan bahasa sendiri.
namun masih sering Objektif :
lupa dan tidak lancar. - Klien dan keluarga mampu
2. Mendiskusikan dengan menjelaskan kembali apa yang
keluarga tentang hipertensi dijelaskan namun masih sering
dengan menggunakan lupa dan tidak lancar.
leaflet/lembar balik
meliputi pengertian - Klien dan keluarga mengetahui
hipertensi, penyebab, tanda komplikasi hipertensi
dan gejalah, proses A : Masalah teratasi sebagian.
penyakit, komplikasi, Planning :
perawatan dan pencegahan - kaji pengetahuan keluarga
hipertensi. tentang hipertensi.
DS : Keluarga mengatakan - Diskusikan dengan keluarga
bersedia mendengarkan
informasi. tentang hipertensi dengan
23
DO : Keluarga kooperatif. menggunakan leaflet/lembar
3. Mendiskusikan dengan balik meliputi pengertian
keluarga cara merawat hipertensi, penyebab, tanda dan
(program pengobatan) gejalah, proses penyakit,
anggota keluarga yang sakit. komplikasi, perawatan dan
DS : Keluarga mengatakan pencegahan hipertensi.
melaksanakan program - Diskusikan dengan keluarga cara
pengobatan sesuai merawat (program pengobatan)
dengan yang dijelaskan anggota keluarga sakit.
perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
Nyeri akut b.d Rabu 1. Mengkaji skala nyeri. Kamis Subjektif :
ketidakmampuan 30/5/18 Hasil : Ny.A mengatakan 31/5/18 - Klien mengatakan nyeri sudah
keluarga merawat 16.45 skala nyeri yang dirasakan 16.10 tidak dirasakan.
anggota keluarga adalah 3 (nyeri ringan). - Klien mengatakan mampu
sakit. 2. Mengobservasi tanda-tanda mengontrol nyeri dengan teknik
vital. menejemen nyeri.
Hasil : - Klien mengatakan nyeri
TD : 140/90. berkurang dengan manajemen
N : 84 x/m nyeri.
RR : 18 x/m - Klien mengatakan sudah merasa
S : 37 C nyaman karena nyeri yang
3. Menganjurkan melakukan dirasakan sudah hilang.
teknik manajemen nyeri Objektif :
(teknik relaksasi). - Klien menyatakan rasa nyaman
Hasil : setelah nyeri berkurang.
Ny.A mendemonstrasikan - Klien mampu
teknik relaksasi. mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kompres
24
4. Menganjurkan klien hangat pada kepala bagian
melakukan teknik belakang.
manajemen nyeri - Klien mampu menyebutkan
(distraksi) sesuai kebiasaan penyebab terjadinya nyeri.
klien. - Ny.A tidak terlihat gelisah dan
Hasil : klien mengatakan meringis.
melakukan teknik distraksi - Tanda-tanda vital :
dengan membaca kitab suci TD : 130/90.
Al-Quran. N : 78 x/m
5. Menganjurkan pada klien RR : 18 x/m
dan keluarga kompres S : 36,6 C
hangat pada kepala bagian A : Masalah teratasi
belakang. Planning :
Hasil : Klien dan keluarga Intervensi dipertahankan klien dan
kooperatif. keluarga.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istrahat.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
paham dengan
instruksi yang
disampaikan.
DO : Klien kooperatif.
Tampak menyimak
dengan baik instruksi
yang disampaikan.

25
Defisiensi Rabu 1. Mengkaji pengetahuan klien Kamis Subjektif :
pengetahuan b.d 30/5/18 dan keluarga tentang 31/5/18 - Keluarga mengatakan paham
ketidakmampuan 16.55 hipertensi. 16.20 tentang penyakit, kondisi, dan
keluarga Hasil : program pengobatan yang
mengenal DS : klien dan keluarga diberikan pada Ny.A.
masalah. menyebutkan tentang - Keluarga mengatakan
hipertensi dengan melaksanakan program
bahasa sendiri. pengobatan sesuai dengan yang
DO : Klien dan keluarga dijelaskan perawat.
mampu menyebutkan - Keluarga menyebutkan
tentang hipertensi meski pengertian hipertensi,
masih sering lupa. penyebabnya, tanda dan gejalah,
2. Mendiskusikan dengan perawatan dan pencegahan
keluarga tentang hipertensi penyakit hipertensi dengan
dengan menggunakan bahasa sendiri.
leaflet/lembar balik - Klien dan keluarga menyebutkan
meliputi pengertian komplikasi hipertensi
hipertensi, penyebab, tanda Objektif :
dan gejalah, proses - Klien dan keluarga mampu
penyakit, komplikasi, melaksanakan prosedur yang
perawatan dan pencegahan dijelaskan secara benar.
hipertensi. - Klien dan keluarga mampu
DS : Keluarga mengatakan menjelaskan kembali apa yang
bersedia mendengarkan dijelaskan perawat tentang
informasi. hipertensi.
DO : Keluarga kooperatif. - Klien dan keluarga mengetahui
3. Mendiskusikan dengan komplikasi hipertensi
keluarga cara merawat A : Masalah teratasi.
26
(program pengobatan) Planning : Intervensi dipertahankan
anggota keluarga yang sakit. keluarga.
DS : Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai
dengan yang dijelaskan
perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
(program pengobatan) Planning : Intervensi dipertahankan
anggota keluarga yang keluarga.
sakit.
DS : Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai
dengan yang
dijelaskan perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
komplementer
Berdasarkan hasil literature review Elly Trisnawati, dkk (2019) diketahui
bahwa 6 jenis terapi komplementer seperti Aromaterapy,Meditasi & yoga ,
akupresure, bekam, akupuntur pada thaicong acupoint efektif dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. literature review ini
menunjukan bahwa terapi komplementer memiliki peranan penting dalam
pengobatan traditional sebagai terapi non farmakologi. Terapi komplementer
memiliki efek samping yang aman dibandingkan dengan efek samping dari
reaksi obat kimia. Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer juga
mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih
menyeluruh juga lebih murah karena biaya pengeluaran biaya yang rendah.
2.5 Evaluasi
1. Formatif (Tujuan Khusus/Jangka Pendek)
Evaluasi keperawata merupakan salah satu langkah dalam menilai
hasil asuhan yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang
dicapai berupa respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan
dengan indikator yang diterapkan. Hasil asuhan keperawatan dapat
diukur melalui: Keadaan fisik, Sikap/psikologis, Pengetahuan atau
kelakuan belajar, dan Perilaku kesehatan.

2. Sumatif (Tujuan Umum/Jangka Panjang)


Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah
keluarga sudah dapat dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat
kemandirian yang diinginkan, atau masih perlu tindak lanjut. Bila
kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat catatan
perkembangannya. Jika tujuan tidak tercapai maka perlu dilihat
,Apakah tujuan realitas, Apakah tindakan sudah tepat, dan bagaimana
faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi. (Susanto, 2012)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia
yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta
menimbulkan beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan
penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab
kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta
jiwa per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan
menengah dan rendah.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian
terbesar di dunia dan menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun
2015 pada tingkat nasional penyakit hipertensi menduduki peringkat ke-5
penyakit penyebab kematian terbesar di indonesia dengan persentase
5,3% dan pada provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut
data yang di keluarkan oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015
menduduki peringkat-2 dengan jumlah kasus 19.743.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

3.2 Saran
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini
sebaiknya kita menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi
makanan yang sehat dan bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola
aktivitas dan mengatur pola istrahat. Jika sudah terkena penyakit
hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai macam makanan dan
minuman seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal,
paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan menggunakan
garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin),
Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan
(dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur
asin, selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise,
serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain
yang pada umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta
makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria

Ferri, F. F. (2017). Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia:


Elsevier, Inc

Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam Urat,
Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Ghanie Ali. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Interna.

Kemenkes (2018) Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian.


Kesehatan Indonesia.

Kowalak J, Welsh W dan Mayer B, 2003. Basic of pathophysiologi. In Kowalak J,


Welsh W, Mayer B (eds), Professional guide to pathophysiologi. USA:
Lippincot Williams & Wilkins, pp 1-3.

Longo, Dan L. MD., Kasper, Dennis L. MD., et al. 2012. Harrison’s Principle of
Internal Medicine ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Arthritis. McGrawHill
Companies, Inc. USA.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta

Rahmawati et.al (2015) Fungsi Keluarga Dalam Menghadapi Kejadian


Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1 ISSN:
2338-6371

Sinubu, R. B., Rondonuwu, R., Onibala, F., 2015. Hubungan Beban Kerja Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Tenaga Pengajar di SMA N 1 Amurang Kabupaten
Minahasa Selatan. e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2
.
Setiati Siti, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 6th rev. Jakarta : Internal.
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. h. 2014 -1134. 2
Ignatavicius, Workman, & Rebar. 2017. Medical Surgical Nursing: Concepts For.
Interprofessional Collaborative Care (9 th ed.)

Smeltzer, B. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. yogyakarta: nuha medika

Wahid Tri Wahyudi dkk (2020) Hubungan Dukungan Keluarga Pada Pasien
Dengan Tekanan Darah Tinggi Dalam Pengendalian Hipertensi,
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728 E-ISSN:
2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 3 JULI 2020] HAL 525-534

Anda mungkin juga menyukai