Anda di halaman 1dari 5

RMK

Pengantar Akuntansi 2
“PERSEDIAAN BARANG DAGANG”

Disusun oleh :
Nama : Hikma M Nur
Stanbuk : 02320190064
Kelas : B3-Akuntansi

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FALKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 butir 4, Inventory atau
persediaan barang dagang bisa didefinisikan sebagai aset perusahaan yang sengaja dibeli dan
dimpan, kemudian dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan.

Dilihat dari jenis operasional perusahaan, tidak hanya barang yang telah diproduksi atau
siap jual yang dikategorikan sebagai persediaan. Inventory ini juga mencakup barang yang
sedang dalam proses produksi atau dalam proses penyelesaian. Termasuk juga di antaranya
bahan baku serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi tersebut.

A. Metode Kalkulasi Biaya Persediaan


Metode biaya per unit khusus (specific-unit-cost method)/ Imetode identifikasi khusus
(specific-identification method).Metode ini menggunakan biaya khusus dari setiap unit
persediaan.

Metode FIFO (Pertama-Masuk, Pertama-Keluar). Hpp didasarkan pada pembelian


terlama.

Metode LIFO (Terakhir-Masuk, Pertama-Keluar). Hpp didasarkan pada pembelian


terkini (biaya baru).

Metode Biaya Rata-rata (average cost). Hpp didasarkan pada biaya rata-tara selama
periode tersebut.

Metode persediaan yang paling popular adalah FIFO, LIFO, dan Rata-rata

B. Kalkulasi Biaya Persediaan dalam Sistem Perpetual

 Metode Pertama-Masuk, Pertama-Keluar (FIFO)


Kalkulasi biaya FIFO konsisten dangan pergerakan fisik persediaan bagi sebagian
besar perusahaan. Ini berarti perusahaan menjual paling awal persediaan yang paling
lama.

 Metode Terakhir-Masuk, Pertama- Keluar (LIFO)


Persediaan akhir berasal dari biaya paling lama dalam periode berjalan.

 Metode Biaya Rata-rata


Dengan metode ini, perusahaan menghitung biaya rata-rata per unit yang baru
setelah setiap pembelian. Kemudian persediaan akhir dan hpp didasarkan pada biaya
rata-rata per unit yang sama.

C. Prinsip-prinsip Akuntansi dan Persediaan

 Prinsip Konsistensi (consistency principle)


Prinsip ini menyatakan bahwa, perusahaan harus menggunakan metode akuntansi
yang sama dari period eke periode. Konsistensi akan membantu para investor untuk
membandingkan laporan keuangan perusahaan dari satu period eke periode
selanjutnya.
Karena itu, perusahaan harus melaporkan setiap perubahan metode yang
digunakannya. Para investor membutuhkan informasi ini untuk membuat keputusan
yang bijak mengenai perusahaan.

 Prinsip Pengungkapan (disclodure principle)


Prinsip ini menyatakan bahwa perusahaan harus melaporkan informasi yang relevan,
dapat diandalkan, dan dapat diperbandingkan mengenai perusahaan itu sendiri. Itu
berarti perussahaan harus mengungkapkan metode yang digunakan untuk
memperhitungkan persediaan.

 Konsep Materialitas (materiality concept)


Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan harus menjalankan akuntansi yang benar
secara ketat hanya untuk pos-pos yang signifikan. Informasi bersifat signifikan/dalam
istilah akuntansi, material, apabila informasi tersebut dapat menyebabkan seseorang
mengubah keputusannya.

 Konservatisme Akuntansi (conservatism)


Dalam akuntansi berarti melaporkan secara hati-hati pos-pos pada laporan keuangan.
Tujuan dari konservatisme addalah untuk melaporkan angka-angka yang realistis.

D. Masalah Persediaan Lainnya

 Aturan Mana yang Terendah antara Biaya atau Harga Pasar


Lower of coct or market (LCM) menunjukkan konservatisme akuntansi dalam
praktik. LCM mengharuskan agar persediaan dilaporkan dalam laporan keuangan
pada mana yang lebih rendah antara biaya historispersediaan atau nilai pasar
persediaan.
Bagi persediaan, umumnya nilai pasar berarti biaya pengganti saat ini (current
replacement cost), yaitu biaya untuk mengganti persediian yang ada di tangan. Jika
biaya penggantian persediaan berada di bawah biaya historisnya, perusahaan harus
mencatat nilai persediaan. Perusahaan akan melaporkan persediaan akhir pada nialai
LCMnya dalam neraca.

 Pengaruh Kesalahan Persediaan


Perusahaan menghitung persediaannya pada akhir periode. Agar laporan
keuangan disajikan secara akurat, perhitungan yang tepat atas persediaan akhir harus
ddilakukan. Hal ini sulit dilakukan oleh perusahaan yang operasinya sangat luas.
Suatu kesalahan dalam persediaan akhir dapat menciptakan kesalahan dalam
proses berikutnya.

1. Masalah Etika
Tidak ada bidang akuntansi yang memiliki dimensi etika yang lebih
mendalam selain persediaan. Perusahaan yang sedang mengalami penurunan laba
dapat tergoda untuk merekayasa pembukuan. Kenaikan laba dapat membuat
perusahaan terlihat lebih sukses ketimbang sebenarnya.

2. Mengestimasi Persediaan Akhir


Metode laba kotor (gross profit method) menyediakan cara untuk
mengestimasi persediaan sebagai berikut:

Persediaan awal
+ Pembelian bersih
= Harga pokok barang yang tersedia
- Persediaan akhir
= Hpp
Menyusun kembali persediaan akhir dan hpp akan membantu
mengestimasi persediaan akhir
Persediaan awal
+ Pembelian bersih
= Harga pokok barang yang tersedia
- Harga pokok penjualan (penjualan-laba kotor= hpp
= persediaan akhir
Dengan meenggunakan persentase laba kotor yang normal (yaitu laba
kotor dibagi dengan pendapatan penjualan bersih), dapat mengestimasi hpp.
Kemudian kurangi hpp dari barang yang tersedia untuk mengestimasi persediaan
akhir

Anda mungkin juga menyukai