KASUS
Hasil pemeriksaan fisik: Berat Badan 55 kg, TB 140 cm, N 58 x/menit, TD 140/90 mmHg, suhu
36 derajat celcius, RR 28 x/menit. Wajahnya terlihat tampak bengkak dan alis mata yang sedikit
khususnya pada bagian samping. Pada palpasi kelenjar tiroid teraba pejal dan membesar dengan
perkiraan berat 25 gr (rentang normal 15-20gr).
DATA FOKUS
3. Klien mengatakan rambutnya banyak Rambut klien terlihat kering dan menipis
rontok setiap kali menyisir
No. S E P
. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan
adanya patah tulang.
- Kekakuan sendi
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih
pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan
abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis stroke, cara berjalan selangkah-selangkah
penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit Parkinson).
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan
adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke atas 65
tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia laki-laki juga
beresiko mengalaminya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini. Berapakah
frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan,
tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan
berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum
terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
2) Riwayat Kesehatan Klien
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayat urinasi
dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan
ginjal, infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan
apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya
inkontinensia.
a) Inspeksi: Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah
perineal. Adanya benjolan atau tumor spinal cord Adanya obesitas atau
kurang gerak.
b) Palpasi: Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan Teraba benjolan tumor daerah spinal
cord
c) Perkusi: Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih
2. Diagnisa keperawatan
a. Inkontinensia uri fungsional berhubungan dengan kelemahan struktur panggul
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan
No Diagnosa
1. Inkontinensia urin fungsional
berhubungan dengan kelemahan
struktur panggul
SLKI
Kontinensia urin
SIKI
1. Simpan catatan spesifikasi penahan selama 3 hari untuk membentuk pola pengosongan
kandung kemih
2. Tetapkan interval jadwal toilet awal
3. Tetapkan interval toileting dan sebaiknya tidak kurang dari 2 jam
Diagnosa
SLKI
Pengurangan kecemasan :
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
3. Dorong keluarga untuk selalu mendampingi klien
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN INTEGUMEN
Pasien
dengan
Pengobatan hipoalbumine
simtomatik mia
pada diare mempunyai
3. Vip albumin 3x1 nonspesifik. resiko 2,5 kali
lebih tinggi
terjadinya
infeksi dan 8
kali lebih
lama rawat
inap di rumah
Meningkatkan sakit.
daya tahan
tubuh,
meningkatkan
kadar albumin
& Hb,
mempercepat
proses
penyembuhan
luka pasca
operasi,
menghilangka
n oedem
(pembengkaka
n),
mempercepat
proses
penyembuhan
penyakit
seperti:
kanker, TBC,
Tramiv 2x hepatitis,
en 1 diabetes,
HIV, pre-
eclampulsia
, sindrom
neprotik,
nutrisi Mual, pusing,
tambahan somnolen.
bagi lansia,
ibu hamil
& anak.
Hexilo 3x
n 4mg 1 Pemberian
jangka
Terapi pendek jarang
jangka menimbulkan
pendek efek samping
yang serius.
nyeri akut
Pemberian
sedang jangka lama
Cesfpa 2x hingga akan
n 1 berat. menimbulkan
efek samping
seperti yang
ditimbulkan
Asma kortikosteroid
bronkiale, lainnya,
rhinitis misalnya
alergika, moon face,
dermatitis bufallo hump,
hipertensi,
kontak,
osteoporosis,
dermatitis gangguan
atopik, toleransi
lupus glukosa,
eritematosu gangguan
s sistemik, sekresi
sindroma hormon seks,
striae pada
Stevens-
kulit,
Johnson petechiae,
dan akne, edema,
berbagai hipokalemia,
kelainan atrofi korteks
lainnya adrenal, tukak
yang peptik,
hambatan
responsif
pertumbuhan
terhadap pada anak,
kortikoster glaukoma,
oid. katarak,
trombosis,
psikosis.
Hipersensitivi
tas, mual,
muntah,
kolitis, diare,
sakit kepala,
perubahan
nilai
laboratorium.
Pranza 2x
1
Infeksi
saluran
kemih
tanpa Umum dan
komplikasi, lokal pada
otitis tempat
media, pemberian;
faringitis sangat jarang:
dan tromboflebitis
tonsilitis, , edema
bronkitis perifer. Darah
akut dan dan sistem
kronik limfatik ;
eksaserbasi sangat jarang:
akut, leukopenia,
demam trombositope
tifoid, nia.
gonore Gastrointestin
tanpa al: nyeri perut
komplikasi. bagian atas,
diare,
Pengobatan konstipasi,
ulkus flatulensi.
lambung,
Dinasta ulkus Hipertensi,
t duodenum,
2x hipotensi,
refluks nyeri
1
esofagitis punggung,
derajat edema
sedang dan perifer,
berat serta hipoestesia,
kondisi osteitis
hipersekres alveolar,
i patologis dispepsia,
seperti kembung,
sindrom peningkatan
Zollinger- kreatinin,
Ellison atau hipokalemia,
keganasan agitasi,
lainnya. insomnia,
Digunakan anemia pasca
sebagai operasi,
terapi faringitis,
alternative insufisiensi
Granon pada pasien pernapasan,
3mg yang tidak pruritus,
1x diindikasik
1 oliguria.
an
pemberian Sakit kepala,
pantoprazol konstipasi,
e oral. kelelahan,
jarang: reaksi
hipersensitivit
Terapi as seperti
jangka anafilaksis
pendek berat, ruam
untuk nyeri kulit minor,
pasca ppeningkatan
operasi. kadar
transaminase.
Kenalo
g
3x
orabase
1
Mual &
muntah
pasca op
Stomatitis
aftosa
(sariawan),
periadenitis
mukosa
nekrotika
berulang,
ulkus
aftosa
herpetiform
is, ulserasi
traumatik,
ulserasi
karena
obat, liken
planus.
Diagnosa :
Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan.
Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat.
Perencanaan
Implementasi
O : Pasien tidak
membuka mulutnya
lagi untuk benapas.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di
hentikan.
O : Klien tidak
terlihat meringis
kesakitan.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.
O : Wajah pasien
tidak tampak pucat
lagi.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.
Onkologi mempelajari cara untuk mendeteksi, mengobati, meringankan gejala, dan mencegah
kekambuhan penyakit kanker. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah peran ilmu onkologi dalam
praktik medis:
Proses analisis yang digunakan adalah dengan membandingkan semua temuan pada tahapan proses
keperawatan dengan konsep dan teori keperawatan pada pasien kanker serviks post kemoterapi.
Hasil penelitian yang didapatkan, Ny.S menderita kanker serviks yang sudah menjalani kemoterapi
ke lima kali, pasien mengeluh mual, penurunan nafsu makan, berat badan turun, rambut rontok,
turgor kulit jelek. Didapatkan lima diagnosis keperawatan pada kasus Ny. S dengan prioritas resiko
infeksi. Intervensi yang dilakukan sesuai NANDA NIC NOC. Implementasi yang dilakukan
mengajarkan cara cuci tangan enam langkah untuk menghindari infeksi. Evaluasi yang didapat
perkembangan pasien membaik sesuai kriteria hasil. Masalah dapat teratasi, kecuali untuk diagnosis
gangguan citra tubuh dan kerusakan integritas kulit.
Perawat diharapkan supaya meningkatkan edukasi nutrisi terhadap pasien, dan pada keluarga
meningkatkan nutrisi karena pada pasien kanker serviks post kemoterapi mudah terkena infeksi.
RENCANA KEPERAWATAN GANGGUAN PENGINDERAAN
2. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 1 Pendahuluan Uraian
Materi Rangkuman Tes Formatif III Setelah selesai mempejari materi pembelajaran yang diuraikan
pada kegiatan belajar-3 ini, Anda diharapkan akan mampu memahami asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan penglihatan (katarak). TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah selesai mempejari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-3 ini, Anda
diharapkan akan dapat: a. Menjelaskan pengertian katarak b. Menjelaskan penyebab katarak c.
Menjelaskan faktor resiko terjadinya katarak d. Menjelaskan gejala katarak e. Menjelaskan
pengkajian keperawatan pasien katarak f. Menjelaskan diagnosa keperawatan pasien katarak g.
Menjelaskan rencana tindakan keperawatan pasien katarak h. Menentukan evaluasi tindakan
keperawatan p pasien katarak Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Penglihatan
(Katarak)