Anda di halaman 1dari 18

NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM DISIPLIN ILMU PENDIDIKAN

(disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah islam untuk disiplin ilmu)
Dosen Pengampu : Drs. KH Achmad Saefurridjal M,Pd.

Oleh
APRILIANI
NIM. 41032151191003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “nilai-niai keislaman dalam
disiplin ilmu pendidikan” ini. Shalawat dan salam tak lupa juga senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjunan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi salah satu tugas mata kuliah Islam untuk Disiplin Ilmu. Disamping itu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Saya mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat penulis perbaiki. Karena penulis sadar makalah
yang penulis buat ini masih terdapat banyak kekurangannya.

Cianjur, 26 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Definisi Nilai dan Nilai-nilai Keislaman .................................................. 3
2.2 Aspek Nilai-Nilai Keislaman ................................................................... 5
2.3 Pandangan Islam terhadap Pendidikan ..................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13
3.1 Simpulan ................................................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Islam sebagaimana satu-satunya agama yang diakui keabsahannya oleh
Allah SWT. Walaupun ada banyak agama lain dimuka bumi, namun hanya
agama Islam yang sangat sempurna konsep dan fleksibilitasnya. Islam adalah
agama yang “rahmatan lil’alamin”, sangat menjunjung tinggi keseimbangan
kehidupan antara makhluk satu dengan lainnya. Makanya dalam Islam
dikenal ada 2 jenis hubungan ketergantungan. Yaitu “hablun minallah” dan
”hablun minannas”. Sedangkan dalam hubungan hablun minannas, tidak serta
merta hanya dapat memperuntukkannya pada manusia semata, tapi
cakupannya luas meliputi binatang, tumbuhan dan alam sekitar.
Disadari atau tidak, pendidikan adalah salah satu kebutuhan primer yang
tidak bisa dilepaskan dari keberlangsungan siklus kehidupan suatu kelompok
masyarakat. Tanpa adanya sebuah pendidikan yang cukup, sebuah komunitas
akan sangat lambat peningkatan taraf hidupnya. Karena kebodohan dalam
melakukan suatu hal umumnya justru akan menimbulkan masalah-masalah
baru yang bisa menghambat laju perkembangannya. Karena itulah pendidikan
menjadi sebuah kebutuhan pokok yang keberadaannya tidak bisa ditawar lagi.
Pada dasarnya, Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan
pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni
memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai
kebenaran dan kebajikan agar ia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba.
Oleh karena itu, pendidikan berarti suatu proses membina seluruh potensi
manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa, berfikir dan berkarya,
untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.
Islam adalah panduan hidup manusia di dunia dan akhirat yang bukan
sekedar agama seperti dipahami selama ini, tetapi meliputi seluruh aspek dan
kebutuhan hidup manusia. Ilmu dalam Islam meliputi semua aspek ini yang
bisa disusun secara hirarkis dari benda mati, tumbuhan, hewan, manusia

1
2

hingga makhluk gaib dan puncak kegaiban. Susunan ilmu tentang banyak
aspek ini bisa dikaji dari pemikiran Islam.
Dalam uraian kajian ini penulis membahas seputar pengertian nilai dan
nilai-nilai keislaman, aspek nilai-nilai keislaman, pandangan islam terhadap
pendidikan keluarga bahkan pendidikan formal dan non-formal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan sebagai batasan pembahasan
BAB II Pembahasan atau Isi, maka penulis telah menyusun beberapa masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini, beberapa rumusan masalah tersebut
antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan nilai dan nilai-nilai keislaman ?
2. Apa saja aspek nilai-nilai keislaman ?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap pendidikan ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menentukan
tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari nilai dan nilai-nilai keislaman.
2. Untuk mengetahui aspek nilai-nilai keislaman.
3. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap pendidikan.

1.4 Manfaat
Dari penulisan atau pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi penulis dan pembaca mengenai pengertian nilai dan nilai-nilai
keislaman, aspek nilai-nilai keislaman, pandangan islam terhadap pendidikan
baik itu pendidikan keluarga maupun pendidikan formal dan non-formal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nilai dan Nilai-nilai Keislaman


Kata nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti harga. Nilai
memiliki makna yang berbeda bila berada pada konteks yang berbeda pula.
Dalam konteks akademik nilai bisa berarti angka kepandaian seperti “rata-
rata nilai mata pelajaran matematika”. Dalam konteks yang lain nilai berarti
kadar seperti “nilai gizi berbagai jeruk hampir sama.”
Dapat dipahami bahwa pengertian nilai sangatlah luas dan kompleks. Nilai
membantu seseorang untuk mengindentifikasikan apakah perilaku tersebut
itu baik atau tidak, boleh atau tidak boleh, benar atau salah, sehingga dapat
menjadi pedoman dalam bertingkahlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Rincian kategori ke enam sistem nilai, yaitu nilai teologis, yang tercermin
antara lain dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, Rukun Iman, Rukun Islam,
Ibadah, Tauhid, Ikhsan, Istighfar, Doa, Ikhlas, Tobat, Ijtihad, Khusyu’,
Istiqamah, dan Jihad Fi Sabilillah. Nilai etis-hukum yang terwujud antara lain
dalam hormat, baik atau rendah hati, setia, dapat dipercaya, jujur,
bertanggung jawab, iktikad baik, setia-adil, damai, sabar, memaafkan,
menolong, toleransi, dan harmonis. Nilai estetik yang terwujud antar lain
dalam bagus, bersih, indah, cantik, manis, menarik, serasi, romantik, dan cinta
kasih.
Nilai logis-rasional, yang mewujud antara lain dalam logika atau cocok
antara fakta dan kesimpulan, tepat, sesuai, jelas, nyata, identitas atau ciri,
proses, keadaan atau kesimpulan cocok. Nilai fisik-fisiologik yang mewujud
jelas unsur-unsur nya, fungsinya, ukuran ukuran nya, kekuatan nya,
perubahan nya, lokasinya, asal usul nya, sebab akibatnya. Nilai teleologik
yang terwujud dalam berguna, bermanfaat sesuai fungsinya, berkembang atau
maju, teratur atau disiplin, integratif, produktif, efektif, efisien, akuntabel,
inovatif.

3
4

Nilai-nilai Keislaman/religius menurut Kementerian Pendidikan Nasional


memberikan pengertian sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai-nilai islam atau nilai
keislaman merupakan bagian dari nilai-nilai material yang terwujud dalam
kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai keislaman merupakan
tingkat integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan kamil).
Nilai-nilai keislaman bersifat mutlak kebenarannya, universal dan suci.
Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi rasio, perasaan, keinginan, nafsu-
nafsu manusiawi dan mampu melampaui subyektifitas golongan, ras, bangsa,
dan stratifikasi sosial.
Nilai islam sebagai nilai yang tertinggi diantara nilai yang lain, tentunya
mengandung unsur yang lebih yakni menyangkut unsur lahir dan batin
makhluk yang mana nilai ini bertugas mengatur dan menjaga makhluk agar
berjalan tetap pada orbitnya, dalam artian tidak keluar dari koridor fitrah
manusia.
Nilai-nilai keislaman atau agama mempunyai dua segi yaitu : “segi
normatif” dan “segi operatif”. Segi normatif menitik beratkan pada
pertimbangan baik buruk, benar salah, hak dan batil, diridhoi atau tidak.
Sedangkan segi operatif mengandung lima kategori yang menjadi prinsip
standarisasi prilaku manusia, yaitu baik, setengah baik, netral, setengah buruk
dan buruk. Yang kemudian dijelaskan sebagai berikut:
1. Wajib (Mutlak baik)
Nilai yang baik yang dilakukan manusia, ketaatan akan memperoleh
imbalan jasa (pahala) dan kedurhakaan akan mendapat sanksi.
2. Sunnah (Baik)
Nilai yang setengah baik dilakukan manusia, sebagai penyempurnaan
terhadap nilai yang baik atau wajib sehingga ketaatannya diberi imbalan
jasa dan kedurhakaannya tanpa mendapatkan sanksi.
5

3. Mubah (netral)
Nilai yang bersifat netral, mengerjakan atau tidak, tidak akan
berdampak imbalan jasa atau sangsi.
4. Makruh (Buruk)
Nilai yang sepatutnya untuk ditinggalkan, disamping kurang baik, juga
memungkinkan untuk terjadinya kebiasaan yang buruk yang pada
akhirnya akan menimbulkan keharaman.
5. Haram (Mutlak buruk)
Nilai yang buruk dilakukan karena membawa kemudharatan dan
merugikan diri pribadi maupun ketenteraman pada umumnya, sehingga
apabila subyek yang melakukan akan mendapat sangsi, baik langsung (di
dunia) atau tidak langsung (di akhirat). (Muhaimin dan Mujib, 1993: 117)
Kelima nilai yang tersebut diatas cakupannya menyangkut seluruh bidang
yaitu menyangkut nilai ilahiyah ubudiyah, ilahiyah muamalah, dan nilai etik
insani yang terdiri dari nilai sosial, rasional, individual, biofisik, ekonomi,
politik dan estetik.

2.2 Aspek Nilai-Nilai Keislaman


Mengkaji nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam pendidikan sangat
luas, karena nilai-nilai islam menyangkut banyak aspek dan membutuhkan
telaah yang luas. Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam disiplin ilmu
pendidikan untuk mengetahui nilai-nilai keislaman mencakup tiga aspek
sebagai berikut :
a. Nilai Akidah
Nilai akidah memiliki peranan yang sangat penting dalam ajaran Islam,
sehingga penempatanya berada di posisi yang utama. Akidah secara
etimologis berarti yang terikat atau perjanjian yang teguh, dan kuat,
tertanam dalam hati yang paling dalam. Secara etimologis berarti credo,
creed yaitu sebuah keyakinan hidup dalam arti khas, yaitu pengingkaran
yang bertolak dari hati.
Akidah atau keimanan merupakan landasan bagi umat Islam, sebab
dengan akidah yang kuat seseorang tidak akan goyah dalam hidupnya.
6

Akidah dalam Islam mengandung arti adanya keyakinan dalam hati


tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah, ucapan dalam lisan dan
kalimat syahadat dan perbuatan dengan amal sholeh. Dengan demikian,
akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati,
menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan
keraguan.
Akidah sebagai sebuah kayakinan akan membentuk tingkah laku,
bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Menurut Abu A‟la Al-
Maududi, pengaruh akidah dalam kehidupan sebagai berikut:
1. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap
persoalan dan situasi
3. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
4. Menanamkan sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar
menghadapi resiko.
5. Membentuk manusia menjadi jujur dan adil.
6. Membentuk pendirian yang teguh, sabar, taat dan disiplin dalam
menjalankan illahi.
7. Mencipatakan sikap hidup damai dan ridha.
b. Nilai Syari’ah
Syariah merupakan sebuah panduan yang diberikan oleh Allah SWT
berdasarkan sumber utama yang berupa Al-Quran dan As-Sunnah serta
sumber yang berasal dari akal manusia dalam ijtihad para ulama atau para
sarjana Islam.
Kata syariah menurut pengertian hukum Islam adalah hukum-hukum
atau aturan yang diciptakan Allah untuk semua hamba-hambaNya agar
diamalkan demi mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah juga
bisa diartikan sebagai satu sistem ilahi yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Menurut Mamoud Syaltout dalam Muhammad Alim, syariah sebagai
peraturan-peraturan atau pokok-pokoknya digariskan oleh Allah agar
manusia berpegang kepadanya, dalam mengatur hubungan manusia
7

dengan Tuhanya, sesama manusia, alam dan hubungan manusia dengan


kehidupan.
Menurut Taufik Abdullah, syariah mengandung nilai-nilai baik dari
aspek ibadah maupun mumallah. Nilai-nilai tersebut diantaranya:
1. Kedisiplinan, dalam beraktifitas untuk beribadah. Hal ini dapat dilihat
dari perintah sholat dengan waktu-waktu yang telah ditentukan.
2. Sosial dan kemanusiaan.
3. Keadilan, Islam sangat menjujung tingggi nilai-nilai keadilan. Hal ini
bisa dilihat dalam waris, jual, haad(hukuman), maupun pahala dan dosa.
4. Persatuan, hal ini terlibat pada sholat berjamaah, anjuran dalam
pengambilan saat musyawarah.
5. Tanggung jawab, dengan adanya aturan-aturan kewajiban manusia
sebagai hamba kepada TuhanNya adalah melatih manusia untuk
bertanggung jawab atas segala hal yang dilakukan.
c. Nilai Akhlak
Dalam agama Islam, akhlak atau perilaku seseorang muslim seseorang
dapat memberikan suatu gambaran akan pemahamanya terhadap agama
Islam. Secara etimologi, pengertian akhlak berasal dari bahasa arab yang
berarti budi pekerti, tabi’at, perangai, tingkah laku buatan, ciptaan.
Adapun akhlak secara terminologi dari Imam Al-Ghazali kitabnya Ihya’
Ulum Al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku
dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ahklak adalah
keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Karena itu, suatu perbiatan tidak
dapat disebut akhlak kecuali memenuhi beberapa syarat yaitu:
1. Perbuatan tersebut telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga
telah menjadi kepribadian
2. Perbuatan tersebut dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini bukan
berarti perbuatan itu di lakukan dalam keadaan tidak sadar, hilang
ingatan, tidur, mabuk, atau gila.
8

3. Perbuatan tersebut timbul dari dalam dorongan seseorang yang


mengerjakanya tanpa ada suatu paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main,
pura-pura atau sandiwara.

2.3 Pandangan Islam terhadap Pendidikan


Sebagaimana yang sudah diketahui bersama, Islam sangat menekankan
umatnya untuk belajar dan tahu (berpendidikan). Hal itu bisa dibuktikan
dengan banyaknya seruan-seruan untuk belajar yang dapat ditemui baik di
dalam Al-Qur’an, Hadits maupun Ibarah-ibarah dari Ulama pendahulu.
Sekedar untuk mengingat kembali, saya akan menyebutkan beberapa
diantaranya;
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. At – Taubah,
9:122)
“Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun
muslimah)”. (HR. Ibnu Majah).
Islam begitu menganggap penting terhadap Ilmu Pendidikan. Dalam
Islam, kedudukan orang yang berpendidikan, terutama pendidikan agama,
sangat dimuliakan. Bisa juga dilihat sendiri di kalangan masyarakat,
bagaimana seorang guru atau ustadz mendapatkan posisi yang cukup
bergengsi. Lebih- lebih jika orang tersebut menyandang gelar Profesor atau
Doktor (Ilmu Umum) dan Kiai (Ilmu Agama), maka dia akan dihormati oleh
setiap lapisan masyarakat bahkan pejabat pemerintah sekalipun.
Dalam al-Qur’an, Allah SWT pun telah berfirman mengenai kedudukan
orang yang berpendidikan,
“… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
maha mengetahuai apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11).
9

A. Pendidikan Keluarga
Dalam pandangan Islam, pendidikan dimulai dalam keluarga jauh
sebelum anak lahir, yaitu dengan terlebih dahulu memilih pasangan hidup.
Calon ayah harus memilih calon ibu yang baik, begitupun sebaliknya.
Karena ayah dan ibu akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
anak-anaknya. Ayah dan ibu yang tidak baik, tidak akan mampu mendidik
anaknya untuk menjadi baik. Dalam hal ini, Rasulullah SAW memberikan
kriteria sebagai berikut:
“Wanita dinikahi karena empat kriteria: Karena hartanya banyak,
karena turunannya baik, karena rupanya baik, karena agamanya baik.
Beruntunglah kamu yang memilih wanita karena agamanya, dengan
demikian kamu akan berbahagia” (HR. Bukhori Muslim).
Pendidikan anak sebelum anak lahir sebenarnya dilakukan bukan
terhadap anak itu, melainkan terhadap ayah dan ibunya yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi perkembangan anak, terutama saat proses
kehamilan. Kedua belah pihak yaitu ayah dan ibu diharapkan hidup
tenang, banyak berdoa dan beribadah pada Allah SWT agar diberi anak
yang cerdas, luhur budi pekertinya dan rupawan.
Setelah anak lahir, barulah pendidikan itu dilakukan secara
langsung pada anak tersebut. Ada beberapa upaya dalam pandangan Islam
yang semestinya dilakukan orang tua dalam pendidikan anak, diantaranya
sebagai berikut:
1. Melakukan azan dan iqamah, azan di telinga kanan dan iqamah di
telinga kiri. Hal ini menurut Ibn al-Doyyin al-Jaujiyah dimaksudkan
agar getaran-getaran pertama yang didengar oleh si anak adalah
kalimat panggilan agung yang mengandung kebesaran Allah SWT dan
kesaksian pertama masuk Islam.
2. Mencukur rambut pada saat bayi berusia 7 hari, dan melakukan
Aqiqah, sebagai sunnah Rasulullah SAW.
3. Memberi nama yang baik.
Orang tua hendaknya memberikan nama yang baik bagi anak-
anaknya. Nama dapat memengaruhi pergaulan anak. Dalam tradisi
10

masyarakat pemberian nama pada sang bayi biasanya disebut dengan


walimah al-tasmiyah, tradisi ini biasanya dilaksanakan pembacaan
shalawat nabi. Shalawat nabi yang dibaca biasanya adalah kitab al-
barzanji. Ini dimaksudkan meminta do’a kepada seluruh yang hadir
supaya anak tersebut menjadi anak yang shaleh/shalehah.
4. Melakukan khitan
Adapun kegunaan khitan dalam pendidikan anak antara lain:
a. Anak dilatih mengikuti ajaran Nabi.
b. Membedakan pemeluk Islam dari pemeluk agama lain.
c. Pengakuan penghambaan manusia terhadap Tuhan.
d. Membersihkan badan, berguna bagi kesehatan, memperkuat
syahwat.
5. Menyusui bayi
Menyusui bayi mempunyai dampak positif terhadap
perkembangan anak, baik fisik maupun mental.

B. Pendidikan Non-Formal dan Formal


Pandangan Islam terhadap pendidikan sangat penting oleh
karenanya dalam proses pendidikan baik formal maupun non formal harus
disasarkan kepada nilai-nilai Islam didalamnya, karena salah satu fungsi
dari pendidikan adalah untuk mencetak generasi penerus bangsa, namun
pendidikan yang ada saat ini lebih mementingkan pada nilai kognitifnya saja
sehingga banyak sekali orang-orang yang cerdas di indonesia namun tidak
memiliki dasar keimanan yang baik, sehingga ketika seseorang menjabat
dalam pemerintahan banyak melakukan penyimpangan seperti korupsi,
memiliki banyak selir dll.
Islam berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah yang
didalamnya terdapat banyak pengajaran baik ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, etika dan moral yang semuanya saling
berkesinambungan sehingga mampu membuat pribadi manusia yang cerdas,
baik dalam hal kognitif maupun psikomotorik. Inilah yang harus diterapkan
11

dalam dunia pendidikan masa kini, mengingat betapa pendidikan memiliki


pengaruh besar terhadap peradaban manusia.
Pendidikan di Indonesia belum mampu menyeimbangkan antara
ilmu pengetahuan, moral, etika dan agama untuk saling dikaitkan dalam
proses pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik memiliki
pengetahuan yang luas, akhlak yang baik serta diaplikasikan ilmu tersebut
dengan baik yang sesuai dengan ajaran islam. Untuk terciptanya
keseimbangan antara ilmu pengetahuan, etika, moral dan agama maka perlu
adanya suatu wadah pendidikan non formal berupa bimbingan yang
berkelanjutan untuk menjaga keimanan serta akhlak yang baik dan membuat
peradaban manusia yang madani, pendidikan non formal ini dampaknya
lebih terasa karena peserta peserta didik diberi ilmu dan terus dibimbing
dalam pelaksanaan ilmu tersebut. Peserta didik diberi pencerdasan tentang
apa yang mereka butuhkan sehingga tidak terpaku pada materi yang sudah
ditetapkan seperti halnya pelajaran-pelajaran formal.
Oleh karenanya sekolah dan perguruan harus memiliki program
mentoring atau bimbingan keimanan bagi muslim dan muslimah yang
disetujui pula oleh pemerintah. Bimbingan ini dipimpin oleh seorang
pembina, peserta terus diberi ilmu baik keislaman, pengetahuan umum
maupun keadaan masa kini. Namun mentoring ini lebih fokus kepada
pendidikan keislaman yang menumbuhkan karakter islami, berfikir islami
dan melakukan segala aktivitas sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam
dan tentunya para peserta terus dibimbing tanpa batasan waktu, sehingga
para peserta mentoring lebih merasakan dampak dari mentoring tersebut.
Dengan Mentoring bukan hanya ilmu yang didapat tapi juga
pergaulan yang islami. Kegiatan ini menjadi salah satu metode pendekatan
pembinaan agama dan moral yang efektif, karena cara dan bentuk
pengajarannya yang berbeda dengan pendidikan agama secara formal
disekolah. Dengan begitu mentoring adalah salah satu solusi untuk remaja
islam dalam membentengi diri mereka dari pengaruh-pengaruh keadaan
masa kini, baik dalam bentuk elektronik maupun buku-buku yang dipelajari
disekolah formal.
12

Dengan pendidikan mampu mengubah akhlak manusia yang


berimplikasi kepada peradaban manusia maupun umat islam itu sendiri,
maka dalam proses pendidikan baik formal maupun non formal harus
berlandaskan pada ajaran Agama Islam dan dalam kegiatan apapun
deselipkan ajaran islamnya agar peserta didik semakin kuat iman, ilmu serta
dapat mengamalkan ilmu dengan sebaik mungkin sehingga terwujudlah
peradaban yang islami dengan dibarengi ilmu-ilmu yang mumpuni serta
teknologi canggih.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengertian nilai sangatlah luas dan kompleks. Nilai membantu
seseorang untuk mengindentifikasikan apakah perilaku tersebut itu baik atau
tidak, boleh atau tidak boleh, benar atau salah, sehingga dapat menjadi
pedoman dalam bertingkahlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai
makhluk individu maupun makhluk sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai-nilai islam atau nilai
keislaman merupakan bagian dari nilai-nilai material yang terwujud dalam
kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai keislaman merupakan
tingkat integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan kamil).
Nilai-nilai keislaman bersifat mutlak kebenarannya, universal dan suci.
Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi rasio, perasaan, keinginan, nafsu-
nafsu manusiawi dan mampu melampaui subyektifitas golongan, ras, bangsa,
dan stratifikasi sosial.
Nilai-nilai keislaman atau agama mempunyai dua segi yaitu : “segi
normatif” dan “segi operatif”. Segi normatif menitik beratkan pada
pertimbangan baik buruk, benar salah, hak dan batil, diridhoi atau tidak.
Sedangkan segi operatif mengandung lima kategori yang menjadi prinsip
standarisasi prilaku manusia, yaitu wajib (baik), sunnah (setengah baik),
mubah (netral), makruh (setengah buruk) dan haram (buruk). Mengkaji nilai-
nilai keislaman yang terkandung dalam pendidikan sangat luas, karena nilai-
nilai islam menyangkut banyak aspek dan membutuhkan telaah yang luas.
Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam disiplin ilmu pendidikan untuk
mengetahui nilai-nilai keislaman mencakup tiga aspek sebagai berikut: 1)
aspek akidah; 2) aspek syari’ah dan 3) aspek akhlak.
Terkait pandangan Islam terhadap pendidikan, Islam sangat menekankan
umatnya untuk belajar dan tahu (berpendidikan) dan begitu menghargai
sebuah sistem yang namanya pendidikan dan orang-orang yang aktif di
dalamnya. Hal itu bisa dibuktikan dengan banyaknya seruan-seruan untuk

13
14

belajar yang dapat ditemui baik di dalam Al-Qur’an, Hadits maupun


Ibarah-ibarah dari Ulama pendahulu. Islam begitu menganggap penting
terhadap Ilmu Pendidikan. Dalam Islam, kedudukan orang yang
berpendidikan, terutama pendidikan agama, sangat dimuliakan.
Dimulai dengan pendidikan keluarga, memilih calon Ibu atau Ayah
dengan kriteria penting menurut hadits di atas ialah beragama. Harta dan
kecantikan suatu saat akan hilang, begitu pula dengan keturunan baik, tidak
akan menjamin kebahagiaan. Bahkan dengan harta, kecantikan, dan
keturunan baik mungkin akan membuat seseorang tinggi hati dan sombong.
Dan yang menjamin kebahagiaan seseorang ialah apabila orang itu beragama,
dan berpegang teguh pada ajaran agamanya. Itulah yang akan menyelamat-
kannya di dunia dan akhirat. Pendidikan dalam keluarga sebelum dan sesudah
anak lahir sudah dianjurkan beberapa upaya agar anak tumbuh menjadi anak
yang baik beretika dan moral yang baik pula.
Dibantu dengan pendidikan formal maupun non formal mampu
mengubah akhlak manusia yang berimplikasi kepada peradaban manusia
maupun umat islam itu sendiri, maka dalam proses pendidikan baik formal
maupun non formal harus berlandaskan pada ajaran Agama Islam dan dalam
kegiatan apapun deselipkan ajaran islamnya agar peserta didik semakin kuat
iman, ilmu serta dapat mengamalkan ilmu dengan sebaik mungkin sehingga
terwujudlah peradaban yang islami dengan dibarengi ilmu-ilmu yang
mumpuni serta teknologi canggih.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap kita senantiasa tidak
merasa lelah dalam mencari ilmu, seperti kata pepatah carilah ilmu walau
sampai ke negeri cina, serta menjalankan anjuran yang telah ditetapkan.
Penulis tentunya menyadari jika karya tulis ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna, penyusunan makalah ini bersumber
dari sumber-sumber yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dangat
penulis nantikan. Penulis akan memperbaiki karya tulis ini dengan
berpedoman pada banyak sumber dan kritik yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Imelda Frimayanti, Ade. 2017. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan


Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 8 (11), 230-232.
Ulfa, Maria. 2015. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan.
http://akhwatcerdas.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
?m=1, diakses pada Minggu 28 Februari 2021.
Taubah, Mufatihatut. 2015. Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif Islam.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 118-122
Arif Noor, Fu’ad. 2015. Islam dalam Perspektif Pendidikan. Jurnal Pendidikan
Islam, 2 (3), 417-418.
2016. Macam-macam Nilai Agama Islam.
http://www.jejakpendidikan.com/2016/12/macam-macam-nilai-agama-
islam.html?m=1, diakses pada Sabtu, 27 Februari 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai