Anda di halaman 1dari 20

MATEMATIKA ZAKAT EDISI ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT PROFESI

(makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Matematika dalam
Khazanah Islam)
Dosen Pengampu : Hj. Nurjannah Amna, Dra. M.M.Pd

Oleh
APRILIANI
NIM. 41032151191003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “matematika zakat edisi zakat
fitrah dan zakat profesi” ini. Shalawat dan salam tak lupa juga senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjunan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi
salah satu tugas mata kuliah matematika dalam khazanah islam. Disamping itu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Saya mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat penulis perbaiki. Karena penulis sadar makalah
yang penulis buat ini masih terdapat banyak kekurangannya.

Cianjur, 15 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
2.1 Pengertian Zakat ....................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Zakat Fitrah ................................................................... 4
2.1.2 Pengertian Zakat Profesi.................................................................. 5
2.2 Dasar Hukum Zakat ................................................................................ 11
2.3 8 Golongan yang Berhak Menerima Zakat .............................................. 6
2.4 Rukun dan Syarat Wajib Zakat ............................................................... 8
2.4.1 Rukun dan Syarat Wajib Zakat Fitrah ............................................. 8
2.4.2 Syarat Wajib Zakat Profesi ............................................................ 10
2.5 Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah ......................................................... 11
2.6 Ketentuan dan Perhitungan Zakat Fitrah ................................................ 12
2.7 Ketentuan Zakat Profesi ......................................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15
3.1 Simpulan ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka
yang berarti “suci”, “baik”, “berkah”, “tumbuh”, dan “berkembang”. Menurut
syara’ zakat merupakan nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah
mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu
pula. Pengertian zakat, baik dari segi bahasa maupun istilah tampak berkaitan
sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan
menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang, sebagaimana
dipaparkan dalam QS. At-taubah: 103 dan Ar-Rum: 39
Secara garis besar zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan
zakat maal. Tujuan utama disyariatkan nya zakat adalah untuk membersihkan
dan mensucikan, baik membersihkan dan mensucikan harta kekayaan
maupun pemiliknya sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. At-taubah: 103
yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
mebersihkan dan mensucikan mereka.”
Sejalan dengan perkembangan zaman kehidupan umat manusia,
khususnya dalam bidang ekonomi, kegiatan penghasilan melalui keahlian dan
profesi akan semakin berkembang dari waktu ke waktu. Bahkan akan menjadi
kegiatan ekonomi yang utama, seperti terjadi di Negara-negara industri pada
saat ini. Penetapan kewajiban zakat kepadanya menunjukkan terhadap hukum
Islam yang sangat aspiratif dan responsif terhadap perkembangan zaman.
Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan
antara yang satu dengan yang lain, supaya mereka saling tolong-menolong
antara yang satu dengan yang lainya dalam segala urusan yang bersifat
hubungan kemanusiaan. Salah satu wujud kepedulian manusia sebagai
mahluk sosial adalahdengan menunaikan zakat, karena perintah ini memiliki
tujuan yang sangat jelas bagi kemaslahatan umat manusia, diantanya adalah

1
2

untuk mengurangi angka kemiskinan, meratakan pendapatan dan


meningkatkan kesejahteraan umat dan Negara (Ujang,2000:13).
Perlu diketahui bahwa pada zaman sekarang banyak profesi yang
mendatangkan sejumlah besar harta dalam waktu yang singkat. Selama ini,
masyarakat mengenal zakat hanya terbatas teks secara ekplisit saja, seperti
emas, perak, perdagangan, pertanian, peternakan, barang tabang dan rikaz.
Karena pada zaman dahulu seseorang banyak berprofesi sebagai petani,
peternak, pedagang sehingga penghasilan seorang pegawai seperti maraknya
sekarang ini tidak banyak dibahas pada ulama salaf terdahulu.
Adanya kesadaran seseorang dalam melaksanakan syariat Allah SWT
merupakan suatu bukti ketebalan iman serta keyakinan hamba terhadap sang
pencipta, apalagi dalam masalah zakat. karena nilai pengabdiannya bukan
hanya ditujukan pada pencipta alam semesta saja, tapi juga merupakan bentuk
kontribusi yang sangat besar terhadap kaum fakir miskin, sehingga mereka
bisa merasakan dan menikmati hak-hak mereka secara layak. Pentingnya
perkara zakat ini memberi dampak terhadap tegaknya agama Islam karena ini
merupakan suatu pondasi serta rukun Islam yang harus dipegang oleh
pemeluknya. Memang tidak bisa diragukan lagi keberadaannya bahwa zakat
itu suatu rukun Islam dan wajib dilaksanakan oleh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan sebagai batasan
pembahasan pada BAB II, maka penulis telah menyusun beberapa masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini, beberapa rumusan masalah tersebut
antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Zakat Fitrah dan Zakat Profesi ?
2. Apa saja dasar hukum Zakat ?
3. Siapa saja yang berhak menerima Zakat ?
4. Apa saja rukun dan syarat wajib Zakat Fitrah dan Zakat Profesi ?
5. Kapan waktu mengeluarkan Zakat Fitrah ?
6. Bagiamana ketentuan dan perhitungan Zakat Fitrah ?
7. Bagaimana ketentuan Zakat Profesi ?
3

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menentukan
tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Zakat Fitrah dan Zakat Profesi.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Zakat.
3. Untuk mengetahui siapa saja yang berhak menerima Zakat.
4. Untuk mengetahui rukun dan syarat wajib Zakat Fitrah dan Zakat Profesi.
5. Untuk mengetahui waktu mengeluarkan Zakat Fitrah.
6. Untuk mengetahui ketentuan dan perhitungan Zakat Fitrah.
7. Untuk mengetahui ketentuan Zakat Profesi.

1.4 Manfaat
Dari penulisan atau pembuatan makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi penulis dan pembaca mengenai pengertian dari
zakat fitrah dan zakat profesi, dasar hukum zakat, siapa saja yang berhak
menerima zakat, rukun dan syarat wajib zakat fitrah dan zakat profesi, waktu
mengeluarkan zakat fitrah, ketentuan dan perhitungan zakat fitrah, serta
ketentuan zakat profesi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zakat


Menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat, zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya (DEPAG, 1999: i).
2.1.1 Zakat Fitrah
Zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri
dari kata “zakat” dan “fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan
oleh banyak ulama- ulama bahwa zakat merupakan hak tertentu yang
diwajibkan oleh Allah terhadap harta kaum muslimin menurut ukuran-ukuran
tertentu (nishab dan khaul) yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan para
mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah swt.dan untuk
mendekatkan diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya
(Qardhawi, 1996:999).
Sedangkan Fitrah dapat diartikan dengan suci sebagaimana hadits Rasul
“kullu mauludin yuladu ala al fitrah” (setiap anak Adam terlahir dalam
keadaan suci) dan bisa juga diartikan juga dengan ciptaan atau asal kejadian
manusia. Di sebut dengan zakat fitrah sebab diwajibkan setelah berbuka
puasa.
Zakat tersebut difardukan sebagaimana difardukannya puasa ramadhan.
Menurut Imam Waqi‟ dalam kitab Fathul Mu‟in beliau mengatakan bahwa
zakat fitrah terhadap puasa ramadhan adalah bagaikan sujud sahwi terhadap
solat.Artinya dia bisa menambal kekurangan puasa sebagaimana kekurangan
solat. Perkataan ini dikuatkan oleh hadis sahih yang mengatakan bahwa zakat
fitrah dapat membersihkan orang yang berpuasa dari lelehan (perbuatan sia-
sia) dan perkataan keji.
Zakat Fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari
perbuatan sia-sia dan perkataan keji serta memberi makanan bagi orang-orang
miskin. Barang siapa yang menunaikan sebelum solat hari raya, maka zakat

4
5

itu diterima dan barang siapa yang membayarnya sesudah solat, maka
zakat itu sebagai sodaqah biasa” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majjah).
Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat fitrah.
Pertama, zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini
dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau per yang
tidak ada manfaatnya. Kedua, zakat fitrah adalah zakat karena sebab ciptaan.
Artinya bahwa zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap orang
yang dilahirkan ke dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga disebut
dengan zakat badan atau pribadi. Semua orang dari semua lapisan
masyarakat, baik yang kaya atau yang miskin selama mereka mempunyai
kelebihan persediaan makanan pada malam hari raya iedul fitri mereka tetap
berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah.
2.1.2 Zakat Profesi
Dapat ditarik kesimpulan zakat adalah sebagian dari harta benda atau
kekayaan (yang bernilai ekonomi baik tetap atau bergerak) seseorang dan atau
badan usaha yang beragama Islam yang wajib dikeluarkan apabila telah
mencapai nishab dan haulnya untuk kemaslahatan masyarakat. Termasuk
juga profesi seorang muslim yang menghasilkan ekonomi atau uang yang
sudah mencapai nishab wajib dikeluarkan zakatnya.
Zakat profesi (penghasilan) adalah kewajiban zakat yang dikenakan
atas penghasilan tiap-tiap pekerjaan atau keahlian professional tertentu, baik
itu dikerjakan sendirian ataupun dilakukan bersama-sama dengan orang atau
lembaga lain yang dapat mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi
nishab (batas minimum harta untuk bisa berzakat) (Kurde,2005:1-2).
Zakat profesi merupakan istilah baru yang muncul dewasa ini, yang
belum dikenal secara luas oleh masyarakat, dan bahkan mungkin tidak
dikenal sama sekali, karena zakat profesi belumlah lama diperkenalkan di
tengahtengah masyarakat Indonesia, termasuk pegawai negeripada
umumnya.
6

2.2 Dasar Hukum Zakat


• Dalil Al-qur’an untuk Zakat :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka”. (QS.Al-Taubah : 103)
“Dan dirikanlah shalat tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul
supaya kamu diberi rahmat”. (QS. An-Nur : 56)
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan apa saja yang kamu
usahakan bagi drimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya dari sisi Allah.
Sesungguhnya Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-
Baqarah : 110)
• Sumber Hadits untuk Zakat Fitrah :
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata : Rasulullah telah mewajibkan
zakat fithrah dari bulan Ramadan satu sha' dari kurma, atau satu sha' dari
gandum. Bagi seorang hamba yang merdeka, laki-laki, wanita, anak-anak
dan orang dewasa dari kaum muslilmin. Beliau memerintahkan agar zakat
tersebut ditunaikan sebelum manusia berangkat menuju shalat ied. (H.R :
Al-Bukhary dan Muslim)

2.3 8 Asnaf/Golongan yang Berhak Menerima Zakat


Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang
telah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an mereka itu terdiri
dari delapan golongan. Firman Allah SWT dalam QS At-Taubah : 60, yang
artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah : 60)”
Ayat tersebut menunjukan bahwa zakat itu wajib diberikan kepada 8
asnaf dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Fakir
7

Yang dimaksud dengan fakir ialah orang yang tidak memiliki harta
atau pun usaha yang memadai, sehingga sebagian besar kebutuhannya
tidak dapat dipenuhinya walaupun misalnya, ia memiliki rumah tempat
tinggal, pakaian yang pantas bagi dirinya, ia tetap dianggap fakir selama
sebagian besar kebutuhan hidup yang diperlukannya tidak terpenuhi
olehnya.
2. Miskin
Miskin ialah orang yang memiliki harta atau usaha yang dapat
menghasilkan sebagian kebutuhannya tetapi tidak mencukupi. Kebutuhan
yang dimaksudkan adalah makanan, minuman, pakaian dan lain-lain
menurut keadaan yang layak baginya.
3. Amil
Yang dimaksud dengan amil ialah orang-orang yang khusus
ditugaskan oleh imam untuk mengurusi zakat, seperti petugas yang
mengutip (sha‟i), mencatat (katib) harta yang terkumpul, membagibagi
(qasim), dan mengumpul para wajib zakat atau mengumpul para mustahiq
(hasyir), tetapi para qadi dan pejabat pemerintahan tidak termasuk dalam
kelompok amil.
Syarat-syarat amil zakat : 1. Islam 2. Laki-laki 3. Merdeka 4.
Mukallaf 5. Adil 6. Bisa melihat 7. Bisa mendengar 8. Mengerti masalah
zakat (faqih / menguasai).
4. Al-mu’allafatu Qulubuhum (muallaf)
Menurut bahasa Al-mu‟allafatu qulubuhum berarti orang yang
hatinya dijinakkan atau dibujuk hatinya. Sedangkan orang-orang yang
termasuk muallaf, yang nota bene berhak menerima zakat adalah :
a. Orang yang baru masuk Islam dan Iman (niat) nya masih lemah.
b. Orang yang baru masuk Islam dan imannya sudah kuat, namun dia
mempunyai kemuliaan dikalangan kaumnya. Dengan memberikan
zakat kepadanya, diharapkan kaumnya yang masih kafir mau masuk
Islam.
c. Orang Islam yang melindungi kaum muslimin dari gangguan dan
keburukan orang-orang kafir.
8

d. Orang Islam yang membela kepentingan kaum muslimin dari kaum


muslim yang lain yang dari golongan anti zakat atau pemberontak dan
orang-orang non Islam.
Semua orang yang tergolong muallaf di atas berhak menerima zakat
dengan syarat Islam. Sedangakan membujuk non muslim dengan
menggunakan harta zakat itu tidak boleh.
5. Fi al-Riqab
Al-riqab adalah para budak yang mukatab, yang dijanjikan akan
merdeka bila membayar sejumlah harta kepada tuannya. Budak yang telah
mengikat perjanjian kitabah secara sah dengan tuannya, tetapi tidak
mampu membayarnya, dapat diberikan bagian dari zakat untuk membantu
mereka memerdekakan dirinya.
6. Al-Garimun
Al-Garimun adalah orang-orang yang berhutang. Orang-orang
berhutang ada tiga macam yaitu:
a. Orang yang berhutang untuk memenuhi kepentingan (maslahat)
dirinya sendiri. Bila hutangnya itu tidak untuk maksiat, dan ia tidak
mampu membayarnya, ia dapat diberi bagian zakat, untuk membayar
hutang tersebut.
b. Orang berhutang karena kepentingan mendamaikan perselisihan
(ishlahi zati al-bayni).
c. Orang yang berhutang karena ia menjamin hutang orang lain.
7. Fii Sabilillah
Menurut bahasa sabil artinya at-thariq atau jalan. Jadi sabilillah
artinya perjalanan spiritual atau keduniaan yang diupayakan untuk
mencapai ridha Allah, baik dalam hal berbau akidah maupun aplikasi
mekanisme nilai Islam (perbuatan).
8. Ibnu Sabil
Ibnu sabil adalah musafir yang mengembara dari negeri satu ke
negeri lainnya tanpa memiliki apa-apa yang dapat digunakan sebagai
penunjang perjalanannya. Maka ia diberi bagian dari zakat yang cukup
membawanya kembali ke negerinya.
9

Seorang musafir yang jauh dari kampung halamannya berhak


menerima zakat sekedar yang dapat membantu untuk mencapai tujuannya
jika bekalnya tidak mencukupi. Namun dengan syarat perjalanan yang
dilakukan adalah perjalanan dalam rangka taat kepada syara‟ dan bukan
untuk maksiat.

2.4 Rukun dan Syarat Wajib Zakat


2.4.1 Rukun dan Syarat Wajib Zakat Fitrah
Rukun zakat ialah mengeluarkan barang sesuai ketentuan apabila telah
jatuh nishab (syarat jumlah harta yang harus dikeluarkan zakatnya) dan
haulnya (batasan setahun kepemilikan kekayaan yang wajib dikeluarkan
zakatnya), ada serah terima antara pemberi zakat dan penerima zakat atau
kepada amil zakat, dan diserahkan kepada orang yang berhak menerima
zakat. Jadi secara sederhana, rukun zakat adalah sebagai berikut:
a. Niat.
Niat untuk menunaikan zakat fitrah harus dilandasi rasa ikhlas
semata-mata karena Allah SWT. Niat dilaksanakan ketika dilakukan
penyerahan zakat. Niat zakat fitrah adalah sebagai berikut :
َ ‫ن ََويْت أ َ ْن أ ْخ ِر َج زَ كاَة َ اْلفطر‬
ِ ِ ‫ع ْن نَ ْف ِس ْي فَ ْرض‬
‫ًاِل تَعَالَى‬
Artinya: “Saya niat mengeluarkan zakat fitrah dari diriku sendiri fardu
karena Allah Ta’ala”.
b. Terdapat pemberi zakat atau muzaki.
Muzaki adalah orang yang dikenai kewajiban membayar zakat atas
kepemilikan harta yang telah mencapai nishab dan haul. Kriteria muzaki
menurut hadist adalah beragama Islam, merdeka, harta dimiliki secara
sempurna, mencapai nishab, dan telah haul.
c. Terdapat penerima zakat atau mustahik.
d. Ada harta yang dizakatkan
Hukum zakat Ramadan terbagi menjadi dua, wajib dan tidak wajib.
Syarat zakat fitrah ini wajib dilaksanakan apabila seseorang memiliki harta
yang mencukupi dan bisa dibagikan pada orang lain yang lebih
membutuhkan. Syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut:
10

a. Beragama islam dan merdeka.


b. Menemui dua waktu yaitu diantara bulan Ramadhan dan Syawal walaupun
hanya sesaat.
c. Mempunyai harta yang lebih dari pada kebutuhannya sehari-hari untuk
dirinya dan orang-orang di bawah tanggungan pada hari raya dan
malamnya.
Adapun hukumnya yang tidak wajib zajat dengan syarat-syarat berikut:
a. Orang yang meninggal sebelum terbenam matahari pada akhir Ramadhan.
b. Anak yang lahir selepas terbenam matahari pada akhir Ramadhan.
c. Orang yang baru memeluk agama Islam sesudah matahari terbenam pada
akhir Ramadhan.
d. Tanggungan istri yang baru saja dinikahi selepas matahari terbenam pada
akhir Ramadhan.
2.4.2 Syarat Wajib Zakat Profesi
Harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan syara’. Wahbah al-Zuhaili membagi syarat ini menjadi
dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah ((al-Zuhaili, 1989 : 1796 ). Syarat wajib
zakat profesi sebagai berikut :
a. Merdeka
b. Islam
c. Baligh dan berakal
d. Harta yang dimiliki merupakan harta yang memang wajib dizakati.
e. Harta yang dimiliki telah mencapai nishab (ukuran jumlah).
f. Harta yang dimiliki adalah milik penuh (al-milk al-tam).
Harta tersebut berada di bawah kontrol dan didalam kekuasaan miliknya,
atau seperti menurut sebagian ulama’ bahwa harta itu berada ditanagn
pemiliknya, didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain dan ia
dapat menikmatinya.
g. Telah berjalan satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu, masa), haul
adalah perputaran harta satu nishab dalam 12 bulan Qomariyah.
h. Tidak adanya hutang bagi yang punya harta.
11

i. Harta yang dimiliki melebihi kebutuhan dasar atau pokok, barang-barang


yang dimiliki untuk kebutuhan pokok, seperti rumah pemukiman, alat-
alat kerajinan, alat-alat industri, sarana transportasi dan angkutan, seperti
mobil dan perabot rumah tangga, tidak dikenakan zakat. Demikian juga
uang simpanan yang dicadangkan untuk melunasi hutang, tidak
diwajibkan zakat, karena seseorang kreditor sangat memerlukan uang
yang ada ditanganya untuk melepaskan dirinya dari cengkraman hutang.
j. Harta yang dimiliki harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal,
maksudnya bahwa harta yang haram, baik substansi bendanya maupun
cara mendapatkanya jelas tidak dikenakan kewajiban zakat, karena Allah
tidak akan menerima kecuali yang baik dan halal.
k. Harta yang dimiliki dapat berkembang, Yusuf al-Qardhawi membagi
pengertian berkembang tersebut menjadi dua, yaitu pertama, bertambah
secara konkrit dan kedua, bertambah secara tidak konkrit (taqdiri).
Berkembang secara konkrit adalah bertambah akibat pembiakan dan
perdagangan dan sejenisnya, sedangkan berkembang tidak secara konkrit
adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik berada ditanganya
maupun ditangan orang lain atas namanya. (Qardhawi, 1969 :139).

2.5 Waktu Pengeluaran Zakat Fitrah


Waktu membayar zakat fitrah yaitu sebagai berikut: Menurut imam
syafa‟i boleh mengeluarkan zakat sejak permulaan bulan Ramadhan,
sedangkan menurut imam Malik dan Ahmad; boleh mengeluakan zakat fitrah
sejak sehari atau dua hari sebelum hari raya idul fitri. Ibn Umar radliallahu
‘anhu, bahwa beliau membayar zakat fitrah kepada panitia penerima zakat
fitrah. Mereka (para sahabat) menyerahkan zakat fitrah sehari atau dua hari
sebelum hari raya.(HR. Bukhari secara muallaq, keterangan hadis no. 1511).
Adapun beberapa waktu dan hukum membayar zakat fitrah pada waktu
itu adalah :
a. Waktu Mubah, yakni pada awal bulan ramadhan sampai hari penghabisan
ramadhan.
12

b. Waktu Wajib, yakni saat matahari terbenam dihari terakhir ramadhan


menuju Idul Fitri.
c. Waktu Sunnah, yakni waktu shalat shubuh hingga sebelum shalat Idul Fitri
dilakukan.
d. Waktu Makruh, yakni setelah selesai Shalat Idul Fitri tetapi sebelum
matahari terbenam pada hari raya Idul Fitri.
e. Waktu Haram, yakni setelah matahari terbenam pada hari raya Idul Fitri.

2.6 Ketentuan dan Perhitungan Zakat Fitrah


Barang yang wajib dizakatkan adalah kurma, gandum, atau jenis
makanan pokok suatu daerah dan boleh dibayar dengan uang. Dari Ibn Umar
radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mewajibkan zakat fitrah dengan satu sha’ kurma atau satu sha’
gandum…(HR. Bukhari)
Untuk muslim Indonesia umumnya dengan beras sebanyak 3,5 liter
atau 2,5 kg. Atau bisa diganti dengan uang yang senilai 3,5 liter atau 2,5 kg
makanan pokok (beras) yang harus dibayarkan. Besar zakat yang dikeluarkan
menurut para ulama adalah sesuai penafsiran terhadap hadits adalah sebesar
satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter
atau 2.5 kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa
dikonsumsi di daerah bersangkutan.
Cara menghitung zakat fitrah :
Zakat Fitrah Perorang = 3,5 liter x harga beras di pasaran per liter. Jika
dihitung dari segi berat, maka Zakat Fitrah Perorang = 2,5 kg x harga beras
di pasaran per kilogram.
Misalnya harga rata-rata beras atau makanan pokok setempat yang
biasa dikonsumi di pasar adalah Rp10.000,- per liter, maka zakat fitrah yang
harus dibayar setiap orang yang mampu adalah sebesar 3,5 x Rp. 10.000,- =
Rp. 35.000,-.
13

2.7 Ketentuan Zakat Profesi


Ketentuan zakat profesi, kewajiban zakat disyaratkan mencapai nishab,
artinya harta yang dimiliki sudah mencapai nishab. Nishab menurut syara’ ialah
ukuran yang ditetapkan oleh penentu hukum sebagai tanda untuk wajibnya zakat,
baik berupa emas, perak dan lain-lain (al-Jaziri, 1994:455). Menurut bahasa nishab
adalah jumlah harta benda minimum yang dikenakan zakat (Kurde, 2005:28).
Tidak ada ketepatan yang pasti tentang nishab, waktu, ukuran dan cara
mengeluarkan zakat profesi. Namun demikian terdapat beberapa kemungkinan
kesimpulan dalam menentukan nishab, ukuran dan waktu mengeluarkan zakat
profesi. Hal ini sangat bergantung pada qiyas/analog yang dilakukan. Banyak ulama
yang mengemukakan beberapa pandapat yang kemudian bisa kita pilih untuk
dijadikan pegangan, yaitu:
Pertama, pendapat Yusuf al-Qardhawi menganalogikan zakat profesi dengan
zakat uang, nishabnya senilai 85 gram emas, ukuran zakatnya 2,5% dan waktu
pengeluaranya ada dua kemungkinan; (a) memberlakukan nishab dalam setiap
jumlah pendapatan atau penghasilan yang diterima. Dengan demikian penghasilan
yang mencapai nishab seperti gaji yang tinggi dan honorarium yang besar para
pegawai dan karyawan, serta pembayaran-pembayaran yang besar pada golongan
profesi, wajib dikenakan zakat, sedangkan yang tidak mencapai nishab tidak
terkena (b) mengumpulkan gaji atau pengahasilan yang diterima berkali-kali dalam
waktu tertentu hingga mencapai nishab (Qardhawi, 1996:482-483).
Kedua, pendapat Syaikh Muhammad al-Ghazali yang telah membahas
masalah ini dalam bukunya “ Islam wa Awdha al-Iqtishadiya “. Beliau
menyebutkan bahwa dasar penetapan wajib zakat dalam Islam hanyalah modal,
bertambah, berkurang atau tetap, setelah lewat setahun, seperti zakat pertanian yang
zakatnya sepersepuluh (10%) atau seperduapuluh (5%), dari statemen al-Ghazali
diatas dapat kita ambil sebuah kesimpulan, bahwa siapa yang mempunyai
pendapatan tidak kurang dari pendapatan seorang petani yang wajib zakat, maka ia
wajib menegluarkan zakat yang sama dengan zakat petani tersebut dengan nishab
senilai 653 kg padi. Berdasarkan hal tersebut, seorang dokter, pengacara, insinyur,
pengusaha, PNS, karyawan dan sebangsanya, wajib mengeluarkan zakat dari
pendapatan yang besar. Dengan demikian saat menerima gaji adalah haul bagi
14

seorang professional dan karyawan, sedangkan nishabnya adalah 10% dari sisa
pendapatan bersih. (Qardhawi, 1996:482).
Ketiga, menurut Buku Pedoman Zakat dari Departmen Agama R.I
menyatakan sebagaimana di singgung diatas tiap harta benda atau kekayaan di
kenakan zakat apabila mencapai nishab dan hawlnya. Dengan demikian juga semua
bentuk pendapatan atau penghasilan dari perusahaan, jasa profesi atau gaji
karyawan perbulan yang melebihi nilai harga 13,5 kwintal gabah (nishab zakat
zuruk). Oleh karena itu apabila petani padi di kenakan zakat panenan 13,5 kwintal
gabah dengan zakatnya 5% atau 10% maka seorang karyawan yang berpenghasilan
Rp. 150.000,- perbulan sudah sama dengan nilainya dengan harga gabah yang di
hasilkan petani tersebut. Dengan demikian setiap karyawan yang menerima gaji
melebihi nilai harga nishab/zuruk, diwajibkan zakat. Pendapat lain ialah apabila
penjumlahan gaji tetap seorang karyawan setahun (haul) sama dengan nilai atau
harga emas (94 gram) maka di kenakan zakat. Zakat dapat dibayar setelah habis
haul atau perbulan pada saat menerima gaji tersebut.
Keempat Pendapat (Majelis Ulama Aceh) menyatakan bahwa bagi karyawan
yang memiliki sisa gaji setelah dikurangi biaya hidup setiap bulan mencapai titik
nishab atau penjumlahan sisa tersebut setahun mencapai nishab zuruk, maka
dikenakan zakat 2,5%. Demikian juga berlaku bagi honorarium atau jasa
profesional ataupun deviden saham yang diterima secara tetap tip bulan atau secara
berkala yang mencapai nishab dikenakan zakat 2,5% .
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat, zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya (DEPAG, 1999: i).
Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat fitrah.
Pertama, zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini
dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau perilaku
yang tidak ada manfaatnya. Kedua, zakat fitrah adalah zakat karena sebab
ciptaan. Artinya bahwa zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada
setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga
disebut dengan zakat badan atau pribadi. Semua orang dari semua lapisan
masyarakat, baik yang kaya atau yang miskin selama mereka mempunyai
kelebihan persediaan makanan pada malam hari raya iedul fitri mereka tetap
berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah.
Zakat profesi (penghasilan) adalah kewajiban zakat yang dikenakan
atas penghasilan tiap-tiap pekerjaan atau keahlian professional tertentu, baik
itu dikerjakan sendirian ataupun dilakukan bersama-sama dengan orang atau
lembaga lain yang dapat mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi
nishab (batas minimum harta untuk bisa berzakat) (Kurde,2005:1-2).
Ada 8 Asnaf yang berhak menerima zakat yaitu : fakir, miskin, amil,
muallaf, riqab, gharim, fii sabilillah dan ibnu sabil. Pada zakat fitrah ada yang
dinamakan rukun dan syawarat wajib zakat, rukun zakat terdiri dari : niat,
terdapat pemberi zakat atau muzaki, terdapat penerima zakat atau mustahik
dan ada harta yang harus dizakatkan. Sedangkan syarat wajib zakat terdiri
dari : beragama islam dan merdeka, menemui dua waktu yaitu diantara bulan
Ramadhan dan Syawal walaupun hanya sesaat, dan mempunyai harta yang
lebih dari pada kebutuhannya sehari-hari untuk dirinya dan orang-orang di
bawah tanggungannya.

15
16

Adapun hukumnya yang tidak wajib zakat dengan syarat-syarat berikut:


Orang yang meninggal sebelum terbenam matahari pada akhir Ramadhan,
anak yang lahir selepas terbenam matahari pada akhir Ramadhan, dan orang
yang baru memeluk agama Islam sesudah matahari terbenam pada akhir
Ramadhan. Membayar zakat fitrah terbagi menjadi 5 waktu dan hukumnya,
waktu itu adalah : Waktu Mubah, Waktu Wajib, Waktu Sunnah, Waktu
Makruh, dan Waktu Haram.
Barang yang wajib dizakatkan adalah kurma, gandum, atau jenis
makanan pokok suatu daerah dan boleh dibayar dengan uang, ntuk muslim
Indonesia umumnya dengan beras sebanyak 3,5 liter atau 2,5 kg. Atau bisa
diganti dengan uang yang senilai 3,5 liter atau 2,5 kg makanan pokok (beras)
yang harus dibayarkan. Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama
adalah sesuai penafsiran terhadap hadits adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4
mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.5 kg makanan
pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di daerah
bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi Yasin, Ahmad. 2011. Panduan Zakat Praktis. Dompet Dhuafa Republika.
Mahadi, Samala. 2020. Mengenal Jauh Zakat Fitrah, Syarat, dan Ketentuannya
Menurut Hadist. https://www.99.co/blog/indonesia/mengenal-zakat-fitrah/
diakses pada Senin, 15 Maret 2021.
Saprida. 2021. Sosialisasi Pengenalan Zakat Fitrah Terhadap Santriwati
Pondok Pesantren Madinatul Quran Desa Betung, Ogan Ilir. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 8 (2), 5-6.
Umdah Safitri, Idah. 2018. Problematika Zakat Fitrah. Jurnal Keislaman,
Kemasyarakatan dan Kebudayaan, 19 (1), 25-29.
Shobirin. 2015. Teknik Pengelolaan Zakat Profesi. Jurnal Zakat dan Wakaf, 2 (2),
325-328.

17

Anda mungkin juga menyukai