Misalnya data berikut adalah data omzet penjualan wajib pajak a/n CV. Piccolo tahun
2019(berlaku juga untuk wajib pajak dalam bentuk badan):
Ilustrasi:
Bulan Omzet
Januari 15.000.000
Februari 17.000.000
Maret 19.000.000
April 20.000.000
Mei 11.000.000
Juni 14.000.000
Juli 25.000.000
Agustus 22.000.000
Septemb
er 23.000.000
Oktober 21.000.000
Novembe
r 16.000.000
Desembe
r 28.000.000
231.000.00
Jumlah 0
Maka perhitungan PPh per bulan tidak menggunakan PPh tarif pasal 17 dan pasal 31 E
namun langsung dikalikan 0,5%, maka:
Bulan januari PPh nya= 0,5 % x 15.000.000
= Rp. 75.000 (silahkan bulan selanjutnya diteruskan)
Ketentuan PP No 23 tahun 2018, antara lain Usaha peredaran bruto selama 1 tahun tidak
lebih dari Rp. 4.800.000.000,-
a. Untuk WP pribadi jangka waktu : 7 tahun
b. WP bentuk usaha koperasi, CV dan firma jangka waktu : 4 tahun
c. WP bentuk usaha PT, jangka waktu : 3 tahun
Yang tidak termasuk dalam perhitungan dalam PP No 23 tahun 2018 antara lain:
Pekerjaan bebas ( tenaga ahli, praktek dokter
Penghasilan dari luar negeri
Penghasilan dari PPh finalnya (penghasilan sewa rumah, jasa kontruksi)
Apabila dikaitkan dengan materi pemilihan bentuk usaha, wajib pajak badan yang memiliki
usaha perorangan dan (wajib pajak pribadi) menguntungkan karena jangka waktu
penghitungan PPh lebih lama dari pada badan usaha dalam bentuk CV, Firma dan PT.
Penjualan : 4.600.000.000
HPP :(4.000.000.000)
Laba Bruto 600.000.000
Biaya usaha : (100.000.000)
Laba/Penghasilan Kena Pajak 500.000.000
PTKP : 63.000.000 (54jt+ 4,5 jt + 4,5 jt)
Penghasilan kena 437.000.000
Lalu bagaimana dalam memilih bentuk badan usaha dari segi pajak, tentu dikembalikan
dengan modal yang dimiliki sebagai dasar kesanggupan, apabila difokuskan pada PP No. 23
Tahun 2018 maka bentuk badan usaha koperasi, CV dan firma