Anda di halaman 1dari 3

PEMILIHAN BENTUK BADAN USAHA

Oleh: Awaluddin Zakky

Di tahun 2018 pemerintah mengeluarkan PP No. 23 Tahun 2018 sebagai pengganti PP


No.46 Tahun 2013. PP No. 23 Tahun 2018 (berlaku dari Juli 2018) mengatur tentang
perhitungan final PPh (pajak Penghasilan dimana “Apabila peredaran usaha
(penjualan/omzet) dari wajib pajak dalam setahun tidak lebih dari 4,8 Milyar (dalam satuan
rupiah) dikenakan PPh Final 0,5% dikalikan dengan penujalan setiap bulan.

Misalnya data berikut adalah data omzet penjualan wajib pajak a/n CV. Piccolo tahun
2019(berlaku juga untuk wajib pajak dalam bentuk badan):

Ilustrasi:
Bulan Omzet

Januari 15.000.000

Februari 17.000.000

Maret 19.000.000

April 20.000.000

Mei 11.000.000

Juni 14.000.000

Juli 25.000.000

Agustus 22.000.000
Septemb
er 23.000.000

Oktober 21.000.000
Novembe
r 16.000.000
Desembe
r 28.000.000

231.000.00
 Jumlah 0

Maka perhitungan PPh per bulan tidak menggunakan PPh tarif pasal 17 dan pasal 31 E
namun langsung dikalikan 0,5%, maka:
Bulan januari PPh nya= 0,5 % x 15.000.000
= Rp. 75.000 (silahkan bulan selanjutnya diteruskan)
Ketentuan PP No 23 tahun 2018, antara lain Usaha peredaran bruto selama 1 tahun tidak
lebih dari Rp. 4.800.000.000,-
a. Untuk WP pribadi jangka waktu : 7 tahun
b. WP bentuk usaha koperasi, CV dan firma jangka waktu : 4 tahun
c. WP bentuk usaha PT, jangka waktu : 3 tahun
Yang tidak termasuk dalam perhitungan dalam PP No 23 tahun 2018 antara lain:
 Pekerjaan bebas ( tenaga ahli, praktek dokter
 Penghasilan dari luar negeri
 Penghasilan dari PPh finalnya (penghasilan sewa rumah, jasa kontruksi)
Apabila dikaitkan dengan materi pemilihan bentuk usaha, wajib pajak badan yang memiliki
usaha perorangan dan (wajib pajak pribadi) menguntungkan karena jangka waktu
penghitungan PPh lebih lama dari pada badan usaha dalam bentuk CV, Firma dan PT.

Aturan PPh menurut pasal 17 dan pasal 31 E


No. Peredaran bruto (penjualan) Tarif pajak
1 Penjualan s/d Rp Labanya kena pajak 12,5%
4.800.000.000,-
2 Penjualan diatas 4,8 M s/d 5 0M Dua tarif 12,5% (untuk penjualan sampai
dengan 4,8M) dan 25% (penjualan
selebihnyadiatas 4,8 M)`
3 Penjualan diatas 50 M Labanya kena pajak 25%

Contoh soal membandingkan PP 23 tahun 2018 dengan PPh pasal 17 dan 31 E


PT. Gogeta tahun 2019 melakukan penjualan sebesar 4,2 M; untuk HPP 3,3M dan biaya
usaha 400 jt, berdasarkan asumsi angka tersebut Hitung PPh terutang tahun 2019!
Jawab:
Penjualan : 4.200.000.000
HPP :(3.300.000.000)
Laba Bruto 900.000.000
Biaya usaha : (400.000.000)
Laba/Penghasilan Kena Pajak 500.000.000
PPh terutang menurut aturan PPh pasal 17 dan psal 31 E berarti laba bersihnya dikalikan
dengan 12,5% =500.000.000 x 12,5 %
=62.500.000

PPh terutang menurut PP No. 23 Tahun 2018= 4.200.000.000


12
= 350.000.000
=350.000.000 x 0,5%
= 1.750.000

Contoh pembandingan untuk WP Pribadi:


Dende menikah memiliki 1 orang anak di tahun 2019 melakukan penjualan sebesar 4,6 M,
dengan HPP 4 M biaya usaha 100 jt, Hitung PPh terutang tahun 2019

Penjualan : 4.600.000.000
HPP :(4.000.000.000)
Laba Bruto 600.000.000
Biaya usaha : (100.000.000)
Laba/Penghasilan Kena Pajak 500.000.000
PTKP : 63.000.000 (54jt+ 4,5 jt + 4,5 jt)
Penghasilan kena 437.000.000

PPh terutang= 5% x 50.000.000 = 2.500.000


15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 187.000.000 = 46.750.000
78.750.000
PPH terutang menurut PP No.23 Tahun 2018=4.600.000.000 x 0,5%
= 23.000.000

Lalu bagaimana dalam memilih bentuk badan usaha dari segi pajak, tentu dikembalikan
dengan modal yang dimiliki sebagai dasar kesanggupan, apabila difokuskan pada PP No. 23
Tahun 2018 maka bentuk badan usaha koperasi, CV dan firma

Anda mungkin juga menyukai