Anda di halaman 1dari 6

TRANSISI DAN TANGGAL EFEKTIF

Adopsi awal diizinkan. Standar baru harus diadopsi menggunakan kebijakan praktis yang but
sebagai transisi retrospektif yang termodifikasi (modified retrospective transition). Dngan
pendekatan retrospektif yang termodifikasi, perusahaan dapat memilih untuk fidak menilai
kembali:
 Apakah kontrak yang kedaluwarsa atau sudah ada memuat sewa berdasarkan definisi
baru dari sewa itu sendiri.
 Klasifikasi sewa untuk sewa yang kedaluwarsa atau sudah ada; dan
 Apakah biaya langsung di awal yang dikapitalisasi sebelumnya akan memenuhi
kualifikasi untuk dikapitalisasi dengan standar yang baru.
Konsekuensinya, perusahaan yang memilih untuk menerapkan kebijakan praktis, umumnya akan
terus memperhitungkan sewa yang dimulai sebelum tanggal efektif sesuai dengan GAAP AS saat
ini. Transisi akan membutuhkan penerapan pedoman baru pada saat dimulainya periode
komparatif paling awal yang disajikan.

INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD


IAS NO. 17
IAS No. 17, “ Akuntansi Untuk Sewa (Accounting For Leases)” berkaitan dengan masalah
akuntansi sewa. IAS No. 17 menunjukkan bahwa sewa perlu diklasifikasıkan sebagai sewa
pembiayaan jika sewa yang dimaksud mengalihkan semua risiko dan manfaat yang timbul dari
kepemilikan secara substansial. Semua sewa lainnya diklasifikasikan sebagai sewa operasi, dan
klasifikasi ini dibuat pada awal sewa dilakukan. Apakah sewa adalah sewa pembiayaan atau
sewa operasi tergantung pada substansi transaksi dan bukan pada bentuknya. Situasi yang
biasanya mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan meliputi:
1. Sewa mengalihkan kepemilikan aset ke penyewa pada akhir masa sewa.
2. Penyewa memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang diharapkan cukup lebih
rendah dari nilai wajar pada tanggal opsi dapat dilakukan, saat dimulainya sewa, yang
dapat dipastikan bahwa opsi tersebut akan dilaksanakan.
3. Jangka waktu sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset, bahkan jika hak
kepemilikan tidak dialihkan.
4. Pada awal sewa, nilai sekarang dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial setidaknya merupakan seluruh nilai wajar aset sewaan.
5. Aset sewa bersifat khusus, seliingga hanya penyewa yang dapat menggunakannya Tanpa
modifikasi secara besar-besaran.
IAS NO. 40
IAS No. 40 mendefinisikan properti investasi sebagai properți (tanah, atau bangunan atau bagian
dari bangunan, atau keduanya) yang dimiliki (oleh pemilik atau penyewa deng sewa
pembiayaan) untuk memperoleh sewa atau untuk apresiasi modal atau keduanya.
Dalam akuntansi untuk properti-properti ini berdasarkan IAS No. 40, perusahaan harus memilih
salah satu dari dua model berikut: 1.
1. Model nilai wajar, yang mana properti investasi diukur pada nilai wajar, dan perubahan
nilai wajar diakui di dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. 2.
2. Model biaya sebagaimaria yang dijelaskan di dalam IAS No. 16, “Properti, Pabrik, dan
Peralatan (Property, Plant, and Equipment),” yang mana 2roperty investasi dinkur pada
biaya yang disusutkan (dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai). Perusahaan yang
memilih model biaya harus mengungkapkan nilai wajar dari 2roperty investasinya
IAS No. 40 menunjukkan bahwa model yang dipilih harus digunakan untuk memperhitungkan
semua properti investasinya, dan perubahan dari satu model ke model lainnya harus dilakukan
hanya jika perubahan akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat. Standar menyatakan bahwa
hal ini sangat tidak mungkin menjadi kasus terkait perubahan dari model nilai wajar ke model
biaya.
IFRS NO. 16
"Pada tanggal 13 Januari 2016, IASB mengeluarkan IFRS No. 16, "Sewa (Leases),"Pernyataan
ini mendefinisikan bagaimana mengakul, mengukur, dan mengungkapkan sewa. Tujuan IFRS
No. 16 adalah memastikan bahwa penyewa dan pemberi sewa memberikan informasi yang
relevan yang dengan tepat merepresentasikan perjanjian sewa. Standar ini madel akuntansi
tunggal bagi penyewa yang mensyaratkan penyewa untuk memberi mengakui aset dan liabilitas
untuk semua sewa kecuali jika jangka waktu sewa adalah 12 bulan atau kurang atau aset
pendasarnya memiliki nilai yang rendah (misalnya, komputer pribadi) Pemberi sewa selanjutnya
mengklasifikasikan sewa sebagai sewa operasi itau sewa pembiayaan, sementara pendekatan
TFRS No. 16 untuk akuntansi pemberi sewa tetap tidak mengalami perubahan.
Mengidentifikasi Sewa
Mengidentifikasi Sewa Berdasarkan ketentuan dari IFRS No. 16, kontrak merupakan atau
memuat sewa jika sewa tersebut memberikan hak untuk mengendalikan penggunaan aset yang
teridentifikasi selama periode waktu tertentu sebagai pertimbangannya. Pengendalian diberikan
ketika pelanggan memiliki hak untuk mengarahkan penggunaan aset yang teridentifikasi dan
kemampuan untuk memperoleh semua manfaat ekonomi dari penggunaannya tersebut secara
substansial. Namun, jika pemasok memiliki hak substantif untuk melakukan subtitusi selama
periode penggunaan, maka pelanggan tidak memiliki hak guna atas aset yang teridentifikasi dan
karenanya, tidak ada perjanjian sewa.

Memisahkan Komponen-Komponen dalam Kontrak


Sebagai kebijakan praktis, IFRS No. 16 memungkinkan penyewa memilih, berdasarkan
kelompok aset pendasarnya, untuk tidak memisahkan komponen-komponen bukan sewa dari
komponen-komponen sewa dan sebagai gantinya memperhitungkan semua komponen tersebut
sebagai sewa. Pemberi sewa diharuskan untuk mengalokasikan pertimbangan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang ada di IFRS No. 15, "Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan
(Revenue from Contracts with Customers)."
Akuntansi oleh Penyewa
IFRS No. 16 mengharuskan penyewa untuk memperhitungkan semua sewa sebagai sewa
pembiayaan. Oleh karena itu, pada saat dimulainya sewa, penyewa mengakui aset hak guna dan
liabilitas sewa. Aset hak guna pada awalnya diukur sebesar jumlah liabilitas ditambah biaya
langsung di awal yang dikeluarkan oleh penyewa. Penyesuaian juga mungkin diperlukan untuk
komponen-komponen kontraktual lainnya, seperti insentif sewa, pembayaran pada atau sebelum
dimulainya sewa, dan kewajiban restorasi.
Selanjutnya, penyewa akan mengukur aset hak guna menggunakan model biaya, kecuali jika: i.
i. Aset hak guna adalah properti investasi dan penyewa menilai properti investasinya secara
wajar berdasarkan IAS No. 40, "Properti Investasi (Investment Property);" atau ii.
ii. Aset hak guna yang terkait dengan kelompok properti, pabrik, dan peralatan, yang mana
penyewa menerapkan IAS No. 16, model revaluasi "Properti, Pabrik, dan Peralatan
(Property, Plant, and Equipment)," yang mana dalam kasus ini, semua aset hak guna yang
terkait dengan kelompok properti, pabrik, dan peralatan dapat dinilai kembali.
Liabilitas sewa selanjutnya diukur kembali untuk merefleksikan perubahan dalam
 Jangka waktu sewa (menggunakan tingkat diskonto yang direvisi);
 Penilaian opsi pembelian (menggunakan tingkat diskonto yang direvisi);
 Jumlah yang diharapkan akan dibayarkan berdasarkan jaminan nilai sisa (menggunakan
tingkat diskonto yang tidak berubah); atau
 Pembayaran sewa di masa depan yang dihasilkan dari perubahan indeks atau kurs yang
digunakan untuk menentukan pembayaran tersebut (menggunakan tingkat diskonto yang
tidak berubah).
Pengukuran ulang ini diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap asset hak guna. Modifikasi
sewa juga dapat meminta pengukuran kembali atas liabilitas sewa, kecuali jika diperlakukan
sebagai sewa yang terpisah.
Akuntansi oleh Pemberi Sewa
Pemberi sewa akan mengklasifikasikan setiap sewa sebagai sewa operasi atau sewa pėmbiayaan.
Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa mengalihkan seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset pendasarnya secara substansial. Jika sebaliknya,
maka sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi.
Contoh-contoh situasi, yang mana masing-masing situasi maupun gabungan di antaranya
umumnya akan menyebabkan sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, yakni:
 Sewa yang mengalihkan kepemilikan aset kepada penyewa pada akhir masa sewa.
 Penyewa memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang diharapkan cukup lebih
rendah dari nilai wajarnya pada tanggal opsi dapat dilaksanakan, saat dimulainya sewa,
yang mana dapat dipastikan bahwa opsi tersebut akan dilaksanakan.
 Jangka waktu sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset, meskipun jika hak
kepemilikan tidak dapat dialihkan.
 Pada awal sewa, nilai sekarang dari jumlah pembayaran sewa minimum secara.
substansial setidaknya merupakan semua nilai wajar aset sewaan.
 Aset sewaan bersifat khusus, sehingga hanya penyewa yang dapat menggunakannya
tanpa memerlukan adanya modifikasi secara besar-besaran.
Pada awal sewa, pemberi sewa akan mengakui aset yang dimiliki dengan sewa pembiayaan
sebagai piutang pada jumlah yang sama dengan investasi neto di dalam sewa. Pemberi sewa akan
mengakui pendapatan dari sewa pembiayaan selama masa sewa dari sewa pembiayaan,
berdasarkan pola yang merefleksikan tingkat imbal hasil atas investasi neto yang konstan secara
berkala.
Pada awal sewa, produsen atau dealer pemberi sewa akan mengakui laba atau rugi penjualan
sesuai dengan kebijakannya terkait penjualan langsung yang berlaku, IFRS No. 15. Pemberi
sewa akan mengakui penerimaan sewa operasi sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus atau
dasar sistematis lainnya, jika ada pola yang lebih representatif, yang mana manfaat dari
penggunaan aset pendasarnya menjadi berkurang.
Transaksi Penjualan dan Penyewaan Kembali
Dalam transaksi penjualan dan penyewaan kembali, perusahaan diminta untuk
mengimplementasikan persyaratan yang dimuat di dalam Kontrak dengan Pelanggan (Revenue
from Contracts with Customers)" untuk menentukan kapan kewajiban kinerja dipenuhi agar
dapat menilai apakah pengalihan suatu aset bisa dicatat sebagai penjualan, Jika pengalihan aset
memenuhi persyaratan IFRS No. 15 untuk diperhitungkan sebagai penjualan, maka penjual
mengukur aset hak guna pada proporsi dari jumlah biaya historis sebelumnya yang terkait
dengan aset hak guna tersebut.
IFRS No. 16 efektif untuk periode pelaporan tahunan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2019. Penerapan lebih awal diizinkan, tetapi hanya jika bersamaan dengan adopsi IFRS
No. 15, "Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan (Revenue from Contracts with
Customers)."
Perbedaan antara IFRS No. 16 dan ASU 2015-01
Berikut adalah persyaratan penting lainnya dari IFRS No.16 yang tidak konsisten dengan
persyaratan dalam ASU 2016-02:
1. Model akuntansi penyewa
 IFRS No. 16 mengecualikan pengakuan dan pengukuran penyewa atas sewa asset
dengan nilai kurang dari $5.000, sementara ASU 2016-02 tidak.
 IFRS No. 16 tidak membedakan diantara sewa yang termasuk jenis penjualan
dengan pembiayaan langsung. Oleh karena itu, IFRS No. 16 memungkinka
pengakuan laba penjualan atas sewa dengan pembiayaan langsung pada sa
dimulainya sewa.
 IFRS No. 16 menerapkan model untuk modifikasi sewa yang termasuk jenin
penjualan dan sewa dengan pembiayaan langsung yang didasarkan pady pedoman
instrumen keuangan IFRS.
2. Pengukuran aset hak guna
 IFRS No. 16 memungkinkan dasar pengukuran alternatif untuk aset hak güna
(misalnya, model nilai wajar dengan IAS No. 40, "Properti Investasi-Investment
Property," atau pada jumlah yang dinilai kembali sesuai dengan IAS No 16
"Properti, Pabrik, dan Peralatan-Property, Plant, and Equipment.")
3. Pembayaran sewa variabel
 IFRS No. 16 mensyaratkan penilaian ulang atas pembayaran sewa variabel yang
bergantung pada indeks atau kurs ketika ada perubahan dalam arus kas yang
dihasilkan dari perubahan indeks atau kurs referensi (yaitu, ketika penyesuaian
terhadap pembayaran sewa berpengaruh).
4. Transaksi penjualan dan penyewaan kembali
 IFRS No. 16 tidak menyertakan pedoman penerapan terkait apakah pengalihan
aset dalam transaksi penjualan dan penyewaan kembali adalah penjualan, selain
untuk menyatakan bahwa jika penjual penyewa memiliki opsi pembelian kembali
yang bersifat substantif mengenaiaset pendasar, maka tidak akan ada penjualan
yang terjadi.
 IFRS No. 16 membatasi keuntungan yang diakui oleh penjual-penyewa dalam
transaksi penjualan dan penyewaan kembali dengan jumlah keuntungan yang
terkait dengan kepentingan residual pembeli-pemberi sewa atas aset pendasarnya
pada akhir penyewaan kembali.
5. Laporan arus kas
 IFRS No. 16 menghitung pembayaran bunga sesuai dengan IAS No. 7
 IAS No. 7 memungkinkan bunga diklasifikasikan di dalam aktivitas operasi,
investasi, atau pendanaan. 6.
6. Pengungkapan
 IFRS No. 16 memiliki persyaratan pengungkapan kualitatif dan kuantitatif yang
serupa tetapi tidak sama persis dengan ASU 2016-02.
7. Transisi
 IFRS No. 16 memiliki ketentuan transisi yang berbeda dari ASU 2016-02 sebagat
hasil dari perbedaan di dalam ketentuan akuntansi penyewa dan pemberi sewa. 8.
8. Perbedaan yang ada di area GAAP dan IFRS lainnya yang memengaruhi akuntanst untuk
sewa
 Area perbedaan yang utama adalah persyaratan yang ada untuk penuruinan
(instrumen keuangan dan aset jangka panjang selain goodwill) dan akuntansi
untuk properti investasi.

Anda mungkin juga menyukai