Makalah Perambahan Hutan
Makalah Perambahan Hutan
NIM : E28119504
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
a. Perambah hutan (termasuk peladang berpindah) yang tidak mengetahui atau menyadari
bahwa pekerjaan mereka itu mernsak hutan dan melanggar hutan.
b. Penduduk yang mengetahui bahwa merambah hutan dan mengambil hasil hutan di areal
hutan lindung, hutan negara dan hutan wisata itu dilarang, tetapi mereka terns
melakukannya sebab mereka tidak mempunyai lahan pertanian.
c. Perambah hutan yang dengan sadar mengetahui tentang aturan/hukum yang berlaku,
sebab mereka hanya mencari keuntungan pribadi semata. Pelaku dari kelompok ini akan
ditangkap dan dihadapkan ke meja hijau. Pelaku perambahan hutan dari kelompok
pertama dan kedua dibina dan direlokasi/ditransmigrasikan ke lokasi asal atau ke tempat
barn.
Pelaku perambah dapat diartikan sebagai individu maupun entitas baik berupa orang
perorang kelompok atau yang lebih formal dalam pengertian sebagai badan hukum. Aktifitas
utama perambah adalah menduduki suatu kawasan hutan untuk dijadikan sebagai areal
perkebunan ataupun pertanian baik yang bersifat sementara maupun dalam waktu yang
cukup lama. Dari pelaku perambahan yang sifatnya individu dan entitas kelompok
masyarakat tradisional biasanya perambahan terjadi tidak lebih sebagai akibat terbatasnya
akses budidaya yang memang meniscayakan lahan. Berbeda dengan pengertian pelaku
perambahan adalah entitas modern atau badan hukum. Dalam konteks ini, praktek aktifitas
menduduki dan mengkonversi lahan pada kawasan hutan dilakukan untuk mengembangkan
agroindustri sebagai komoditas keuntungan ekonomi (Deni, 2011)..
Pada prinsipnya, perambahan dengan pembalakan liar (illegal logging) adalah sama.
Perbedaannya tidak lebih pada kontekstualisasi penekanan praktek dan
tujuan dari kedua bentuk aktifitas tersebut. Pembalakan liar berlaku pada aktifitas ilegal
memungut hasil sumberdaya hutan terutama kayu untuk memperoleh kayu sebagai
komoditas. Dengan demikian dalam pengertian pembalakan liar, praktek aktivitas adalah
sekaligus (inheren) tujuan yang hendak diperoleh. Sedangkan perambahan praktek aktivitas
tidak selalu menjadi satu dengan tujuan utama. Tujuan pokok para perambah hutan adalah
menguasai lahan dalam kawasan hutan untuk menanam tanaman pertanian bemilai
ekonomis (kopi, cokelat, padi, kelapa dan lada). Kerusakan luas garapan peladang berpindah
akan bertambah luas dari tahun ke tahun, dengan pola kerja berkelompok sambil memper-
gunakan teknologi lebih maju seperti chain saw. Di sinilah, secara ekonomis tingkat
ekonomi perambah hutan lebih baik dari peladang berpindah (Haryati, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari makalah perambahan hutan ini adalah sebagai
berikut.
1. Perambahan hutan adalah kegiatan pemanfaatan hutan secara ilegal oleh masyarakat
untuk digunakan sebagai lahan usahatani atau pemukiman. Perambah hutan adalah
setiap orang yang melakukan kegiatan bernsaha tani/atau mengambil hasil hutan dalam
kawasan hutan secara tidak sah mengakibatkan kernsakan hutan, baik mereka yang
tinggal di dalam maupun di luar kawasan hutan.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya aktivitas perambahan hutan adalah faktor
ekonomi, faktor pendidikan, faktor akses kedalam hutan, faktor lemahnya penjagaan
dan keringanan hukum serta faktor banyaknya permintaan kayu.
3. Dampak yang diakibatkan dari aktivitas perambahan hutan meliputi dampak ekonomi,
ekologi dan dampak sosial masyarakat.
4. Upaya penanggulangan dan pencegahan perambahan hutan adalah dengan
meningkatkan penegakan hukum yang lebih optimal.
3.2 Saran
Dalam rangka mengurangi perabahan hutan dapat diterapkan sistem perhutanan sosial
yang terdiri dari 5 skema dengan baik dan berkelanjutan. Dapat juga dilakukan sosialisasi
dan monitoring oleh pemerintah, hal tersebut dapat meingkatkan pemahaman masyarakat
mengenai manfaat hutan sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam menjaga ekosistem
hutan tetapi tetap dapat memanfaatkan hasil hutan tersebut secara bijaksana. Penerapan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan namun
tetap selaras dengan kelestarian hutan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Kharis, A. dan Karlina, D. 2018. Implementasi Undang-Undang No.18 tahun 2013
tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan (studi kasus tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan perambahan hutan Di Desa Lunyuk
Ode Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Jurnal Ilmu Administrasi Publik. 6 (2):
153 – 165.
Bakar, A. A., Mizaj dan Maulana, R. 2018. Penerapan sanksi tindak pidana illegal logging
di kawasan hutan lindung ditinjau dari dari UU No. 18 tahun 2013 tentang pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan ( Studi kasus Kecamatan Bener Kelipah
Kabupaten Bener Meriah ). Jurnal Petita. 1(1): 95 – 111.
Deni. 2011. Analisis perambahan hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Studi
kasus Desa Tiromkecamatan Pematang Sawa Kabupaten Tanggamus). Jurnal Ilmu
Kehutanan. 5 (1): 9 – 20..
Dhaka, Y. R., Amin S. L. dan Suprayitno, D. 2017. Analisis dan dampaknya secara
ekonomi, ekologi dan faktor yang mempengaruhi perambahan hutan di kawasan Cagar
Alam Watu Ata Kecamatan Bajawa. Jurnal Ilmu Kehutanan. 1(4): 51-58.
Haryati, S. 2002. Kaitan karakteristik rumah tangga dan peluang perambahan hutan di
sekitar Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. Tesis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Irawan, D., Tamin, R. P. dan Fazriyas. 2018. Faktor yang berhubungan dengan perambahan
kawasan hutan lindung gambut (Studi kasus Desa Bram Itam Kanan Kecamatan Bram
Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat). Jurnal Silva Tropika. 2(2): 6 – 10.