Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH BUKTI AUDIT DAN DUE

PROFESSIONAL CARE TERHADAP OPINI AUDIT


(Survey pada Kantor Akuntan Publik ARMS di Bandung)

THE EFFECT OF AUDIT EVIDENCE AND DUE


PROFESSIONAL CARE ON AUDIT OPINION

(Survey on ARMS Public Accountant Office in Bandung)

Laporan Usulan Penelitian

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Akuntansi

Oleh:
Idea Mujhida
2.11.16.048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan usulan penelitian yang berjudul

“PENGARUH BUKTI AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE

TERHADAP OPINI AUDIT”.

Skripsi ini disusun oleh penulis dengan maksud memenuhi salah

satu syarat utuk mengikuti ujian sidang Sarjana (S1) Program Studi

Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman

dan waktu dari penulis, maka penulis menyadari bahwa usulan

penelitian ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi penulis khususnya, dan

untuk peneliti selanjutnya yang membutuhkan pada umumnya.

Selain itu penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini tidak

akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan

bantuan dari berbagai pihak terutama kepada Dr. Ely Suhayati, S.E.,

M.Si., Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan dan

meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina dan


mengarahkan penulis sehingga penyusunan usulan penelitian ini dapat

terselesaikan. Selain itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof.Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.T selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj Dwi Kartini, SE., Spec., Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

4. Dr. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Tim Skripsi

Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Dr. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Wali yang

senantiasa memberi arahan positif dan dukungan kepada penulis.

6. Staf Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Komputer Indonesia.

7. Staf Sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Komputer Indonesia.

8. Kepada kedua Orang Tua Mamah dan Papah tercinta, yang senantiasa

tulus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak

henti-hentinya mengalir untukku.

9. Saudara Dinna Shaffitri dan sahabat-sahabat terbaikku Priska, Dila,

Endang, Ester dan lievia yang telah banyak membantu dan saling

mendukung dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.


10. Untuk teman-teman satu bimbingan saya (Dina, Vivih, Bryan, dll) yang

telah membantu dalam penelitian ini.

11. Untuk Teman-teman, kerabat dan saudara yang telah memberikan doa dan

dukungan semangatnya kepada penulis.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis, secara langsung ataupun tidak langsung dalam

menyelesaikan usulan penelitian ini.

Harapan penulis semoga apa yang disajikan dalam usulan penelitian ini

dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya, dan bagi pihak

yang membaca pada umumnya. Akhir kata penulis panjatkan doa kepada Allah

SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah diberikan

kepada penulis akan mendapat balasan dari Allah SWT.

Amin ya rabbal’alamin.

Waalaikumsalam Wr.Wb

Bandung, April 2020

Penulis

Idea Mujhida
21116047
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………….vi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………………………………………….v

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………………………………….vi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………….vii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang Penelitian.........................................................................5
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................10
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................10
1.4.1 Maksud dan Tujuan Penelitian............................................................10
1.4.1 Maksud Penelitian.................................................................................10
1.4.2 Tujuan Penelitian.................................................................................11
1.5 Batasan Masalah......................................................................................11
1.6 Kegunaan Akademis................................................................................11
1.6.1.1 Bagi Peneliti Selanjutnya.................................................................11
1.6.1.2 Bagi Pengembangan Ilmu................................................................12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
................................................................................................................................13
2.1 Kajian Pustaka..............................................................................................13
2.1.1 Bukti Audit............................................................................................13
2.1.2 Due Professional Care..........................................................................15
2.1.3 Opini Audit............................................................................................17
2.2 Kerangka pemikiran.....................................................................................21
2.2.1 Pengaruh Bukti Audit terhadap Opini Audit.........................................21
2.2.2 Pengaruh Due Professional Care Tehadap Opini Audit........................22
2.2.3 Kerangka Pemikiran..............................................................................23
2.3 Hipotesis...................................................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................26
3.1 Metode Penelitian.........................................................................26
3.2 Operasionalisasi Variabel......................................................................................28
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data...................................................31
3.3.1 Sumber Data.............................................................................................31
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................32
3.4 Populasi Dan Penarikan Sampel.......................................................................33
3.4.1 Populasi....................................................................................................33
3.4.2 Sampel dan Penarikan Sampel..................................................................33
3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................34
3.5 Metode Pengujian Data....................................................................................35
3.5.1 Uji Validitas.............................................................................................35
3.5.2 Uji Reliabilitas..........................................................................................36
3.6 Metode Analisis Data.......................................................................................36
3.6.1 Analisis Deskriptif....................................................................................37
3.6.2 Analisis Verifikatif........................................................................................38
3.6.2.4 Pengujian Hipotesis..................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang

didirikan berdasarkan ketentuan peraturan undangan yang mendapat

izin usaha berdasarkan undang-undang (Tuanakotta, 2015:10). Profesi

Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah

jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik

sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan

(UU Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik) ,Undang-Undang

tentang Akuntan Publik yang mengatur berbagai hal mendasar dalam

profesi Akuntan Publik, dengan tujuan untuk:

1. Melindungi kepentingan publik;

2. Mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan;

3. Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;

4. Meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik; dan

5. Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar

dan kode etik profesi.

Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,

oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah

disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-

bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut (Sukrisno Agoes,


2012:4).Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen

pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan

ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia (IAI, 2001: SA Seksi 110 ,paragraf 01).

Menurut Tobing (2004) opini audit adalah Suatu laporan yang

diberikan oleh auditor terdaftar yang menyatakan bahwa pemeriksaan

telah dilakukan sesuai dengan norma atau aturan pemeriksanaan akuntan

disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang

diperiksa. Auditor dalam memberikan pendapatnya mengenai laporan

keuangan perusahaan berdasarkan pada standar auditing yang memuat

empat standar pelaporan, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI,

2001) mengatakan bahwa Laporan auditor harus memuat suatu

pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan

atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, Jika

pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya

harus dinyatakan, Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan

keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat

tanggung jawab yang dipikul oleh auditor .

Akuntan Publik dalam merumuskan suatu opini atas laporan

keuangan berdasarkan evaluasi atas kesimpulan yang ditarik bukti audit

yang diperoleh ( SA 700.6). Bukti audit merupakan informasi yang


digunakan oleh auditor untuk kesimpulan yang menjadi dasar opini

audit, mencakup informasi yang terkandung dalam catatan akuntansi

yang mendasari laporan keuangan dan sumber lainnya (Denies

Priantinah: 2014:134).

Namun faktanya KAP Purwantono, Suherman & Surja telah

merilis hasil audit sebuah perusahaan telekomunikasi Indonesia pada

2011, yang menampilkan opini berdasarkan bukti-bukti yang tidak

memadai, sebuah perusahaan mitra EY yang mengkaji kembali hasil

audit tersebut menemukan kejanggalan bahwa hasil audit perusahan

telekomunikasi itu tidak menyajikan dukungan yang memadai,

mengenai pencatatan sewa 4.000 ruang di menara telpon selular, temuan

itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian

atas hasil audit kantor akuntan di Indonesia, mereka menemukan

bahwa hasil audit atas perusahaan telekomunikasi itu tidak didukung

dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih dari 4 ribu

unit tower selular, namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan

hasil audit dengan status wajar tanpa pengecualian, berlandaskan

temuan-temuan tersebut, Public Company Accounting Oversight Board

(PCAOB) atau yang disebut Dewan Pengawas Perusahaan Akuntan

Publik menindaklanjuti dengan mengenakan denda US$1 juta kepada

KAP Purwantono, Suherman & Surja, dan memberi sanksi kepada dua

mitranya (Claudius B. Modesti,2017).


Hasil penelitian bahwa ketersediaan bukti audit berpengaruh

simultan terhadap ketepatan opini audit (Airlangga,2018).

Ketersediaan bukti audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini audit, maka dari itu bukti audit yang cukup untuk meyakinkan

auditor bahwa laporan keuangan sudah disajikan secara wajar

(Airlangga,2018). Pemberian opini harus didukung oleh bukti audit

yang meyakinkan,di mana dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama (SPAP 2011; SA, Seksi 230).

Wiratama dan Ketut (2015) menjelaskan due professional care

sebagai sikap yang cermat dan seksama dengan berpikir kritis serta

melakukan evaluasi terhadap bukti audit, berhati-hati dalam tugas, tidak

ceroboh dalam melakukan pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam

melaksanakan tanggung jawab, kecermatan mengharuskan auditor untuk

waspada terhadap resiko yang signifikan, dengan sikap cermat auditor

akan mampu mengungkap berbagai macam kecurangan dalam penyajian

laporan keuangan lebih mudah dan cepat. Standar Profesional Akuntan

Publik per 1 Januari 2011 dalam standar umum mengemukakan dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan wajib menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran

profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk

memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari

salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun


kecurangan (Angga, 2014). Auditor bertanggung jawab untuk

merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan

memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material

(Rahayu,2010).

Namun fakta yang terjadi, Sherly Jokom selaku Akuntan Publik

dari (KAP) Purwantono, Sungkoro dan Surja melakukan audit atas

laporan keuangan tahunan Hanson International per 2016 terbukti

melakukan pelanggaran tentang Sikap Kecermatan dan Kehati-Hatian

professional, Sherly Jokom dinilai tidak cermat dalam mengaudit

Laporan keuangan Hanson Internasional yang mengandung salah saji

material (Djustini Septiana,2019).

Auditor yang kurang menggunakan sikap skeptis dan due

professional care cenderung kurang/gagal dalam mengungkapkan fraud

dalam penyajian laporan keuangan perusahaan, penggunaan due

professional care dengan seksama dan cermat akan memberikan

keyakinan yang memadai pada auditor untuk memberikan opini bahwa

laporan keuangan terbebas dari salah saji material, baik yang disebabkan

oleh kecurangan atau pun kekeliruan (Louwers, et al, 2013,59). Hasil

penelitian (Yudha,2016) due professional care berhubungan positif

secara parsial terhadap opini auditor yaitu, semakin baik due

professional care yang dilakukan dalam proses audit maka akan

semakin berkualitas opini yang dihasilkan auditor.


Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis

tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan mengambil judul

“PENGARUH BUKTI AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL

CARE TERHADAP OPINI AUDIT STUDI KASUS PADA

KANTOR AKUNTAN PUBLIK ARMS DI BANDUNG”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat Auditor yang melakukan pemberian opini wajar tanpa

pengecualian atas laporan keuangan pada laporan keuangan Perusahaan

Telekomunikasi 2011 tanpa adanya bukti yang memadai.

2. Terdapat Auditor yang melakukan audit atas laporan keuangan tahunan

Hanson International per 2016 terbukti melakukan pelanggaran tentang

Sikap Kecermatan dan Kehati-Hatian professional Auditor dinilai tidak

cermat dalam mengaudit Laporan keuangan Hanson Internasional yang

mengandung salah saji material.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka peneliti dapat

merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh bukti audit terhadap opini audit di Kantor

Akuntan Publik ARMS.

2. Seberapa besar pengaruh due professional care terhadap opini audit


di Kantor Akuntan Publik ARMS.

1.4.1 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.4.1 Maksud Penelitian
Sesuai dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan

sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk

mendiskripsikan dan memperoleh pemahaman mengenai pengaruh bukti

audit dan due professional care terhadap opini audit.

1.4.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini berkaitan erat dengan rumusan masalah yang

dituliskan. Tujuan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bukti audit terhadap opini

audit di Kantor Akuntan Publik ARMS.

2. Untuk mengetahui seberapa besar due professional care terhadap

opini audit di Kantor Akuntan Publik ARMS.

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan

terlalu kompeks, maka penulis dalam penelitian ini membatasinya.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu, terkait permasalahan

Virus Korona atau Covid-19.

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di satu Kantor Akuntan Publik ARMS di

Bandung.

2. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring yaitu menggunakan

google form.
1.6 Kegunaan Akademis
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat

memiliki kegunaan yang bermanfaat. Kegunaan akademis penelitian ini

sebagai berikut:

1.6.1.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

memperdalam pengetahuan agar berguna bagi yang

memerlukannya, serta diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan referensi atau pembanding yang dapat membantu dalam

pengembangan penelitian terkait opini audit yang dipengaruhi

oleh bukti audit dan due professional care.

1.6.1.2 Bagi Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya pada bidang audit

dan diharapkan dapat menambah wawasan ilmu dan juga

diharapkan dapat menjadi acuan referensi untuk penelitian

selanjutnya dan diharapkan dapat menjadi informasi yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya pada bidang audit.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Bukti Audit

2.1.1.1 Pengertian Bukti Audit

Arens, Elder dan Beasley yang dialihbahasakan Amir Abadi

Jusuf (2012:150) menyatakan bahwa:

“Bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk


menentukan apakah informasi yang sedang di audit telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan, informasi dapat berbeda-beda,
dalam hal bahan bukti ini mampu meyakinkan auditor apakah laporan
keuangan dinyatakan sesuai dengan standar akuntansi, prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP)”.
Sedangkan bukti audit menurut Mulyadi (2014:74) sebagai

berikut:

“Segala informasi yang mendukung angka – angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya, bukti audit yang
mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi
auditor”.
Sedangkan, menurut I Gusti Agung Rai (2011:126) bukti audit adalah:

“Informasi yang dikumpulkan dan digunakan untuk mendukung temuan audit,

auditor harus merencanakan secara cermat jenis bukti yang akan digunakan dan

sumber dari mana bukti-bukti tersebut akan diperoleh”.


Dari ketiga pengertian mengenai bukti audit, penulis

menyimpulkan bahwa bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh

auditor untuk dijadikan dasar penilaian dengan membandingkan

kesesuaian infomasi yang disajikan dengan kriteria yang telah

ditetapkan yang menjadi dasar opini audit.

2.1.1.2 Indikator Bukti Audit

Arens, Elder dan Beasley yang dialihbahasakan Amir Abadi

Jusuf (2012:153) menyatakan bahwa:

“Dua penentu keandalan bahan bukti adalah ketepatan dan kecukupan, yang

diambil langsung dari standar ketiga pekerjaan lapangan”.

Sedangkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik oleh

Ikatan Akuntan Publik Indonesia dalam Standar Audit 200 menyatakan

bahwa:

Bukti audit mencakup informasi yang terdapat dalam catatan akuntansi yang
mendasari laporan keuangan dan informasi lainnya, untuk tujuan SA:
1. Kecukupan bukti audit merupakan ukuran kuantitas bukti audit, kuantitas
bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko
kesalahan penyajian material dan juga oleh kualitas bukti audit tersebut.
2. Ketepatan bukti audit merupakan kualitas bukti audit, yaitu kerelevansian dan
keandalan bukti tersebut dalam mendukung kesimpulan yang mendasari opini
auditor.
Berdasarkan dari dua indikator mengenai bukti audit, maka

penulias menyimpulkan bahwa indikator bukti audit adalah ketepatan

dan kecukupan (memadai).

2.1.2 Due Professional Care

2.1.2.1 Pengertian Due Professional Care

Mulyadi (2012:27) mendefinisikan due professional care atau

kemahiran profesional dengan cermat dan seksama adalah:

“Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama berarti


penggunaan pertimbangan sehat dalam penetapan lingkup, dalam
pemilihan metodologi, dan dalam pemilihan pengujian dan prodesur untuk
mengaudit”.
Sedangkan Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2013:42) menyatakan

due professional care adalah:

“Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama


menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan”.
Sedangkan pengertian due professional care menurut Sukrisno

Agoes (2012:36) adalah:

“Due professional care dapat diartikan sebagai sikap yang cermat dan
seksama dengan berpikir kritis serta melakukan evaluasi terhadap bukti
audit, berhati-hati dalam tugas, tidak ceroboh dalam melakukan
pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung
jawab”.
Sedangkan Arens et.al yang telah dialihbahasakan oleh Amir

Abdi Jusuf (2011:43) mengemukakan due professional care sebagai

berikut:

“Kemahiran profesional berarti auditor adalah profesional yang bertanggung


jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama, kemahiran
profesional mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumentasi,
kecukupan bukti serta ketepatan laporan audit”.
Berdasarkan keempat pengertian mengenai due professional

care di atas , penulis menyimpulkan bahwa due professional care

merupakan kemahiran professional dengan cermat dan seksama yang

menekankan tanggung jawab profesional dalam bekerja untuk tetap

memahami standar pekerjaan lapangan dan standar laporan berkaitan

pemanfaatan pengetahuan, keterampilan, skeptisme professional dan

pertimbangan rasional dengan penuh kehati-hatian dalam melaksanakan

fungsi auditing menyangkut kelengkapan dokumentasi, kecukupan bukti

serta kecermatan dalam pemeriksaan audit.

2.1.2.2 Karakteristik Due Professional Care

Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2013: 42) mengemukakan

karakteristik dari due professional care adalah:

1. Skeptisme professional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu


mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.
2. Keyakinan yang memadai, yaitu meyakinkan bahwa laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik karena kekeliruan atau kecurangan.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2012:22) terdapat dua

karakteristik dalam due professional care yang harus diperhatikan oleh

setiap auditor adalah:

1. Skeptisisme professional
“Skeptisisme professional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit, auditor
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh
profesi auditor untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud
baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif
(SPAP, 2011:230.2)”.
2. Keyakinan yang memadai
“Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan,
keyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan tersebut, oleh karena itu, suatu audit yang dilaksanakan berdasar
standar audit yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mungkin tidak dapat
mendeteksi salah saji material (SPAP, 2011:230.2)”.
Berdasarkan kedua pengertian mengenai karakteristik due

professional care di atas, penulis menyimpulkan bahwa indikator due

professional care adalah skeptisme professional dan keyakinan yang

memadai.

2.1.3 Opini Audit

2.1.3.1 Pengertian Opini Audit

Arens, Elder, dan Beasley (2012:66) dalam terjemahan Amir

Abadi Jusuf menjabarkan bahwa:


“Opini audit merupakan opini yang diberikan oleh auditor melalui beberapa
tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini
yang harus diberikan atas Laporan Keuangan yang diauditnya. Laporan
audit adalah rangkaian akhir dalam proses audit. Dengan demikian, auditor
dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesinya”.
Sedangkan Mulyadi (2014: 19) mengemukakan opini audit

adalah sebagi berikut:

“Opini audit merupakan opini yang diberikan auditor tentang kewajaran penyajian

laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit”.

Sedangkan Agoes (2012:4) mengemukakan:

“lembaran opini merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana akuntan


publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan
yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab
manajemen”.
Sedangkan Marisi P. Purba (2015:47) mendefinisikan opini audit

adalah sebagai berikut:

“Paragraf terakhir laporan audit atas laporan keuangan diberi subjudul opini.
Masih menurut Marisi P. Purba (2015:47) paragraf ini adalah inti dan
kesimpulan dari audit yang dilakukan oleh akuntan publik sebagai
kesimpulan terkait kewajaran (fairness) tersebut diberikan atas semua
elemen laporan keuangan,auditor eksternal yaitu laporan posisi keuangan,
laporan laba-rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang dijadikan dasar untuk
menentukan kewajaran laporan keuangan adalah Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia”.
Berdasarkan keempat definisi mengenai opini audit di atas,

penulis menyimpulkan opini auditor adalah opini yang diberikan oleh

auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat


memberikan kesimpulan opininya yang harus diberikan atas laporan

keuangan yang diauditnya.

2.1.3.2 Perumusan Opini Audit

Mulyadi (2016:412) mengemukakan pedoman dalam

merumuskan paragraf pendapat tertuang pada standar pelaporan yang

terdiri dari:

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun


sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsitenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan, dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.
2.1.3.3 Jenis-Jenis Opini Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2012:75) terdapat lima jenis pendapat

auditor untuk memberikan kewajaran atas laporan keuangan adalah

sebagai berikut:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)


Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang
berlaku ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti yang terdapat dalam
standar profesional akuntan publik, dan telah mengumpulkan bahan-bahan
pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk mendukung opininya, serta tidak
menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan dari
SAK/ETAP/IFRS, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan Yang
Ditambahkan Dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion
WithExplanatory Language)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat WTP yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut
meliputi:
a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-
keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin
tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah
mempertimbangkan rencana manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d. Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan standar akuntansi atau dalam metode penerapannya.
e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan
keuangan komparatif.
f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau di review.
g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Dewan
Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya
menyimpangjauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan
auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi
tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah
informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan
tersebut.
h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit
secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian,
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, kecuali
untuk banyak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini
dinyatakan bilamana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor tidak berkesimpulan bahwa ia tidak
dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak
menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan SAK/ETAP/IFRS, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan
untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
c. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus
menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf
terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat, Ia juga harus
mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf
penjelasan di dalam paragraf pendapat, Pendapat wajar dengan pengecualian
harus berisikata kecuali atau pengecualian untuk frasa seperti tergantung atas atau
dengan penjelasan berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup
kuat oleh karena itu pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas laporan
keuangan merupakan bagian laporan keuangan auditan, kata-kata seperti disajikan
secara wajar, dalam semua hal material, jika dibaca sehubungan dengan catatan 1
mempunyai kemungkinan untuk disalahtafsirkan dan oleh karena itu
pemakaiannya harus dihindari.
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus
kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, Pendapat ini dinyatakan bila menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara
wajar sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, Apabila auditor menyatakan pendapat
tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf
pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung pendapat tidak
wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak
wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas, jika
secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan
secara beralasan, laporan audit harus menyatakan hal itu.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak dapat menyatakan
suatu pendapat apabila Ia tidak dapat merumuskan atau tidak menyatakan suatu
pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.
Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut.
Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah jika auditor tidak melaksanakan
audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat
atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat harus tidak
diberikan auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa terdapat penyimpangan
material dari SAK/ETAP/IFRS. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat
disebabkan pembatasan lingkup audit, auditor harus menunjukkan paragraf
terpisah semua alsan substantif yang mendukung pernyataan tersebut. Ia harus
menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai untuk menyakan pendapat
atas laporan keuangan, Auditor tidak harus menunjukkan prosedur yang
dilaksanakan dan tidak harus menjelaskan karakteristik auditnya dalam suatu
paragraf (yaitu, paragraf lingkup audit dalam laporan auditor bentuk baku,Jika
auditor menjelaskan bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, tindakan ini dapat mengakibatkan
kaburnya pernyataan tidak memberikan pendapat. Sebagai tambahan, Ia harus
menjelaskan keberatan lain yang berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan
keuangan berdasarkan SAK/ETAP/IFRS.

2.2 Kerangka pemikiran

2.2.1 Pengaruh Bukti Audit terhadap Opini Audit

Arens, Elder dan Beasley yang dialihbahasakan Amir Abadi

Jusuf (2012:153) menyatakan bahwa:

“Standar ketiga pekerjaan lapangan mengharuskan auditor untuk

mengumpulkan bukti yang tepat dan memadai untuk mendukung

dikeluarkannya opini audit.”

Rahayu (2013:117) menyatakan bahwa:

“Bukti yang dikumpulkan dari prosedur audit digunakan untuk menentukan

kewajaran laporan keuangan dan jenis laporan audit yang diterbitkan”.

Sedangkan menurut standar pekerjaan lapangan poin ketiga berbunyi:

“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan auditan”.


Hasil penelitian (Yudha,2016) menunjukan bahwa bukti audit

berpengaruh secara signifikan terhadap opini auditor, melalui tiga

indikator yaitu cukup, kompeten, dan layak bahwa bukti audit yang

diperoleh auditor adalah sebagai dasar untuk menyaiakan opini auditor

dalam laporan keuangan yang berarti bahwa semakin cukup, kompeten,

dan layak bukti audit maka akan semakin berkualitas opini yang

dihasilkan.

2.2.2 Pengaruh Due Professional Care Tehadap Opini Audit

William Jefferson dan Ketut Budiartha (2015) mengatakan

bahwa :

“Due professional care dapat diartikan sebagai sikap yang cermat dan seksama
dengan berpikir kritis serta melakukan evaluasi terhadap bukti audit,
berhati-hati dalam tugas, tidak ceroboh dalam melakukan pemeriksaan dan
memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab”.
Auditor dapat menggunakan kemahiran profesionalnya dengan

cermat dan seksama karena kemahiran professional seseorang

mempengaruhi ketepatan opini yang diberikan (Luz, 2012). Kemahiran

professional harus digunakan secara cermat dan seksama umumnya,

kewaspadaan bernuansa kecurigaan professional yang sehat (skeptisme)

khusunya, lebih khusus lagi selalu mempertimbangkan kemungkinan

pelanggaran dan kecurangan dalam pelaporan dan laporan keuangan

untuk menyampaikan kesimpulan audit dengan keyakinan memadai

sesuai kebenaran (Agoes, 2012:22).


Hal ini sejalan dengan penelitian due professional care

berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini audit, semakin

tinggi due professional care maka semakin tinggi pula ketepatan

pemberian opini audit (Febria, 2018).

2.2.3 Kerangka Pemikiran

Bukti Audit (X1) Opini Audit (Y)


Menurut Arens, dkk (2012:153): Menurut Sukrisno Agoes (2012:75):
1. Kecukupan bukti audit 1.Pendapat Wajar Tanpa
2. Ketepatan bukti audit Pengecualian

2.Pendapat Wajar Tanpa


Pengecualian dengan Bahasa
Penjelasan Yang Ditambahkan
Dalam Laporan Audit Bentuk Baku
Due Professional Care (X2)
3.Pendapat Wajar Dengan
Menurut Siti Kurnia dan Ely Pengecualian
Suhayati (2013: 42):
4.Tidak Memberikan Pendapat
1. Skeptisme Professional
5.Pendapat Tidak Wajar
2. Keyakinan yang memadai

2.3 Hipotesis

Setelah ada kerangka pemikiran, maka diperlukannya suatu

pengujian hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

antara varibel dengan variabel terikat.


Definisi Hipotesis menurut Sugiyono (2017:63) adalah sebagai

berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalahdinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan”.

Sedangkan definisi hipotesis menurut Moh. Nazir (2014:32)

adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian dalam

bentuk pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran yang

kebenarannya harus diuji secara empiris”.

Berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat simpulkan bahwa

hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara yang harus diuji

kembali kebenarannya berdasarkan rumusan masalah penelitian yang

telah dinyatakan sebelumnya.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis mencoba

merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari hasil

penelitian sebagai berikut:

H1: Pengaruh Bukti Audit terhadap Opini Audit pada Kantor Akuntan Publik

ARMS Kota Bandung.


H2: Pengaruh Due Professional Care terhadap Opini Audit pada Kantor Akuntan

Publik ARMS Kota Bandung.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan

untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan

tujuan penelitian.

Menurut Sugiyono (2016:2) disebutkan bahwa:

"Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan


data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data,
tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang
masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti
cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu
menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis".

Menurut Sugiyono (2017:41), objek penelitian adalah:

“Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

tentang suatu hal objektif, valid, dan reliabel tentang suatu hal (variabel tertentu).”

Objek penelitian yang penulis teliti adalah Bukti Audit (X1), Due

Professional Care (X2), dan Opini Audit (Y).

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 187) unit analisis adalah:

“Satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian”.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik

ARMS Kota Bandung yang telah ditentukan menjadi sampel penelitian.


Suharsimi Arikunto (2010:188) menyatakan bahwa:

“Unit observasi dapat dikatakan sebagai responden dalam penelitian yang

merupakan orang yang memberikan keterangan tentang suatu fakta yang dialami”.

Unit observasi dalam penelitian ini adalah Auditor pada Kantor

Akuntan Publik ARMS Kota Bandung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif dan analisis verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Alasan

peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dan verifikatif yaitu,

untuk menguji seberapa besar pengaruh bukti audit dan due professional

care terhadap opini audit.

Definisi metode deskriptif menurut Sugiyono (2017:147) adalah

sebagai berikut:

"Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data


dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Sedangkan, definisi metode verifikatif menurut Sugiyono

(2016:21) adalah sebagai berikut:

"Metode verifikatif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih, atau metode yang digunakan untuk

menguji kebenaran dari suatu hipotesis".

Sedangkan, definisi penelitian kuantitatif Menurut Sugiyono (2016:8),

adalah sebagai berikut:


"Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan".

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka metode yang

digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran

yang cukup jelas atas masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis

memperoleh data dengan menggunakan kuesioner tertutup yang telah

diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Definisi operasionalisasi variabel menurut Ulber Silalahi

(2015:306) adalah sebagai berikut:

"Proses mengubah konsep abstrak atau konstruk atau variabel menjadi indikator

atau mengonstruksi indikator-indikator untuk konsep variabel".

Dalam penelitian ini, sesuai dengan judulnya yaitu “Pengaruh

Bukti Audit dan Due Professional Care terhadap Opini Audit” terdapat

dua variabel independen atau biasa disebut variabel bebas (X 1 dan X2)

dan satu variabel dependen atau variabel terikat (Y). Penjelasan

mengenai variabel bebas dan terikat adalah :

1. Variabel independen atau variabel bebas

Menurut Sugiyono (2018:40) variable independen adalah:

“Variabel yang mengikat, mempengaruhi atau menjadi sebab adanya

perubahan atau timbulnya variabel dependen”.


Variabel independen di penelitian ini adalah Bukti Audit sebagai X1, Due

Professional Care sebagai X2.

2. Variabel dependen atau variabel terikat

Sugiyono, (2018:39) mengatakan variabel dependen sebagai berikut:

“Variabel yang dipengaruhi atau menjadi sebuah akibat karena timbulnya

variabel bebas”.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Opini Audit

sebagai Y.

Secara lebih rinci operasionalisasi variabel dalam penelitiannya

ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Nomor


Kuesioner
Bukti Audit
Bukti adalah segala informasi yang 1.Kecukupan
(X1) digunakan oleh auditor untuk bukti audit
menentukan apakah informasi yang 2. Ketepatan
sedang di audit telah dinyatakan sesuai bukti audit Ordinal 1,2,3,4,5
dengan kriteria yang telah ditetapkan, (Arens, dkk
informasi dapat berbeda-beda, dalam (2012:153))
hal bahan bukti ini mampu meyakinkan
auditor apakah laporan keuangan
dinyatakan sesuai dengan standar
akuntansi, prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP)”.
Arens, dkk (2012:150))
Due Penggunaan kemahiran professional 1.Skeptisme
Professional dengan cermat dan seksama Profesional
Care (X2) menekankan tanggung jawab setiap 2.Keyakinan yang Ordinal 6,7,8,9,10,
professional yang bekerja dalam memadai 11,12,13,14
organisasi auditor independen untuk (Siti Kurnia dan
mengamati standar pekerjaan lapangan Ely Suhayati
dan standar pelaporan”. (2013 : 42))
(Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2013 :
42))
Opini Audit lembaran opini merupakan tanggung 1.Pendapat Wajar
(Y) jawab akuntan publik, dimana akuntan Tanpa
publik memberikan pendapatnya Pengecualian
terhadap kewajaran laporan keuangan 2.Pendapat Wajar
yang disusun oleh manajemen dan Tanpa
merupakan tanggung jawab Pengecualian
manajemen. dengan Bahasa
Agoes (2012:4) Penjelasan Yang Ordinal 15,16,17,18,
Ditambahkan 19,20
Dalam Laporan
Audit Bentuk
Baku
3.Pendapat Wajar
Dengan
Pengecualian
4.Tidak
Memberikan
Pendapat
5.Pendapat Tidak
Wajar
Sukrisno Agoes
(2012:75)
Dalam operasional variabel peneliti menggunakan skala ordinal.

Skala ordinal digunakan untuk memberikan informasi nilai pada

jawaban. Setiap variabel penelitian diukur dengan menggunakan

instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang

memenuhi pernyataan-pernyataan tipe Skala Likert.

Menurut Lijan Poltak (2014:140) skala ordinal adalah sebagai

berikut:

"Pengukuran yang berjenjang dimana sesuatu, lebih atau kurang dari yang lain.

Dalam hal ini peneliti dimungkinkan mengurutkan hasil pengukurannya dari

peringkat paling rendah ke peringkat paling tinggi".

Menurut Sugiyono (2017 : 93) yang dimaksud dengan Skala

Likert adalah sebagai berikut :

"Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi


seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian".
Tabel 3.2
Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor


Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sugiyono (2017: 94)

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Sumber Data

Riduwan (2010: 51) menyatakan bahwa:

“Pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer,

sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber sekunder”.

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan

sekunder, data primer yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh melalui hasil

kuesioner mengenai bukti audit, due professional care, dan opini audit yang

disebarkan pada Kantor Akuntan Publik ARMS Cabang Bandung. Sedangkan

untuk data sekunder, diperoleh dari teori-teori atau penelitian yang telah dilakukan

oleh pihak lain seperti jurnal, skripsi, dan tesis.

Sujarweni (2015:89) mendefinisikan data primer adalah sebagai berikut:

"Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus,


dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.
Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data".

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara
Sugiyono (2016:231) mengatakan bahwa:

“Pengumpulan data dengan wawancara merupakan proses Tanya jawab dalam


penelitian yang berlangsung secara lisan, yang dilakukan dua orang atau
lebih dengan bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-
informasi yang diberikan oleh pemberi informasi atau responden”.
2. Kuesioner

Sugiyono (2017:142) mengatakan bahwa:

“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya”.

3. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Menurut Sugiyono (2016:291) mengatakan bahwa:

“Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang
berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi
sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam
melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari
literatur-literatur ilmiah. Data diperoleh dari data yang relevan terhadap
permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka lainnya
seperti buku, jurnal, artikel, peneliti terdahulu”.

3.4 Populasi Dan Penarikan Sampel


3.4.1 Populasi

Sugiyono (2012:115) mendefinisikan populasi sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Sedangkan definisi populasi menurut Ulber Silalahi (2015:371)

adalah sebagai berikut:


"Populasi adalah seluruh unit-unit dari mana sampel dipilih. Populasi berupa

organisme, orang atau sekelompok individu, masyarakat, organisasi, benda, objek,

peristiwa, atau laporan dari mana sampel diambil untuk diukur".

Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam

penelitian.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah senior

auditor dan junior auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik

ARMS Cabang Bandung sebanyak 12 auditor. Populasi ini dipilih untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh bukti audit dan due professional

care terhadap opini audit pada Kantor Akuntan Publik ARMS Kota

Bandung.

3.4.2 Sampel dan Penarikan Sampel

Definisi sample menurut Sugiyono (2011:81) adalah sebagai

berikut:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut”.

Penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah Non

Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2016:82) pengertian

nonprobability sampling adalah sebagai berikut:


"Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel".

Populasi dalam penelitian ini termasuk kedalam kategori

populasi kecil, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah keseluruhan dari populasi (sampel jenuh).

Menurut Sugiyono (2017:85) menyatakan bahwa:

“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel”.

Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12

auditor Kantor Akuntan Publik ARMS di Bandung.

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik ARMS Kota Bandung

yang beralamat di Jl. Rajamantri Kaler II No.5, Bandung.

Waktu Penelitian

Tabel 3.4.3

Jadwal Kegiatan Penelitian

2020
No Kegiatan
Mar Apr Mei Jun Jul Agu
Pra Survei
a. Persiapan Judul
1. b. Persiapan Teori
c. Pengajuan Judul
d. Mencari Lokasi Penelitian
Usulan Penelitian:
2. a. Penulisan UP
b. Bimbingan UP
c. Sidang UP
d. Revisi UP
3. Pengumpulan Data
4. Pengolahan Data
Penyusunan Skripsi
a. Bimbingan Skripsi
5. b. Sidang Skripsi
c. Revisi Skripsi
d. Pengumpulan Draft Skripsi

3.5 Metode Pengujian Data


3.5.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2016:177) menyatakan bahwa:

"Validitas menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi

pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas

sebuah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut".

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi

diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Rumus dari

korelasi pearson product moment adalah sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2016:241)

Keterangan:

Rxy = Koefesien Korelasi

∑Xi = Jumlah Skor Item

∑Yi = Jumlah Skor Total (Seluruh Item)

n = Jumlah Responden

Sugiyono (2016 : 179) mengatakan bahwa:


“Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrument valid adalah nilai indeks

valid adalah nilai indeks validitasnya lebih dari 0.3”.

Oleh karena itu, semua pernyataan yang memiliki tingkat

korelasi dibawah 0,3 harus diperbaiki karena dianggap tidak valid.

Untuk proses pengolahan data, dalam maka peneliti menggunakan

bantuan program pengolah data SPSS (Statistical Product and Service

Solution).

3.5.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2016:173), bahwa reliabilitas adalah sebagai berikut:

"Sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan

menghasilkan data yang sama".

Uji ini hanya dilakukan pada item pernyataan yang dinyatakan

valid dalam uji validitas. Uji reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, yaitu dengan bantuan

program SPSS.

Sugiyono (2016:123) mengatakan :

“Pemberian interpretasi terhadap reliabilitas variabel dapat dikatakan reliable


(reliable) jika koefisien variabel lebih dari 0.7, pengujian reliabilitas
menggunakan Cronbach Alpha dengan bantuan program pengolah data
SPSS (Statistical Product and Service Solution)”
.
3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif.

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri

responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis verifikatif

digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.


3.6.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017:147) analisis deskriptif adalah sebagai

berikut:

"Analisis deskriptif merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran


mengenai situasi dan kejadian, dalam melakukan analisis deskriptif
diperlukan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi".
Dalam penelitian, peneliti menggunakan analisis deskriptif atas

variabel independen dan dependen yang selanjutnya dilakukan

pengklasifikasian terhadap jumlah total skor responden. Dari jumlah

skor jawaban responden yang diperoleh kemudian disusun kriteria

penilaian untuk setiap item pertanyaan. Untuk menjawab deskripsi

tentang masing-masing variabel penelitian, maka digunakan rentang

kriteria penilaian sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2017:147

Keterangan :

P = Panjang kelas interval

Rentang = Data terbesar – Data terkecil

Banyak Kelas = 5

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian

dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan skor ideal. Untuk
mendapatkan kecenderungan jawaban responden akan didasarkan pada

nilai rata-rata skor jawaban yang selanjutnya akan dikategorikan pada

rentang skor berikut ini:

Skor minimum = 1
Skor maksimum = 5
5−1
Lebar skala = = 0.8
5

Dengan demikian kategori skala dapat ditentukan sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Skala

Skala Kategori
1.00 1.80 Sangat Rendah
1.81 2.60 Rendah
2.61 3.40 Sedang
3.41 4.20 Tinggi
4.21 5.00 Sangat Tinggi
Sumber: Sugiyono(2016:133)

3.6.2 Analisis Verifikatif

Sugiyono (2017:148) mendefinisikan analisis verifikatif adalah

sebagai berikut:

"Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya

diberlakukan untuk populasi".

Metode verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran dari

suatu hipotesis. Dalam penelitian ini, analisis verifikatif digunakan

untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh bukti

audit dan due professional care terhadap bukti audit. Adapun analisis

verifikatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi


linier sederhana, analisis korelasi, analisis determinasi dan pengujian

hipotes.

3.6.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda merupakan suatu teknik

statistika yang digunakan untuk mencari persamaan regresi yang

bermanfaat untuk meramal nilai variabel dependen berdasarkan nilai-

nilai variabel independen dan mencari kemungkinan kesalahan dan

menganalisa hubungan antara satu variabel dependen dengan dua atau

lebih variabel independen baik secara simultan maupun parsial.

Definisi analisis regresi linier berganda menurut Sugiyono

(2016:192)

adalah sebagai berikut :

“Analisis regresi linier berganda merupakan regresi yang memiliki satu variabel

dependen dan dua atau lebih variabel independen”.

Adapun persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

Y = Variabel Dependent
a = Harga Konstanta
b1 = Koefisien regresi pertama
b2 = Koefisien regresi kedua
X1 = Variabel Independen Pertama
X2 = Variabel Independen Kedua

3.6.2.2 Analisis Korelasi


Definisi Analisis korelasi menurut Sugiyono (2017:228), adalah

sebagai berikut:

“Analisis korelasi menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua


variabel atau lebih, arahnya dinyatakan dalam bentuk hubungan positif
atau negative, sedangkan kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam
besarnya koefisien korelasi”.

Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan rumus korelasi pearson product moment, rumusan

korelasinya adalah sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2017:228

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi Product Moment

X = Variabel Independen

Y = Variabel Dependen

n = Jumlah Sampel

Untuk bentuk/ arah hubungan, nilai koefisien korelasinya

dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-) atau ( -1 ≤ Kk ≥ +1) dengan

asumsi:

a. Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi

positif, artinya jika variabel yang satu naik/ turun maka variabel yang
lainnya juga naik/ turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1

semakin kuat korelasi positifnya.

b. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variabel-variabel berkorelasi

negatif, artinya jika variabel yang satu naik/ turun maka variabel lainnya

juga naik/ turun. Semakin dekat nilai korelasi ke -1 semakin kuat korelasi

negatifnya.

c. Jika koefisien korelasi bernilai (0) nol maka variabel tidak menunjukkan

korelasi.

Kemudian untuk mengetahui suatu pengaruh kuat atau tidaknya

maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini dimana angka korelasi

berkisar antara -1 s/d +1. Semakin mendekati 1 maka korelasi semakin

mendekati sempurna.

Interpretasi angka korelasi menurut Sugiyono (2017:250) adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.6.4

Interpretasi Koefisien Korelasi

Tingkat Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan


0.00 – 0.199 Sangat rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, 2017:250

3.6.2.3 Koefisien Determinasi


Definisi koefisien determinasi menurut Sugiyono (2014:97) adalah sebagai

berikut:

"Koefesien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam


menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi
adalah nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen".

Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependent yang dinyatakan dalam bentuk persen, maka digunakan

koefesian determinasi, dengan rumus sebagai berikut:

KD = R2 x 100%
Sumber: Sugiyono (2014:292)

Keterangan :

KD = Koefisien determinasi

R2 = Kuadrat dari koefisien korelasi berganda

3.6.2.4 Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk

menjelaskan suatu ha yang sering dituntut untuk melakukan

pengecekannya.

Definisi hipotesis statistik menurut Sugiyono (2017:87) adalah

sebagai berikut:

"Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha) selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain
pasti diterima sehingga keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak Ha
diterima. Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-simbol".
Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dari

kedua variabel yang diteliti. Tahap-tahap dalam rancangan pengujian hipotesis ini

dimulai dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha),

pemilihan tes statistik, perhitungan nilai statistik dan penetapan tingkat signifikan.

Uji signifikasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

maka digunakan uji parsial (uji t).

Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidak

pengaruh bukti audit dan due professional care terhadap variabel terikat

opini audit secara parsial/individual dengan menganggap faktor lainnya

bersifat konstan. Uji t dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

cara membandingkan t hitung dengan t tabel serta dengan cara melihat nilai

sig. pada setiap variabel dalam tabel output Coefficients yang dihasilkan

program SPSS.Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) Menentukan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berhubungan dengan ada

atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

independen yaitu bukti audit dan due professional care terhadap

variabel dependen yaitu opini audit secara parsial. Apabila hipotesis

penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis adalah:

1. Bukti Audit

Ho: β1 = 0 : Tidak Berpengaruh bukti audit terhadap opini audit.

Ha: β1 ≠ 0 : Bukti audit berpengaruh terhadap opini audit.

2. Due Professional Care


Ho : β2 = 0 : Tidak berpengaruh Due Professional Care terhadap

opini audit.

Ha : β1≠ 0 : Due Professional Care berpengaruh terhadap opini

audit.

2) Menentukan tingkat signifikasi

Tingkat signifikasi yang dipilih adalah 5 % (α = 0.05) dan derajat bebas

(db) = n-2, untuk memperoleh nilai t tabel sebagai daerah penerimaan dan

penolakan hipotesis.

3) Menghitung nilai t hitung bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

bebas secara menyeluruh memberikan pengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

4) Kriteria pengujian hipotesis secara parsial

Kriteria uji t yang digunakan adalah:

a. Ho ditolak: jika t hitung > t tabel , atau jika -t hitung < -t tabel atau jika

α < 0.05.

b. Ho diterima: jika t hitung < t tabel , atau jika -t hitung > -t tabel atau jika

α > 0.05.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2012). Auditing: Petunjuk praktis pemeriksaan akuntan oleh akuntan


publik.

Airlangga, C. (2018). Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Dan Ketersediaan


Bukti Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit (Studi Survey
Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Bandung) (Doctoral Dissertation,
Universitas Widyatama).

Daigle, R. J., Louwers, T. J., & Morris, J. T. (2013). HealthSouth, Inc.: An


instructional case examining auditors' legal liability. Issues in Accounting
Education Teaching Notes, 28(4), 10-24.

Departemen Keuangan. (2011). Undang-undang Akuntan Publik”. Diambil dari:


http://www.ppajp.depkeu.go.id/remository/downloads/uuap5-2011bt.pdf,
pada tanggal 9 April 2020.
Elder, R. J., Beasley, M. S., Arens, A. A., & Jusuf, A. A. (2011). Jasa Audit dan
Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Faturachman, T. A., & Nugraha, A. (2015). Pengaruh Due Professional Care


Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota
Bandung. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 3(1), 562-571.

Febria, H. R. (2018). Pengaruh Due Professional Care Dan Tingkat Materialitas


Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit (Studi Empiris pada KAP di
Kota Bandung).(Doctoral dissertation, Universitas Widyatama).

I Gusti Agung Rai. 2011. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Jakarta: Grafindo.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). “Standar Profesional Akuntan Publik”.


Jakarta: Salemba Empat.

Indonesia, I. A. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik: Per 31 Maret


2011. Salemba Empat, Jakarta.

Indonesia, I. A., & Publik, K. A. (2001). Standar Auditing. Jakarta: Ikatan


Akuntan Indonesia.
Kurnia Rahayu, Siti dan Ely Suhayati. 2013. Auditing: Konsep Dasar Dan
Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Luz, Cabrera-Frias, 2012. The Ethics of Professional Skepticism in Public


Accounting: How the Auditor – Clien Relationship Impacts Objectivity.
Thesis. Georgetown University Washington, D.C.

Marisi P. Purba. 2015. Profesi Akuntan Publik di Indonesia: Pembahasan Kritis


terhadap Peranan, Tanggung Jawab, Sanksi dan Peradilan Profesi
Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Meilani Purwanti., Sumartono.2014. Pengaruh Kompetensi dan Independensi


Auditor Terhadap Efektifitas Proses Audit Serta Dampaknya Pada
Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. STAR – Study & Accounting
Research Vol XI, No.1.

Mulyadi. 2014. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2016. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Nasir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rahayu, S. K., & Suhayati, E. (2010). Auditing: Konsep dasar dan pedoman
pemeriksaan akuntan publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amir Abadi Jusuf. 2012. Jasa
Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta:
Salemba Empat.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Singgih, E., & Bawono, I. (2010). Faktor-faktor Dalam Diri Auditor dan Kualitas
Audit. Universitas Jendral Sudirman Purwokerto.

Silalahi, Ulber. 2015. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung:Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta


Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Untuk penelitian yang bersifat:
eksploratif, enterpretif, interaktif, dan konstruktif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.

Sujarweni, Wiratna. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha ilmu

Tobing Riduan dan Nirwana. 2004. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: Atalya
Rileni Sucedo.

Tuanakotta, T. M. (2015). Audit kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

William F. Messier, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. 2014. Jasa Audit &
Assurance Pendekatan Sistematis, Edisi 8, Buku 1. (Penerjemah Oleh
Denies Priantinah). Jakarta: Salemba Empat.
Wiratama, W. J., & Budiartha, K. (2015). Pengaruh Independensi, Pengalaman
Kerja, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit. E-Jurnal Akuntansi, 91-106.

Yudha, A. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Auditor Independen


di Kota Palembang. Balance: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 1(1), 77-94.

KUESIONER PENELITIAN

IMPLIKASI BUKTI AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE

TERHADAP OPINI AUDIT

Yang terhormat

Bapak/ Ibu Auditor

Kantor Akuntan Publik ARMS Kota Bandung


Dalam rangka melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian

skripsi yang berjudul “Pengaruh Bukti Audit dan Due Professional

Care terhadap Opini Audit”, maka saya mohon dengan kerendahan

hati kepada Bapak/Ibu untuk meluangkan waktunya untuk melakukan

pengisian kuisioner ini, jawaban yang Bapak/Ibu berikan sangat

membantu dalam penelitian ini.

Perlu saya sampaikan bahwa penelitian ini digunakan untuk

kepentingan akademik, jawaban kuesioner dari Bapak/ Ibu akan dijaga

kerahasiaannya. Atas kesediaan dan kerjasama Bapak/ Ibu, saya

mengucapkan terima kasih.

Hormat Saya

(Idea Mujhida)

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Kuesioner ini ditujukan kepada Bapak/Ibu Auditor yang berada di Kantor

Akuntan Publik ARMS Bandung.

2. Pada kuesioner ini, dimohon Bapak/Ibu berkenan memberikan jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan berikut dengan teliti, jujur dan merupakan

pendapat pribadi.
3. Bapak/Ibu, dimohon hanya memberikan satu jawaban yang paling sesuai

pada setiap pertanyaan.

4. Setiap jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan mewakili tingkat kesesuain

pendapat Bapak/Ibu dengan uraian sebagai berikut:

STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju

KS = Kurang Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

KUESIONER
Gambaran Mengenai Variabel Bukti Audit

1. Menurut bapak/ibu apakah dengan merencanakan jenis bukti dan sumber


dari mana bukti-bukti diperoleh mampu meyakinkan auditor untuk
menyatakan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi dan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
2. Menurut bapak/ibu apakah dengan bukti audit, auditor dapat
membandingkan kesuaian informasi yang disajikan dengan kriteria yang
telah ditetapkan?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
3. Menurut bapak/ibu apakah dengan penilaian auditor atas risiko kesalahan
penyajian material dapat mempengaruhi kuantitas bukti audit?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
4. Menurut bapak/ibu apakah dengan kerelevansian dan keandalan bukti
dapat menjadikan opini audit yang diberikan lebih tepat?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
5. Menurut bapak/ibu apakah dengan bukti audit yang memadai akan
menjadikan auditor lebih tepat dalam memberikan opini audit?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju

Gambaran Mengenai Variabel Due Professional Care

6. Saya senantiasa menggunakan pertimbangan sehat dalam penetapan


lingkup, pemilihan metodologi, pemilihan pengujian dan prosedur untuk
mengaudit.
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
7. Auditor harus bertanggung jawab terhadap setiap pekerjaan dalam
organisasi auditor independen.
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
8. Auditor harus berpikir kritis dan mengevaluasi bukti audit, berhati-hati
dan tidak ceroboh dalam melakukan pemeriksaan.
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
9. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam
melakukan pemeriksaan dengan cermat dan seksama.
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
10. Auditor mengumpulkan dan melakukan penilaian bukti audit secara
objektif.
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
11. Menurut bapak/ibu apakah dengan keyakinan memadai dapat meyakinkan
bahwa laporan keuangan bebas salah saji material?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
12. Auditor dapat dipercaya dalam mengaudit laporan keuangan.
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
13. Menurut bapak/ibu apakah pendapat audit atas laporan keuangan
didasarkan atas keyakinan memadai?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
14. Menurut bapak/ibu apakah dengan menggunakan kemahiran professional
dengan cermat dan seksama, auditor dapat memberikan opini audit lebih
tepat?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju

Gambaran Variabel Opini Audit

15. Auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian apabila


pemeriksaan telah sesuai dengan standar auditing dan penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi .
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
16. Penyajian laporan keuangan yang menyinpang dari prinsip akuntansi yang
ditetapkan oleh IAI membuat auditor memberikan opini wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa.
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
17. Menurut bapak/ibu apakah dengan tidak adanya bukti kompeten yang
cukup menjadikan auditor memberikan pendapat wajar dengan
pengcualian atas laporan keuangan?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
18. Menurut bapak/ibu apakah dengan pembatasan lingkup audit menjadikan
auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
19. Menurut bapak/ibu apakah penyajian laporan keuangan secara tidak wajar
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dengan prinsip akuntansi
menjadikan auditor memberikan pendapat tidak wajar?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju
20. Menurut bapak/ibu apakah auditor dalam merumuskan opini sudah sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik?
o Sangat setuju
o Setuju
o Kurang Setuju
o Tidak setuju
o Sangat tidak setuju

Anda mungkin juga menyukai