Anda di halaman 1dari 7

Filsafat Organisasi -4

1. Manusia Sebagai Pelaku Komunikasi


2. Kegunaan Komunikasi bagi Kehidupan Manusia

3. Komunikasi untuk Aktualisasi Diri

1.Manusia Sebagai Pelaku Komunikasi

Manusia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manusia berarti makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain)

Paham-paham Mengenai Manusia

Menurut Drijarkara dalam filsafat ada beberapa aliran atau paham mengenai manusia, antara lain
paham materialisme (paham kebendaan atau materi), paham idealisme (paham yang berpusat pada
pola pikir manusia), dan paham eksistensialisme (cara manusia berada di dunia).

Pendekatan Konsepsi Manusia

Homo Volens: Manusia berkeinginan

Homo Sapiens: Manusia berpikir

Homo Mechanicus: Manusia Mesin

Homo Mechanicus: Manusia bermain

Ethos Komunikator

Sejak zaman Yunani Purba tatkala komunikasi masih berkisar pada komunikasi lisan yang waktu itu
dinamakan retorika ditekankan kepada para komunikator yang dalam retorika disebut orator atau
rhetor agar mereka melengkapi diri dengan ethos (sumber kepercayaan), pathos (imbauan emosional),
dan logos (imbauan logis).Komponen-kompanen ethos adalah competence (kemampuan), integrity
(kejujuran), dan good will (tenggang rasa). Sedangkan faktor-faktor pendukung ethos adalah persiapan,
kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan.

Komunikator Humanistik

Komunikator Humanistik adalah diri seseorang yang unik dan otonom, dengan proses mental mencari
informasi secara aktif, yang sadar akan dirinya dan keterlibatannya dengan masyarakat, memiliki
kebebasan memilih, dan bertanggung jawab. Sedangkan ciri-ciri komunikator humanistik adalah
berpribadi, unik, aktif, sadar diri, dan keterlibatan sosial.

Ketika manusia melihat atau mengalami suatu peristiwa, akan terdorong naluri ingin tahunya, ia pun
akan bertanya: apakah ini? Dari mana datangnya? Apa sebabnya demikian? Mengapa demikian?
Manusia yang semula tidak tahu, ia akan berusaha untuk mencari tahu kemudian mencari tahu, hingga
keingintahuannya terpenuhi. Jika keingintahuannya terpenuhi, sementara waktu ia akan merasa puas.
Namun, masih banyak hal yang mengelilingi manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, ada
atau yang mungkin ada, yang berarti masih harus diuji kebenarannya. Hal ini kembali mendorong naluri
ingin tahu, membuat pertanyaan lain yang yang terus bermunculan.

Terdapat dua cara manusia untuk tahu, yaitu bertanya kepada manusia lain atau bertanya pada diri
sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri. Makin lanjut usia seseorang, kemampuan menyelidiki
sendiri akan semakin besar, dan akan membuat hasil tahunya menjadi lebih banyak, lebih luas, dan lebih
dalam. Semakin banyak dan dalam yang diketahui, ia akan semakin ingin tahu. Sepanjang hidup, naluri
ingin tahu akan mendorong manusia untuk terus mencari tahu. Dengan demikian, naluri ingin tahu
dapat diartikan sebagai dorongan alamiah yang dibawa manusia sejak lahir untuk mencari tahu tentang
segala sesuatu, termasuk hal diri sendiri, dan baru akan berhenti di akhir kesadaran manusia pemiliknya.

Ada dua kemungkinan yang terjadi ketika manusia mencari tahu, bahwa yang didapat adalah tahu yang
benar atau tahu yang keliru. Manusia tidak suka dengan kekeliruan, dimana semata-mata mereka ingin
mencari tahu yang benar, membuat kebenaran sangat berarti bagi setiap manusia. Sebelum
mengetahui, manusia terlebih dahulu melihat, mendengar, serta merasa segala yang ada di sekitarnya.
Segala yang dilihat, didengar, dan dirasa itulah yang merangsang naluri ingin tahu seseorang. Sepanjang
hidupnya, manusia akan dirangsang alam sekitarnya untuk tahu. Hal utama yang terkena rangsang
adalah panca indera, yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran, serta pengecapan. Hasil
persentuhan alam dengan panca indra disebut peng-ALAM-an (pengalaman).

Ketika tersentuh rangsang, manusia akan bereaksi. Namun, pengalaman semata-mata tidak membuat
seseorang menjadi tahu. Pengalaman hanya memungkinkan seseorang menjadi tahu. Hasil dari tahu
disebut penge-TAHU-an (pengetahuan). Pengetahuan ada jika demi pengalamannya, manusia mampu
mencetuskan pernyataan atau putusan atas objeknya. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat
memberi pernyataan atau putusan demi pengalamannya dikatakan tidak berpengetahuan. Manusia
yang tahu dikatakan berpengetahuan. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, pengetahuan adalah hasil
dari tahu. Contoh, jika seseorang tahu bahwa rambut Heryanto beruban, artinya ia mengakui hal ”uban”
terhadap ”rambut Heryanto”. Ia mengakui sesuatu terhadap sesuatu. Ia membuat sesuatu, atau dalam
filsafat disebut putusan. Jadi, pernyataan atau putusan adalah pengakuan sesuatu terhadap sesuatu.

Orang yang tidak tahu tidak dapat membuat putusan, tidak dapat mengakui apapun, tidak dapat
memberi pernyataan, mengetahui sesuatu atas sesuatu. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat
membuat putusan dikatakan tidak tahu. Oleh karena itu, untuk dikatakan tahu orang harus sadar bahwa
ia tahu, dibuktikan dengan kemampuannya membuat keputusan. Namun, keputusan tidak selamanya
harus dicetuskan secara verbal, mungkin hanya tersimpan di hati manusianya saja.

Telah dikemukakan, tahu hendak mencakup objeknya. Apabila pengetahuan tidak sesuai dengan
objeknya, maka disebut keliru. Sebaliknya, jika sesuai dengan objek, pengetahuannya dikatakan benar.
Persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya dinamakan kebenaran. Ketika kita memberi putusan
tentang Intan, ”Oh, saya tahu, Intan itu yang berambut pendek, gemuk, kulitnya hitam kan?” Nyatanya,
Intan tidak berambut pendek, gemuk, dan berkulit hitam. Artinya, terdapat ketidak sesuaian antara tahu
dan objeknya. Maka, dikatakan bahwa kita keliru. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
sesuai dengan objek, yaitu pengetahuan objektif: adanya persesuaian antara tahu dengan objeknya.

Karena suatu objek memiliki banyak aspek, sulit untuk mencakup keseluruhannya. Artinya, akan sulit
untuk mencapai seluruh kebenaran. Minimal pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan aspek yang
diketahuinya. Jika seseorang tidak tahu tentang salah satu aspek dari suatu objek, ia bukan keliru
melainkan dikatakan bahwa pengetahuannya tidak lengkap. Kekeliruan baru terjadi jika manusia
mengira tahu tentang satu aspek, tetapi aspek itu tidak pada objeknya. Contohnya, dinyatakan bahwa
Intan gemuk nyatanya tidak gemuk.

Sebagaimana diutarakan, terdapat dua cara manusia mendapat pengetahuan, yaitu pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman sendiri dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman orang lain yang
diberitahukan kepadanya, baik secara langsung maupun melalui medium, misalnya sebuah buku. Contoh
pengetahuan yang diperoleh dari orang lain adalah kita bisa berkata bahwa kutub utara dingin, padahal
kita belum pernah ke sana. Kita mengetahui hal itu dari orang lain yang sudah pernah pergi ke sana,
ataupun kita mengetahuinya melalui membaca buku yang menceritakan bahwa kutub utara dingin.

Berikut ini terdapat beberapa sikap mental di dalam menyikapi pengetahuan yang baru didapat, baik
berdasarkan pengalaman sendiri maupun berdasarkan pengalaman orang lain. Sikap mental tersebut di
antaranya:

1.Ke-YAKIN-an (Keyakinan). Dalam mencari pengetahuan yang benar, manusia harus bersifat kritis, tidak
cepat menyimpulkan telah mencapai kebenaran. Jika suatu ketika seseorang merasa cukup alasan
pengetahuannya benar, berarti ia telah memiliki keyakinan. Tapi, keyakinan tidak selalu benar.
Keyakinan hanya menunjukkan sikap manusia yang tahu, ia yakin karena telah cukup alasan bahwa
pengetahuannya benar.

2.Ke-PASTI-an (Kepastian). Bila manusia berdasarkan pengalamannya sendiri telah membuktikan bahwa
keyakinannya benar, dapat dikatakan ia telah memiliki kepastian. Jadi, kepastian adalah keyakinan yang
telah mendapat pembuktian kebenaran berdasarkan pengalaman. Dalam kepastian, manusia tidaka
akan bersikap sangsi lagi.

3.Ke-PERCAYA-an (Kepercayaan). Beda halnya dengan kepastian. Bila kepastian adalah sikap mental
sebagai hasil dari mencari kebenaran berdasarkan pengalaman sendiri, dimana karena telah mengalami
sendiri, seseorang meyakini kebenaran sebagai suatu kepastian. Sedangkan apabila kebenaran
pengetahuan didapat dari pengalaman orang lain yang dipercaya, maka disebut kepercayaan.
Contohnya, ketika seorang astronomi menyatakan bahwa akan ada gerhana, Anda akan mempercayai
kebenaran pengetahuan itu karena percaya pada kredibilitas atau otoritas orang yang menyatakan hal
tersebut. Jadi, percaya adalah menerima kebenaran karena kredibilitas atau otoritas orang yang
menyampaikan. Agama dikatakan suatu jenis kepercayaan karena kebenarannya diterima berdasarkan
kredibilitas dan otoritas orang yang menyampaikan, yaitu para nabi dan rasul. Syarat dari objek agama
adalah tidak harus diverifikasi atau diuji.
*Sumber materi : http://belajarkomunikasilagi.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-pelaku-
komunikasi.html?m=1

Kegunaan Komunikasi Bagi Manusia


Kegunaan Komunikasi Bagi Kehidupan Manusia. Manusia membutuhkan proses interaksi karena
manusia memiliki status sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia
adalah makhluk sempurna karena manusia memiliki akal dan pikiran. Oleh karena itu, manusia
membutuhkan ilmu pengetahuan untuk proses berpikir.

Ilmu pengetahuan tersebut membantu manusia untuk berpikir secara kritis dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang ada di masyarakat. Manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari organisasi
resmi, yaitu sekolah. Selain itu, pengetahuan juga bisa didapatkan melalui berbagi pengalaman melalui
orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas. (Baca juga: Komunikasi Pembelajaran) Komunikasi
berperan penting dalam proses penerimaan dan pengiriman pengetahuan tersebut. Komunikasi
merupakan salah satu proses interaksi yang dilakukan manusia setiap hari. Komponen yang diperlukan
untuk berkomunikasi adalah adanya seorang pengirim pesan atau komunikator, seorang penerima
pesan atau komunikan, pesan atau informasi, media, dan umpan balik.

Bahasa menjadi elemen yang melekat pada sistem komunikasi manusia. Bahasa merupakan salah satu
bentuk komunikasi verbal yang digunakan agar pelaku komunikasi dapat saling memahami makna dari
pesan yang disampaikan. Bahasa dianggap sebagai komunikasi ilmiah. Berikut ini adalah beberapa
manfaat dari komunikasi ilmiah:

1. Menyampaikan pengetahuan

Komunikasi ilmiah merupakan komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pengetahuan dari
seseorang yang memiliki pengetahuan kepada pihak lain. Manfaat dalam komunikasi ilmiah ini menjadi
suatu proses menyempurnakan manusia yang memiliki status sebagai makhluk sosial. Manusia tidak
dapat hidup sendiri, sehingga manusia juga membutuhkan komunikasi ilmiah untuk menyalurkan
informasi berupa pengetahuan.

2. Sarana komunikasi dalam edukasi

Edukasi merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan seorang
guru yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan perubahan pola pikir menjadi lebih baik.
Komunikasi ilmiah berperan penting dalam proses edukasi karena komunikasi ini dinilai sebagai sarana
penyampaian pesan atau informasi berupa pengetahuan dari guru kepada peserta didik.

3. Perubahan pola pikir

Perubahan pola pikir dalam diri seseorang merupakan salah satu manfaat dari komunikasi ilmiah.
Komunikasi ilmiah yang tersusun dan sistematis ini menstimulasi pola pikir seseorang menjadi lebih baik.
Perubahan pola pikir ini menandakan bahwa pengetahuan yang disebarkan oleh seorang komunikator
menjadi komunikasi ilmiah yang efektif.
4. Meningkatkan kualitas penelitian

Komunikasi ilmiah memiliki fungsi sebagai sertifikasi, yaitu dapat meningkatkan kualitas suatu
penelitian. Setiap pengetahuan memiliki beberapa teori yang kemudian membutuhkan proses penelitian
untuk menguji teori tersebut. Proses penelitian tersebut dilakukan sesuai dengan standarisasi atau
peraturan yang ada. Oleh karena itu, komunikasi ilmiah ini berperan dalam penelitian tersebut.

5. Menciptakan teori baru

Ilmu pengetahuan merupakan suatu unsur terpenting untuk meningkatkan edukasi dalam kehidupan
masyarakat. Ilmu pengetahuan disebarkan melalui komunikasi ilmiah. Selain itu, komunikasi ilmiah juga
bermanfaat untuk menciptakan teori baru. Komunikasi dengan sistem penamaan dengan istilah-istilah
ilmiah ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu teori baru yang memudahkan seseorang untuk
menerima teori tersebut dengan baik.

6. Memudahkan proses pengarsipan

Manfaat komunikasi ilmiah ini berhubungan dengan proses dokumentasi atau pengarsipan suatu
informasi agar tetap terjaga kualitasnya. Selain itu, adanya proses pengarsipan ini memudahkan
seseorang untuk mencari informasi pengetahuan yang ingin diakses. Manfaat ini juga disebut sebagai
pengarsipan.

7. Kesadaran memperoleh informasi

Adanya komunikasi ilmiah ini membantu masyarakat untuk menyadari bahwa pentingnya sebuah
pengetahuan dalam kehidupan. Pengetahuan tersebut merupakan bagian dari informasi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan sosial di masyarakat. Kesadaran dalam memperoleh informasi tersebut
diarahkan oleh komunikasi ilmiah, sehingga proses pencarian informasi menjadi lebih teratur dan
komunikasinya menjadi komunikatif.

8. Komunikasi yang terstruktur

Komuikasi yang digunakan untuk mengakses suatu pengetahuan di dalam masyarakat adalah
komunikasi ilmiah. Komunikasi ilmiah memiliki struktur komunikasi yang sistematis, sehingga
komunikasi ini menjadi lebih efektif. Ilmu pengetahuan yang bersifat kritis ini tentu saja tidak dapat
disangkal oleh pola pikir tanpa fakta.

Oleh karena itu, komunikasi ilmiah ini lebih terstruktur, sistematis, jelas, dan mudah dipahami oleh
berbagai kalangan masyarakat.

*Sumber materi https://pakarkomunikasi.com/manfaat-komunikasi-ilmiah

3. Komunikasi Untuk Aktualisasi Diri

August 2020Jurnal Studi Komunikasi dan Media 2(Dari hasil pembahasan yang disampaikan penulis
dalam artikel jurnal yang berjudul “Aktualisasi Diri Sebagai Konsep Etika Komunikasi Interpersonal di
Media Sosial” dijelaskan bahwa, aktualisasi diri menjadi unsur terpenting kehidupan manusia dalam
melakukan proses berkomunikasi dengan individu lain. Aktualisasi diri dalam menjaga etika komunikasi
di media sosial menjadi sesuatu yang perlu fokus yang lebih dan harus dikedepankan dalam setiap diri
individu. Melalui aktulisasi diri segala bentuk komunikasi yang kita lakukan akan direspon baik oleh
lawan bicara karena apa yang kita sampaikan betul-betul memberikan efek yang positif karena telah
melalui proses pengaktulisasi yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk itu penting bagi individu-individu
agar mampu menjaga dan mengeluarkan segala kemampuan yang dimilikinya lewat proses aktualisasi
diri baik ketika melakukan tindakan untuk kepentingan diri pribadi maupun untuk khlayak luas termasuk
dalam berkomunikasi. Kata kunci : Aktualisasi Diri, Etika Komunikasi, dan Media Sosial):Pembahasan dan
hasil Aktualisasi Diri Membahas mengenai aktualisasi diri tidak akan pernah lepas dari seorang ahli yang
mengembangkan teori aktulisasi diri dia adalah Abraham Maslow. Maslow memberikan sumbangsih
yang penting dalam dunia psikologi modern lewat teorinya aktulisasi diri. Maslow (1954) menggunakan
istilah aktulisasi diri (self actulization) sebagai kebutuhan dan pencapaian seorang manusia. Maslow
dalam Arianto (2009:139) menjelaskan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang ada pada diri seseorang. Aktulisasi merupakan
penggunaan semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas dalam diri seorang individu.
Aktualisasi diri dapat dikembangkan melalui beberapa metode maupun pelatihan yang diikuti seorang
individu yang ingin mengembangkan aktulisasi dirinya (Ellyana Pratika, 2014). Menurut Hasnita dan
Soepomo (2011) aktulisasi diri adalah sebuah keadaan dimana seorang manusia telah merasa menjadi
dirinya sendiri, mengerjakan sesuatu yang disukainya dengan gembira, dan dengan hati yang ikhlas. Ia
tidak lagi menempatkan keberhasilan dari pekerjaanya pada ukuran yang biasanya berlaku yakni
penghasilan yang diperoleh dari hasil kerja, ukurannya menjadi berubah sesuai dengan nilai-nilai
kehidupan yang dianut dan dipahami oleh dirinya. Dalam melakukan proses aktulisasi diri membutuhkan
kemampuan dan dorongan untuk mencapai tujuan dan menetapkan sesuatu yang ingin dicapai serta
dibutuhkan kerja keras, kesabaran dan komitmen yang tinggi dari individu yang melakukan aktulisasi
diri. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa aktualisasi diri adalah proses pengembangan dan
mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Komunikasi Interpersonal dan Etika Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal Little
John memberikan definisi komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi
yang dilakukan antar individu-individu. Agus M. Hardjana mengatakan, komunikasi antarpribadi adalah
interkasi tatap muka antar individu

*Sumber materi
https://www.researchgate.net/publication/343376985_Aktualisasi_Diri_Sebagai_Konsep_Etika_Komuni
kasi_Interpersonal_Di_Media_Sosial#:~:text=%22Aktualisasi%20Diri%20Sebagai%20Konsep%20Etika
%20Komunikasi%20Interpersonal%20Di%20Media%20Sosial%22,-August%202020&text=Maslow
%20dalam%20Arianto%20(2009%3A139,yang%20ada%20pada%20diri%20seseorang.

Anda mungkin juga menyukai