Anda di halaman 1dari 25

SIKAP DAN PERILAKU (KETERKAITAN

SIKAP DAN PERILAKU, SIKAP DAPAT Nur Aini


Karimah.,
SESUAI DENGAN PERILAKU, PERILAKU S.Ikom.,
DAPAT MEMPENGARUHI SIKAP) M.IKom
ATRIBUSI

 Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan


karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang
tampak (Baron dan Byrne, 1979).
 Manusia memiliki kecenderungan memberikan atribusi
disebabkan oleh manusia berusaha menjelaskan segala
sesuatu yang ada dibalik perilaku orang lain.
 Menurut Kulik (1983), seseorang memiliki atribusi tentang
orang lain sesuai dengan skema yang ada dalam pikirannya.
Jika seseorang berperilaku sesuai dan konsisten dengan
skema itu, maka kita percaya bahwa hal itu terjadi karena
sesuatu dalam dirinya (dispositionally caused). Akan tetapi,
saat dia sikapnya berbeda, kita akan percaya bahwa itu terjadi
karena situasi yang mendukungnya ( situasionally caused).
2 GOLONGAN ATRIBUSI

 Naive Psychology
 Fritz Heider seorang tokoh psikologi atribusi, mengemukakan
bahwa dasar mencari penjelasan mengenai perilaku orang adalah
akal sehat (commonsense). Hal ini disebut sebagai Naive
Psychology.
Secara akal sehat, ada dua golongan yang menjelaskan suatu
perilaku, yaitu:
 Atribusi Internal
Hal-hal yang berasal dari orang yang bersangkutan seperti suasana
hati, kepribadian, kemampuan, kondisi keuangan, atau keinginan.
 Atribusi Ekstenal
Hal-hal yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang yang
bersangkutan seperti tekanan dari luar, ancaman, keadaan cuaca,
kondisi perekonomian atau pun pengaruh lingkungan.
TEORI ATRIBUSI

 Cor re sp on de n t I n fe r e n ce The ory


Te ori Pe n yi m pul an Te r k a i t da ri E dw ard E. Jon e s d an Ke i t h Da v i s (19 6 5) . Te ori i n i
be r as um si “p e ri l ak u or an g m e r upa k a n su m be r i n fo rm as i ya ng k a ya” .
De ng a n de mi k i a n , j i k a k i ta me n g a m ati pe r i l a k u ora n g l a i n de ng a n c e rm at , k i ta
da pa t m e n g am b i l b e b e ra pa k e s i m pu l a n pe ri l a k u s e s e ora ng .
 Mi sa l n ya , s e ora n g p e m ud a yan g se r i ng m e n g hu bu ng i te m a n wa ni tan ya da p at
di s i m pul k a n b ah wa pe m ud a te r se b ut m e m i l i k i p e rh a ti an i sti m e wa k e pa da sa ng
wa ni ta. Or an g ya n g be r wa j a h m u run g k i ta si m pu l k an s e da ng se d i h . 
 Ca us al Ana l ys i s Th e ory
Te ori An al i si s K au sa l dar i Ha ro l d H. Ke l l e y. Da sa r d ari te ori i n i a da l a h
c o mm o ns ens e
(a k a l s e h at) da n be rfo k u s p ad a atr i bus i i nte rna l d an e k ste rn al .
 Me n urut K e l l e y, p ara p e ng am a t pe r i l a k u ora n g l a i n be r ti nd a k s e pe r ti i l m ua n
yan g n a i f, m e n g u mp ul k an be rba g ai i n fo rm as i te n tan g pe r i l a k u da n
me n ga n al i si s p ol a nya s up aya bi sa di m e ng e rti . Da ri k e s i m pul an ya ng d i pe rol e h,
pe n g a ma t me ne n tu k an a tri bu si a p a yan g h a rus di l ak uk an . Te ori i n i be ra su ms i
suatu pe ri l a k u ora n g bi s a m e n i mb ul k a n p e ri l ak u l ai n s e ba g a i s e ba b ak i ba tnya .
3 HAL ATRIBUSI PERILAKU

 Konsensus à apakah perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang


pada situasi yang sama. Makin banyak yang melakukannya, makin
tinggi konsensus; makin sedikit yang melakukannya, makin rendah
konsensus
 Konsistensi à apakah pelaku yang bersangkutan cenderung
melakukan perilaku yang sama di masa lalu dan situasi yang
berbeda-beda? Kalau ya, maka konsistensinya tinggi, jika tidak maka
konsistensinya rendah.
 Distingsi/kekhasan à apakah pelaku yang bersangkutan cenderung
melakukan perilaku yang sama di masa lalu dan situasi yang
berbeda-beda? Kalau ya, maka distingsinya tinggi; kalau tidak, maka
distingsinya rendah.
BIAS – BIAS ATRIBUSI

 Bias Kognitif ( Cognitive Biases )


Teori atribusi mengatakan bahwa manusia mengolah informasi dengan cara
yang rasional sehingga bisa memperoleh informasi yang be nar-benar objektif
dan kesimpulan yang diambil juga bersifat obje ktif. Ada beberapa aspek
yang diperhatikan dalam bias kognitif ini, yaitu:
 Salience (Menonjol)
 Memberikan atribusi lebih pada disposisi ( Overattributing to dispositions)
 Pelaku vs Pengamat (Actors vs Observers)
 Bias Motivasi ( Motivational Biases )
Bias ini muncul dari usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi
kepentingan dan motivasi mereka. Bias kognitif timbul dari anggapan bahwa
seolah-olah manusia hanya memiliki satu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk
memperoleh pemahaman yang jelas dan me nyeluruh tentang lingkungannya.
Sementara dalam kenyataan, manusia memiliki berbagai kebutuhan lain
seperti kasih sayang, percaya diri, harga diri, gengsi, kebutuhan materi, yang
sering kali tak diindahkan. P adahal kebutuhan-kebutuhan tersebut ternyata
juga memiliki peran yang pe nting dalam menimbulkan kesalahan atribusi.
ATRIBUSI TENTANG DIRI (SELF)

Atribusi tidak hanya tentang orang lain. Atribusi juga dapat


dilakukan pada diri sendiri. Salah satu hal yang menarik dalam
teori atribusi adalah orang memiliki persepsi berdasarkan kondisi
internalnya sendiri, sama seperti saat mereka memiliki persepsi
tentang kondisi orang lain.
Sama seperti atribusi tentang orang lain, dalam atribusi pada diri
sendiri kita juga mencari sebab akibat suatu tindakan yang kita
lakukan. Hal ini berhubungan dengan atribusi disposisi dan
situasional yang ada. Saat kita bisa mengenal dan melakukan
suatu hal, kita bisa dengan mudah menyebutnya sebagai tindakan
yang didasarkan pada atribusi eksternal atau situasional.
Sebaliknya, saat faktor eksternal itu tidak ada, berarti atribusi
disposisi (internal) bisa lebih menjelaskan perilaku kita.
Pendekatan ini memberikan pemahaman tentang persepsi kita
mengenai sikap, motivasi dan emosi.
SIKAP

S i k ap d id e f i n i si k a n s eb a ga i p o s isi y a ng d ia m b il d a n d ih a y a t i se se o r a ng t e rha d a p
b e nd a , m a s a l a h a ta u l e m b a g a .
S i k a p a d a l a h se b u a h r e a k si e v a lu a t if (su a t u p e n ila ia n) m en g e na i k e s u k a a n d a n
k e t id a k su k a a n se se o r a n g) t e rh a d a p o ra n g , p e rist iwa a t a u a sp e k la in d a la m
l i n g k u n ga nn y a . ( W e b e r )
S i k a p m e ru p a k a n p o si si y a n g t id a k n e t ra l m e n g e na i su a t u o b je k . S ik a p a k a n
se l a lu p o sit i f (b a g u s, se t u j u ) a t a u ne g a t if (b u ru k , m e no la k ), t e t a p i t id a k p e rna h
n e t ra l. D a ri d e fi n i si d i a t a s d a p a t d it a r ik k e sim p u la n b a h wa si k a p m e m ilik i c iri
k h a s , y a it u :
- M e m p u ny a i o b j e k t e r t en t u (o ra ng , p e rila k u , k o n se p , sit u a si d a n b e n d a )
M e n ga nd u ng p e n i l a i a n (se t u ju - t id a k se t u ju , su k a - t id a k su k a )
S i k a p t e rb en t u k d a r i b e r b a g a i k e sim p u la n y a ng k it a p e ro le h t e nt a ng p e ng a la m a n
d i m a sa la lu , u n t u k m e m p e r m u d a h p iliha n p e rila k u k it a n a nt iny a .
- S e b a g a ia n b e sa r p a k a r b e rp e nd a p a t b a hw a sik a p a d a la h se s u a t u y a n g d ip e la ja ri
(b u k a n b a w a a n ). O l e h k a r e na it u , sik a p le b ih d a p a t d ib e nt u k , d ik e m b a ng k a n,
d i p e n ga ru hi a t a u d i u b a h . S ik a p b e rb e d a d a ri s ifa t ( t ra it ) y a ng le b ih m e ru p a k a n
b a wa a n d a n su l i t d i u b a h . U nt u k it u m a ri k it a lih a t p e rb e d a a n sik a p d a n sif a t
m e nu ru t A jz e n (S a r w o n o , 1 9 9 7 ).
PERBEDAAN SIKAP DAN SIFAT
MODEL – MODEL SIKAP

Model Satu Dimensi (One-Dimensional Model)

Model ini merupakan model yang paling sederhana dalam


menjelaskan sikap secara langsung, dalam arti suka atau tidak
suka terhadap objek tertentu. Sikap di sini sangat jelas, positif
atau negatif sehingga hal ini dapat menjelaskan anda memilih
untuk tidak menonton film tentang kekerasan karena anda
memang tidak menyukainya (anda memiliki sikap negatif
tentang film kekerasan) dan akibatnya, anda akan menghindari
film yang banyak menampilkan kekerasan.
MODEL – MODEL SIKAP

 Model Tiga Komponen (Three-Component Model)


Model ini menjelaskan sikap dalam jangkauan yang lebih luas
berdasarkan pengalaman psikologi. Di sini dijelaskan, sikap
menyangkut tiga dimensi, yaitu:
 Pengalaman kognitif (seperti kepercayaan)
 Pengalaman afektif (emosi)
 Perilaku (pilihan dan tindakan).
Model ini menjelaskan sikap dalam jangkauan yang lebih luas
berdasarkan pengalaman psikologi. Di sini dijelaskan, sikap
menyangkut tiga dimensi, yaitu:
 Pengalaman kognitif (seperti kepercayaan)
 Pengalaman afektif (emosi)
 Perilaku (pilihan dan tindakan).
PENGUKURAN SIKAP

- Skala Thurstone
Dalam skala ini, seorang peneliti mengembangkan serangkaian
pertanyaan tentang sikap objek. Setiap pertanyaan kemudian
disusun ke dalam urutan secara numerik menurut skala positif-
negatif. Contoh pertanyaan: “Urutkan skala sikap 1 sampai 10
tentang pembelian motor bebek matic”. Dimana poin 1
menunjukkan sikap yang amat negatif dan poin 10
menunjukkan sikap yang amat positif.
Skala Thurstone disusun dengan meminta responden untuk
membaca daftar pertanyaan yang ada dan memberikan tanda
atau poin pada pertanyaan yang mereka setujui. Dari situ, poin-
poin yang telah mereka pilih akan dihitung dan dicari rata-
ratanya untuk memperoleh skor sikap seseorang.
PENGUKURAN SIKAP

 Skala Likert
Skala ini lebih sering digunakan dari pada skala Thurstone.
Skala pengukuran Likert merupakan skala pengukuran yang
mengembangkan pernyataan sikap. Responden kemudian
memilih satu angka dari skala setuju sampai tidak setuju.
Jumlah dari angka yang dipilih menunjukkan sikap responden
terhadap hal yang dimaksud.
PENGKURUAN SIKAP

 Skala Semantik Differential


 Dasar teori dari skala ini adalah bahwa sikap orang terhadap
suatu objek dapat diketahui jika kita mengetahui konotasi
(arti psikologik) dari kata yang melambangkan objek sikap
itu.
 Satu sikap tertentu bisa memiliki makna atau kualitas
evaluasi yang berbeda. Dalam teknik ini responden diminta
untuk mengurutkan satu objek sikap dalam beberapa skala
yang berbeda secara semantik. Misalnya: responden
memberikan nilai terhadap iklan rokok, baik atau buruknya
bagi kebutuhan konsumsi masyarakat.
TEORI PEMBENTUKAN SIKAP

Pendekatan Belajar (Learning Approaches)


Sikap biasanya terbentuk lewat proses pembelajaran, suatu
proses di mana pengalaman dan praktik menghasilkan perilaku
yang relatif sama atau tetap. Proses pembelajaran ini secara
umum diidentifikasikan dalam pembentukan sikap melalui hal
berikut:
 Asosiasi
 Peneguhan
 Belajar sosial
ASOSIASI

A s o si a s i me n ga cu pa da pr os e s m en g h u bu n gk a n pe n g a la ma n -pen g a la ma n y a n g
a m a t dek a t da r i s e gi w a k t u , ru a n g, at a u ke a da a n . Te r da pa t du a be n tu k
pe mbe n tu k a n si k ap me la l u i a s os ia s i , y a it u :
 Classical Conditioning
 S ik a p bis a s a j a me ru pa k a n s er a n gk a i a n ide , per a s a a n , da n k ei n gin an y a n g
k om ple k s. N a mu n, s ik a p bi s a j u ga te rbe n tu k de n ga n m en g a s os i a si k a n s a tu
pen g a la m a n de n ga n ya n g l a in dan me mbu a t re s pon s y a n g u mu m
te r h a da pn y a . Be la j a r u n t u k me m bu at r e s po n s y a n g sa ma pa da s ti mu l i ba r u
ya ng di a s os ia s ik an pa da s ti mu l us s ebe lu m ny a di s ebu t Cla ssic a l C ond it io ni ng .
 More Exposure
 Pe mbe n tu k a n s i ka p ya n g pa l in g j el a s da pa t dibe n tu k le w a t pen g a la m an y a n g
ber u l a ng -u l a n g den g a n o bje k s ik a p, s epe rt i ma n u s ia a ta u ta mpi la n
li n gk u n g a n y a ng se ri n g k a li dite m u i.
 M en u r u t ps i k olo g Za j o n c, t er pa an ya n g ber u la n g -u la ng it u bia s a n ya a k a n
me n g ha si lk a n pe r a sa a n po s it if. M is a ln y a , i kl a n t el evis i ya n g s er in g k a li k ita
to n t on bis a ber da mpa k pa da k e su ka a n k i ta t e rh a da p pr o du k ya n g dii k la n k a n .
A pa la gi k a l au k it a ber a n g ga pa n pr o du k itu me ma n g dibu t u h ka n da n m en a r i k.
PENEGUHAN (REINFORCEMENT)

Sikap bisa dipelajari dari pengalaman pribadi karena ada


konsekuensi-konsekuensi tertentu yang bisa diambil dari sana.
Dari hal ini dapat dilihat bahwa ada semacam peneguhan
dalam mengembangkan sikap positif terhadap psikologi.
Peneguhan merupakan segala macam konsekuensi dari
pengalaman kita yang nantinya bisa menghasilkan perilaku
tertentu, seperti kecenderungan untuk mengambil hal yang
disukai.
Terdapat dua faktor yang menimbulkan peneguhan, yaitu:
 Pengaruh keluarga
 Kelompok bermain (peer group) dan kelompok acuan
(reference group).
BELAJAR SOSIAL (SOCIAL LEARNING)

Proses belajar sosial (social learning) dari Bandura (1977)


menjelaskan bahwa beberapa sikap yang dihasilkan bisa
diperoleh dari hasil asosiasi pasif atau pengaruh persuasif dari
orang-orang yang setuju atau sepihak dengan kita.
Biasanya manusia secara aktif mencari informasi dan
pengalaman yang menjadi dasar untuk bersikap dan
berperilaku. Bentuk pendekatan belajar sosial yang paling
umum berhubungan pada proses pengamatan terhadap
konsekuensi dari perilaku orang lain ( vicarious learning) dan
proses modeling, yaitu proses belajar untuk meniru perilaku
orang lain.
PENDEKATAN KONSISTENSI KOGNITIF
(COGNITIVE CONSISTENCY)
Teori-teori konsistensi kognitif berpangkal pada sebuah
proposisi umum, yaitu bahwa kognisi (pengetahuan, kesadaran)
yang tidak sesuai dengan kognisi-kognisi lain menimbulkan
keadaan psikologik yang tidak menyenangkan dan keadaan ini
mendorong orang untuk bertingkah laku agar tercapai
konsistensi antar kognisi-kognisi tersebut, hal yang mana
menimbulkan rasa senang.
Keadaan inkonsistensi, misalnya terjadi apabila kita melihat
seorang menteri sedang makan di warteg. Menteri dan warteg
adalah dua kognisi (kesadaran) yang tidak saling berkaitan,
bahkan mungkin bertolak belakang. Apabila dua kognisi ini
muncul sekaligus, maka timbul perasaan inkonsistensi dalam
diri kita, yang menyebabkan kita perlu melakukan sesuatu agar
timbul konsistensi yang menyenangkan dalam diri kita.
PENDEKATAN MOTIVASIONAL

Menurut Weber, pendekatan motivasional


disebut juga pendekatan insentif,
mengasumsikan bahwa individu menilai untung
rugi dalam membuat respons tertentu,
termasuk memelihara dan mengekspresikan
sikap tertentu.
Dua model yang termasuk dalam pendekatan
ini adalah
 Evaluations Models
Processing Models.
PERUBAHAN SIKAP

Sikap yang dimiliki seseorang berkembang dan karenanya dapat pula


berubah. Perubahan sikap dapat disebabkan oleh pengalaman atau hal-
hal baru yang diperoleh dari orang lain atau dari media massa.
Perubahan sikap merupakan hasil dari komunikasi persuasuf.
Berubahnya sikap adalah akibat langsung dari bujukan (persuasif), yaitu
sebuah bentuk pengaruh sosial yang bertujuan mengubah keyakinan,
perasaan, dan perilaku seseorang. Efektivitas persuasi ditentukan oleh
kualitas sumber atau komunikator yang melakukan persuasi, isi dan
penyajian pesan yang persuasif, motif serta kemampuan audience.
Berikut ini komponen komunikasi persuasi yang mempengaruhi sikap
yaitu:
 Sumber
 Pesan
 Audiens
 Efek Situasional
SUMBER

Informasi pertama yang orang terima dari pesan persuasif adalah


karakteristik source (sumber atau komunikator) yang menyampaikan
pesan. Ada dua variabel yang mempengaruhi sumber, yaitu:
 Kredibilitas
 Sebuah pesan dapat lebih persuasi dan menghasilkan perubahan sikap
yang lebih besar ketika komunikator dianggap memiliki kredibilitas.
Komunikator dapat dianggap lebih kredibel jika terlihat memiliki
keahlian (pengetahuan) dan dapat dipercaya.
 Daya tarik
 Daya tarik komunikator merupakan hal penting dalam mempersuasi
orang. Misalnya, sebuah perusahaan mengiklankan produknya di media
massa dengan menggunakan selebritis yang mempunyai reputasi di
bidang tertentu untuk menarik perhatian konsumen.
Terdapat tiga macam daya tarik, yaitu:
 penampilan fisik,
 power, dan
 kesamaan dengan penerima pesan.
PESAN

E lemen p esan yang memiliki lebih banyak variabel yang membangun efek
untuk mempersuasi. Kualit as epsan persuasif yang berdampak pada
perub ahan sikap, meliput i:
 Posis i
Semakin suat u pesan d ekat dengan posisi at au sudut pandang seseorang
pada saat itu, semakin mudah orang t ersebut dalam menerima pesan.
 Isi Pesan
Isi p esan merupakan salah satu elemen yang dapat mempersuasi penerima
pesan untuk mengubah sikap. Dalam dunia periklanan, isi pesan at au slogan
suatu produk dibuat sebisa mungkin unt uk dapat meresap ke dalam benak
konsumen.
Berikut adalah h al- hal yang mem pengaruhi dampak persuasif isi pesan, yait u:
 Kesederhanaan,
 Daya tarik emosional,
 Kepentingan pribadi,
 Penyajian/Gaya penyampaian pesan.
AUDIENCE
(KHALAYAK, PENERIMA PESAN)
K a r ak te r i s t i k a u d i e ns a k a n m e ne n t u k a n m a n a k om u ni k a t o r y a n g k r e d i b e l a t a u
a t r a k t i f, m a na p e s a n y an g l o g i s , d a p a t d i i ng a t a t a u s e i m b a n g . B e r i k u t h a l -h a l y a n g
m e m p e n g a r u h i au d i e n s a d al a h :
 A t t e n t i o n ( P e r ha t i a n )
P e s a n ya n g m u n cu l d i m e d i a m a s s a t i d a k d a p a t m e m p e r s u a s i a u d i e n s y a n g t i d a k
m e na r u h p e r h a ti a n te r h ad a p ny a . B e r i k u t h a l - h a l y a n g b e r k a i t a n d e n g a n p e r ha t i a n
a u d i e n s , y a i tu :
 Selective Exposure (Terpaan Selektif) à kecenderungan seseorang akan memilih pesan yang
sesuai dengan sudut pandang kita, dan menghindari informasi lainnya.
 Ego Involvement (Keterlibatan Diri) à keterlibatan dengan sesuatu yang membuat kita kurang
menerima hal lainnya. Semakin seseorang terlibat dengan sikapnya terhadap sesuatu, semakin
kurang menerima posisi lain. Contohnya, pendukung suatu partai akan tidak menyukai partai
saingannya.
 K a ra k te r i s t i k p e rs o n al
P e n e r i m a a n p e s an p e r s u a s i f d a p a t b e r b e d a - b e d a a n t a r a s a t u i n d i vi d u d e ng a n
i n d i vi d u l a i n n ya . B e b e ra p a k a r a k t e r i s t i k p r i b a d i y a n g m e m p e n g a r u h i i n d i vi d u d a l a m
m e ne r im a p e s a n , y ai t u :
 Umur. Berdasarkan masa-masa yang mudah dipengaruhi, umur anak-anak dan remaja (18 – 25
tahun) memiliki sikap yang kurang stabil dibandingkan orang dewasa.
 Kebutuhan. Sebuah pesan akan lebih persuasif jika sesuai dengan kebutuhan penerima pesan.
Para pengiklan akan mengidentifikasi kebutuhan khalayak, kemudian menawarkan janji-janji
yang sesuai untuk, memenuhi kebutuhan tersebut.
EFEK SITUASIONAL

Persuasi tidak hany a dihasilkan dari komunikator, pesan, dan penerima


pesan. Ada beberapa hal yang terjadi d alam proses berlangsungnya
komunikasi persuasif, dan dampak pentingny a bagi perubahan sikap, yaitu:
 Message Density (Kerapatan Pesan)
Banyaknya pesan yang datang dalam waktu singkat akan mempengaruhi
kita. Contoh yang paling nyata adalah banyakny a iklan y ang mengikuti
suatu program acara televisi. Biasanya iklan yang muncul berasal dari
kategori produk yang sama, sehingga sebuah produk akan saling berperang
dalam meny ampaikan pesan persuasif kepada audiens.
 Repetisi (Pengulangan)
Seseorang akan terbiasa terhadap suatu pesan persuasif disebabkan
adanya pengulangan pesan. Pengulangan pesan akan menyebabkan
perubahan sikap.
 Distraction (Gangguan/Pengalih Perhatian)
Penerima pesan akan membuat argumen perlawanan terhadap pesan yang
diterimanya. Akibatnya, kekuatan persuasi pesan akan berkurang.

Anda mungkin juga menyukai