KEPERAWATAN KELUARGA
KELOMPOK IV
NURFITA PRATIWI
DINA MARIANA
YULIA
KONSEP KEPERAWATAN
KELUARGA
PENGERTIAN
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan
anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010). Pengertian lain
dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI,
2010).
PENGERTIAN
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan
keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan
memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan
sumber- sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan kesehatan
dan sektor lain di komunitas (Depkes RI, 2010).
TUJUAN
2. Pendidik
3. Konselor
4. Kolaborator
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
I. KOMPONEN PENGKAJIAN KELUARGA
1. Data pengenalan keluarga
Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga, alamat lengkap,
komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya, identitas agama, status
kelas sosial, dan rekreasi keluarga. Data ini merupakan data dasar untuk mengkaji
data selanjutnya.
Data ketiga yang perlu Anda kaji adalah data lingkungan. Apa saja data yang dikaji
pada komponen ini? Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik
tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe penduduk, apakah
termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe hunian rumah, apakah
sebagian besar tetangga, sanitasi jalan, dan pengangkutan sampah. Karakteristik
demografi tetangga dan komunitas meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan, dan
bahasa sehari-hari.
4. Data struktur keluarga
Data yang keempat yang perlu dikaji adalah data struktur keluarga, antara lain pola komunikasi, meliputi penggunaan
komunikasi antaranggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat,
dan perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi.
Data berikutnya yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data siapa yang membuat keputusan
dalam keluarga, seberapa penting keputusan yang diambil. Selanjutnya, adalah data struktur peran, meliputi data
peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap anggota keluarga, tidak ada konflik
dalam peran, bagaimana perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel.
Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti
siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran
keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan
nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang
menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai- nilai memengaruhi kesehatan keluarga.
5. Data fungsi keluarga
Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi keluarga. Ada lima fungsi keluarga yang perlu
Anda pahami antara lain berikut ini.
1) Fungsi afektif. Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan keluarga dan responnya.
Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah anggota keluarga
memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.
2) Fungsi sosialisasi. Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga menanamkan disiplin,
penghargaan dan hukuman bagi anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan perilaku yang sesuai usia.
3) Fungsi perawatan kesehatan. Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk
kesehatan, Bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan terhadap anggota keluarga, konsistensi
keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan keluarga.
Lanjutan....
4) Fungsi ekonomi merupakan fungsi keempat yang perlu dikaji. Data yang diperlukan meliputi bagaimana
keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas data jenis
pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga mampu mencukupi
semua kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.
5) Fungsi keluarga terakhir yang dikaji adalah fungsi reproduksi, data yang dikumpulkan adalah berapa
jumlah anak, apakah mengikuti program keluarga berencana atau tidak, apakah mempunyai masalah
pada fungsi reproduksi.
6.Data Koping Keluarga
Komponen data terakhir adalah data koping keluarga. Data yang perlu dilakukan
pengkajian adalah stresor keluarga, meliputi data tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan
dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan stresor
yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari. Apakah
keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang
menyebabkan stres.
Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stres, strategi koping
bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang
berbeda-beda.
ANALISA DATA
N O D A T A E T IO L O G I M A S A L A H
1. D a t a S u b je k tif :
Ib u P m e n d e r it a k e n c in g m a n is s e ja k p e r te n g a h a n ta h u n k e tid a k m a m p u a n R is ik o p e r u b a h a n
2 0 0 6 k e lu a r g a d a la m n u tris i: k u ra n g d a ri
K e lu a r g a tid a k m e n g e t a h u i t e n ta n g p e n g e r tia n , p e n y e b a b , m e r a w a t a n g g o ta k e b u tu h a n tu b u h
ta n d a - ta n d a d a n p e r a w a ta n p e n d e rita k e n c in g m a n is k e lu a r g a y a n g p a d a Ib u P
K e lu a r g a tid a k p e r n a h m e n d a p a t in f o r m a s i t e n ta n g m e n d e r it a d ia b e t e s k e lu a r g a B p . J
k e n c in g m a n is m e llit u s
Ib u P tid a k m e n ja la n k a n d ie t D M
K e lu a r g a m e n g a ta k a n b e lu m t a h u t e n t a n g d ie t D M
M e n u ru t in fo r m a s i y a n g d id a p a t k e lu a r g a d a ri d o k te r y a n g
m e m e r ik s a , I b u P h a r u s m e n g u r a n g i k o n s u m s i g u la d a n
m a k a n a n y a n g m a n is - m a n is
M e n u ru t p e n d a p a t Ib u P b e r a t b a d a n n y a tu ru n te ru s
u n tu k b e b e r a p a b u la n in i.
D a t a o b je k t if:
B B : 5 4 k g
B B R : 1 0 1 % ( n o r m a l)
K e b u tu h a n k a lo r i s e h a r u s n y a :1 6 2 0 k a l
N a d i: 8 0 X / m e n it .
P e r n a fa s a n : 1 6 x /m e n it.
G u la d a r a h : 2 2 6 m g /d l
D a ta d a ri fo o d r e c o rd :
D a la m w a k tu 5 h a r i, d id a p a tk a n k o m p o s is i k a r b o h id r a t 7 2 % ,
p r o t e in 1 0 % d a n le m a k 1 8 % , r a t a - r a ta 9 2 0 k a lo r i/h a r i.
II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat katagori diagnosis keperawatan. Adapun skornya
adalah, diagnosis keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan diagnosis keperawatan aktual
dengan skor 3.
2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber
daya keluarga, sumber daya perawatan yang tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah
ini skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1, dan tidak dapat dengan skor nol.
3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya
masalah, dan tindakan yang sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan skor
4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat
masalah. Penilaian dari kriteria ini terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan
1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah keperawatan yang terjadi. Skor yang
ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria.
Bobot merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x bobot).
2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan keluarga.
3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang prioritas.
Skoring Prioritas Masalah Pada Penderita Diabetes Mellitus
c. Potensial masalah untuk Masalah lebih lanjut belum terjadi, adanya keinginan Ibu P
dicegah: tinggi 3 1 3/3x1=1 untuk sembuh serta adanya dukungan dari keluarga
Berdasarkan matriks di atas, skor yang didapat adalah 2 2/3. Skoring dilakukan untuk semua diagnosis keperawatan
keluarga.
IV.PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara:
a. memberikan informasi;
b. memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
a. mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
b. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
c. mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
IV.PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KELUARGA
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara:
a. mendemonstrasikan cara perawatan;
b. menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
c. mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
a. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
b. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara:
a. mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga;
b. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
V. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. PENGERTIAN EVALUASI
1. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dari anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.
4. Latihan/simulasi/redemonstrasi
Perawat mengevaluasi kemampuan perawat dalam melakukan suatu tindakan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit dengan meminta keluarga untuk melakukan kembali
tindakan keperawatan yang telah diajarkan. Contoh, perawat telah mengajarkan senam kaki diabetik,
klien diminta mengulang kembali senam kaki diabetik, seperti yang telah diajarkan.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DI SULAWESI SELATAN
Peran keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat dibutuhkan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Peran keluarga yang dimaksud adalah seberapa besar perhatian yang di berikan
dari pihak keluarga dalam mengenali masalah yang dialami oleh penderita TB paru.
Faktor budaya juga dapat mempengaruhi keluarga dalam mengambil keputusan tindakan.
Menurut Foster (1973) dikutip dari Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa aspek budaya dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang antara lain adalah tradisi, sikap fatalism, nilai, ethnocentrism
dan unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi. Kadang- kadang seorang
penderita dengan kondisi yang sudah parah terlambat mendapatkan pertolongan hanya karena
harus menunggu keluarga lainnya datang untuk memutuskan tindakan.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN
DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI HALUSINASI
PENDENGARAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BARA-BARAYA MAKASSAR
Rosmiati1, Faisal Asdar2, Rusli3
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat stimulus, tipe halusinasi
yang sering adalah halusinasi pendengaran. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada yaitu
merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara (Stuart, 2007).
Keluarga adalah support system terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan klien. Keluarga yang
mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti program pengobatan.
Salah satu tugas perawat adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien di rumah. Perawat perlu
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga (Yosep,I, 2009) Ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
halusinasi dengar di wilayah kerja Puskesmas Bara- Baraya Makassar.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETERATURAN KONTROL KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGASA
KEC. RAPPOCINI KOTA MAKASSAR
Relation Of Family Support With Regularity Of Control Of Blood Sugar Level In Type Ii Diabetes Mellitus At Mangasa
Public Health Center Rappocini Makassar City.
Dukungan keluarga didefinisikan sebagai suatu faktor yang penting dalam kepatuhan manajemen penyakit kronik untuk remaja
maupun dewasa. Dukungan keluarga merupakan indikator yang kuat yang dapat memberikan suatu dampak positif terhadap perawatan
diri pada pasien dengan diabetes (Hensarling, 2009), karena dalam dukungan keluarga terdapat berbagai jenis dukungan keluarga yang
sangat berpengaruh yaitu, Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan ptaktis dan konkrit diantaranya :
bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.
Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun selain individu merasa bahwa
masih ada perhatian atau kepedulian dari linkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan sehingga
dukungan instrumental ini sangat berpengaruh dengan keteraturan pasien dalam mengontrol kadar gula darah nya.Dukungan
informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi) tentang dunia yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah
nasehat, ususlan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN
DEPRESI
PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BATUA KOTA MAKASSAR
Sinsigus Weni1, Murtiani2, Sudirman3
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh pelaksanaan model discharge planning berbasis teknologi terhadap
dukungan psikososial keluarga dalam perawatan penyakit stroke di Ruangan Lontara 3 Syaraf RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Makassar.Discharge planning sangat membantu keluarga dalam perawatan pasien stroke dan mempersiapkan untuk rencana
pemulangan pasien ke rumah, selain itu CD media pembelajaran juga membantu perawat dalam memberikan edukasi kepada pasien
dan keluarga. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi rumah sakit dalam melakukan discharge planning yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
PENGARUH PENERAPAN MODEL KELUARGA UNTUK KELUARGA
TERHADAP KEMANDIRIAN KELUARGA MERAWAT PENDERITA TB PARU
PESERTA DOTS DI MAKASSAR
(INTEGRASI KONSEP KEPERAWATAN SELF CARE
DAN FAMILY-CENTRED NURSING)
The Effect of Family to Family Model to the Family’s Independency in Caring Tuberculosis
Family Member who is Dots Participant in Makassar
(Integration Nursing Concept Self Care and Family-Centred Nursing)
Elly Lilianty Sjattar1, Elly Nurrahmah2, Burhanuddin Bahar3, Sitti Wahyuni4
Family to family atau keluarga untuk keluarga (KUK) adalah metode yang kami kembangkan dengan Pengintegrasikan teori
keperawatan self care dan konsep family-centered nursing. Integrasi kedua model ini dilakukan dengan asumsi bahwa program ini
dapat memandirikan anggota keluarga melalui edukasi suportif yang diberikan oleh perawat komunitas kepada anggota keluarga yang
bertanggung jawab dalam memelihara dan merawat anggota keluarganya yang menderita TB.
Pengembangan kemampuan keluarga atau pengawas menelan obat (PMO) dalam merawat anggota keluarganya yang menderita
TB sangat penting karena keluarga adalah sumber utama bantuan bagi anggota keluarganya yang menderita penyakit kronik seperti TB
dan dapat membantu penderita TB untuk sembuh lebih optimal, serta keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan penularan
terhadap anggota keluarga yang rentan terhadap penyakit TB.
Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung penting dalam self care karena dengan keberadaan keluarga yang
mendampingi klien saat sakit akan memotivasi klien untuk mandiri ,apalagi jika keluarga disini adalah orang terdekat
dan dipercaya oleh klien. Dukungan dari keluarga dapat berupa dukungan fisik, psikologis dan mungkin juga dukungan financial .
Thank You