Anda di halaman 1dari 37

2020

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DI SULAWESI SELATAN

KEPERAWATAN KELUARGA
KELOMPOK IV

MUH.NUR RAHMAN HADI

NURFITA PRATIWI

DINA MARIANA

ARYANG GUNINA SIKIN

YULIA
KONSEP KEPERAWATAN
KELUARGA
PENGERTIAN
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan
anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010). Pengertian lain
dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI,
2010).
PENGERTIAN
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan
keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan
memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan
sumber- sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan kesehatan
dan sektor lain di komunitas (Depkes RI, 2010).
TUJUAN

1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.


2. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarga.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan perawatan
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
SASARAN

Keluarga sehat Keluarga risiko tinggi dan Keluarga yang


rawan kesehatan memerlukan tindak lanjut
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KELUARGA
(FRIEDMAN DKK, 20013)

1. Pelaksana ( Pemberi asuhan Keperawatan )

2. Pendidik

3. Konselor

4. Kolaborator
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
I. KOMPONEN PENGKAJIAN KELUARGA
1. Data pengenalan keluarga
Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga, alamat lengkap,
komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya, identitas agama, status
kelas sosial, dan rekreasi keluarga. Data ini merupakan data dasar untuk mengkaji
data selanjutnya.

2. Data perkembangan dan sejarah keluarga


Pengkajian kedua yang dapat Anda lakukan adalah mengkaji tahap perkembangan
dan sejarah keluarga. Data yang perlu di kaji pada komponen pengkajian ini, yaitu
tahap perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak pertama dan
tahap perkembangan yang belum terpenuh, keluarga inti (riwayat keluarga
sebelumnya dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan.
3. Data lingkungan

Data ketiga yang perlu Anda kaji adalah data lingkungan. Apa saja data yang dikaji
pada komponen ini? Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik
tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe penduduk, apakah
termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe hunian rumah, apakah
sebagian besar tetangga, sanitasi jalan, dan pengangkutan sampah. Karakteristik
demografi tetangga dan komunitas meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan, dan
bahasa sehari-hari.
4. Data struktur keluarga
Data yang keempat yang perlu dikaji adalah data struktur keluarga, antara lain pola komunikasi, meliputi penggunaan
komunikasi antaranggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat,
dan perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi.

Data berikutnya yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data siapa yang membuat keputusan
dalam keluarga, seberapa penting keputusan yang diambil. Selanjutnya, adalah data struktur peran, meliputi data
peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap anggota keluarga, tidak ada konflik
dalam peran, bagaimana perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel.

Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti
siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran
keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan
nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang
menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai- nilai memengaruhi kesehatan keluarga.
5. Data fungsi keluarga
Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi keluarga. Ada lima fungsi keluarga yang perlu
Anda pahami antara lain berikut ini.
1) Fungsi afektif. Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan keluarga dan responnya.
Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah anggota keluarga
memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.
2) Fungsi sosialisasi. Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga menanamkan disiplin,
penghargaan dan hukuman bagi anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan perilaku yang sesuai usia.
3) Fungsi perawatan kesehatan. Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk
kesehatan, Bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan terhadap anggota keluarga, konsistensi
keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan keluarga.
Lanjutan....
4) Fungsi ekonomi merupakan fungsi keempat yang perlu dikaji. Data yang diperlukan meliputi bagaimana
keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas data jenis
pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga mampu mencukupi
semua kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.

5) Fungsi keluarga terakhir yang dikaji adalah fungsi reproduksi, data yang dikumpulkan adalah berapa
jumlah anak, apakah mengikuti program keluarga berencana atau tidak, apakah mempunyai masalah
pada fungsi reproduksi.
6.Data Koping Keluarga

Komponen data terakhir adalah data koping keluarga. Data yang perlu dilakukan
pengkajian adalah stresor keluarga, meliputi data tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan
dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan stresor
yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari. Apakah
keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang
menyebabkan stres.
Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stres, strategi koping
bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang
berbeda-beda.
ANALISA DATA

N O D A T A E T IO L O G I M A S A L A H
1. D a t a S u b je k tif :
 Ib u P m e n d e r it a k e n c in g m a n is s e ja k p e r te n g a h a n ta h u n k e tid a k m a m p u a n R is ik o p e r u b a h a n
2 0 0 6 k e lu a r g a d a la m n u tris i: k u ra n g d a ri
 K e lu a r g a tid a k m e n g e t a h u i t e n ta n g p e n g e r tia n , p e n y e b a b , m e r a w a t a n g g o ta k e b u tu h a n tu b u h
ta n d a - ta n d a d a n p e r a w a ta n p e n d e rita k e n c in g m a n is k e lu a r g a y a n g p a d a Ib u P
 K e lu a r g a tid a k p e r n a h m e n d a p a t in f o r m a s i t e n ta n g m e n d e r it a d ia b e t e s k e lu a r g a B p . J
k e n c in g m a n is m e llit u s
 Ib u P tid a k m e n ja la n k a n d ie t D M
 K e lu a r g a m e n g a ta k a n b e lu m t a h u t e n t a n g d ie t D M
 M e n u ru t in fo r m a s i y a n g d id a p a t k e lu a r g a d a ri d o k te r y a n g
m e m e r ik s a , I b u P h a r u s m e n g u r a n g i k o n s u m s i g u la d a n
m a k a n a n y a n g m a n is - m a n is
 M e n u ru t p e n d a p a t Ib u P b e r a t b a d a n n y a tu ru n te ru s
u n tu k b e b e r a p a b u la n in i.
D a t a o b je k t if:
 B B : 5 4 k g
 B B R : 1 0 1 % ( n o r m a l)
 K e b u tu h a n k a lo r i s e h a r u s n y a :1 6 2 0 k a l
 N a d i: 8 0 X / m e n it .
 P e r n a fa s a n : 1 6 x /m e n it.
 G u la d a r a h : 2 2 6 m g /d l
D a ta d a ri fo o d r e c o rd :
D a la m w a k tu 5 h a r i, d id a p a tk a n k o m p o s is i k a r b o h id r a t 7 2 % ,
p r o t e in 1 0 % d a n le m a k 1 8 % , r a t a - r a ta 9 2 0 k a lo r i/h a r i.
II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosis keperawatan keluarga merupakan tahap kedua dari proses


keperawatan keluarga. Tahap ini merupakan kegiatan penting dalam
menentukan masalah keperawatan yang akan diselesaikan dalam keluarga.
Penetapan diagnosis keperawatan yang tidak tepat akan memengaruhi tahapan
berikutnya dalam proses keperawatan. Kemampuan perawat dalam
menganalisis data hasil pengkajian sangat diperlukan dalam menetapkan
diagnosis keperawatan keluarga.
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA

Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan


menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan
keluarga adalah kriteria, bobot, dan pembenaran.
Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini.

1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat katagori diagnosis keperawatan. Adapun skornya

adalah, diagnosis keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan diagnosis keperawatan aktual

dengan skor 3.

2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber

daya keluarga, sumber daya perawatan yang tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah

ini skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1, dan tidak dapat dengan skor nol.

3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya

masalah, dan tindakan yang sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan skor

2, dan rendah dengan skor 1.

4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat

masalah. Penilaian dari kriteria ini terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan

dengan skor nol 0.


Cara perhitungannya sebagai berikut.

1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah keperawatan yang terjadi. Skor yang

ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria.

Bobot merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x bobot).

2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan keluarga.

3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang prioritas.
Skoring Prioritas Masalah Pada Penderita Diabetes Mellitus

Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran

2 1 2/3x1=2/3 Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh memang belum


a. Sifat masalah: Risiko
terjadi, tapi pada Ibu P rata-rata asupan kalori kurang dari
kebutuhan tubuh, yaitu 920 kalori.

Ibu P merasa makanan yang telah dikonsumsi sudah cukup


b. Kemungkinan masalah dapat untuk dirinya, meskipun Ibu P mempunyai keinginan untuk
1 2 1/2x2= 1 sembuh dan ada perawat yang memberikan informasi
diubah: sebagian
tentang diet untuk penyakit kencing manis.

c. Potensial masalah untuk Masalah lebih lanjut belum terjadi, adanya keinginan Ibu P
dicegah: tinggi 3 1 3/3x1=1 untuk sembuh serta adanya dukungan dari keluarga

d. Menonjolnya masalah: Masalah 0 1 0/2x1=0 Keluarga tidak merasakan sebagai masalah


tidak dirasakan

Total skor 2 2/3

Berdasarkan matriks di atas, skor yang didapat adalah 2 2/3. Skoring dilakukan untuk semua diagnosis keperawatan
keluarga.
IV.PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara:
a. memberikan informasi;
b. memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
a. mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
b. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
c. mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
IV.PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KELUARGA
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara:
a. mendemonstrasikan cara perawatan;
b. menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
c. mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
a. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
b. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara:
a. mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga;
b. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
V. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGERTIAN EVALUASI

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan
pada akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian integral pada
setiap tahap proses keperawatan.
V. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

METODE DAN SUMBER DATA EVALUASI

1. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dari anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.

2. Memeriksa laporan atau dokumentasi keperawatan


Perawat perlu memeriksa kembali laporan atau catatan keperawatan yang telah ditulis oleh tim
keperawatan setelah melaksanakan intervensi keperawatan.
METODE DAN SUMBER DATA EVALUASI

3. Wawancara atau angket


Membuat daftar pertanyaan atau angket yang ditujukan pada keluarga untuk mengetahui kemajuan
kondisi kesehatannya. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara.

4. Latihan/simulasi/redemonstrasi
Perawat mengevaluasi kemampuan perawat dalam melakukan suatu tindakan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit dengan meminta keluarga untuk melakukan kembali
tindakan keperawatan yang telah diajarkan. Contoh, perawat telah mengajarkan senam kaki diabetik,
klien diminta mengulang kembali senam kaki diabetik, seperti yang telah diajarkan.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DI SULAWESI SELATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA JURNAL


JVK
JURNAL VOKASI KESEHATAN
http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JVK
PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN
REMATIK
Suryanda , Asmawi Nazori, Zanzibar
Kekambuhan adalah kejadian berulang yang dialami oleh penderita melebihi satu kali dengan kualitas yang sering
terjadi dan biasanya bersifat tidak menyenangkan. Setelah dilakukan diagnosa rematik dapat ditegakan bahwa pendekatan
pertama yang harus dilakukan adalah untuk pencegahan terulangnya rasa nyeri rematik (Putri, 2012).
Dukungan dari keluarga juga menjadi sangat penting, mengingat sebagian besar penderita rematik adalah lansia.
Menurut Setiadi, (2008) keluarga perlu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga.
Keluarga dalam hal ini wajib melakukan berbagai upaya pencegahan kekambuhan tersebut. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan adanya pengetahuan yang baik mengenai Rematik. Pengetahuan yang perlu dimiliki antara
lain terkait mengenai istirahat yang cukup, dan latihan spesifik yang bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi,dan
menjaga pola makan yang baik dengan mengurangi asupan purin yang tinggi (Gordon,2002)
STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. ” M ” DENGAN BRONKHITIS DIPUSKEMAS BAROMBONG
KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR
*Darmi Arda*
0911018002
darmiarda@gmail.com
Dosen tetap program studi Diploma III Keperawatan Sandi Karsa Makassar
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantunga
(Departemen Kesehatan RI, 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang bergabung, keluarga hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. (Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989).
Defenisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
b. Para anggota keluarga biasanya hidup bersamasama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka
tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unit tersendiri.
(Burgess dkk, 1963)
Didalam asuhan keperawatan keluarga pada Tn.”M” ternyata ditemukan tiga masalah kesehatan antara lain mengalami bronchitis,
personal hygiene dan sanitasi lingkungan. Intervensi yang di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain memberikan penyuluhan
dan memberi motivasi pada pasien dan keluarga.
GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA DENGAN DIANGNOSA TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULUROKENG
KEC. BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR
Suhartatik1, Azniah2 , Hudzayfa Hadis3

Peran keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat dibutuhkan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Peran keluarga yang dimaksud adalah seberapa besar perhatian yang di berikan
dari pihak keluarga dalam mengenali masalah yang dialami oleh penderita TB paru.
Faktor budaya juga dapat mempengaruhi keluarga dalam mengambil keputusan tindakan.
Menurut Foster (1973) dikutip dari Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa aspek budaya dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang antara lain adalah tradisi, sikap fatalism, nilai, ethnocentrism
dan unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi. Kadang- kadang seorang
penderita dengan kondisi yang sudah parah terlambat mendapatkan pertolongan hanya karena
harus menunggu keluarga lainnya datang untuk memutuskan tindakan.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN
DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI HALUSINASI
PENDENGARAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BARA-BARAYA MAKASSAR
Rosmiati1, Faisal Asdar2, Rusli3

Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat stimulus, tipe halusinasi
yang sering adalah halusinasi pendengaran. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada yaitu
merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara (Stuart, 2007).
Keluarga adalah support system terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan klien. Keluarga yang
mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti program pengobatan.
Salah satu tugas perawat adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien di rumah. Perawat perlu
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga (Yosep,I, 2009) Ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
halusinasi dengar di wilayah kerja Puskesmas Bara- Baraya Makassar.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETERATURAN KONTROL KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGASA
KEC. RAPPOCINI KOTA MAKASSAR
Relation Of Family Support With Regularity Of Control Of Blood Sugar Level In Type Ii Diabetes Mellitus At Mangasa
Public Health Center Rappocini Makassar City.

Dukungan keluarga didefinisikan sebagai suatu faktor yang penting dalam kepatuhan manajemen penyakit kronik untuk remaja
maupun dewasa. Dukungan keluarga merupakan indikator yang kuat yang dapat memberikan suatu dampak positif terhadap perawatan
diri pada pasien dengan diabetes (Hensarling, 2009), karena dalam dukungan keluarga terdapat berbagai jenis dukungan keluarga yang
sangat berpengaruh yaitu, Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan ptaktis dan konkrit diantaranya :
bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.
Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun selain individu merasa bahwa
masih ada perhatian atau kepedulian dari linkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan sehingga
dukungan instrumental ini sangat berpengaruh dengan keteraturan pasien dalam mengontrol kadar gula darah nya.Dukungan
informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi) tentang dunia yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah
nasehat, ususlan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN
DEPRESI
PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BATUA KOTA MAKASSAR
Sinsigus Weni1, Murtiani2, Sudirman3

1. Dukungan Instrumental dengan Pencegahan Depresi pada Lansia


2. Dukungan Informasional dengan pencegahan Depresi pada Lansia
3. Dukungan emosional dengan pencegahan Depresi pada Lansia
4. Dukungan harga diri dengan pencegahan Depresi pada Lansia
5. Dukungan kelompok sosial dengan pencegahan Depresi pada Lansia
PENGARUH PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING TERHADAP
DUKUNGAN
PSIKOSOSIAL KELUARGA MERAWAT PASIEN STROKE
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
The Influence of the Implementation of Discharge Planning on Family Psychosocial
Support in Caring for
Stroke Patients in dr. Wahidin Sudirohusodo Regional Publik Hospital of Makassar
Nurul Fuady F.A1, Elly L. Sjattar1, Veni Hadju2

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh pelaksanaan model discharge planning berbasis teknologi terhadap
dukungan psikososial keluarga dalam perawatan penyakit stroke di Ruangan Lontara 3 Syaraf RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Makassar.Discharge planning sangat membantu keluarga dalam perawatan pasien stroke dan mempersiapkan untuk rencana
pemulangan pasien ke rumah, selain itu CD media pembelajaran juga membantu perawat dalam memberikan edukasi kepada pasien
dan keluarga. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi rumah sakit dalam melakukan discharge planning yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
PENGARUH PENERAPAN MODEL KELUARGA UNTUK KELUARGA
TERHADAP KEMANDIRIAN KELUARGA MERAWAT PENDERITA TB PARU
PESERTA DOTS DI MAKASSAR
(INTEGRASI KONSEP KEPERAWATAN SELF CARE
DAN FAMILY-CENTRED NURSING)
The Effect of Family to Family Model to the Family’s Independency in Caring Tuberculosis
Family Member who is Dots Participant in Makassar
(Integration Nursing Concept Self Care and Family-Centred Nursing)
Elly Lilianty Sjattar1, Elly Nurrahmah2, Burhanuddin Bahar3, Sitti Wahyuni4
Family to family atau keluarga untuk keluarga (KUK) adalah metode yang kami kembangkan dengan Pengintegrasikan teori
keperawatan self care dan konsep family-centered nursing. Integrasi kedua model ini dilakukan dengan asumsi bahwa program ini
dapat memandirikan anggota keluarga melalui edukasi suportif yang diberikan oleh perawat komunitas kepada anggota keluarga yang
bertanggung jawab dalam memelihara dan merawat anggota keluarganya yang menderita TB.
Pengembangan kemampuan keluarga atau pengawas menelan obat (PMO) dalam merawat anggota keluarganya yang menderita
TB sangat penting karena keluarga adalah sumber utama bantuan bagi anggota keluarganya yang menderita penyakit kronik seperti TB
dan dapat membantu penderita TB untuk sembuh lebih optimal, serta keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan penularan
terhadap anggota keluarga yang rentan terhadap penyakit TB.
Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung penting dalam self care karena dengan keberadaan keluarga yang
mendampingi klien saat sakit akan memotivasi klien untuk mandiri ,apalagi jika keluarga disini adalah orang terdekat
dan dipercaya oleh klien. Dukungan dari keluarga dapat berupa dukungan fisik, psikologis dan mungkin juga dukungan financial .
Thank You

Anda mungkin juga menyukai