Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 6

DIABETES MELITUS
MUH.NUR RAHMAN HADI TIPE 1 (DM JUVENILE)

PENGERTIAN
Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif,
dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin, atau keduanya (Darmono)
Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang bermanifestasi sebelum umur
15 tahun. (FKUI)

ETIOLOGI
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe- 1. Namun yang pasti penyebab
utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui
faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

PATOFISIOLOGI
Pada DM tipe I terjadi suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin
dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik.

Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis,
dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.

Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang dengan
sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat
yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh
agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang
disensitisasi.
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.
Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu C-peptide
<0,85 ng/ml. C-peptide ini merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih
berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell autoantibodies(ICA), Glutamic
acid decarboxylase autoantibodies(65K GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau tyrosine posphatase)
autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA). Adanya autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena
proses autoimun. Sayangnya pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).

MANIFESTASI KLINIS

Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak ( diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih
akut, lebih berat, tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis
karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b. Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1 pada anak.
c. Polidipsia
d. Poliphagia
e. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini
dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
h. Mata kabur
i. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan
kesadaran ( koma )

Tabel Target kontrol metabolik pada anak dengan DM tipe 1


Target Baik
Baik Sedang Kurang
metabolik sekali
<120 <140
<180 >180
Preprandial mg/dL mg/dL

Postprandial <140 <200 <240 >240

Urin reduksi - - +- >+

HbA1c <7% 7-7.9% 8-9% >10%

Sumber: Rustama DS, dkk. 2010.

Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :

1. Fase akut/ketoasidosis

          koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan asam basa,        elektrolit dan pemakaian insulin.

2. Fase subakut/ transisi

          Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi penyakit        dengan insulin, menyusun pola diet, dan

penyuluhan kepada penyandang DM/keluarga mengenai pentignya pemantauan penyakitnya secara teratur dengan       pemantauan glukosa

darah, urin, pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.

3. Fase pemeliharaan

          Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi
PATHWAY

Reaksi Autoimun

Sel pankreas hancur

Definisi insulin

Kadar GD tidak seimbang Katabolisme protein liposis meningkat


meningkat

Penurunan BB
Ketidakseimbanagan
kadar gula darah
fleksibilitas
darah merah Nutrisi kurang
dari kebutuhan
pelepasan O2
Poliuria deficit volume cairan

hipoksia perifer
Perfusi jaringan

Nyeri
DX.1 Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit
diabetes melitus
Noc :
- Kadar gula darah pasien seimbang
Nic :
Tujuan :
- Menyeimbangkan kadar gula darah
Kriteria hasil :
- Menunjukkan kadar gula darah dalam batas normal.
penkajian lanjutan :
- Monitor kadar gula darah
tindakan mandiri:
- Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya
Tindakan kolaborasi :
- Kolaborasi dalam pemberian terapi insulin
Edukasi :
- Instruksikan kepada pasien da keluarga mengenai pencegahan dan
pengenalan tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia dan managemen
hiperglikemia dan hipoglikemia

DX.2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin
Noc :
- Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi
Nic :
Tujuan :
- kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya.
penkajian lanjutan :
- Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
tindakan mandiri:
- Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
Tindakan kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Edukasi :
- Memberikan Informasi pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi

DX.3 Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, muntah, dan poliuria.
Noc :
- Kebutuhan cairan Terpenuhi
Nic :
Tujuan :
- kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
- B Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
penkajian lanjutan :
- Pantau masukan dan pengeluaran
tindakan mandiri:
- Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung
Tindakan kolaborasi :
- berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
Edukasi :
- Memberikan informasi kepada keluraga ttg kondisi klien saat ini
JURNAL TERKAIT

KOMPLIKASI JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG DIABETES MELLITUS TIPE 1


Kesimpulan :
Pada dekade ini sudah banyak kemajuan dalam cara pemberian maupun jenis insulin, yang mempunyai
tujuan memperbaiki kontrol metabolik, menurunkan risiko komplikasi vaskular tanpa mengorbankan kualitas hidup
sehari-hari. Ditunjang dengan usaha untuk meningkatkan pengetahuan mengenai DM tipe 1 baik penyebab,
perjalanan penyakit, kapan harus melakukan skrining untuk mencegah komplikasi yang membahayakan
kehidupan. Seiring dengan peningkatan kesadaran dan pengertian mengenai
penyakit diabetes maka kemajuan dalam pengobatan tidak menjadi sia-sia dan kualitas hidup menjadi
lebih baik lagi.
PREANALITIK DAN INTERPRETASI GLUKOSA DARAH UNTUK
DIAGNOSIS DIABETES MELITUS
Kesimpulan :
Adapun tahapan pemeriksaan gula darah yakni mempersiapkan pasien, persiapan pengambilan sampel,
sentrifugasi dan pemisahan serum dengan sel darah. Pemeriksaan glukosa darah dibedakan menjadi
pemeriksaan glukosa darah puasa, glukosa 2 jam post prandial dan glukosa jam ke-2 pada tes toleransi glukosa
oral.

DAFTAR PUSTAKA
Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and adolescents, basic training manual
for healthcare professionals in developing countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam: Moshang T Jr. Pediatric
endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010). Diabetes Melitus. Dalam:
Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta:
Sagung Seto 2010, h 124-161.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.

Anda mungkin juga menyukai