Anda di halaman 1dari 32

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam bab dua akan menjelaskan teori- teori yang terkait pada penelitian ini untuk

mendukung bukti representasi POLWAN dalam menangani pelanggar lalu lintas pada

program GPS iNews TV. Berikut adalah uraian teorinya:

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat

atau komunikasi yang terintegrasi oleh informasi, di mana masing-masing individu

dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk

mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan apa yang telah disebutkan oleh Mulyana dalam buku Teori

Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi, hal 10, [8] “komunikasi juga di pahami

sebagai suatu bentuk komunikasi interaksi, yaitu komunikasi dengan proses sebab-akibat

atau aksi reaksi yang arahnya bergantian”. Salah satu pakar komunikasi Harold D.

Lasswell dalam Hafied Cangara, hal 2, [6] menjelaskan bahwa ada tiga fungsi dasar

menjadi penyebab mengapa manusia perlu bekomunikasi, sebagai berikut:

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya.

Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada

untuk dimanfaatkan, dipelihara, dan menghindar pada hal-hal yang mengancam

alam sekitar. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau

peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia dapat mengembangkan

12
pengetahuannya, yakni belajar dari pengamalannya, maupun melalui informasi

yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Proses kelanjutan suatu masyarakat sesungguhnnya tergantung bagaimana

masyarakat itu bisa berhadapan dengan lingkungannya. Penyesuaian disini bukan

saja terletak pada kemampuan manusia memberi tanggapan terhadap gejala alam

seperti banjir, gempa bumi, dan manusia yang mempengaruhi perilaku manusia,

tetapi juga lingkungan masyarakat tempat manusia hidup dalam tantangan.

3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi.

Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota

masyarakat dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan.

Misalnya bagaimana orang tua mengajarkan tata krama bermasyarakat yang baik

kepada anak anaknya.

Ketiga fungsi ini menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan

dengan sesama anggota masyarakat dan dapat disimpulkan bahwa manusia selalu

melakukan komunikasi dengan sesama.

Komunikasi memiliki sistematik sendiri sehingga proses komunikasi dapat

dilakukan dengan cara yang sama. Harold Lasswell dalam Deddy Mulyana, hal 69, [1]

menggambarkan komunikasi sebagai hal dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan “Who

Says What in Which Channel to Whom with What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa

Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?”. sehingga terdapat

lima unsur komunikasi yang bergantung satu sama lain yaitu, pengirim pesan (sender)

disebut juga dengan komunikator, pesan, saluran atau media yang digunakan untuk

13
menyampaikan pesan, penerima pesan (receiver) disebutjuga dengan komunikan dan

efek atau suatu respon yang di terima penerima pesan ketika mendapatkan pesan yang

disampaikan oleh komunikator.

GAMBAR 2.1

MODEL KOMUNIKASI MENURUT LASSWELL

Sumber: Deddy Mulyana, hal 69, [1]

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat model Laswell terdiri atas beberapa unsur yaitu:

1. Unsur pengirim (who-komunikator)seseorang yang memberikan pesan

2. Unsur pesan (says what-pesan-informasi)informasi berupa isi atau content dari

acara

3. Unsur saluran komunikasi (in which channel-media) alat atau media yang

digunakan

4. Unsur penerima (to whom-receiver) yang menerima pesan

5. Unsur pengaruh (with what effect-influence) efek yang di timbulkan setelah

menerima pesan.

14
Selain itu menurut Hafied Cangara unsur atau elemen dalam proses dari

penyampaian pesan sehingga komunikan mendapatkan efek dari pesan yang di terima,

sebagai berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau

pengiriman informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari

satu, tetapi bisa juga digunakan dalam bentuk kelompok misalnya partai,

organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam

bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengiriman kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,

hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya

diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

3. Media

Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai

saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam

bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai

media komunikasi.

15
4. Penerima

Pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa

terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran,

komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam

proses komunikasi telah di pahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat

karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,

dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini

bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982).

Oleh karna itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan

pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan.

6. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya

umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan media, meskipun pesan

belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan

perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan

itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat

16
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis,

dan dimensi waktu.

Dalam prosesnya komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu

kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke

dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara

sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga

dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.

2. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-

kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal

mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting

komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh

individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

Deddy Mulyana, hal 260-343, [1].

2.1.2 Komunikasi Antarpribadi

Penyampaian pesan dari satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau

sekelompok kecil orang di sebut juga komunikasi interpersonal, menurut Dasrun

Hidayat, hal 42, [33], “komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang

komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif

untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang

diagolis”. Definisi lain diungkapkan Barnlund dalam Dasrun Hidayat, hal 42, [33]

17
“bahwa komunikasi antarpribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga

atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur”.

Dari teori yang di sebutkan diatas komunikasi antarpersonal memiliki

karakteristik, Dasrun Hidayat dalam bukunya menjelaskan karakteristik dari komunikasi

antarpribadi yang diambil dari berbagai definisi mengenai komunikasi antarpribadi,

yaitu:

1. Bersifat Dialogis

Komunikasi antar pribadi bersifat dialogis, dalam arti arus balik antara

komunikator dengan komunikan terjadi langsung (face to face) atau tatap muka

sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung

tanggapan dari komunikan dan secara pasti akan mengetahui apakan

komunikasinya positif, negatif, dan berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil

maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya

seluas-luasnya.

2. Bersifat Keterbukaan (Openess)

Yaitu kemampuan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di

dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat

berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif,

keterbukaan adalah oengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi

sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk

memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut.

3. Bersifat Empati (Empathy)

18
Yaitu merasakan apa yang di rasakan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat

berlangsung kondusif apabila komunikator menunjukan rasa empati pada

komunikasn.

4. Bersifat Dukungan (Supportiveness)

Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

Dalam komunkiasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak

komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi.

5. Bersifat Positif (Positiveness)

Seorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang

lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk

interaksi yang efektif.

6. Bersifat Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa keduabelah pihak menghargai,

berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

7. Bersifat Myself Communication

Komunikasi antar pribadi dimulai dari dalam diri pribadi atau diri sendiri,

dalam hal ini awal dari proses komunikasi adalah persepsi. Persepsi bukan sekedar

rekaman atas objek yang telah terstimulasikan pada otak manusia, tetapi otak

manusia itu tidak seperti komputer yang mengolah input sebagaimana data adanya.

8. Bersifat Transaksional

Komunikasi antarpribadi mengacu pada penilaian orang lain terhadap dirinya.

Dasrun Hidayat, hal 44-49, [33]

19
2.1.3 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk dalam suatu komunikasi.

Komunikasi massa dapat dikatakan sebagai suatu tipe komunikasi manusia yang muncul

bersamaan dengan alat-alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan

sebuah pesan dan informasi. Komunikasi massa diambil dari Bahasa Inggris, yakni mass

communication yang memiliki arti komunikasi dengan menggunakan media massa.

Segala bentuk penyampaian informasi melalui media massa disebut komunikasi

massa. Menurut Stanley J. Baran, hal 7, [9], “komunikasi massa adalah proses

penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayak”.

Komunikasi massa memiliki peran penting dalam pennyebaran komunikasi. Lebih

lanjut, menurut Onong Uchana Effendy hal 50, [10], mengungkapkan bahwa,

“komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang

ditunjukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si

penyampai pesan”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa televisi termasuk salah satu

media massa yang digunakan pengirim pesan atau komunikator dalam komunikasi

massa untuk menyampaikan pesan atau informasi yang kemudian akan menimbulkan

efek tertentu dari penerima pesan. Komunikasi massa juga memiliki fungsinya bagi

masyarakat. Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting,

terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa

menurut Dominick terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran),

linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment

20
(hiburan). Elvinaro Ardinato, hal 14, [11]. Fungsi komunikasi massa secara umum

adalah:

1. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah

penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi

dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan

kepentingannya.

2. Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass

education). Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui

pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau

pembaca.

3. Fungsi Mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada

tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh

oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. Elvinaro Ardianto,

hal 18, [5].

Fungsi komunikasi massa juga memiliki fungsi lain seperti yang diungkapkan

Hafied Cangara, hal 69, [6]. “Fungsi lain komunikasi massa, untuk menyebarluaskan

informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan

kegembiraan hidup seseorang. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi komunikasi

21
yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media audiovisual,

menyebabkan fungsi media massa telah mengalami banyak perubahan”.

2.1.4 Media Massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari

komunikator kepada khalayak. Istilah komunikasi massa (mass communication)

dicetuskan sebagaimana juga media massa (mass media) untuk menggambarkan

fenomena sosial baru dan ciri utama dari dunia baru yang muncul, Media massa pada

dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan elektronik. Media

cetak seperti surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik seperti radio, televisi,

film, media on-line (internet). “Media massa merujuk kepada alat untuk berkomunikasi

secara terbuka dan terorganisir dalam jarak jauh, dan kepada banyak orang dalam waktu

singkat.” McQuail, hal 4, [12].

Keberadaan media massa mempunyai peranan penting dalam usaha memberikan

informasi penting bagi masyarakat, pengetahuan yang memperluas wawasan, sarana

hiburan sebagai pelepas ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan

media sebagai kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun dukungan kebijakan

pemerintah agar memotivasi masyarakat.

Massa dalam media massa lebih merujuk pada penerima pesan yang berkaitan

dengan media massa. Dengan kata lain massa yang dalam sikap perilakunya berkaitan

dengan peran media massa seperti televisi atau koran, maka massa di sini dimaksudkan

kepada khalayak, audience atau pemirsa.

22
Media massa menurut Hafied Cangara, hal 140, [6] mempunyai karakteristik

dalam menyebarluaskan kepada masyarakat antar lain:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak

orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan

untuk terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Bila terjadi reaksi atau

umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena

media massa memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana

informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan

semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja

tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

Selain mengetahui karakteristik dari media massa, Riswandi, hal 113, [14]

mengatakan “adapun dampak pesan yang dimiliki oleh media massa terhadap khalayak”,

diantranya:

1. Dampak Kognitif

Dampak ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,

atau dipersepsi oleh khalayak. Dengan perkataan lain, dampak ini berkaitan

dengan penyampaian informasi, pengetahuan, dan kepercayaan yang diberikan

oleh media massa.

23
2. Dampak Efektif

Dampak pesan media massa sampai tahap efektif bila pesan yang disebarkan

media massa mengubah apa yang dirasakan, disenangi, atau yang dibenci oleh

khalayak. Dampak ini berkaitan dengan perasaan, rangsangan emotional, sikap

atau nilai.

3. Dampak Konatif/ Behavioral

Dampak pesan media massa sampai pada tahap konatif bila pesan-pesan

yang disebarkan media massa mendorong anda untuk melakukan tindakan-

tindakan tertentu.

Dalam hal ini peneliti mengkaji televisi karna dianggap salah satu media massa

yang masih cukup efektif sebagai sarana proses komunikasi.

2.1.5 Televisi

Televisi memiliki jangkauan yang luas, tidak ada batasan geografis tertentu. Maka

dari itu, televisi sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan. Televisi juga memiliki

kelebihan yaitu audiovisual, sehingga para penikmat televisi dapat menerima langsung

dan paham atas pesan yang disampaikan melalui media televisi. Aksurifai Baksin, hal

16, [4], mendefinisikan bahwa “televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-

tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan

audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental,

pola pikir, dan tindak individu”.

Televisi memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada hal-hal yang

dikomunikasikan oleh televisi itu. Dengan kemajuan komunikasi menggunakan satelit,

sekarang ini televisi memberikan kesempatan kepada para penontonnya untuk melihat

24
diri mereka sendiri sebagai ‘peserta’ dalam perang dan konflik yang berlangsung di

belahan dunia lain saat ‘peristiwa’ itu sedang berlangsung.

Danesi menyatakan terdapat tiga efek utama yang datang bagi orang-orang yang

hidup dalam televisi di era global, yaitu:

1. Efek pemitologian, yaitu gejala ketika televisi menciptakan tokoh yang dipahami

sebagai tokoh mitos yang lebih besar daripada yang ada dalam kehidupan.

2. Efek rekayasa sejarah, yaitu terkait dengan fakta bahwa secara harfiah televisi itu

merekayasa sejarah dengan memberikan kesan kepada para pemirsa bahwa

beberapa peristiwa yang sebenernya biasa-biasa saja adalah peristiwa yang sangat

penting.

3. Efek pemampatan kognitif, yaitu terkait dengan fakta bahwa medium televisi

memberikan kisah, individu, dan fitur-fitur dalam bentuk termampatkan sehingga

bisa disiarkan dalam waktu tertentu. Marcel Danesi, hal 176, [13].

Sekarang ini orang-orang akan terpengaruh oleh citra-citra media terutama jika hal

ini mencerminkan atau memperkuat kecenderungan yang sudah mapan di dalam suatu

budaya. Akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa televisi menghasilkan acara dan citra

yang memperkuat gaya hidup masa kini, bukan yang memunculkannya.

2.1.6 Program Televisi

Stasiun televisi setiap harinya berlomba-lomba untuk menyajikan program yang

menarik untuk penontonnya, kreatifitas menjadi faktor yang sangat penting dalam

memproduksi sebuah program.

“Program berasal dari Bahasa Inggris Programme atau program yang berarti acara
atau rencana. Undang-undang penyiaran indonesia tidak menggunakan kata
program untuk acara, tetapi menggunakan istilah ‘siaran’ yang di definisikan

25
sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun
kata ‘program’ lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia
daripada kata ‘siaran’ untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah
segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan
audiennya. Dengan demikian program memiliki pengertian yang sangat luas”,
Morissan, hal 210, [3].
Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik

untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran. Menurut Pringle-Star-

McCavitt (1991) dalam buku karya Morissan, hal 211, [3], fungsi utama bagian program

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. The production or acquisition of content that will appeal to targeted audience

(memproduksi dan membeli atau akuisisi program yang dapat menarik audien yang

dituju).

2. The scheduling of program to attract the desired audience (menysun jadwal

penayangan program atau skeduling program untuk menarik audien yang

diinginkan).

3. The production of public service and promotional announcement and local

commercial (memproduksi layanan publik dan promosi serta produksi iklan lokal)

4. The production of aquisition of other program to satisfy the public interest

(produksi dan akuisisi program-program lainnya untuk memuaskan ketertarikan

publik)

5. The generation of a profit for the station’s owners (menciptakan keuntungan bagi

pemilik media penyiaran)

Bagian program yang bagus terdiri dari orang-orang yang telah belajar untuk

mengukur selera atau cita rasa publik melalui penelitian untuk mengetahui kebiasaan

orang yang menonton televisi.

26
2.1.6.1 Jenis Program Televisi

Terdapat beberapa jenis program televisi seperti yang diungkapkan oleh

Morissan dalam buku Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &

Televisi, program terbagi dalam dua jenis, yaitu :

1. Program informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk

memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien.

Program informasi terbagi menjadi dua bagian besar yaitu :

a. Berita Keras (hard news)

Hard news adalah segala informasi penting dan menarik yang harus

segera disiarkan oleh media penyiaran, karena sifatnya yang harus segera

ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audiens secepatnya. Hard news

disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi mulai dari beberapa

menit saja hingga program berita yang berdurasi 30 menit, bahkan satu jam.

Hard news dibagi ke dalam beberapa berita yaitu:

1) Straight news. Yang berati ”langsung” (straight), maksudnya suatu berita

singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja

yang mencakup 5W + 1H (what, who, when, why, where, how)terhadap

suatu peristiwa yang diberitakan.

2) Feature. Yaitu berita ringan namun menarik. ”Menarik” maksudnya

informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, dan

sebagainya.

27
3) Infotainment. Berasal dari dua kata, yaitu information yang berarti

informasi dan entertainment yang berarti hiburan, namun infotainment

bukanlah berita hiburan atau berita yang memberikan hiburan.

Infotainment adalah salah satu bentuk hard news karena memuat

informasi yang harus segera ditayangkan.

b. Soft News (Berita Lunak)

Soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang

disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera

ditayangkan. Program yang masuk ke dalam kategori soft news yaitu :

1) Current Affair. Yaitu ”persoalan kekinian”. Current affair adalah

program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita

penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan

mendalam.

2) Magazine. Diberin nama magazine karena topik atau tema yang disajikan

mirip dengan topik – topik atau tema yang terdapat dalam suatu majalah.

Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun

mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi

yang lebih panjang.

3) Dokumenter. Yaitu program informasi yang bertujuan untuk

pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik.

4) Talk show. Yaitu program yang menampilkan satu atau beberapa orang

untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang

pembawa acara (host).

28
2. Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk

menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program

yang termasuk dalam kategori program hiburan yaitu:

a. Drama.

Kata ”drama” berasal dari bahasa Yunani ”dran” yang berarti bertindak

atau berbuat (action). Drama adalah pertunjukkan (show) yang menyajikan

cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang

(tokoh) yang melibatkan konflik dan emosi. Drama terbagi atas sinetron dan

film.

1) Sinetron. Di negara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau

daytime serial) namun di Indonesia lebih populer dengan sebutan sinetron.

Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh

secara bersamaan.

2) Film. Film yang dimaksudkan disini adalah film layar lebar yang dibuat

oleh perusahaan – perusahaan film. Film baru bisa ditayangkan di televisi

setelah film tersebut tayang beberapa lama di bioskop – bioskop atau layar

lebar kemudian dibuat dalam VCD atau DVD setelah itu baru boleh

ditayangkan ke dalam televisi.

b. Permainan

Permainan merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah

orang baik secara individu ataupun kelompok yang saling bersaing untuk

mendapatkan sesuatu. Program ini terbagi atas tigas (3) jenis yaitu :

29
1) Quiz Show. Yaitu permainan yang dimana sejumlah peserta saling

bersaing untuk menjawab sejumlah pertanyaan.

2) Ketangkasan. Dalam permainan ini peserta harus menunjukkan

kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan

atau rintangan atau melakukan suatu permainan yang membutuhkan

perhitungan dan strategi.

3) Reality show. Program ini menyajikan dimana suatu situasi konflik,

persaingan atau hubungan berdasarkan realitas sebenarnya.

c. Music Show

Music show adalah format acara televisi yang menyajikan pertunjukkan

musik dari satu atau banyak penyanyi dan pemain musik, diselenggarakan di

lokasi indoor ataupun outdoor, dimana produksi televisi harus menggunakan

sistem rekaman multikamera. Morrisan, hal 218-229, [3]

Dari banyaknya program diatas objek penelitian termasuk dalam kategori

program reality show.

2.1.7 Program Televisi Reality show

Kreator di insdustri media berupaya mewujudkan terobosan baru melalui alternatif

program yang beragam, trend menjadi acuan program yang akan di buat. Permintaan

yang tinggi terhadap program drama saat ini menjadi salah satu sasaran untuk

mendapatkan audience. Salah satu program yang memiliki banyak peminat adalah

reality show. Menurut Andi Fachruddin, hal 176, [16] “program reality show yang

berkembang pesat pertama kali di Inggris awal tahun 1990 adalah genre acara televisi

yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa

30
skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan public figure

sehingga biaya produksinya lebih efektif dan efesien”.

Sesuai dengan namanya program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti

konflik yang terjadi seperti kejadian sebenarnya. Morissan, hal 227, [3], “program ini

mencoba menyajikan suatu keadaan yang nyata (riil) dengan cara sealamiah mungkin

tanpa rekayasa”. Terdapat beberapa bentuk reality show menurut morrisan, yaitu:

1. Hidden camera. atau kemera tersembunyi. Ini merupakan program yang paling

realistis yang menunjukan situasi yang di hadapi seseorang secara apa adanya,

kamera di tempatkan secara tersembunyi yang mengamati gerak-gerik atau tingkah

laku subjek.

2. Competition show. Program ini melibatkan beberapa orang yang saling bersaing

dalam kompetisi yang berlangsung selama beberapa hari atau seminggu untuk

memenangkan perlombaan, permainan (game), atau pertanyaan.

3. Relationship show. Seorang konstestan harus memilih satu orang dari sejumlah

orang yang berminat untuk menjadi pasangannya. Para peminat harus bersaing

untuk merebut perhatian konstetan agar tidak tersingkir dari permainan.

4. Fly on the wall. Program yang memperlihatkan kehidupan sehari-hari dari

seseorang (biasanya orang terkenal) mulai dari kegiatan pribadi hingga aktivitas

profesionalnya.

5. Mistik. Program yang terkait dengan hal-hal supranatural menyajikan tayangan

yang terkait dengan dunia gaib, paranormal, klenik, praktik spiritual magis, mistik,

kontak roh, dan lain-lain.

31
2.1.8 Polisi

Polisi mempunyai peran penting dalam menegakan hukum berdasarkan undang-

undang yang telah di tetapkan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13 menyebutkan tugas

pokok kepolisian negara republik indonesia adalah:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. menegakkan hukum; dan

3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

http://www.hukumonline.com. [35].

Pada satu sisi, penegak hukum di tuntut untuk menjalankan tugas sesuai dengan

amanat undang-undang yang berunjung pada pemberian putusan dengan subtansi berupa

keadilan bagi para pihak, akan tetapi di sisi lain di jumpai penegak hukum yang justru

melakukan kejahatan dan ini menyebabkan citra lembaga penegak hukum Indonesia

terpuruk di tengah-tengah arus perubahan jaman.

Salah satu penegak hukum yang sering kali mendapat sorotan adalah polisi.

Menurut Satjipto Rahardjo dalam jurnal Agus Raharjo, hal 389, [19] mengatakan bahwa,

‘polisi merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum pidana, sehingga tidak lah

berlebihan jika polisi dikatakan sebagai hukum pidana yang hidup’.

Pada UU Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2011, BAB I Pasal 1 Ayat 1 dikatakan bahwa “Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang selanjutnya disingkat POLRI adalah alat Negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri”.

32
POLRI memiliki lingkup tugas, aktivitas dan organisasi yang luas, terbagi menjadi

beberapa satuan kerja, yaitu Divisi Hubungan Masyarakat, KORPS Lalu-lintas POLRI,

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) POLRI, NCB-Interpol Indonesia,

Direktorat Polisi Air POLRI, Divisi Profesi Dan Pengamanan POLRI, Lembaga

Pendidikan POLRI danInspektorat Pengawasan Umum POLRI.

KORPS Lalu-lintas POLRI sebelumnya bernama Ditlantas. “Berdasarkan

Peraturan Presiden No.52 tanggal 4 Agustus tahun 2010 Dit.Lantas POLRI Menjadi

Korps Lalu Lintas POLRI (Korlantas POLRI). Korlantas POLRI berkedudukan

langsung dibawah KaPOLRI, bertugas untuk membina dan menyelenggarakan fungsi

Lalu Lintas meliputi pendidikan masyarakat, penegakkan hukum, pengkajian masalah

lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta patroli

jalan raya”.http://korlantas.POLRI.go.id/aboutus/sejarah/, [21].

2.1.8.1 Tugas KORPS Lalu-lintas POLRI

KORPS Lalu-lintas POLRI memiliki tugas untuk mengamankan dan mengayomi

masyarakat khusunya para pengguna lalu-lintas, berikut beberapa tugas Polisi lalu-lintas:

4. Membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan

masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan

identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta patroli jalan raya;

5. Melaksanakan penertiban lalu lintas, manajemen operasional dan rekayasa lalu

lintas (engineering);

6. Menyelenggarakan pusat Komunikasi, Koordinasi, Kendali dan Informasi (K3I)

tentang lalu lintas;

33
7. Mengkoordinasikan pemangku kepentingan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan lalu lintas;

8. Memberikan rekomendasi dampak lalu lintas;

9. Melaksanakan koordinasi dan/atau pengawasan PPNS. http://korlantas.POLRI.

go.id/aboutus/profil/, [21].

2.1.8.2 POLWAN

Dari buruknya pemberitaan tantang instansi POLRI berbagai upaya dilakukan

untuk mengubah citra buruk yang sudah melekat pada masyarakat, salah satunya dengan

menurunkan POLWAN (Polisi Wanita) untuk tampil di berbagai media, karna terlihat

lebih ramah dan mudah di sukai, para POLWAN yang dihadirkan di berbagai

kesempatan bahkan tak jarang di media sosial menjadi trending topic.

De Guzman dan Frank dalam jurnal Edwin Rizal, hal 57, [20] ‘Pada awalnya

perempuan mulai menjadi polisi pada tahun 1910, tetapi hingga 1970an keberadaan

mereka pada lembaga kepolisian tetap dibatasi pada jumlah dan posisi tertentu saja.

Kesempatan mereka untuk berkarier di bidang kepolisian ternyata tetap dibatasi pada

bidang tertentu saja dikarenakan dasar stereotip dan persepsi yang dimiliki oleh

masyarakat kebanyakan. Polisi Wanita juga dalam perjalanan tugasnya masih

didiskriminasikan, yaitu mulai dari proses perekrutan, promosi jabatan, tugas yang

diemban, posisi jabatan hingga pada pelecehan’.

Adanya batasan pada POLWAN membuat POLRI terus melakukan evaluasi,

seperti cara berpakaian yang tidak memperbolehkan seorang POLWAN mengenakan

jilbab atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan hijab, namun pada tahun 2015 POLRI

mengeluarkan peraturan baru tentang berpakaian yang memperbolehkan seorang

34
POLWAN mengenakan hijab, Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015, Bab IV, Pasal 34, Ayat 1 menyebutkan “PD

Berjilbab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf c, dapat digunakan oleh

POLWAN dan PNS POLRI wanita dalam pelaksanaan tugas”.

http://polair.POLRI.go.id/, [27]. Pada peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2015, Bab IV, Pasal 31, huruf c menjelaskan bahwa Pakaian

Dinas Lainnya, terdiri dari:

a. Pakaian Dinas Olahraga;

b. Pakaian Dinas Hamil; dan

c. Pakaian Dinas Berjilbab. http://polair.POLRI.go.id/, [27].

2.1.9 Peraturan Lalu-Lintas

Terdapat beberapa peraturan yang harus dipatuhi bagi para pengguna jalan yang

membawa kendaraan bermotor, antara lain:

1. Menerobos Lampu Merah 

Dalam pasal 287 ayat 2 UU berbunyi setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor dijalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang

dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua)

bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

2. Tidak menggunakan helm

UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan sudah mengatur

mengenai kewajiban pengendara untuk penggunaan helm berstandar Nasional

Indonesia (SNI). Bahkan dalam UU tersebut dengan jelas tertera pula sanksi jika

35
pengemudi tidak mengenai helm, maka ia bisa dipidana dengan pidana kurungan

paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000.

3. Tidak Menyalakan Lampu Kendaraan

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 107 ayat (1) tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa wajib menyalakan lampu utama pada siang

hari. Pelanggaran sering terjadi, terutama untuk kewajiban menyalakan lampu di

siang hari. Rendahnya tingkat kedisiplinan pengguna jalan atau mungkin

kurangnya sosialisasi khususnya untuk lampu di siang hari bisa menjadi penyebab

seringnya aturan ini dilanggar.

4. Tidak Membawa Surat Kelengkapan Berkendara

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 106 ayat (5), Pada saat diadakan

pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:

a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan

Bermotor;

b. Surat Izin Mengemudi;

c. bukti lulus uji berkala;

d. tanda bukti lain yang sah. http://korlantas.POLRI.go.id/undang-undang-no-22-

tahun-2009-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan/, [21]

2.1.10 Semiotika

Pada dasarnya semiotika dan semiologi memiliki pengertian yang sama namun

pada penggunaannya biasanya istilah tersebut menunjukan pemikiran pemakainya. Bagi

yang menggunakan teori pierce maka akan menggunakan kata semiotika, dan saussure

36
menggunakan kata semiologi. Menurut Hawkes dalam Alex Sobur, hal 12, [17], “istilah

semiologi digunakan di Eropa, sementara semiotika cenderung dipakai oleh mereka

yang berbahasa Inggris. Dalam definisi Saussure semiolog merupakan sebuah ilmu yang

mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat, dan dengan demikian menjadi

bagian dari disiplin psikologi sosial. Dengan tujuan untuk menunjukan bagaimana

terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya”.

Ilmu semiotika merupakan ilmu yang mengkaji tentang tanda. Tidak hanya dengan

kajian ilmu komunikasi, semiotika juga bisa diterapkan dalam berbagai aspek ilmu

seperti seni musik, art, puisi, arti warna, arti font dalam sebuah tulisan dan komunikasi

makhluk hidup. Dalam seni musik ilmu semiotika sering digunakan untuk mengetahui

makna yang terkandung didalam syair dan lirik lagu. Didalam seni memahat patung

semiotika digunakan untuk mengetahui arti yang disampaikan oleh penciptanya.

‘Kajian semiotika sampai saat ini telah membedakan dua jenis semiotika, yaitu
semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang pertama menekankan pada
teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya
enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda),
pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan)’ Jakobson dalam
buku Alex Sobur, hal 15, [17].
Semiotika berasal dari kata yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri di

definisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya

dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Dalam pandangan piliang, penjelajahan

semiotika sebagai metode kajian keberbagai cabang keilmuwan ini dimungkinkan

karena kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena

bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.

Semiotika memang telah menjadi bidang kajian yang penting dalam ilmu komunikasi.

Menurut John Fiske dalam buku Nawiroh Vera, hal 34, [7], ‘Dalam ilmu semiotika

37
(ilmu tentang tanda) terdapat dua perhatian utama, yakni hubungan antara tanda dan

maknanya, dan bagaimana suatu tanda di kombinasikan menjadi suatu kode’.

Dalam ilmu semiotika tentu saja terdapat beberapa tokoh yang memiliki berbagai

pendapat dalam semiotika. Menurut Nawiroh Vera, hal 18, [7], dalam bukunya

menjelaskan tentang para tokoh sebagai berikut:

1. Ferdinand de Saussure

Tanda atau simbol (termasuk bahasa) bersifat arbitari, yaitu tergantung pada

impuls (rangsangan) maupun pengalaman personal pemakainya.

2. Roland Barthes

Bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi

dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes menggunakan teori

significant-signifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan

konotasi.

3. Charles Sanders Peirce

Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam

beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan

dibenak orang tersebut sesuatu tanda yang setara, atau suatu tanda yang lebih

dikembangkan. Tanda yang diciptakannya dinamakan interpretant dari tanda

pertama. Nawiroh Vera, hal 18, [7].

Pada penelitian ini tanda yang yang muncul akan dianalisis berdasarkan tanda,

objek, dan interpretant melalui ikon, indeks dan simbol seperti yang dipaparkan oleh

Charles Sander Peirce.

38
GAMBAR 2.2

SEGITIGA ELEMEN MAKNA PEIRCE


Sign

Interpentan Object
t
SUMBER: Indiawan Seto Wahyu Wibowo, hal 169, [15]

GAMBAR 2.3

KATEGORI TIPE TANDA MENURUT PIERCE


Ikon

Indeks Simbol

SUMBER: Burhan Bungin, hal 176, [18]

Tanda menurut Charles Sanders Peirce dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda itu mudah

dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representasmen

dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.

2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomena atau eksistensial di antara

representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan

objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial

atau kausal.

39
3. Simbol, merupakan jenis tanda yang bersifat abriter dan konvesional sesuai

kesempatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda

kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa semiotika merupakan ilmu yang

mempelajari mengenai makna sebuah tanda dari suatu kejadian atau peristiwa dalam

kehidupan sehari-hari.

2.1.11 Representasi

Representasi merupakan penggunaan tanda, gambar, bunyi untuk

menghubungkan, menggambarkan, memotret atu memproduksi sesuatu yang dilihat,

diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. Marcel Danesi, hal 3,

[13].

“proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik disebut

representasi. Lebih tepatnya, ini dapat di definisikan sebagai kegunaan dari ‘tanda-

tanda’ (gambar, suara, dan sebagainya) untuk menampilkan ulang sesuatu yang dicercap,

diindra, dibayangkan, atau dirasakandalam bentuk fisik. Hal ini bisa dicirikan sebagai

proses membangun suatu bentuk X dalam rangka mengarahkan perhatian ke sesuatu, Y,

yang ada baiknya dalam bentuk material ataupun konseptual, dengan cara tertentu, yaitu

X = Y”.

Dapat dipahami bahwa representasi merupakan kegiatan memaknakan dan

mengkonstruksikan suatu tanda yang sudah dirasakah oleh panca indra, kemudian

dituangkan kembali ke dalam Bahasa yang mudah dipahami sebagai hasil pemikiran

manusia, sehingga dapat menghubungkan konsep dan ide-ide mengenai sesuatu tanda

dan simbol-simbol tertentu.

40
Sedangkan menurut David Croteau dan William dalam Indiawan Seto W. Wibowo,

hal 149, [15], mengatakan bahwa, “representasi merupakan hasil dari suatu proses

penyeleksian yang mengarisbwahi hal-hal tertentu dan hal lain diabaikan”.

Isi media bukan hanya pemberitaan tetapi juga iklan dan hal-hal lainnya, orang-

orang, kelompok, atau gagasan tertentu dapat direpresentasikan dengan berita, iklan, dan

program televisi. John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam representasi

melalui table dibawah ini:

TABEL 2.1

TIGA PROSES DALAM REPRESENTASI

PERTAMA REALITAS
Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara transkrip

dan sebagainya. Dalam televisi seperti perilaku, make up,

pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya.

KEDUA REPRESENTASI
Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis

seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan

sebagainya.

Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya, dan lain-

lain. Elemen-elemen tersebut di transmisikan ke dalam

kode representasional yang memasukkan diantaranya

bagaimana objek digambarkan (karakter, narasi setting,

dialog, dan lain lain)


KETIGA IDEOLOGI

41
Semua elemen diorganisasikan dalam koheransi dan kode

ideologi, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme,

patriarki, ras, kelas, materialisme, dan sebagainya.

Sumber: Wibowo, hal.123, [15].

Pada tahap pertama yaitu realitas. Dalam proses ini peristiwa atau ide dikonstruksi

sebagai realitas oleh media dalam bentuk Bahasa gambar yang pada umumnya

berhubungan dengan aspek seperti pakaian, lingkungan, ekspresi dan lain sebagainya.

Pada proses ini, realitas selalu siap ditandakan.

Pada tahap kedua yaitu representasi. Realitas digambarkan dalam perangkat-

perangkat teknis seperti Bahasa tulis, gambar, grafik, animasi dan lain-lain.

Pada tahap ketiga yaitu tahap ideologi. Dalam proses ini peristiwa-peristiwa

dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara

ideologis. Kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi

sosial atau kepercayaan dominan yang ada di dalam kehidupan masyarkat.

“Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Representasi


berubah-ubah akibat makna yang juga berubah-ubah. Karena sebuah pandangan-
pandangan baru yang menghasilkan pemaknaan baru juga merupakan hasil
pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia, melaui representasi makna diproduksi
dan dikonstruksi. Inilah yang menjadi proses penandaan, praktik yang membuat
suatu hal bermakna sesuatu”. Wibowo, hal.123, [15].

42
2.2 Kerangka Pemikiran

Berikut ini merupakan kerangka pemikiran yang digunakan peneliti.

Program GPS (Good


Police Story)

POLWAN (Polisi
Wanita)
Icon

Symbol Analisis Representasi


Semiotika Pierce
Index

Representasi POLWAN dalam


Menangani Pelanggaran Lalu Lintas
pada Program GPS iNews tv

43

Anda mungkin juga menyukai