Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Gilang Aldiansach

12019043

Gempabumi dan Erupsi Gunung Api

Gempabumi merupakan cara alami bumi melepaskan adanya suatu tekanan (stress) akibat
pergerakan diantara lempeng bumi dapat berupa divergen, konvergen maupun transform. Bila tekanan
cukup tinggi maka lempeng tersebut dapat patah. Bila lempeng tersebut patah maka akan timbul suatu
energi yang dilepaskan dan bergerak di dalam lapisan bumi dalam bentuk gelombang yang kita rasakan
dan dikenal sebagai Gempa bumi (earthquake). Terdapat beberapa jenis gempa yang dikenal yaitu :
gempabumi tektonik (tectonic earthquake), gempabumi vullkanik (volcanic earthquake) dan gempabumi
terban (collapse earthquake).

Gempabumi yang paling sering terjadi adalah gempabumi tektonik, terjadi bila lapisan dalam
batuan patah akibat gaya geologi yang ditimbulkan olehh pergerakan lempeng. Gempabumi vulkanik
merupakan gempa yang terjadi akibat aktivitas vulkanisme sebelum terjadinya erupsi, karena hal tersebut
magma pada suatu gunung menjadi tidak stabil dan melepaskan energi kemudian terjadilah erupsi.
Sedangkan gempabumi terban merupakan gempa yang diakibatkan runtuhnya lapisan batuan pada suatu
goa.

Beberapa tahun belakang ini terjadi beberapa gempabumi yang cukup besar diantaranya terjadi
di Ekuador pada 16 April tahun 2016 terjadi Gempa Ekuador pukul 18:58:37 ECT dengan magnitudo
momen 7,8 dan intensitas Mercalli maksimum VIII (severe). Gempa yang sangat besar itu berpusat kira-
kira 27 km (17 mil) dari kota Muisne dan Pedernales, dan 170 km (110 mil) dari ibu kota Quito.
Sedikitnya 676 orang tewas dan 16.600 orang terluka. Selanjutnya 28 September 2018, gempa bumi
dangkal dan besar melanda Semenanjung Minahasa, Indonesia, dengan pusat gempa terletak di
pegunungan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Gempa berkekuatan 7,5 terletak 70 km (43 mil) dari
ibu kota provinsi Palu dan dirasakan hingga Samarinda di Kalimantan Timur dan juga di Tawau,
Malaysia. Setelah gempa utama, peringatan tsunami dikeluarkan untuk Selat Makassar di dekatnya.
Tsunami lokal melanda Palu, menyapu rumah dan bangunan di tepi pantai dalam perjalanannya. Efek
gabungan dari gempa bumi dan tsunami menyebabkan kematian sekitar 4.340 orang. Gempa besar
lainnya terjadi di iran-iraq 2017 dengan magnitude momen 7,3 serta di turki 24 Januari 2020 dengan
magnitude momen 6,7.
Selain itu pada tahun 2001 dan 2006 pernah terjadi Gempa besar diikuti oleh erupsi kuat
dari Gunung Merapi. Hal ini mengarahkan kita pada sebuah hipotesa apakah gempa berkaitan dengan
erupsi gunung berapi?. Sebuah penelitian ilmiah yang ditulis oleh T. R. Walter, R. Wang, M. Zimmer,
H. Grosser, B. Lu¨hr, dan A. Ratdomopurbo, paper ilmiah ini berjudul “Volcanic activity influenced by
tectonic earthquakes: Static and dynamic stress triggering at Mt. Merapi“. Paper ilmiah ini
mengindikasikan adanya hubungan erupsi Merapi dan gempa yang terjadi pada tahun 2001 dan
2006. Beberapa indikasi dipaparkan sebagai petunjuk bagaimana pengaruh Gunung Merapi terhadap
Patahan Opak (diperkirakan sebagai patahan geser) yang berjarak 25-60 km dan .

Grafik A disebelah kanan memperlihatkan perubahan drastis dari temperatur yang tercatat segera setelah
terjadinya gempa tahun 2001. Pada grafik B terjadinya piroklastik (guguran lava) setelah terjadinya
gempa tahun 2006. Memang terlihat jelas ada hubungan waktu kejadian (temporal relation) yang
memperlihatkan antara gempa dan aktifitas magma.

Dapat disimpulkan bahwa gempa tektonik dapat meningkatkan stress-strain yang dapat memicu
perubahan tekanan gas di kantong magma sehingga terjadi akumulasi gas yang memicu terjadinya erupsi.
Namun saat tekanan magma turun akibat erupsi, tekanan ini mampu memicu gempa juga. proses itu bisa
berjalan dua arah dan dinamis tetapi masih dalam waktu yang berdekatan.

Anda mungkin juga menyukai