BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan pajak itu sendiri adalah serangkaian kegiatan menghimpun serta mengolah
data, keterangan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif serta profesional berdasarkan
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, atau bertujuan
untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan
Ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU
KUP). Bagian penjelasan Pasal 29 ayat (1) UU KUP menyatakan:“Pemeriksaan dapat dilakukan
di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang
lingkup pemeriksaannya dapat meliputi satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis
pajak, baik untuk tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan.
1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan merupakan pemeriksaan yang dilakukan di tempat kegiatan usaha,
tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lainnya yang sudah ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak (Ditjen Pajak). Pemeriksaan lapangan biasanya akan dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 6 bulan, terhitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan diberikan atau disampaikan ke wajib pajak bersangkutan sampai tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Pajak (SPHP) disampaikan ke wajib pajak.
Pemeriksaan lapangan ini bisa diperpanjang 2 bulan, apabila terjadi hal-hal seperti berikut
ini:
Pemeriksaan lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya.
Terdapat konfirmasi atau permintaan data/keterangan kepada pihak ketiga.
Ruang lingkup pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis pajak atau berdasarkan
pada pertimbangan kepala unit pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan terkait dengan:
Wajib pajak kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, wajib pajak dalam
satu grup, atau wajib pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer
pricing atau transaksi khusus lain yang memungkinkan adanya rekayasa transaksi
keuangan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lamanya 6 bulan dan dapat
dilakukan paling banyak 3 kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan
pengujian.
2. Pemeriksaan Kantor
Waktu dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, kecuali untuk pemeriksaan atas
keterangan lain yang berupa data konkret yang dilakukan dengan pemeriksaan kantor tidak
bisa diperpanjang.
a. Pemeriksaan kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya.
b. Terdapat konfirmasi permintaan data/keterangan kepada pihak ketiga.
c. Ruang lingkup pemeriksaan pajak di kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
berdasarkan pada pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan. Pemeriksaan
kantor ini dilakukan di kantor DJP atau Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
d. Dalam hal pemeriksaan, wajib pajak diwajibkan untuk melakukan hal-hal berikut:
o Memenuhi panggilan untuk menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
o Memperlihatkan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lainnya,
termasuk data yang sudah dikelola secara elektronik dan berhubungan dengan
penghasilan, kegiatan usaha, maupun pekerjaan bebas wajib pajak tersebut.
o Memberikan bantuan atau bersikap korporatif guna kelancaran pemeriksaan
pajak.
o Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP.
o Meminjamkan kertas kerja.
o Memberikan keterangan baik secara lisan maupun tulisan jika dibutuhkan oleh
pihak pemeriksa pajak.
Pasal 8
Pasal 10
2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a) Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
tujuan pemeriksaan, dan dengan pengawasan yang seksama;
b) Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh, yang harus
dikembangkan dengan bukti yang kuat dan berkaitan melalui pencocokan data,
pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain berkenaan dengan pemeriksaan;
c) Pendapat dan kesimpulan Pemeriksa Pajak harus didasarkan pada bukti yang kuat
dan berkaitan, dan berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
Pasal 11
Pasal 4
Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada Norma Pemeriksaan yang berkaitan
dengan Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan dan Wajib Pajak.
Pasal 5
( 1 ) Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka
Pemeriksaan Lapangan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksa Pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi dengan
Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan;
b. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan
pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
c. Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat
Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
d. Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak yang akan diperiksa;
e. Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak;
f. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang
hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara Surat Pemberitahuan dengan
hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak;
g. Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai
pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan
dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-
tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
h. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lambat empat belas hari
sejak selesainya pemeriksaan;
i. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak
dalam rangka pemeriksaan.
( 2 ) Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan
Kantor adalah sebagai berikut :
Pasal 6
Pasal 12
( 3 ) Atas peminjaman buku-buku dan lain-lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf f, dan ayat (2) huruf a, dan d diberikan tanda bukti peminjaman
yang menyebutkan secara rinci dan,jelas mengenai jenis serta jumlahnya.
( 4 ) Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Tindak pidana pajak itu sendiri adalah suatu peristiwa atau tindakan melanggar hukum
pajak atau undang-undang pajak yang dilakukan oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat
dipertanggung jawabkan oleh undang-undang pajak yang telah dinyatakan sebagai suatu
perbuatan pidana yang dapat dihukum.
Untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana perpajakan, perlu dilakukan
pemeriksaan pajak, yaitu untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak
dilakukan oleh PNS di lingkungan Ditjen Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak
yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan di bidang
perpajakan.
Dalam pemeriksaan tindak pidana perpajakan terdapat pemeriksaan bukti permulaan yang
dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
perpajakan.
Pemeriksaan bukti permulaan dilakukan oleh Kanwil Ditjen Pajak atau Direktorat Intelijen
dan Penyidikan Ditjen Pajak. Berdasarkan hasil pemeriksaan bukti permulaan dapat diketahui
tindak lanjut yang harus dilakukan.
Tindak lanjut dari pemeriksaan bukti permulaan adalah yaitu diusulkan dilakukannya
penyidikan, atau tindakan lain berupa: penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKP),
pembuatan laporan tindak pidana selain tindak pidana perpajakan yang akan diteruskan kepada
pihak yang berwenang, pembuatan laporan sumir apabila wajib pajak mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya, pembuatan laporan sumir apabila tidak ditemukan adanya indikasi
tindak pidana perpajakan
2.4 Penuntutan Tindak Pidana Pajak