Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN

YANG DILAKUKAN OLEH FISKUS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pemeriksaan

2.1.1 Pengertian Pemeriksaan

Pemeriksaan pajak itu sendiri adalah serangkaian kegiatan menghimpun serta mengolah
data, keterangan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif serta profesional berdasarkan
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, atau bertujuan
untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan

Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


dan untuk tujuan lain. Pemeriksaan menurut tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Pajak untuk untuk Menguji Kepatuhan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan terbagi dalam :

a. Pemeriksaan Khusus, dilakukan karena adanya indikasi ketidakpatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan, baik berdasarkan data konkret maupun hasil
analisis risiko.
b. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan
pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2. Pemeriksaan Tujuan Lain


Pemeriksaan Tujuan Lain dilakukan dalam rangka :
a. Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) secara jabatan
b. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan pengukuhan PKP berdasarkan
permohonan Wajib Pajak
c. Penentuan saat produksi dimulai
d. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
e. Penetapan besarnya biaya pada tahapan eksplorasi
f. Penagihan pajak
g. Keberatan
h. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
i. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan

2.1.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak


Salah satu unsur dari pemeriksaan adalah ruang lingkup pemeriksaan, yaitu suatu tempat
dimana akan dilakukannya pemeriksaan apakah dikantor atau dilapangan tempat dimana wajib
pajak mempunyai kewajiban untuk membayar pajak.

Ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU
KUP). Bagian penjelasan Pasal 29 ayat (1) UU KUP menyatakan:“Pemeriksaan dapat dilakukan
di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang
lingkup pemeriksaannya dapat meliputi satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis
pajak, baik untuk tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan.

1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan merupakan pemeriksaan yang dilakukan di tempat kegiatan usaha,
tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lainnya yang sudah ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak (Ditjen Pajak). Pemeriksaan lapangan biasanya akan dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 6 bulan, terhitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan diberikan atau disampaikan ke wajib pajak bersangkutan sampai tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Pajak (SPHP) disampaikan ke wajib pajak. 

Pemeriksaan lapangan ini bisa diperpanjang 2 bulan, apabila terjadi hal-hal seperti berikut
ini: 
 Pemeriksaan lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya. 
 Terdapat konfirmasi atau permintaan data/keterangan kepada pihak ketiga. 
 Ruang lingkup pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis pajak atau berdasarkan
pada pertimbangan kepala unit pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan terkait dengan:
Wajib pajak kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, wajib pajak dalam
satu grup, atau wajib pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer
pricing atau transaksi khusus lain yang memungkinkan adanya rekayasa transaksi
keuangan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lamanya 6 bulan dan dapat
dilakukan paling banyak 3 kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan
pengujian.

2. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan kantor merupakan pemeriksaan yang dilakukan di kantor Ditjen Pajak.


Tujuan dari pemeriksaan kantor guna menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dilakukan dalam waktu paling lama 4 bulan terhitung sejak tanggal wajib pajak
memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan dengan SPHP
disampaikan ke wajib pajak. 

Waktu dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, kecuali untuk pemeriksaan atas
keterangan lain yang berupa data konkret yang dilakukan dengan pemeriksaan kantor tidak
bisa diperpanjang. 

Yang menyebabkan perpanjangan jangka waktu pengujian pemeriksaan kantor


dilakukan dalam hal-hal berikut ini: 

a. Pemeriksaan kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya. 
b. Terdapat konfirmasi permintaan data/keterangan kepada pihak ketiga. 
c. Ruang lingkup pemeriksaan pajak di kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
berdasarkan pada pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan. Pemeriksaan
kantor ini dilakukan di kantor DJP atau Kantor Pelayanan Pajak (KPP). 
d. Dalam hal pemeriksaan, wajib pajak diwajibkan untuk melakukan hal-hal berikut: 
o Memenuhi panggilan untuk menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang
ditentukan. 
o Memperlihatkan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lainnya,
termasuk data yang sudah dikelola secara elektronik dan berhubungan dengan
penghasilan, kegiatan usaha, maupun pekerjaan bebas wajib pajak tersebut. 
o Memberikan bantuan atau bersikap korporatif guna kelancaran pemeriksaan
pajak. 
o Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP.
o Meminjamkan kertas kerja.
o Memberikan keterangan baik secara lisan maupun tulisan jika dibutuhkan oleh
pihak pemeriksa pajak. 

2.2 Pedoman Pemeriksaan, Norma Pemeriksaan, dan Pelaksanaan Pemeriksaan

2.2.1 Pedoman Pemeriksaan

Pasal 8

Pelaksanaan Pemeriksaan didasarkan pada Pedoman Pemeriksaan Pajak yang meliputi


Pedoman Umum Pemeriksaan Pajak, Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dan Pedoman
Laporan Pemeriksaan Pajak.
Pasal 9
1. Pedoman Umum Pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang telah mendapatkan pendidikan
teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak;
b) Pemeriksa Pajak harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian,
bersifat terbuka, sopan dan obyektif serta wajib menghindarkan diri dari perbuatan
tercela;
c) Pemeriksaan harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dengan menggunakan
keahliannya secara cermat dan seksama serta memberikan gambaran yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya tentang Wajib Pajak;
d) Temuan hasil pemeriksaan dituangkan dalam kertas kerja Pemeriksaan sebagai bahan
untuk menyusun Laporan Pemeriksaan Pajak.

Pasal 10
2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a) Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
tujuan pemeriksaan, dan dengan pengawasan yang seksama;
b) Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh, yang harus
dikembangkan dengan bukti yang kuat dan berkaitan melalui pencocokan data,
pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain berkenaan dengan pemeriksaan;
c) Pendapat dan kesimpulan Pemeriksa Pajak harus didasarkan pada bukti yang kuat
dan berkaitan, dan berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.

Pasal 11

3. Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut :


a) Laporan Pemeriksaan Pajak disusun secara rinci, ringkas, jelas, memuat ruang
lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan Pemeriksa Pajak
didukung bukti yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan
informasi lain yang diperlukan dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
b) Laporan Pemeriksaan Pajak yang berkaitan dengan pengungkapan penyimpangan
Surat Pemberitahuan harus memperhatikan :
1) Berbagai faktor perbandingan;
2) Nilai absolut dari penyimpangan;
3) Sifat dari penyimpangan;
4) Bukti atau petunjuk adanya penyimpangan;
5) Pengaruh Penyimpangan;
6) Hubungan dengan permasalahan lainnya.
c) Laporan Pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci
sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

2.2.2 Norma Pemeriksaan

Pasal 4
Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada Norma Pemeriksaan yang berkaitan
dengan Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan dan Wajib Pajak.

Pasal 5
( 1 ) Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka
Pemeriksaan Lapangan adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksa Pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi dengan
Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan;
b. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan
pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
c. Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat
Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
d. Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak yang akan diperiksa;
e. Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak;
f. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang
hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara Surat Pemberitahuan dengan
hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak;
g. Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai
pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan
dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-
tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
h. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lambat empat belas hari
sejak selesainya pemeriksaan;
i. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak
dalam rangka pemeriksaan.
( 2 ) Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan
Kantor adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksa Pajak, dengan menggunakan surat panggilan yang ditandatangani oleh


Kepala Kantor yang bersangkutan, memanggil Wajib Pajak untuk datang ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan;
b. Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak yang akan diperiksa;
c. Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak;
d. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang
hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara Surat Pemberitahuan dengan
hasil pemeriksaan;
e. Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai
pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan
dengan tujuan agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan
kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
f. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lambat tujuh hari sejak
selesainya pemeriksaan;
g. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak
dalam rangka pemeriksaan.

Pasal 6

Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan adalah sebagai


berikut :

a. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih Pemeriksa Pajak;


b. Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Pemeriksa Pajak, di kantor Wajib Pajak atau
di kantor lainnya atau di pabrik atau di tempat usaha atau di tempat tinggal atau di
tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas Wajib Pajak atau di tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal
Pajak;
c. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan dapat dilanjutkan di luar jam kerja,
jika dipandang perlu;
d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Laporan Pemeriksaan Pajak;
e. Hasil Pemeriksaan Lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak, dibuatkan
surat pernyataan tentang persetujuannya dan ditandatangani oleh Wajib Pajak
yang bersangkutan;
f. Terhadap temuan dalam Pemeriksaan Lengkap yang tidak atau tidak seluruhnya
disetujui oleh Wajib Pajak, dilakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
g. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, diterbitkan Surat Ketetapan Pajak dan
Surat Tagihan .Pajak sepanjang tidak dilanjutkan dengan tindakan penyidikan.
Pasal 7
Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

a. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak meminta kepada


Pemeriksa untuk memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda
Pengenal Pemeriksa;
b. Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan;
c. Dalam hal Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib memenuhi panggilan untuk
datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan;
d. Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak rincian yang berkenaan
dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan Surat
Pemberitahuan;
e. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib menandatangani surat
pernyataan persetujuan apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya;
f. Dalam hal Pemeriksaan Lengkap, Wajib Pajak wajib menandatangani Berita
Acara hasil pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan tersebut tidak atau tidak
seluruhnya disetujui;
g. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, catatan-
catatan, dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan
dalam jangka waktu paling lama tujuh hari sejak tanggal surat permintaan dan
apabila permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak,maka jumlah pajak
yang terutang dapat dihitung secara jabatan;
h. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, Wajib Pajak wajib melaksanakan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30 Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.

2.2.3 Pelaksanaan Pemeriksaan

Pasal 12

( 1 ) Dalam melakukan Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak berwenang :

a. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen pendukung


lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik
pengolah data lainnya;
b. Meminjam buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen pendukung lainnya
termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik pengolah data
lainnya;
c. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa;
d. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat menyimpan
dokumen,uang, barang yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha
Wajib Pajak dan/atau tempat-tempat lain yang dianggap penting serta melakukan
pemeriksaan di tempat-tempat tersebut;
e. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada huruf d, apabila Wajib
Pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki
tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada tempat pada saat pemeriksaan
dilakukan;
f. Meminta keterangan dan/atau bukti-bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.

( 2 ) Dalam melakukan Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak berwenang :


a. Meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen pendukung
lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik
pengolah data lainnya;
b. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen pendukung
lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik
pengolah data lainnya;
c. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa;
d. Meminta keterangan dan/atau bukti-bukti yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.

( 3 ) Atas peminjaman buku-buku dan lain-lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf f, dan ayat (2) huruf a, dan d diberikan tanda bukti peminjaman
yang menyebutkan secara rinci dan,jelas mengenai jenis serta jumlahnya.

( 4 ) Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.

2.3 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana pajak itu sendiri adalah suatu peristiwa atau tindakan melanggar hukum
pajak atau undang-undang pajak yang dilakukan oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat
dipertanggung jawabkan oleh undang-undang pajak yang telah dinyatakan sebagai suatu
perbuatan pidana yang dapat dihukum.
Untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana perpajakan, perlu dilakukan
pemeriksaan pajak, yaitu untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak
dilakukan oleh PNS di lingkungan Ditjen Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak
yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan di bidang
perpajakan.

Tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak.
Tujuan lainnya adalah dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Dalam pemeriksaan tindak pidana perpajakan terdapat pemeriksaan bukti permulaan yang
dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
perpajakan.

Pemeriksaan bukti permulaan dilakukan oleh Kanwil Ditjen Pajak atau Direktorat Intelijen
dan Penyidikan Ditjen Pajak. Berdasarkan hasil pemeriksaan bukti permulaan dapat diketahui
tindak lanjut yang harus dilakukan.

Tindak lanjut dari pemeriksaan bukti permulaan adalah yaitu diusulkan dilakukannya
penyidikan, atau tindakan lain berupa: penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKP),
pembuatan laporan tindak pidana selain tindak pidana perpajakan yang akan diteruskan kepada
pihak yang berwenang, pembuatan laporan sumir apabila wajib pajak mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya, pembuatan laporan sumir apabila tidak ditemukan adanya indikasi
tindak pidana perpajakan
2.4 Penuntutan Tindak Pidana Pajak

Anda mungkin juga menyukai