Anda di halaman 1dari 4

Ketahanan Pangan

Tugas Pertemuan 14

Disusun Oleh :

Nama : Nada Shafa Soraya Gandakusumah

NIM : 3336180035

Kelas :A

Mata Kuliah : Ketahanan Pangan

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

CILEGON-BANTEN

2020
Terkait dengan penyediaan pangan maka peningkatan produksi komoditas pangan merupakan
strategi mendesak saat ini. Perbaikan kapasitas produksi akan berdampak positif terhadap
efektifitas kebijakan pengembangan usahatani, efisiensi dan daya saing komoditas pertanian.
Dalam konteks pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan merupakan faktor kunci bagi
pengurangan penduduk miskin sehingga penguatan ketahanan pangan akan berdampak secara
signifikan terhadap penurunan kemiskinan. Ketahanan pangan dapat dicapai melalui akselerasi
penyediaan pangan dan strategi diversifikasi pangan.

Berdasarkan sistem pangan dan gizi tersebut Chang (1997) merangkum beragam indikator
ketahanan pangan rumahtangga khususnya rumahtangga “pertanian” sesuai dengan aspek
ketersediaan, akses dan konsumsi/ pemanfaatan pangan dalam sebuah kerangka konseptual,
yaitu sebagai berikut:

1) Aspek ketersediaan pangan tergantung tergantung pada sumber daya alam, fisik dan
manusia serta produksi pertanian maupun non pertanian. Dalam hal ini indikator yang
dipakai untuk menjelaskan sumber daya alam adalah curah hujan, kualitas tanah,
ketersediaan air dan akses terhadap sumber daya hutan, sumber daya fisik seperti
pemilikan ternak atau ikan, akses infrastruktur, pemilikan sarana pertanian, pemilikan
tanah. Indikator sumber daya manusia meliputi rasio ke tergantungan, pendidikan, besar
keluarga dan umur keluarga. Indikator produksi adalah luas tanam, luas lahan beririgasi,
akses dan penggunaan input, pola tanam, keragaman tanaman, produksi pangan dan
produksi non pangan.

2) Aspek akses pangan meliputi pendapatan baik dari perikanan dan non perikanan. Indikator
yang dipakai adalah total pendapatan, pendapatan dari usaha perikanan, upah, harga
pangan, pasar dan akses jalan.

3) Aspek pemanfaatan pangan adalah konsumsi baik pangan serta status gizi anak maupun
dewasa. Indikator konsumsi yang digunakan adalah pengeluaran pangan, konsumsi dan
frekuansi pangan. Indikator gizi meliputi kesakitan, akses palayanan kesehatan, akses air
bersih dan status sanitasi.

Masyarakat pesisir umumnya merupakan masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di
kawasan pesisir. Masyarakat pesisir ini bergantung hidup dengan mengelola sumber laut yang
tersedia di lingkungannya, yaitu di kawasan perairan dan pulau-pulau kecil. Secara umum
sumber ekonomi mereka ialah sumber daya perikanan (tangkap dan budidaya) menjadi sumber
daya yang sangat penting dan sumber daya ini menjadi penggerak dinamika ekonomi lokal di
desa-desa pesisir.

Desa pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa di wilayah pedalaman.
Perbedaan tersebut tidak semata pada aspek geografis-ekologis saja melainkan juga pada
karakteristik ekonomi dan sosial budaya. Desa pesisir memiliki akses langsung pada ekosistem
pantai (pasir dan berbatu), mangrove, estuaria, padang lamun, serta ekosistem terumbu karang.
Kegiatan ekonomi di desa pesisir dicirikan oleh aktivitas pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya kelautan di daerah pesisir. Aktivitas ekonomi ini mencakup perikanan, perdagangan,
wisata bahari, dan transportasi.

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan di kawasan pesisir pantai memerlukan
penanganan yang berbeda dibandingkan dengan kawasan lainnya mengingat kawasan pesisir
pantai memiliki kekhasan baik ditinjau dari aspek geografi, geomorfologi, antropologi,
ekonomi dan sosial. Dari ketergantungan terhadap alam dalam memperoleh pangan, manusia
harus mengembangkan strategi adaptasi seperti adaptasi biokultural terhadap lingkungan yang
berdampak langsung pada ciri perilaku (cara dan kebiasaan) makan mereka.

Pola pemanfaatan lahan, distribusi makanan dalam masyarakat, tradisi dapur keluarga, cita rasa
pribadi, dan bahkan dukungan finansial secara keseluruhan menentukan apa yang dimakan dan
seberapa bernilai nutrisi yang mereka peroleh. Oleh sebab itu, aktivitas memproduksi bahan
pangan berhubungan dengan pola konsumsi pangannya. Kecenderungan seperti ini terutama
terjadi pada masyarakat yang masih subsisten, di mana jaringan pasar belum berkembang.
Aktivitas memproduksi pangan non-beras, seperti umbi-umbian, dan jagung untuk masyarakat
subsisten jelas menggambarkan pola konsumsinya, yang dicirikan

1) teknologinya masih sederhana,

2) produksi pangan untuk konsumsi rumah tangga dari pada komersial,

3) unit produksinya adalah pemenuhan kebutuhan sendiri di mana produsen mengontrol


sendiri hasil yang diiinginkan (Wolf, 1966).

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang
terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta orang terhadap Maret 2019. Persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56 persen, naik menjadi
7,38 persen pada Maret 2020. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada
September 2019 sebesar 12,60 persen, naik menjadi 12,82 persen pada Maret 2020.

Dibanding September 2019, jumlah penduduk miskin Maret 2020 di daerah perkotaan naik
sebanyak 1,3 juta orang (dari 9,86 juta orang pada September 2019 menjadi 11,16 juta orang
pada Maret 2020). Sementara itu, daerah perdesaan naik sebanyak 333,9 ribu orang (dari 14,93
juta orang pada September 2019 menjadi 15,26 juta orang pada Maret 2020).

Pada Maret 2020, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,66 orang
anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin
secara rata-rata adalah sebesar Rp2.118.678,-/rumah tangga miskin/bulan.

Daftar Pustaka

https://www.umy.ac.id/ketahanan-pangan-kunci-bagi-pengurangan-penduduk
miskin.html#:~:text=Dalam_konteks_pengentasan_kemiskinan_C_ketahanan,secara_signifik
an_terhadap_penurunan_kemiskinan.&text=Kelaparan%20dan_kemiskinan_berhubungan_sa
ngat_erat.

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/download/5757/4992

https://www.kompasiana.com/ckhoirunnas/56d9632e40afbd545bc000da/meningkatkan-
ketahanan-pangan-dan-kesejahteraan-masyarakat-pesisir-melalui-pengelolaan-dan-
pemanfaatan-potensi-sumber-daya-kelautan

https://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/download/143/124

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-penduduk-miskin-maret-
2020-naik-menjadi-9-78-persen.html

Anda mungkin juga menyukai