Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS JURNAL DEMOCRATIC ELECTION IN MYANMAR:

POLITICAL TRANSITION AND CHALLENGES (PEMILU


DEMOKRATIS DI MYANMAR: TRANSISI DAN
TANTANGAN POLITIK) author?

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Politik


Kenegaraan Dosen Bpk. Dr. Elan, M.Pd.

Disusun Oleh:

Hanny Dwirizkinanti (175010003)

Ana Maryatul Qibtiyah (175010037)

Fahmi Fathurohman (175010028)

Sandy fatah pamungkas (175010020)

Dicky Wildan Alia (175010011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANSUNDAN

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kepada kita hidayah dan inayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan Laporan
hasil analisis jurnal dengan judul “Democratic Election In Myanmar: Political
Transition And Challenges (Pemilu Demokratis Di Myanmar: Transisi Dan
Tantangan Politik)”. Laporan ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
akhir mata kuliah filsafat politik kenegaraan . Dengan membaca laporan ini para
pembaca dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, dan para pembaca dapat
mengetahuinya.

Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada dosen saya dan teman teman yang
telah membantu proses pembuatan Laporan ini. Saya menyadari bahwa dalam
Laporan ini masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu saya meminta kritik
dan saran atas pembuatan Laporan ini.

Bandung, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

D. Alasan pemilihan jurnal .......................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................................... 3

BAB III METODOLOGI .................................................................................................... 5

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................................. 5

B. Sumber Data............................................................................................................ 5

C. Teknik Analisis Data............................................................................................... 6

D. Prosedur Studi Kepustakaan. .................................................................................. 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 7

A. Demokrasi Pemilu Pasca-Kemerdekaan ................................................................. 7

B. Demokrasi Pemilu setelah Kudeta 1962 dan Pemilu 1990 ..................................... 9

C. Pemilu dan Analisis Umum 2015 ........................................................................... 9

D. Tantangan Pemerintahan Demokratik Saat Ini ..................................................... 11

BAB V KESIMPULAN .................................................................................................... 13

SUMBER .......................................................................................................................... 14

ii
biasakan awali dengan
kalimat ilmiah
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, demokrasi hampir merupakan bentuk
pemerintahan yang diakui secara universal, dan pemilu adalah salah satunya.
Pilar dasar demokrasi yang kuat. Pemilu membantu menentukan cara suatu
negara diatur dan tingkat legitimasi penguasa Mereka akan dipilih. Konstitusi
merupakan kumpulan dari lembaga hukum formal pemerintah atau negara.
konstitusi Ini adalah struktur politik entitas politik. Itu bisa dijadikan cermin
negara. Oleh karena itu, setiap negara menginginkan adanya konstitusi, yang
meliputi Peraturan yang mengatur pemilihan umum demokratis yang bebas dan
adil. Myanmar adalah negara yang terletak di Asia Tenggara. Dikutip dari
wikipedia.com (wikipedia, 2021) bahwa Negara Myanmar secara astronomis
terletak antara 9°LU dan 29° LU, dan 92°BT dan 102°BT, berbatasan dengan
Bangladesh, India, dan Laut Bengal, sedangkan Myanmar di timur berbatasan
dengan Thailand, Laos, dan Bangladesh. Cina. Myanmar utara adalah Cina,
dan selatan adalah Laut Andaman.

Pemerintah militer mengubah nama Burma menjadi Myanmar pada 18


Juni 1989, agar kelompok etnis non-Burma merasa menjadi bagian dari negara
tersebut. Pada tanggal 7 November 2005, pemerintah militer juga
memindahkan ibu kota dari Yangon (Yangon) ke Naypyidaw. Selain nama
negara dan ibu kota, pemerintah militer Myanmar juga mengganti bendera dan
lagu kebangsaan pada 21 Oktober 2010. Sistem pemerintahan di Myanmar
adalah sistem presidensial. Di Republik Kepresidenan Myanmar, kepala negara
dan pemerintahan adalah presiden, dibantu oleh dua orang wakil presiden.
Namun, pada April 2016, Presiden menetapkan posisi baru, Perdana Menteri
(Penasihat Negara), yang setara dengan posisi Perdana Menteri. Saat ini,
Menteri Negara adalah Aung San Suu Kyi. Negara

Myanmar diperintah oleh pemerintah militer dari tahun 1962 hingga


2016, ketika pemilihan umum dimenangkan oleh seorang presiden non-militer.

1
Presiden terpilih berasal dari Liga Nasional untuk Demokrasi. Liga Nasional
untuk Demokrasi (NLD) adalah partai politik yang dipimpin oleh Aung San
Suu Kyi pada tahun 2015. Aung San Suu Kyi juga memenangkan Hadiah
Nobel Perdamaian 1991 atas usahanya memperjuangkan demokrasi. Sebuah
negara yang tidak menggunakan kekerasan, menentang aturan rezim militer.
Dari latar belakang ini peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pelaksanaan
Pemilu Di Negara Myanmar”.

B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah pada pokok pokok permasalahan maka
masalah pokok dalam makalah ini adalah bagaimana pelaksanaan pemilu di
Myanmar

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pemilu di Myanmar.

D. Alasan pemilihan jurnal


Untuk alasan pemilihan artikel ini, karena artikelnya pembahasannya cukup
detail juga menarik sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi,
ditambah lagi kasus kudeta yang dilakukan oleh pihak militer Myanmar sedang
ramai diperbincangkan oleh dunia saat ini.

2
jika mengutip muat jelaskan dulu teori apa
dalam daftar pustaka saja yang mau dibahas
BAB II
lihat sekarang tidak lagi
menggunakan ":" tapi "
hlm" KAJIAN TEORI
Morissan (2005:17) Pengertian pemilu menurut Morissan adalah cara atau sarana
untuk mengetahui keinginan rakyat mengenai arah dan kebijakan negara kedepan.
Paling tidak ada tigak macam tujuan pemilihan umum, adalah:

 Sangat mungkin ada peralihan pemerintahan secara aman dan tertib


 Untuk melakukan kedaulatan rakyat dalam rangka melakukan hak asasi
warga Negara

Maksud morissan disini pemilu adalah sebuah sarana atau wadah untuk mengetahui
apa yag diinginkan oleh rakyat dan menentukan arah dan kebijakan sebuah negara
untuk kedepannya, pemilu juga digunakaan untuk melaksakan apa yang disebut
dengan demokrasi, setelah kemerdekaan myanmar, demokrasi sangat digaungkan
untuk melakukan adanya pemilu.

Soedarsono (2005:1)mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemilihan


umum adalah syarat minimal bagi adanya demokrasi dan diselenggarakan dengan
tujuan memilih wakil rakyat, wakil daerah, presiden untuk membentuk
pemerintahan demokratis”.

Menurut Jimly Asshidiqqie (2006:169-171)pentingnya penyelenggaraan Pemilihan


Umum secara berkala tersebut dikarenakan beberapa sebab diantaranya sebagai
berikut:

a) pendapat atau aspirasi rakyat cenderung berubah dari waktu ke waktu;


b) kondisi kehidupan masyarakat yang dapat juga berubah
c) pertambahan penduduk dan rakyat dewasa yang dapat menggunakan hak
pilihnya
d) guna menjamin regulasi kepemimpinan baik dalam cabang eksekutif dan
legislatif.

3
Pemilu sangat penting dan berperan terhadap pendapat dan partisipasi rakyat yang
bersifat dinamis sehingga berubah setiap waktunya, sehingga perlu adanya wadah
yang menampung hal tersebut, salah satunya diadakannya pemilu.

Menurut International Commission for Jurist, demokrasi adalah suatu bentuk


pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik
diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka
dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang
bebas (Mirriam Budiarjo, 2008:116-117).

Demokrasi merupakan dimana dalam pengambilan sebuah keputusan harus ada dan
terlibatnya sauara rakyat yang diwakilkan oleh wakil wakil rakyat yang berada
dalam struktur kepemerinatahan, sehingga dalam pembuatan sebuah kebijakan
terdapat suara rakyat yang merupakan hak yang dimiliki setiap warga negara.

4
BAB III

METODOLOGI

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi Kepustakaan, karena dalam
pengumpulan informasi dan data yang mendalam besumber dari litelatur catatan
jurnal dan juga sudah tertera sumber kepustakaan untuk sumber data dan
informasi tanpa melakukan studi lapangan. Sedangkan menurut Mahmud dalam
bukunya Metode Penelitian Pendidikan menjelaskan bahwa penelitian
kepustakaan yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-buku
atau majalah dan sumber data lainnya untuk menghimpun data dari berbagai
literatur, baik perpustakaan maupun di tempat-tempat lain. Dari penjelasan di
atas dapat dipahami bahwa penelitian kepustakaan tidak hanya kegiatan
membaca dan mencatat data-data yang telah dikumpulkan. Tetapi lebih dari itu,
peneliti harus mampu mengolah data yang telah terkumpul dengan tahap-tahap
penelitian kepustakaan.

B. Sumber Data
Sumber data bersifat kepustakaan atau berasal dari berbagai literatur, di
antaranya buku, jurnal, surat kabar, dokumen pribadi dan lain sebagainya.

Teknik Pengumpulan Data

Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara yang satu dengan
yang lain.

Organizing: mengorganisir data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah


diperlukan.

Finding: melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data


dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan
sehingga ditemukan kesimpulan yang merupakan hasil jawaban dari rumusan
masalah.

5
C. Teknik Analisis Data
Deduktif, pemikiran yang bertolak pada fakta-fakta yang umum kemudian
ditarik pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

Induktif, mengambil suatu konklusi atau kesimpulan dari situasi yang kongkrit
menuju pada hal-hal yang abstrak, atau dari pengertian yang khusus menuju
pengertian yang bersifat umum.

Interpretatif, menginterpretasikan suatu makna ke dalam makna normatif.

Komparatif, membandingkan objek penelitian dengan konsep pembanding.

Historis, melakukan analisis kejadian-kejadian dimasa yang lalu untuk


mengetahui kenapa dan bagaimana suatu peristiwa itu telah terjadi.

D. Prosedur Studi Kepustakaan.

Pemilihan Eksplorasi Menentukan Pengumpulan


topik informasi fokus sumber data
penelitian

Mengolah Membuat
Penyusunan Membaca
catatan catatan
laporan sumber data
penelitian penelitian

(Tabel 3.1 Prosedur Studi Kepustakaan)

Sumber : Metode Penelitian Kepustakaan, Mestika Zed, 2008

6
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada Mei 1990, pemerintahan Jenderal Saw Muang mengadakan pemilihan
bebas dan multipartai untuk pertama kalinya dalam 30 tahun dengan Liga Nasional
untuk Demokrasi (di sini setelah NLD) menang telak di bawah kepemimpinan
Aung San Suu Kyi (Ghoshal, 2013: 118-124). Hasil pemilu menunjukkan dukungan
mayoritas terhadap demokrasi dan pemilu juga memberikan harapan bagi masa
depan demokrasi di tanah air, namun militer mengabaikan dan membatalkan hasil
pemilu. Kemudian, Jenderal Than Shwe mengawasi ratifikasi konstitusi baru pada
2008. Konstitusi baru akan diadakan pada pemilihan sela 2010. Referendum
konstitusi dilaksanakan pada 10 Mei. Setelah itu, pemilihan umum pertama dalam
20 tahun diadakan pada tahun 2010, melengkapi langkah kelima dari peta jalan
menuju demokrasi. meskipun NLD dikecualikan untuk berpartisipasi di dalamnya
karena Komisi Pemilihan menyatakan mereka “batal demi hukum” sesuai dengan
undang-undang pemilu.

Demokrasi elektoral di Myanmar tidak mungkin disajikan tanpa menyebutkan


dan menekankan peran penting yang dimainkan oleh Aung San Suu Kyi. Dari
perspektif politik, Suu Kyi adalah sosok yang sangat penting dalam politik
Myanmar. Dia adalah seorang politikus Burma. Dia adalah pemimpin wanita
pertama dalam sejarah negara itu. Aung San Suu Kyi adalah seorang aktivis pro-
demokrasi dan pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Burma /
Myanmar.

A. Demokrasi Pemilu Pasca-Kemerdekaan


Demokratisasi di Myanmar dimulai sebelum kemerdekaannya pada akhir
1940-an. Demokrasi di Myanmar sudah dipraktekkan sejak masa penjajahan.
Pemilihan pertama untuk legislatif diadakan pada bulan April 1947 selama proses
dekolonisasi. Myanmar memperoleh kemerdekaannya dari penjajahan Inggris
pada tanggal 4 th pada Januari 1948 di bawah kepemimpinan Jenderal Aung San.
Meskipun ia dibunuh sebelum Burma merdeka, Myanmar mencapai kemerdekaan
pada Januari 1948 di bawah U Nu. U Nu adalah Perdana Menteri pertama

7
Myanmar yang merdeka. Fase pertama kemerdekaan Burma / Myanmar
merupakan 12 tahun periode demokrasi dari 1948 hingga 1958 ketika pemerintah
sementara militer Jenderal Ne Win mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan
demokratis U Nu (Steinberg, 1981: 4). Pemerintahan demokratis U Nu mengatur
tiga pemilihan nasional multi-partai.

Pemilihan Parlemen pertama diadakan antara Juni 1951 dan April 1952. Pesaing
utama untuk kursi adalah Liga Kebebasan Rakyat Anti-Fasis (AFPFL), Partai
Buruh dan Tani Marxis Burma (BWPP), Kelompok Parlemen Arakan Independen
(IAPG) dan beberapa lainnya. partai kecil yang akhirnya tertarik ke BWPP. Dari
239 kursi yang diperebutkan, AFPFL sendiri memenangkan 147 dan 200 jika
afiliasinya diikutsertakan. Oposisi hanya memenangkan 30 kursi dan kursi yang
tersisa dimiliki oleh Independen (Trager, 1966: 172-175). Hasil pemilu
mengungkapkan dua aspek politik Myanmar. Penggunaan konstituensi
beranggota tunggal memastikan bahwa tidak ada pembagian suara; pemenang
mengambil semuanya. Sistem pemilihan Myanmar, seperti sistem Inggris, tidak
menuntut seorang calon menjadi penduduk di daerah pemilihannya.

Pemilihan parlemen kedua diadakan pada 27 April 1956. AFPFL melawan Front
Persatuan Nasional (NUF) yang didominasi komunis dan beberapa kelompok
kecil konservatif. NUF adalah faksi Sosialis sayap kiri AFPFL yang
meninggalkan partai (AFPFL) pada tahun 1950. AFPFL memiliki keuntungan
karena mesin partainya yang berkembang dengan baik dan kontrolnya atas dana
dan mesin pemerintah. Terlepas dari ini, oposisi melakukan jauh lebih baik dari
yang mereka harapkan, terutama di daerah pedesaan. Dari 241 kursi yang
diperebutkan, AFPFL sendiri memenangkan 148 kursi, NUF 48, Arakanese
National United Organization (ANUO). Penggunaan sistem distrik beranggotakan
tunggal menghasilkan beberapa hasil yang menarik. Misalnya, partai yang
memperoleh suara terbesar ketiga di Myanmar, Partai Demokrat Burma (BDP)
gagal memenangkan satu kursi pun. Sebaliknya, Blok Nasionalis Burma (BNB)
memperoleh sekitar 40.000 suara lebih sedikit daripada BDP tetapi berhasil
memenangkan satu kursi. Pemungutan suara terhadap afiliasi AFPFL di negara
bagian selain Myanmar dan ketidakpuasan yang terus berlanjut di Arakan dengan
kepemimpinan AFPFL berkontribusi pada berkurangnya mayoritas AFPFL.

8
Pemilihan parlemen ketiga diadakan pada tanggal 6 Februari 1960. Pemilihan ini
diadakan di bawah pemerintahan sementara yang dipimpin oleh militer. Hukum
dan ketertiban dipulihkan di sebagian besar negara, dan itu dianggap sebagai
pemilu pertama yang benar-benar bebas dan adil. Di Myanmar, Clean AFPFL
(Pyidaungsu) memenangkan 156 kursi dengan 56 persen suara. Pemilu tersebut
memberikan beberapa wawasan baru tentang politik Burma. Kemenangan faksi U
Nu di AFPFLClean / Union Party terutama diakibatkan oleh pemisahan partainya
dari pemerintahan sementara yang dipimpin oleh militer Jenderal NeWin dan
keyakinan publik bahwa U Nu akan memberikan kepemimpinan yang kuat dan
melaksanakan janjinya untuk menjadikan Buddha sebagai agama negara dan
untuk berlaku adil.

B. Demokrasi Pemilu setelah Kudeta 1962 dan Pemilu 1990


Pemerintah otoriter satu partai dibentuk oleh Jenderal Ne Win setelah
mengambil alih kekuasaan di negara itu. Setelah kudeta, pemerintah militer
menangguhkan konstitusi 1947, membubarkan parlemen dan pejabat tinggi
negara serta politisi ditangkap dan ditunjuk Dewan Revolusi (RC) untuk
memerintah Myanmar dengan dekrit (Cribb, 1999). Jenderal Ne Win menghapus
sistem federal, ekonomi dinasionalisasi, dan melarang surat kabar independen.
Partai Program Sosialis Burma (BSPP) dibentuk dan dijadikan satu-satunya partai
politik di negara itu (Peter, 2005: 106-121). Dengan cara ini, Myanmar memulai
tatanan politik baru dengan filosofi politik baru. Orde baru didasarkan pada
gagasan / filosofi negara satu Partai yang dipimpin militer dan sistem
pemerintahan yang menguasai negara dan masyarakat dengan kedok sosialisme
(Morgenbesser, 2015: 163-188). pada tahun 1974, Myanmar secara konstitusional
menjadi negara sosialis. Sejak munculnya rezim NeWin, Asia militer telah
menjadi kekuatan dan basis pendukung terpenting dari rezim otoriter di Myanmar
(Singh, 2007: 1-5).

C. Pemilu dan Analisis Umum 2015


Pada tahun 1997, SLORC terus memerintah negara sampai
bermetamorfosis menjadi Dewan Perdamaian dan Pembangunan Negara (SPDC).
Kebuntuan politik berlanjut hingga ke 21 st abad dipengaruhi atas semua aspek

9
kehidupan di Myanmar dengan SPDC terus mengganggu aktivis NLD dan militer
mempertahankan kontrol yang ketat. Myanmar secara bertahap mulai membuka
dan meliberalisasi sistem politiknya. Di sisi lain, pada tahun 2003, insiden
Depayin ditindak oleh pemerintah dan Asosiasi Solidaritas dan Pembangunan
(USDA) menewaskan beberapa lusin pendukung Aung San Suu Kyi.
Terjangkitnya insiden Depayin membuat situasi politik dalam negeri Myanmar
semakin parah. Akibatnya, Amerika Serikat dan negara-negara Barat
memberlakukan sanksi yang lebih ketat terhadap Myanmar (Storey, 2011).

Tanpa amandemen konstitusi, reservasi 25 persen tidak dapat dihapus dan


peran mayoritas lebih dari 75 persen anggota parlemen diperlukan adalah untuk
mengubah konstitusi. Konstitusi tidak memungkinkan untuk mengubah konstitusi
tanpa persetujuan militer. Konstitusi juga mengecualikan Aung San Suu Kyi
untuk berkuasa karena tidak ada orang asing atau orang yang menikah dengan
orang asing dapat dipilih sebagai presiden. Junta militer mengadakan pemilihan
legislatif pada November 2010 di tengah situasi yang saling bertentangan sesuai
ketentuan konstitusi baru. Tapi, pemilu tidak dianggap demokratis karena 25
persen dari semua kursi di parlemen nasional tidak diperebutkan (Schedler, 2013).
Apalagi, partai oposisi utama Myanmar, NLD, memboikot pemilu ini. Setelah
pemilihan, Jenderal Thein Sein terpilih sebagai Presiden pada Maret 2011 dan
kekuasaan dialihkan sesuai dengan itu. engalihan kekuasaan kepada pemerintah
yang baru terpilih merupakan bagian dari proses demokratisasi di Myanmar (Win,
2013: 19-32). Setelah pemilu dan akibatnya transfer kekuasaan, proses reformasi
menuju demokratisasi dimulai dengan kecepatan yang lebih cepat dan menjadi
nyata.

majalah dan surat kabar diperbolehkan untuk terlibat dalam pemberitaan


politik, membuka ruang bagi masyarakat sipil, lembaga swadaya masyarakat juga
diperbolehkan untuk membentuk organisasi politik dan berpartisipasi dalam
kehidupan politik, pembangunan ekonomi dan sosial (Clapp dan Suzanne, 2013:
3 -10). NLD juga mulai bekerja sama dengan pemerintah dan setuju untuk
berpartisipasi dalam pemilihan sela April 2012. NLD memenangkan mayoritas
kursi dalam pemilihan sela 2012 dan memperoleh 43 dari 44 kursi atau 66 persen
dari suara populer dan Aung San Suu Kyi menjadi anggota oposisi parlemen.

10
Pemilu ini diakui oleh ASEAN dan pengamat internasional lebih bebas dan adil
(Thuzar, 2013: 9-18). Ada yang berpendapat bahwa transformasi sistem politik
Myanmar dirancang dan dilaksanakan oleh rezim militer.

Pada 2015, pemilihan Aung San Suu Kyi dan partainya memenangkan
mayoritas absolut dan diberi kekuasaan eksekutif negara. Namun, pemerintahan
Suu Kyi menjadi pemerintahan yang benar-benar demokratis. Tapi, Aung San Suu
Kyi menjadi Presiden Burma berdasarkan klausul dalam konstitusi 2008. Klausul
yang melarang semua kandidat presiden Myanmar adalah orang asing atau
memiliki kerabat asing. Yang terakhir adalah kasus Aung San Suu Kyi, yang
putranya berkewarganegaraan Inggris.

D. Tantangan Pemerintahan Demokratik Saat Ini


Myanmar memulai jalan menuju reformasi politik fundamental melalui
transfer kekuasaan secara damai pada awal 2016. Transfer itu dari rezim yang
dipimpin militer sebelumnya ke Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang
dipimpin oleh Aung San Suu Kyi, yang peran utamanya dalam pemerintahan baru
belum ditantang. Lebih dari setahun kemudian, transisi Myanmar dari
pemerintahan militer masih jauh dari selesai. Tapi itu telah bergerak ke arah yang
benar. Masih harus dilihat apakah transisi tersebut akan mengarah pada demokrasi
yang sejati, tetapi itu pasti melibatkan perubahan politik yang mendasar.

Tantangan pertama dan utama dari pemerintahan demokratis saat ini


adalah bahwa militer tetap dominan menurut konstitusi 2008. Di Myanmar,
semuanya dikendalikan oleh militer, dan diklaim bahwa pemberontakan oleh
kelompok minoritas adalah alasan utama kekuasaan militer. Konstitusi 2008 juga
menghalangi pemerintahan demokratis di Myanmar. Tantangan terpenting
lainnya dari pemerintahan demokratis saat ini adalah masalah etnis minoritas.
Myanmar adalah negara dengan 135 kelompok etnis yang diakui secara resmi.
Kelompok etnis yang berbeda berada di bawah delapan kelompok utama - Arakan
(Rakhine), Barman, Chin, Kachin, Karen, Karenni (Kayah), Mon dan Shan
(Smith, 1999: 29-30). Dari kelompok-kelompok ini, Burma / Barman merupakan
68 persen dari total populasi.

11
Pada Desember 2016, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkritik keras pemerintah
Myanmar karena perlakuan buruknya terhadap orang-orang Rohingya, dan
menyebut pendekatannya "tidak berperasaan" dan memperingatkan kemungkinan
kejahatan terhadap kemanusiaan. Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta Aung San
Suu Kyi untuk mengakhiri kebungkamannya dan membela minoritas Rohingya
yang tertindas. Pada 4 September 2017, PBB merilis laporan tentang hak asasi
manusia di Myanmar. Ia mengkritik tanggapan Suu Kyi dengan alasan bahwa
mengingat laporan kejahatan terhadap orang yang tidak bersalah di desa
Rohingya, "Pemimpin de facto perlu turun tangan - itulah yang kami harapkan
dari pemerintah mana pun, untuk melindungi semua orang dalam yurisdiksi
mereka sendiri." Namun demikian, sejarah Aung San Suu Kyi sebagai pejuang
hak asasi manusia dan demokrasi, kritik tajam ditujukan padanya dan khususnya
karena pada awalnya tampak mengabaikan krisis dan, ketika dia mengatasinya,
dia tidak mencela tindakan pasukan keamanan atau tidak melakukan intervensi.
Sebagai protes atas kelambanannya atas penderitaan Rohingya, beberapa
organisasi mencabut penghargaan dan penghargaan terkait hak asasi manusia
yang sebelumnya diberikan kepadanya. Pemerintahan yang baru lahir dilanda
sedikit pergolakan pada Maret 2018 ketika Htin Kyaw mengundurkan diri secara
tak terduga.

12
BAB V

KESIMPULAN
Myanmar sedang dalam masa transisi demokrasi dalam bentuk menciptakan
pemilihan umum yang bebas, adil, dan kompetitif serta menciptakan partisipasi
masyarakat yang baik. Dalam pemerintahan Myanmar pihak militer terlihat
dominan untuk menguasai system pemerintahan negara, Di Myanmar juga terdapat
pemimpin de facto (Aung San Suu Kyi) dan pemimpin de jure.

Tuntutan otonomi oleh etnis yang beragam yang menjadi faktor sulitnya
fungsi demokrasi diterapkan, termasuk adanya golongan pro demokrasi dan pro
kudeta yang dilakukan oleh militer Myanmar, Sampai saat ini pemerintahan
demokratis Myanmar masih menghadapi pengaruh militer yang berkelanjutan.

13
SUMBER

 Sumber
Aktar, T. (2020). Democratic Election in Myanmar : Political Transition and
Challenges Democratic Election in Myanmar : Political Transition and
Challenges, (June).

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm.


31

Metode Penelitian Kepustakaan, Mestika Zed, 2008

Metodologi Penelitian, Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati, 2014

Portal Media Pengetahuan Online (2017) Pengertian Pemilu, Tujuan, Fungsi,


Asas, Bentuk & Sistemnya. Seputar Pengetahuan September 2017.
Dapat diakses melalui :
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-pemilu-tujuan-
fungsi-asas-bentuk-sistem.html

Wikipedia (2021) Myanmar. Wikipedia 28 Februari 2021.


Dapat diakses melalui : https://id.wikipedia.org/wiki/Myanmar

sumber internet muat


kapan diakses?

14

Anda mungkin juga menyukai