Anda di halaman 1dari 3

HAND SANITIZER

Hand sanitizer merupakan cairan atau gel pembersih tangan yang berfungsi sebagai
antimikroba[7]. Mikroba dalam hal ini dapat berupa bakteri, jamur, maupun virus[5]. Hand
sanitizer terdapat dua jenis, yaitu semprot dan gel. Kandungan umumnya sama, namun bahan
tambahannya untuk mempermudah penggunaannya saja yang berbeda[3]. Umumnya,
komposisi utama dalam produk desinfektan ini adalah senyawa kimia yang mampu
menghambat atau memperlambat pertumbuhan mikroba[6]. Senyawa kimia tersebut dapat
berupa senyawa alkohol, amonia, senyawa aldehid, senyawa asetat ataupun klorin[6]. Masing-
masing senyawa dapat membunuh virus dengan karakteristik berbeda. Misalnya fenol yang
mampu melawan virus penyebab penyakit influenza, flu burung, dan penyakit New Castle[6].

Sumber : Goncalves, 2018


Hand sanitizer terbukti mampu untuk menghambat infeksi virus yang mudah menular
dari udara, sentuhan, ataupun terbawa makanan[1]. Virus mulai dihambat oleh senyawa yang
terkandung dalam hand sanitizer mulai dari 15-30 detik setelah pemakaian [3]. Inaktivasi virus
terbukti dapat berlangsung setelah menit kesepuluh pemakaian[7]. Efektivitasnya mampu
menyamai penggunaan sabun cair untuk cuci tangan yang mampu menghambat virus setelah
20 detik[9] . Hand sanitizer digunakan apabila tidak memungkinkan untuk cuci tangan dengan
sabun dan air, meskipun penggunaan sabun akan lebih efektif. Sabun mengandung bahan
aktif dan inaktif. Bahan aktifnya mengandung 0,5% triclosan, sedangkan bahan inaktifnya
misalnya sodium klorida[5].
Penggunaan hand sanitizer yang semakin luas menyebabkan stoknya terbatas. Hand
sanitizer dapat dibuat secara manual dengan formulasi yang tepat[8]. Umumnya bahan dasar
yang digunakan adalah alkohol atau klorin[9]. Klorin dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan produk rumahan seperti pemutih. Formulasinya 5% sodium hipoklorit
dicampur air dengan nisbah 1:100[9]. Sodium hipoklorit yang juga terkandung dalam sabun
terbukti mampu merusak kapsul virus berserta materi genetiknya[5]. Berbeda dengan alkohol
yang kurang efektif untuk merusak materi genetik virus, sehingga virus tidak mati[5].
Alkohol yang digunakan sebagai bahan dasar hand sanitizer minimal memiliki
konsentrasi 60%-70%[8]. Senyawa alkohol mampu merusak virus dengan cara merusak
selubungnya. Alkohol lebih efektif untuk mendegradasi virus berselubung (envelope). Contoh
virus yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh alkohol 60% adalah Adenovirus,
Rhinovirus, dan Rotavirus[5]. Sedangkan untuk alkohol 70% mampu menghambat virus
penyebab Hepatitis A dan virus Polio tipe 1 [5]. Alkohol juga mampu untuk menjadi
antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus dan Enterococcus faecalis[3].
Cara kerja alkohol yaitu dengan mengurangi integritas dari membran dengan merusak
lipid pada selubung virus. Letaknya di bagian luar kapsid yang umum dimiliki oleh virus
pada hewan[2]. Perusakan kapsid virus sendiri dapat dilakukan dengan penambahan formulasi
yang mampu mendegradasi protein[4]. Contoh zat yang dapat ditambahkan misalnya
polyquaternium-37 dan asam asetat[5]. Penelitian penggunaan alkohol dengan isopropanol
menunjukkan bahwa Bakteriophage (sejenis virus yang menyerang bakteri) mampu
terdegradasi dan terlipat bagian kapsidnya. Formulasi antara etanol 60% dan DNA
polymerase mampu mendegradasi virus Hepatitis B[4].
Penggunaan hand sanitizer yang berbahan dasar senyawa kimia berat harus sesuai
dengan aturan pemakaian. Efek penggunaan hand sanitizer dengan bahan-bahan tersebut
dapat menyebabkan inflamasi, iritasi, ataupun kulit kering[1]. Formula biasanya ditambahkan
dengan gliserol atau senyawa ammonium kuartener untuk menjadi humektan (pelembab
kulit)[4]. Penelitian membuktikan bahwa pemakaian produk melebihi batas anjuran
menyebabkan inaktivasi tidak berlangsung sehingga menjadi tidak efektif [1]. Efektivitas dari
penggunaan alkohol terbukti mengurangi 30% infeksi penyakit menular[3].

Referensi
[1]
Beiu, C., M. Mihai, L. Popa, L. Cima, M.N. Popescu. 2020. Frequent Hand Washing for
COVID-19 Prevention Can Cause Hand Dermatitis: Management Tips. Cureus.
Researchgate 12(4) : 1-7
[2]
Campbell, N.A., J.B. Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan : D.T.
Wulandari. Jakarta : Erlangga
[3]
Fendler, E.J., Y. Ali, B.S. Hammond, M.K. Lyons, M.B. Kelley, N.A. Vowell. 2002. The
impact of alcohol hand sanitizer use on infection rates in an extended care facility. AJIC
30(4) : 226 – 233
[4]
Goncalves, L.V. 2018. Mechanisms of virucidal action of alcohol and metallic ions against
nonenveloped viruses. Wales : Cardiff University
[5]
Liu, P., Y. Yuen, H. Hsiao, L. Jaykus, C. Moe. 2010. Effectiveness of Liquid Soap and
Hand Sanitizer against Norwalk Virus on Contaminated Hands. Applied and
Environtmental Microbiology 76(2) : 394-399
[6]
Patnayak, D.P., M. Prashad, Y.S. Malik, M.A. Ramakrishnan, S.M. Goyal. 2008. Efficacy
of Disinfectants and Hand Sanitizers Against Avian Respiratory Viruses. Avian Disease
52: 199-202
[7]
Wegner, J.R., C. Littau. 2018. Alcohol Hand Sanitizer with Improved Dermal Compability
and Feel. Ecolab USA (15): 1-26
[8]
https://www.cdc.gov/
[9]
https://www.who.int/

Anda mungkin juga menyukai