net/publication/343211462
CITATIONS READS
0 880
2 authors:
All content following this page was uploaded by Syamsul Rijal on 21 August 2020.
umiarso@umm.ac.id1, literasi.syamsulrijal@ar-raniry.ac.id2
Abstrak: Manusia modern saat ini mulai terjebak dalam kehidupan serba material
yang dipengaruhi oleh suatu paham yang dikembangkan oleh Karl Marx. Paham
materialis ini hanya menyandarkan diri pada hal-hal kebendaan saja dan menolak
segala bentuk pemikiran yang mengarah pada spiritualitas. Sikap hidup dengan
orientasi materialis akan mendorong seseorang cenderung konsumtif demi
mendapatkan kesenangan dan kepuasaan. Kecendrungan tersebut sudah
merasuki sebagian besar masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Kota
Banda Aceh. Artikel ini membahas perilaku konsumtif yang cenderung hedonis
sebagai dampak internalisasi nila-nilai materialisme sehingga mengabaikan spirit
sosial-keagamaan pada masyarakat Kota Banda Aceh. Didasarkan pada
pengamatan lapangan serta wawancara, artikel ini berargumen bahwa tumbuh
suburnya perilaku hidup konsumtif akan mendorong munculnya pengingkaran
terhadap nilai-nilai agama dan hukum yang berlaku sehingga perlu dieliminir
sedapat mungkin agar terciptanya masyarakat yang sehat dari penyakit sosial.
Kata Kunci: materialisme, konsumerisme, sosial-keagamaan
Abstract: Modern humans are now trapped in material life which is influenced by
an understanding developed by Karl Marx. This materialist understanding only
relies on material things and rejects all forms of thought that lead to spirituality.
Attitudes of life with a materialist orientation will encourage someone to be
consumptive in order to get pleasure and satisfaction. This tendency has
permeated most of the world community, including the people of Banda Aceh City.
This article discusses consumptive behaviors that tend to be hedonic as a result of
the internalization of the values of materialism so that it ignores the socio-
religious spirit in the people of Banda Aceh City. Based on field observations and
interviews, this article argues that the flourishing of consumptive life behavior will
encourage the emergence of denial of religious values and applicable laws so that
they need to be eliminated wherever possible in order to create a healthy society
from social ills.
Keywords: materialism, consumerism, social-religion
Masyarakat yang sudah ditimpa oleh penyakit materialistis dan konsumerisme akan
menjadi buas untuk sesamanya, tidak lagi peduli terhadap hak-hak orang lain.
Gambaran tentang sikap hidup manusia yang tamak, rakus, tanpa malu melanggar
hukum Islam, telah terlihat di dalam diri masyarakat kota Banda Aceh. Keinginan untuk
memperkaya diri ditunjukkan dengan tingginya angka korupsi pejabat di Aceh, begitu
juga dengan sikap konsumtif di bidang kuliner, ditunjukkan dengan penuhnya cafe-cafe
serta restoran yang ada di Kota Banda Aceh. Tanpa peduli suara azan di Mesjid, waktu
salatpun dihabiskan di cafe demi menikmati makanan dan minuman lezat yang tersedia.
Maka tidak heran jumlah pengunjung cafe lebih banyak dari jamaah Mesjid. Ini
menunjukkan bahwa masyarakat kota Banda Aceh sudah lebih mencintai kehidupan
materialis duniawi dibandingkan dengan kehidupan ukhrawi.
Ironinya sikap hidup konsumerisme telah mengubah rasa malu baik bagi kaum
lelaki dan perempuan melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama Islam, seperti mau
menjual diri demi mendapatkan uang. Dari pola hidup inilah muncul praktek-praktek
hidup tercela seperti perampokan, pencurian atau bahkan prostitusi. Walaupun di sisi
yang lain, prostitusi tidak selamanya muncul dikarenakan oleh faktor ekonomi, tetapi ia
dapat muncul dari kerangka kepahitan hidup dari aspek budaya patrilineal yang tidak
memihak perempuan, atau karena memang muncul dari dirinya sendiri –baca karena
nafsu liar.36 Indikasi lainnya adalah muncul kasus-kasus perselingkuhan sebagaimana
yang diberitakan di media massa baik surat kabar maupun televisi. Bahkan tidak
tanggung-tanggung pelajar dan mahasiswa pun yang notabenenya adalah asset
pembangunan masa depan mulai menjajaki kehidupan malam menjadi penjaja sex demi
mendapatkan uang yang banyak.
Menanggapi persoalan materialisme yang sudah merajalela, maka keimanan harus
diperkuat kembali, ajaran agama Islam perlu diamalkan secara kaffah, dan yang paling
penting adanya penegakan hukum terhadap pelaku korupsi yang mencari kekayaan
untuk kepentingan sendiri dan golongannya. Masyarakat kota Banda Aceh khususnya
Kesimpulan
Materialisme merupakan suatu ajaran, paham yang mengganggap segala sesuatu
yang ada adalah materi atau kebendaan. Segala sesuatu yang tidak dapat dilihat secara
riil dianggap tidak ada. Seseorang yang sudah terkena penyakit materialisme maka yang
dipikirkan hanyalah materi saja, dan tidak tersentuh pada hal-hal yang inmaterial.
Bahkan segala sesuatu yang tidak dapat dilihat dianggap tidak ada. Sikap hidup
materialis mendorong orang untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan materi semata
sebagai bentuk kesenangan dan kepuasan. Dalam posisi ini seseorang tidak peduli lagi
pada nilai baik dan buruk, asalkan memuaskan jiwanya akan diambil tanpa
pertimbangan apapun. Dari pola pikir materialis ini, seseorang akan didorong menjadi
konsumrisme, membeli semua barang agar dirinya merasa senang atau untuk gaya
hidup demi pengakuan bahwa dirinya orang yang sukses.
Gaya hidup konsumerisme telah membius jutaan orang-orang yang hidup di
Daftar Pustaka