2. Etiologi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba
dan abses hati pyogenik.
a. Abses Hati Amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai
parasite non pathogen dalam mulut dan usus, tapi hanya enteremoeba
histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian
individu yang terinfeksi enteremoeba histolytica yang memberi gejala
invasif, sehingga diduga ada dua jenis E.histolytica yaitu starin
pathogen dan non pathogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda
berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar (Sudoyo,
2006).
Histolytica didalam feses dapat ditemukan dalam dua bentuk
vegetative atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup
diluar tubuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten
terhadap suasana kering dan asam. Bentuk tropozit akan mati dalam
suasana kering dan asam. Tropozoit besar sangat aktif bergerak,
mampu memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase
dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi
jaringan.
b. Abses Hati Piagenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative dan
penyebab terbanyak adalah E.Coli selain itu, penyebabnya juga adalah
streptococcus faecalis, proteus vulgaris, dan salmonella typhi. Dapat
pula bakteri anaerob seperti bakteroides, aerobakteria, akttinomesis,
dan streptococcus anaerob. Untuk penepatannya perlu dilakukan
biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun aerob
(Sudoyo, 2006)
3. Patofisiologi
a. Amoebiasis Hepar
Amoebiasis hati penyebab utamanya adalah enamoeba hystolitica.
Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi E. Hystolitica yang
memberi gejala amebiasis invasive, sehingga ada dua dugaan jenis
E.hystolitica yaitu strain pathogen dan non pathogen. Bervariasinya
virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan
kemampuannya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesi amebiasis
hati belum dapat diketahui secara pasti. Ada beberapa mekanisme
yang telah ditemukan antara lain: faktor virulensi yang menghasilkan
toksin, ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi parasit,
imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya antigen permukaan dan
penurunan imunitas cell-mediated parasite dengan lingkungan saluran
cerna terutama pada flora bakteri. (Sudoyo, 2006)
Mekanisme terjadinya amebiasis hati:
1. Penempelan E.Hystolitica pada mucus usus
2. Pengerusakan sawar intestinal
3. Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi
respon imun cell-mediated yang disebabkan enzim atau toksin
parasite, juga dapat karena penyakit tuberculosis, malnutrisi,
keganasan, dll.
Penyimpangan KDM
System arterial
hepatic
4. Manifestasi klinis
Gambaran klinisnya berupa sepsis tanpa atau dengan beberapa
tanda yang terbatas. Gejala temperature: 38,8℃ - 41℃ disertai mengigil
dan diaphoresis (keringat banyak), malaise, anoreksia, mual, muntah serta
penurunan berat badan dapat terjadi. Pasien dapat mengeluh nyeri tumpul
pada abdomen dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen. Sepsis
serta syok dapat terjadi dan menyebabkan kematian (Baradero, dkk. 2008)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hiperbilirubineum hanya sebagian kecil kasus
b. Hitung darah lengkap (sering terjadi anemia), hitung sel leukosit
(meningkat), dan laju endap darah (meningkat)
c. Profil biokimia (tes fungsi hati, albumin, dan ureum/kreatinin)
peningkatan fosfatase alkali sering ditemukan.
d. Kultur darah (positif pada abses piogenik)
e. Serologi untuk E.histolytica
f. Abses hati akut, yang aspartate aminotransferase (AST) tingkat tinggi.
Pada abses hati kronis, yang tingkat fosfatase alkali cenderung
meningkat dan tingkat AST cenderung berada dalam batas normal,
secara keseluruhan, tingkat fostase alkali meningkat pada sekitar 70%
kasus abses hati amoeba.
g. Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transmainase) dan
ALT (Alanine Aminotranferase) juga meningkat karena kerusakan sel-
sel hepar.
h. Pemeriksaan feses mikroskopi tinja pada abses hati terbatas. Kultur
feses untuk amoeba sensitive.
i. Radiologi
1. USG: untuk tes diagnostic awal sekaligus mengevaluas kandung
empedu
2. CT SCN: untuk menilai adanya struktur kepadatan akibat
3. Rongten toraks
4. Rongten abdomen
6. Pengobatan
Abses amoeba hati
a. Terapi farmakologi
1. Metronidazole 750 mg 3 kali sehari secara oral selama 10 hari.
Dilaporkan kuratif dalam 90% pasien dengan abses hati amoebic
2. Tinidazole, nitromidazole lain berkaitan erat dengan
metronidazole. Dianjurkan untuk pengobatan abses hati dan
invasive amebiasis. Tinidazole baik ditoleransi oleh pasien,
tinidazole dapat diberikan sekali sehari dengan angka kesembuhan
klinis lebih dari 90%
3. Chloroquine fosfat bisa diganti atau ditambahkan dalam hal terjadi
kegagalan penyelesaian dari gejala klinis dengan metronidazole
atau nitromidazole lain dalam waktu 5 hari atau toleransi terhadap
metronidazole atau nitromidazole.
4. Metine atau dehydroemetine memiliki aksi langsung pada
trophozoites E histolytica
b. Terapi drainase, baik perkuatan atau boleh
1. FNA (apirasi jarum halus)
2. Drainase bedah
a. Terapi farmakologi
1. Meropenem (merrem)
2. Cefuroxime (ceftin)
3. Agen anti jamur
b. Drainase
1. Bedah drainase adalah standar perawatan sampai diperkenalkannya
teknik drainase perkuatan pada pertengahan 1970-an
2. Bedah terbuka dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
a. Pendekatan transperitoneal memungkinkan untuk drainase
abses dan eksplorasi untuk mengidentifikasi abses tanpa
terdeteksi sebelumnya dan lokasi sumber etiologi
b. Identifikasi beberapa lesi atau bersamaan patologi intra
abdomen
3. Sebuah pendekatan laporoskopi juga umumnya digunakan
7. Komplikasi
Komplikasi pada kasus hepar menurut Arif muttaqin dan kumala
sari (2011) dan B.K. Mandal (2008) adalah sebagai berikut:
a. Endophthalmitis dikaitkan dengan bakterimia K pneumonia
b. Sepsis atau superinfeksi
c. Perluasan : empimea, abses subfrenik, fistula hepatobronkial, kulit,
obstruksi intrahepatic atau duktus biliaris mayor
d. Rupture : pericardium, peritoneum, duktus biliaris, saluran
gastrointestinal
e. Metastatik : abses paru, abses otak
f. Lain-lain: efusi pleura, septicemia (abses piogenik), infeksi bacterial
g. Sekunder (abses hati amoebik)