OLEH:
DINA BANNE
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2020/2021
1
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR
A. KONSEP MEDIS
Abses hati adalah suatu pengumpulan data atau akumulasi pus didalam jaringan
hati.terdapat dua tipe dari abses hati, yaitu abses amoeba hati dan abses piogenik hati
(Mutaqqin & Sari, 2011).
Abses hati adalah timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di bagian tubuh
yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier, system vaskuler, atau
system limfatik (Baradero, dkk, 2008).
Abses hati merupakan suatu gangguan pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan
pus yang terdiri dari jaringan nekrotik sel-sel inflamasi atau sel darah didalam
parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran
empedu (Sudoyo, 2006, Anggunweb, 2010).
2. Etiologi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses
hati pyogenik.
a. Abses Hati Amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai parasite non
pathogen dalam mulut dan usus, tapi hanya enteremoeba histolyticayang dapat
menyebabkan penyakit.Hanya sebagian individu yang terinfeksi enteremoeba
histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga diduga ada dua jenis
E.histolytica yaitu starin pathogen dan non pathogen. Bervariasinya virulensi
strain ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar
(Sudoyo, 2006).
Histolytica didalam feses dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetative
atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup diluar tubuh
manusia.Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering
dan asam. Bentuk tropozit akan mati dalam suasana kering dan asam. Tropozoit
1
besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease
yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan
destruksi jaringan.
b. Abses Hati Piagenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative dan penyebab
terbanyak adalah E.Coli selain itu, penyebabnya juga adalah streptococcus
faecalis, proteus vulgaris, dan salmonella typhi.Dapat pula bakteri anaerob
seperti bakteroides, aerobakteria, akttinomesis, dan streptococcus anaerob.Untuk
penepatannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara
anaerob maupun aerob (Sudoyo, 2006).
3. Patofisiologi
a. Amoebiasis Hepar
2
granulomatosa, lesi membesar, bersatu denga granuloma diganti dengan jaringan
nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tips seperti jaringan fibrosa.
b. Abses Hati Piagenik
Abses hati piagenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:
3
Pathways
INFEKSI Peradangan
/Inflamsi
PERUBAHAN
NUTRISI KURANG
DARI
KEBUTUHAN
TUBUH
DEFISIT VOLUME
CAIRAN TUBUH
4
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinisnya berupa sepsis tanpa atau dengan beberapa tanda yang
terbatas.Gejala temperature: 38,8℃ - 41℃ disertai mengigil dan diaphoresis
(keringat banyak), malaise, anoreksia, mual, muntah serta penurunan berat badan
dapat terjadi. Pasien dapat mengeluh nyeri tumpul pada abdomen dan nyeri tekan
pada kuadran kanan atas abdomen.Sepsis serta syok dapat terjadi dan menyebabkan
kematian (Baradero, dkk. 2008).
5. Pemeriksaan Penunjang
5
2. Tinidazole, nitromidazole lain berkaitan erat dengan metronidazole.
Dianjurkan untuk pengobatan abses hati dan invasive amebiasis. Tinidazole
baik ditoleransi oleh pasien, tinidazole dapat diberikan sekali sehari dengan
angka kesembuhan klinis lebih dari 90%
3. Chloroquine fosfat bisa diganti atau ditambahkan dalam hal terjadi kegagalan
penyelesaian dari gejala klinis dengan metronidazole atau nitromidazole lain
dalam waktu 5 hari atau toleransi terhadap metronidazole atau nitromidazole.
4. Metine atau dehydroemetine memiliki aksi langsung pada trophozoites E
histolytica
b. Terapi drainase, baik perkuatan atau boleh
1. FNA (apirasi jarum halus)
2. Drainase bedah
Abses piogenik hati
a. Terapi farmakologi
1. Meropenem (merrem)
2. Cefuroxime (ceftin)
3. Agen anti jamur
b. Drainase
1. Bedah drainase adalah standar perawatan sampai diperkenalkannya teknik
drainase perkuatan pada pertengahan 1970-an
2. Bedah terbuka dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
a. Pendekatan transperitoneal memungkinkan untuk drainase abses dan
eksplorasi untuk mengidentifikasi abses tanpa terdeteksi sebelumnya dan
lokasi sumber etiologi
b. Identifikasi beberapa lesi atau bersamaan patologi intra abdomen
3. Sebuah pendekatan laporoskopi juga umumnya digunakan.
7. Komplikasi
Komplikasi pada kasus hepar menurut Arif muttaqin dan Kumala Sari (2011)
dan B.K. Mandal (2008) adalah sebagai berikut:
a. Endophthalmitis dikaitkan dengan bakterimia K pneumonia
b. Sepsis atau superinfeksi
c. Perluasan : empimea, abses subfrenik, fistula hepatobronkial, kulit, obstruksi
intrahepatic atau duktus biliaris mayor
6
d. Rupture : pericardium, peritoneum, duktus biliaris, saluran gastrointestinal
e. Metastatik : abses paru, abses otak
f. Lain-lain: efusi pleura, septicemia (abses piogenik), infeksi bacterial
g. Sekunder (abses hati amoebik)
1. Pengkajian
7
Gejala :kelemahan, kelelahan, malaise secara umum.
2) Sirkulasi
Tanda :bradikardi (hiperbilirubinemia berat), Ikterik pada kulit, sclera dan
membrane mukosa
3) Eliminasi
Gejala :urine gelap, diare, konstipasi, feses berwarna tanah liat dan
adanya berulangnya hemodialisa
4) Makanan/Cairan
Gejala :anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat karena
edema, mual dan muntah
Tanda : asites
5) Neurosensoari
Gejala :peka rasangan, sering tidur, litargi dan astereksis.
6) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia,
atralgia sakit kepala, dan gatal (pruritis)
Tanda : otot tegang dan gelisah
7) Pernafasan
Gejala : tidakminat/ enggan merokok (bagi perokok)
8) Keamanan
Gejala :adanya transfuse darah
Tanda: demam, urtikaria, lesi makulopapolar, eritema tak
beraturan,ekseserbasi jerawat, anioma jaring-jaring, eritema
palmar,ginekomasti, splenomegali, dan pembesaran nodus
servikalposterior.
9) Seksualitas
Gejala :resiko terpajan (homoseksual aktif dan biseksual pada wanita)
10) Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : riwayat diketahui mungkin terpajan virus, bakteri, atau toksin,adanya
prosedur bedah, terpajan kimia toksik, perjalanan kewilayah endemic, obat
jalanan, penggunaan alcohol, diabetesdan penyakit ginjal. Adanya infeksi flu
pada pernapasan atas,pertimbangan : DRG menunjukkan rata-rata selama
8
dirawat: 6hari rencana pemulangan; mungkin memerlukan bantuan
dalamtugas pemeliharaan dan pengaturan rumah.
11) Pemeriksaan Diagnostik
Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal)
AST (SGOT/SGPT) : awalnya meningkat, meningkat 1- 2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak turun.
Darah lengkap : gangguan enzim hati akan mengakibatkan
perdarahan
Alkali fosfatase : agak meningkat
Feses : berwarna tanah liat
Albumin serum : menurun
Gula darah : hiperglikemia transient/ hipoglikemia
HbsAg : dapat possitif dan Negatif
Billirubin serum : diatas 2.5 mg/ 100 ml (bila diatas 200 mg/ml,
prognosis buruk
Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan nekrosis hati
Scan hati : mengetahui beratnya kerusakan
Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin, protein hematuria
2) Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, penulis menentukan atau
menetapkandiagnosa keperawatan sesuai dengan data yang ditemukan pada saat
pengkajian.Diagnosa keperawatan pada abses hati merujuk pada intervensi
penyakit dalamsesuai Nanda (2015) adalah:
1) Nyeri berhubungan dengan agen injury
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (nyeri abdomen)
3) Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
4) Gangguan pola tidur behubungan dengan kecemasan dan kurangnya kontrol
tidur.
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan kelemahan
6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri dan hambatan lingkungan
7) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang
pengetahuan tentang penyakit.
9
8) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
10
3) Perencanaan Keperawatan
Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun, maka rencana tindakankeperawatan yang telah disusun, maka rencana tindakan
keperawatan yangdapat disusun adalah:
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
11
manajemen nyeri napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
Mampu mengenali nyeri (skala, hangat/ dingin, genggam jari.
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Kolaborasi pemberian analgetik untuk
Menyatakan rasa nyaman setelah mengurangi nyeri
nyeri berkurang Tingkatkan istirahat
Tanda vital dalam rentang normal Berikan informasi tentang nyeri seperti
Tidak mengalami gangguan tidur penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Dokumentasikan hasil pemantauan
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Nutritional status: Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan Adequacy of nutrient Identifkasi makanan yang disukai
Nutritional Status : food Kaji adanya alergi makanan
faktor biologis (nyeri and Fluid Intake
Yakinkan diet yang dimakan mengandung
abdomen) Weight Control
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Setelah dilakukan tindakan
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
keperawatan selama 3x24 jam nutrisi
makanan harian.
kurang teratasi dengan kriteria hasil:
Ajarkan diet yang diprogramkan
Albumin serum Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Pre albumin serum Monitor lingkungan selama makan
Hematokrit Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
Hemoglobin selama jam makan
Total iron binding capacity Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
12
Jumlah limfosit protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor intake nutrisi
Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan anti emetik
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan
Pertahankan teknik aseptif
tindakan invasif Batasi pengunjung bila perlu
Knowledge : Infection control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Risk control tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
keperawatan selama 3x24 jam pelindung
pasien tidak mengalami infeksi Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan kriteria hasil: dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
Klien bebas dari tanda dan menurunkan infeksi kandung kencing
gejala infeksi Tingkatkan intake nutrisi
Menunjukkan kemampuan Berikan terapi antibiotic.
untuk mencegah timbulnya Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
13
infeksi dan lokal
Jumlah leukosit dalam batas Pertahankan teknik isolasi k/p
normal Inspeksi kulit dan membran mukosa
Menunjukkan perilaku hidup terhadap kemerahan, panas, drainase
sehat Monitor adanya luka
Status imun, gastrointestinal, Dorong masukan cairan
genitourinaria dalam batas normal Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
4. Gangguan mobilitas NOC NIC
fisik berhubungan
Exercise therapy : ambulation
dengan nyeri dan Joint Movement : Active
Mobility Level
kelemahan Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
Self care : ADLs
Transfer performance dan lihat respon pasien saat latihan
Setelah dilakukan tindakan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
keperawatan selama 3x24 jam
gangguan mobilitas fisik teratasi rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil: Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
14
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
5. Kecemasan NOC NIC
berhubungan dengan
Anxiety Control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
kurang pengetahuan
Koping
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
jam kecemasan pasien teratasi dgn kriteria
pelaku pasien
hasil:
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Klien mampu mengidentifikasi dirasakan selama prosedur
dan mengungkapkan gejala cemas Temani pasien untuk memberikan keamanan
Mengidentifikasi, dan mengurangi takut
mengungkapkan dan menunjukkan Berikan informasi faktual mengenai
tehnik untuk mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis
Vital sign dalam batas normal Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Postur tubuh, ekspresi wajah, Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas tehnik relaksasi
menunjukkan berkurangnya Dengarkan dengan penuh perhatian
kecemasan Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
15
Kelola pemberian obat anti cemas
16
2) Implementasi Keperawatan
3) Evaluasi Keperawatan
17
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, dkk. 2008 klien gangguan hati: seri asuhan keperawatan,jakarta; EGC
Murphy sl, xu j, kochanek kd. Deaths: final data for 2010. Natl vital stat rep. 2013
may8;61(4):90
Nanda International (2018).Nursing Diagnosa: Defenition & Classification 2018-
2020. Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, ed.2 Jakarta Salemba
Medika
Price, S.A &Wilson. L.M (2006) Patofisiologi; Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit.Ed.6. Jakarta; EGC
Rahmawati, A. (2015). Hubungan Regimen Terapeutik dengan Kejadian Kebutaan.
Artikel Jurnal Program S1 Keperawatan UMJ
Smeltzer. C, & bare (2008). Keperawatan medical- bedah jakarta EGC
Simamora, R.H. (2009). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press
18
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas klien
Pekerjaan :Swasta
Pekerjaan : Swasta
19
c. Riwayat Kesehatan
Pengkajian nyeri:
Pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit dan menjalani
perawatan.Pasien mengatakan hanya mengalami batuk dan pilek biasa
sebelum dirawat di Rumah Sakit Haji Makassar.
20
Genogram
G1
? ? G2
? ? ?
G3 37 34 31
36 40
11 8
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
G3 : Pasien berusia 40 tahun dan sudah berumahtangga dan memiliki dua orang
anak. Pasien sebagai kepala rumah tangga tidak dapat menjalankan perannya dalam
mencari nafkah karena sedang menjalani perawatan.Pasien tinggal serumah
dengan isteri dan kedua orang anaknya.
21
d. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
22
b. BAK
Frekuensi 6-7 kali 6-7 kali
Warna Kuning Kuning
Kelainan dan Bau khas BAK Bau khas BAK
bau
Terpasang Tidak terpasang Tidak terpasang
kateter urin
4 Istirahat
Tidur siang 2-4 jam Pasien mengatakan
sulit tidur
Tidur malam 6-8 jam Pasien mengatakan
Kesulitan tidur Tidak ada tidur selama 5-6 jam
Pasien mengatakan
Sulit tidur
5 Aktivitas
a. Pekerjaan yang Sebelum sakit pasien Pasien bedrest
dilakukan sehari-hari aktif bekerja dirumah dengan aktivitas yang
terbatas karena nyeri
pada bagian perut
luka bekas operasi.
b. Jumlah jam kerja 8 jam Tidak bisa bekerja
perhari
c. Penggunaan alat Tidak ada Tidak ada
bantu penggunaan alat penggunaan alat
bantu gerak bantu gerak
d. Resiko decubitus Tidak terdapat resiko Tidak terdapat resiko
decubitus decubitus
e. Aktivitas yang Tidak memerlukan Pasien memerlukan
dibantu bantuan, pasein dapat bantuan untuk
melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan
secara mandiri nutrisi, personal
hygiene.
23
6 Pesonal Hygiene
Mandi 2x sehari Pasien mengatakan
hanya di washlap
dengan tisu basah
Gosok gigi 2x sehari Tidak pernah
Cuci rambut 2x sehari Tidak pernah
Potong kuku 1x seminggu Tidak pernah
Hambatan untuk Tidak ada hambatan Seluruh kebutuhan
melakukan dalam melakukan personal hygiene
personal personal hygiene terpenuhi dengan
hygiene bantuan perawat dan
keluarga (partial).
7. Rekreasi dan Keamanan
Mendengarkan radio Jarang Tidak pernah
Nonton TV Setiap sore Tidak pernah
Olahraga Jarang Tidak pernah
Ketempat hiburan Tidak pernah Tidak pernah
Refleksi Tidak ada Tidak ada
kelumpuhan kelumpuhan
Penglihatan Fungsi penglihatan Tidak ada kelainan
baik
Pendengaran Tidak ada kelainan Fungsi pendengaran
baik
Penciuman Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Resiko jatuh Tidak ada Sedang skor 30
e. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pemafasan
c) Respirasi tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada batuk, tidak ada
hemoptysis, tidak ada sputum, bernafas tidak menggunakan otot-otot
sensoris.
24
d) Sirkulasi oksigenasi: pasien tidak pusing, akral teraba hangat, tidak
tampak sianosis dan tidak ada clubbing finger.
f) Leher :tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada tumor, tidak
teraba peningkatan tekanan vena jugularis. Tidak ada luka, reflex
menelan baik, arteri carotis teraba < 10 detik.
2) Sistem Kardiovaskuler
3) Sistem Pencernaan
c) Mukosa mulut tampak basah, tidak ada stomatitis, tidak tampak palate
skizis (bibir sumbing), jumlah gigi utuh dan kurang bersih, tercium bau
amoniak, kemampuan menelan tidak kelainan, gerakan lidah normal,
naik turun dengan datar dan tersebar merata.
25
4) Sistem persarafan
Fungsi Cerebral
a) Status mental
b) Kesadaran: Composmentis
26
4. Nervus V (trigeminus) : Pasien dapat meraskan sentuhan kapas
pada area pipi, kelopak mata dan dagu.
5. Nervus VI (Farialis) : Pasien dapat membedakan rasa antara
pahit dan manis, pasien dapat tersenyum dan mengerutkan dahi.
6. Nervus VIII (akustikus) : Untuk pendengaran baik
7. Nervus IX (glosofarigzus) : Pasien dapat menelan dengan
baik
8. Nervus X (vagus) : Pasien berbicara dengan suara yang
jelas
9. Nervus XI (assesonis) : Pasien dapat mengangkat bahunya
dengan bantuan dan menggilingkan mukanya.
10. Nervus XII (hipoglasus) : Pasien dapat menggerakkan dan
menjulurkan lidahnya kesegala arah.
e) Fungsi motorik:
4 4
4 4
g) Fungsi cerebellum
27
h) Refleks :
5) Sistem Endokrin
6) Sistem Genitourinari .
28
Testis tidak dikaji
7) Sistem muskuloskeletal
29
f) Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca flu dan batuk
a) Hidung
b) Telinga
a) Mata
f. Data Psikologis
1) Status Psikologis
2) Status mental
3) Sosial
30
b) Tempat tinggal: Rumah
Nama: Fitriani
e) Konsep diri
Harga diri: pasien dapat disayangi oleh anggota keluarganya saat sakit
keluarga datang menjenguk.
Gambaran diri: pasien tetap percaya diri meskipun penampilannya
sudah berbeda setelah menjalani operasi pada bagian perut.
Peran diri: pasien mengatakan sebagai kepala rumah tangga
Ideal diri: pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang ke rumah
karena tidak betah di rumah sakit.
g. Data Penunjang
1) CT-Scan Abdomen:
31
Kesan:
- Abses hepar lobus daxtra, tampak perforasi
- Free fluid cavum pleura dextra (pleuritis)
- Free fluid intraperitoneal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KIMIA DARAH
- Glukosa Sewaktu 136 <140 mg/dl
- Urea 40 10-50 mg/dl
- Kreatinin 0.91 L: 0,7- 1,3 P: 0,6-1,1 mg/dl
- SGOT 122* L: <37 P: <31 U/L
- SGPT 195* L: <42 P: <32 U/L
LAIN-LAIN
- Clotting Time (CT) 7’0,5” 6’00” – 10’00” menit
-Bleeding Time (BT) 2’10” 1’00” – 3’00” menit
HEPATITIS
HBsAg Non Non reaktif -
reaktif
32
SEDIMEN URINE
- Leukosit 0–3 0–5 LPB
- Eritrosit 1–2 0–2 LPB
- Epitel 3–5 <10 LPK
IMUNOSEROLOGI
34
operasi. keluarga (partial)
6. Pasien mengatakan hanya diwaslap 16. Rambut tampak kusut dan kotor, kuku
dengan tisu selama menjalani perawatan tampak kotor, gigi tampak kurang bersih
oleh anggota keluarganya dan tercium bau amoniak
17. Tampak pemenuhan personal hygiene
dibantu oleh anggota keluarga
18. Hasil CT-Scan abdomen: Abses Hepar
ANALISA DATA
35
- S= skala nyeri ringan (3)
- TD= 100/70 mmHg, N= 96x/i
- Tampak 6 jahitan pada bekas
luka operasi
- Tampak terpasang verban
- Pasien tampak lemah
- CT-Scan abdomen: abses
hepar
2. DS: Peradangan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan nafsu kebutuhan tubuh
makan menurun berhubungan dengan
- Pasien mengatakan hanya Abses faktor biologis (nyeri
bisa menghabiskan ½ porsi abdomen)
makan.
Metabolisme menurun
DO:
- TB= 165 cm, BB= 45 Kg,
IMT= 18,5 Kg/m2
- Diet bubur 2000 kkal: protein Intake nutrisi menurun
40% (± 100 g/hari), KH 60%
(± 175 g/hari), Lemak 20%
- Hipoalbuminemia (2,7)
- Pasien tampak lemah. Gangguan Nutrisi
3 DS: Peradangan Defisit volume cairan
berhubungan dengan
- Pasien mengatakan saring kehilangan volume
haus cairan
- Pasien mengatakan BAK Abses
tidak teratur
DO:
- Mata pasien tampak cekung Metabolisme Menurun
- Bibir pasien tampak kering
- Tampak adanya penimbunan
cairan dalam rongga perut
Intake dan Output
- Denyut nadi pasien
tergangu
meningkat
- BB= 45 kg, penurunan turgor
kulit
- Keadaan umum pasien lemah Defisit Volume Cairan
36
- Tampak terpasang drainnase
3 cabang
- Terpasang infus Dextrose 5%
dan RL 20 tpm dengan
perbandingan 2:1
- Tercium bau amoniak pada
mulut pasien
4 DS: Kerusakan Jaringan Gangguan pola tidur
Hepar behubungan dengan
- Pasien mengatakan nyeri pada kecemasan dan
bagian perut luka bekas kurangnya kontrol
operasi tidur.
- Pasien mengatakan susah Produksi bradikinin,
tidur selama menjalani serotonin dan
perawatan prostaglandin
- Pasien mengatakan tidur
malam 5-6 jam dan siang
susah tidur.
Impuls disampaikan SPP
DO: bagian korteks serebri
- Pasien tampak cemas
- Keadaan umum pasien lemah
- TD= 100/70mmHg, N= 96 x/i Thalamus
- Mata tampak cekung
Nyeri
37
- Keadaan pasien lemah
- Tampak adanya luka bekas
operasi pada bagian perut. Impuls disampaikan SPP
- Ektremitas kanan atas bagian korteks serebri
terpasang infus.
- Terpasang drainnase 3 cabang
- Masa otot menurun, tonus Thalamus
otot lemah, kekuatan otot
lemah
- Pasien tampak bedrest
Nyeri
sehingga aktivitas pemenuhan
nutrisi dan personal hygiene
dibantu oleh anggota keluarga
dan perawat (partial) Gangguan mobilitas fisik
- GCS: 15 (E4M6V5)
- Kesadaran: Composmentis
Thalamus
Nyeri
38
Bedrest
Thalamus
Nyeri
Kurang terpapar
informasi
Cemas
8 DS: Luka post op Resiko infeksi
berhubungan dengan
- Pasien mengatakan nyeri pada prosedur invasif
bagian perut luka bekas
operasi. Kerusakan jaringan kulit
DO:
39
- Tampak ada 6 jahitan pada Inflamasi
luka bekas operasi.
- Tampak ada verban pada luka
bekas operasi.
Resiko Infeksi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
o.
40
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
41
prosedur
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Dokumentasikan hasil pemantauan
2 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Nutritional status: Identifikasi status nutrisi
Adequacy of nutrient Identifkasi makanan yang disukai
berhubungan dengan
Nutritional Status : food Kaji adanya alergi makanan
faktor biologis (nyeri
and Fluid Intake
abdomen) Yakinkan diet yang dimakan mengandung
Weight Control
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nutrisi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
kurang teratasi dengan kriteria hasil: makanan harian.
Albumin serum Ajarkan diet yang diprogramkan
Pre albumin serum Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Hematokrit Monitor lingkungan selama makan
Hemoglobin Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
Total iron binding capacity selama jam makan
Jumlah limfosit Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor intake nutrisi
Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan anti emetik
42
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3 Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan
tindakan invasif Knowledge : Infection control Pertahankan teknik aseptif
Risk control Batasi pengunjung bila perlu
Setelah dilakukan tindakan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
keperawatan selama 3x24 jam tindakan keperawatan
pasien tidak mengalami infeksi Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
dengan kriteria hasil: pelindung
Klien bebas dari tanda dan Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
gejala infeksi dengan petunjuk umum
Menunjukkan kemampuan Gunakan kateter intermiten untuk
untuk mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung kencing
infeksi Tingkatkan intake nutrisi
Jumlah leukosit dalam batas Berikan terapi antibiotic.
normal Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
Menunjukkan perilaku hidup dan lokal
sehat Pertahankan teknik isolasi k/p
Status imun, gastrointestinal, Inspeksi kulit dan membran mukosa
genitourinaria dalam batas normal terhadap kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
43
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
23-11-2020/ 1 Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
09.00 HASIL:
S : - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas luka operasi
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan ± 30 menit
- Pasien mengatakan nyeri bertambah saat beraktifitas
O : - Pasien tampak meringis
- Kualitas nyeri tumpul
- Skala nyeri ringan (3)
09.10 Mengukur Tanda-Tanda Vital
HASIL:
S :-
O : - TD= 100/70 mmHg, N= 96 x/i, S= 36,7 ℃, RR= 24 x/i
09.25 Memberikan posisi yang nyaman untuk manajemen nyeri
HASIL:
S : - Pasien mengatakan lebih suka posisi semi fowler/setengah duduk
O : - Pasien tampak nyaman
09.30
44
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien untuk memanajemen nyeri
S : - Pasien mengatakan agak mendingan setelah melakukan teknik tersebut
O : - Pasien tampak melakukan teknik relaksasi nafas dalam
14.00 Kolaborasi pemberian ketorolac 1 amp/ 8 Jam/ IV
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri
O : Pasien tampak meringis
10.00 2. Mengidentifikasi status nutrisi pasien
HASIL:
S : Pasien mengatakan dapat menghabiskan 1/2 porsi makan
O : Keadaan umum lemah
12.15
Mengkaji adanya alergi makanan
HASIL:
S : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.
O : Keadaan umum lemah
Memberikan posisi fowler saat pasien hendak makan
12.25 HASIL:
S : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut
O : Pasien tampak dengan posisi fowler saat makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
12.30 HASIL:
S :-
O : Diet 2000 kkal via oral bertahap, komposisi: Protein=
40% (±100 g/hr), KH= 60% (±300 g/hr), Lemak= 20% (±44 g/hr), Peptisol
3x100 cc, buah sebagai selingan, vitamin C.
13.00 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian albumin 1 btl / 24 jam
HASIL:
S :-
O : Pasien tampak meminum albumin yang diberikan
45
24-11-2020 3. Mengkaji tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
HASIL:
14.00 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Verban tampak basah, tidak tampak kemerahan dan tidak teraba panas
14.10 Menginspeksi lukaInspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Kulit tampak tidak ada kemerahan, teraba tidak panas, drainase tampak ada pus.
14.15 Mengganti verban
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Luka tampak basah, tampak pus pada luka, pasien tampak meringis
14.20 Pertahankan teknik aseptik
HASIL:
S :-
O : membersihkan luka dan menutup kembali dengan kasa steril
14.25 Kolaborasi pemberian antibiotk Metrodinazole 1 btl / 8 jam / IV
HASIL:
S :-
O : injeksi obat metronidazole
15.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Keadaan umum pasien tampak lemah
15.10 Mengukur Tanda-Tanda Vital
46
HASIL:
S :-
15.20 O : TD= 100/70 mmHg, N= 96 x/i, S= 36,7 ℃, RR= 24 x/i
Memberikan posisi yang nyaman untuk manajemen nyeri
HASIL:
S : Pasien mengatakan lebih suka posisi semi fowler/setengah duduk
15.25 O : Pasien tampak nyaman
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien untuk memanajemen nyeri
S : Pasien mengatakan agak mendingan setelah melakukan teknik tersebut
19.00 O : Pasien tampak melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi pemberian Asam mefenamat 500 mg/8 Jam via oral
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri
O : Pasien meminum obat
47
HASIL:
S :-
O : Diet 2000 kkal via oral bertahap, komposisi: Protein=
40% (±100 g/hr), KH= 60% (±300 g/hr), Lemak= 20% (±44 g/hr), Peptisol
3x100 cc, buah sebagai selingan, vitamin C.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian albumin 1 btl / 24 jam
HASIL:
S :-
O : Pasien tampak meminum albumin yang diberikan
25-11-2020 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
14.30 HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Keadaan umum pasien tampak lemah
14.45 Mengukur Tanda-Tanda Vital
HASIL:
S :-
O : TD= 100/70 mmHg, N= 96 x/i, S= 36,7 ℃, RR= 24 x/i
15.00 Memberikan posisi yang nyaman untuk manajemen nyeri
HASIL:
S : Pasien mengatakan lebih suka posisi semi fowler/setengah duduk
O : Pasien tampak nyaman
15.15
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien untuk memanajemen nyeri
S : Pasien mengatakan agak mendingan setelah melakukan teknik tersebut
O : Pasien tampak melakukan teknik relaksasi nafas dalam
19.00
Kolaborasi pemberian Asam mefenamat 500 mg/8 Jam via oral
HASIL:
48
S : Pasien mengatakan nyeri
O : Pasien meminum obat
17.30 2. Mengidentifikasi status nutrisi pasien
HASIL:
S : Pasien mengatakan nafsu baik dapat menghabiskan 1 porsi makan
O : Keadaan umum lemah
17.45 Mengukur BB pasien
HASIL:
S :-
O : BB pasien 45 kg
18.00 Memberikan posisi fowler saat pasien hendak makan
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut
O : Pasien tampak dengan posisi fowler saat makan
18.25 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
HASIL:
S :-
O : Diet 2000 kkal via oral bertahap, komposisi: Protein=
40% (±100 g/hr), KH= 60% (±300 g/hr), Lemak= 20% (±44 g/hr), Peptisol
3x100 cc, buah sebagai selingan, vitamin C 50 mg 3x3 tab
19.00 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian albumin 1 btl / 24 jam
HASIL:
S :-
O : Pasien tampak meminum albumin yang diberikan.
20.00 3. Mengkaji tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Verban tampak kering, tidak tampak kemerahan dan tidak teraba panas
20.15 Menginspeksi luka, kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
HASIL:
49
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Kulit tampak tidak ada kemerahan, teraba tidak panas, drainase tampak ada pus.
20.25 Membatasi pengunjung
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Tampak hanya isteri pasien
Ajarkan teknik aseptik kepada pasien dan keluarga
20.30 HASIL:
S : pasien dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang teknik aseptik
O : mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar
20.45 Mendorong pasien untuk beristirahat
HASIL:
S :-
O : injeksi obat metronidazole
50
E. EVALUASI KEPERAWATAN
23-11-2020 1. S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut luka bekas operasi
O : Pasien tampak meringis, pasien tampak memegang perutnya, TD= 110/70 mmHg, N=96
P : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign, ajarkan teknik relaksasi, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi pemberian analgetik
2. S : Pasien mengatakan hanya menghabiskan ½ porsi makanan
P : Identifikasi status nutrisi pasien, timbang BB pasien, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
24-11-2020 3. S : Pasien mengatakan nyeri post op berkurang
O : Keadaan umum pasien tampak lema, S= 36,7 ℃, verban tampak basah, tampak adanya pus
P : Kaji tanda dan gejala infeksi siskemik dan lokal, luka, kulit dan membran mukosa terhadap
51
kemerahan, panas, drainase, pertahankan teknik aspetik, batasi pengunjung, dorong pasien
beristirahat, kolaborasi pemberian antibiotik.
1. S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut luka bekas operasi berkurang
P : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign, ajarkan teknik relaksasi, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi pemberian analgetik
2. S : Pasien mengatakan hanya menghabiskan ½ porsi makanan
P : Identifikasi status nutrisi pasien, timbang BB pasien, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
25-11-2020 1. S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut luka bekas operasi berkurang
P : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign, ajarkan teknik relaksasi, atur posisi yang nyaman,
52
kolaborasi pemberian analgetik
P : Identifikasi status nutrisi pasien, timbang BB pasien, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
O : Keadaan umum pasien tampak lemah, S= 36,7 ℃, verban tampak kering, tidak tampak
adanya pus
P : Kaji tanda dan gejala infeksi siskemik dan lokal, luka, kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase, pertahankan teknik aspetik, batasi pengunjung, dorong pasien
beristirahat, kolaborasi pemberian antibiotik.
53