Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

”H” DENGAN ABSES HEPAR


POST OP LAPARATOMI EKSPLORASI HARI KE- 7
DI RUANG RINRA I RUMAH SAKIT HAJI
PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:

DINA BANNE

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

PROGRAM STUDI NERS

2020/2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian Abses Hepar

Abses hati adalah suatu pengumpulan data atau akumulasi pus didalam jaringan
hati.terdapat dua tipe dari abses hati, yaitu abses amoeba hati dan abses piogenik hati
(Mutaqqin & Sari, 2011).
Abses hati adalah timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di bagian tubuh
yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier, system vaskuler, atau
system limfatik (Baradero, dkk, 2008).
Abses hati merupakan suatu gangguan pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan
pus yang terdiri dari jaringan nekrotik sel-sel inflamasi atau sel darah didalam
parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran
empedu (Sudoyo, 2006, Anggunweb, 2010).

2. Etiologi

Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses
hati pyogenik.
a. Abses Hati Amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai parasite non
pathogen dalam mulut dan usus, tapi hanya enteremoeba histolyticayang dapat
menyebabkan penyakit.Hanya sebagian individu yang terinfeksi enteremoeba
histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga diduga ada dua jenis
E.histolytica yaitu starin pathogen dan non pathogen. Bervariasinya virulensi
strain ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar
(Sudoyo, 2006).
Histolytica didalam feses dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetative
atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup diluar tubuh
manusia.Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering
dan asam. Bentuk tropozit akan mati dalam suasana kering dan asam. Tropozoit

1
besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease
yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan
destruksi jaringan.
b. Abses Hati Piagenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative dan penyebab
terbanyak adalah E.Coli selain itu, penyebabnya juga adalah streptococcus
faecalis, proteus vulgaris, dan salmonella typhi.Dapat pula bakteri anaerob
seperti bakteroides, aerobakteria, akttinomesis, dan streptococcus anaerob.Untuk
penepatannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara
anaerob maupun aerob (Sudoyo, 2006).

3. Patofisiologi

a. Amoebiasis Hepar

Amoebiasis hati penyebab utamanya adalah enamoeba hystolitica.Hanya


sebagian kecil individu yang terinfeksi E. Hystolitica yang memberi gejala
amebiasis invasive, sehingga ada dua dugaan jenis E.hystolitica yaitu strain
pathogen dan non pathogen. Bervariasinya virulensi berbagai strain E. Hystolitica
ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesi
amebiasis hati belum dapat diketahui secara pasti. Ada beberapa mekanisme yang
telah ditemukan antara lain: faktor virulensi yang menghasilkan toksin,
ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi parasit, imunodepresi pejamu,
berubah-ubahnya antigen permukaan dan penurunan imunitas cell-mediated
parasite dengan lingkungan saluran cerna terutama pada flora bakteri. (Sudoyo,
2006)
Mekanisme terjadinya amebiasis hati:
1. Penempelan E.Hystolitica pada mucus usus
2. Pengerusakan sawar intestinal
3. Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respon imun cell-
mediated yang disebabkan enzim atau toksin parasite, juga dapat karena
penyakit tuberculosis, malnutrisi, keganasan, dll.
Penyebaran amoeba dari usus ke hati sebagian besar melalui vena porta.
Terjadi focus akumulasi neutrophil periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi

2
granulomatosa, lesi membesar, bersatu denga granuloma diganti dengan jaringan
nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tips seperti jaringan fibrosa.
b. Abses Hati Piagenik
Abses hati piagenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:

1. Vena porta yaitu terinfeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan


pielflebitis porta atau emboli septic
2. Saluran empedu merupakan sumber infeksi tersering. Kolangitis septik dapat
menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu,
kanker, striktura saluran empedu ataupun anomaly saluran empedu kongenital
3. Infeksi langsung seperti luka penetrasi. Focus septic berdekatan seperti abses
perinefrik, kecelakaan lalu lintas.
4. Septisemia atau bakterimia akibat infeksi ditempat lain.
5. Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut
usia (Sudoyo, 2006)

3
Pathways

Infeksi Saluran  Vena porta Hepar


Kuman pencernaan  System bilier
 System
arterial
hepatic Mengalami
kerusakan
jaringan

INFEKSI Peradangan
/Inflamsi

GANGGUAN POLA TIDUR NYERI


Hancur

Rongga abses yang


CEMAS penuh dengan cairan
yang berisi leukosit
mati dan hidup, sel-
DEFISIT PERAWATAN DIRI sel hati yang mencair
serta bakteri

Produksi Energi Abses

GANGGUAN MOBILITAS FISIK Metabolisme

PERUBAHAN
NUTRISI KURANG
DARI
KEBUTUHAN
TUBUH

DEFISIT VOLUME
CAIRAN TUBUH

4
4. Manifestasi Klinis

Gambaran klinisnya berupa sepsis tanpa atau dengan beberapa tanda yang
terbatas.Gejala temperature: 38,8℃ - 41℃ disertai mengigil dan diaphoresis
(keringat banyak), malaise, anoreksia, mual, muntah serta penurunan berat badan
dapat terjadi. Pasien dapat mengeluh nyeri tumpul pada abdomen dan nyeri tekan
pada kuadran kanan atas abdomen.Sepsis serta syok dapat terjadi dan menyebabkan
kematian (Baradero, dkk. 2008).
5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hiperbilirubineum hanya sebagian kecil kasus


b. Hitung darah lengkap (sering terjadi anemia), hitung sel leukosit (meningkat), dan
laju endap darah (meningkat)
c. Profil biokimia (tes fungsi hati, albumin, dan ureum/kreatinin) peningkatan
fosfatase alkali sering ditemukan.
d. Kultur darah (positif pada abses piogenik)
e. Serologi untuk E.histolytica
f. Abses hati akut, yang aspartate aminotransferase (AST) tingkat tinggi. Pada abses
hati kronis, yang tingkat fosfatase alkali cenderung meningkat dan tingkat AST
cenderung berada dalam batas normal, secara keseluruhan, tingkat fostase alkali
meningkat pada sekitar 70% kasus abses hati amoeba.
g. Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transmainase) dan ALT
(Alanine Aminotranferase) juga meningkat karena kerusakan sel-sel hepar.
h. Pemeriksaan feses mikroskopi tinja pada abses hati terbatas. Kultur feses untuk
amoeba sensitive.
i. Radiologi
1. USG: untuk tes diagnostic awal sekaligus mengevaluas kandung empedu
2. CT SCN: untuk menilai adanya struktur kepadatan akibat
3. Rongten toraks
4. Rongten abdomen
6. Penatalaksanaan

 Abses amoeba hati


a. Terapi farmakologi
1. Metronidazole 750 mg 3 kali sehari secara oral selama 10 hari. Dilaporkan
kuratif dalam 90% pasien dengan abses hati amoebic

5
2. Tinidazole, nitromidazole lain berkaitan erat dengan metronidazole.
Dianjurkan untuk pengobatan abses hati dan invasive amebiasis. Tinidazole
baik ditoleransi oleh pasien, tinidazole dapat diberikan sekali sehari dengan
angka kesembuhan klinis lebih dari 90%
3. Chloroquine fosfat bisa diganti atau ditambahkan dalam hal terjadi kegagalan
penyelesaian dari gejala klinis dengan metronidazole atau nitromidazole lain
dalam waktu 5 hari atau toleransi terhadap metronidazole atau nitromidazole.
4. Metine atau dehydroemetine memiliki aksi langsung pada trophozoites E
histolytica
b. Terapi drainase, baik perkuatan atau boleh
1. FNA (apirasi jarum halus)
2. Drainase bedah
 Abses piogenik hati
a. Terapi farmakologi
1. Meropenem (merrem)
2. Cefuroxime (ceftin)
3. Agen anti jamur
b. Drainase
1. Bedah drainase adalah standar perawatan sampai diperkenalkannya teknik
drainase perkuatan pada pertengahan 1970-an
2. Bedah terbuka dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
a. Pendekatan transperitoneal memungkinkan untuk drainase abses dan
eksplorasi untuk mengidentifikasi abses tanpa terdeteksi sebelumnya dan
lokasi sumber etiologi
b. Identifikasi beberapa lesi atau bersamaan patologi intra abdomen
3. Sebuah pendekatan laporoskopi juga umumnya digunakan.

7. Komplikasi

Komplikasi pada kasus hepar menurut Arif muttaqin dan Kumala Sari (2011)
dan B.K. Mandal (2008) adalah sebagai berikut:
a. Endophthalmitis dikaitkan dengan bakterimia K pneumonia
b. Sepsis atau superinfeksi
c. Perluasan : empimea, abses subfrenik, fistula hepatobronkial, kulit, obstruksi
intrahepatic atau duktus biliaris mayor

6
d. Rupture : pericardium, peritoneum, duktus biliaris, saluran gastrointestinal
e. Metastatik : abses paru, abses otak
f. Lain-lain: efusi pleura, septicemia (abses piogenik), infeksi bacterial
g. Sekunder (abses hati amoebik)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.


Tujuanpengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus-menerus
mengenaipasien. Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan
prosesdinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu:
pertama.Mengumpulkan data secara sistematis.Kedua, memilah dan mengatur data
yangdikumpulkan.Ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang dapat
dibukakembali (Asmadi, 2008).
Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-keahlian (skill)
sepertiwawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi.Hasil pengumpulan data
kemudiandiklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif.Data subjektif
merupakanungkapan atau persepsi yang dikemukakan oleh pasien.Data objektif
merupakandata yang didapatkan dari hasil observasi, pengukuran dan pemeriksaan
fisik.
Pemeriksaan fisik adalah fisik adalah pengumpulan data melalui
inspeksi,palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan
melihatatau memperhatikan secara seksama status kesehatan pasien seperti
inspeksikesimetrisan pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu napas,
inspeksiadanya lesi pada kulit dan sebagainya. Palpasi adalah jenis pemeriksaan
dengancara meraba atau merasakan kulit pasien. Auskultasikan adalah cara
pemeriksaanfisik dengan menggunakan stetoskop yang menungkinkan pemeriksa
mendengarbunyi yang keluar dari rongga tubuh pasien. Perkusi adalah pemeriksaan
fisikdengan cara mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan jari lain
untukmenentukan posisi, ukuran dan konsistensi struktur suatu organ tubuh
(Asmadi,2008).
Data Dasar Pengkajian Pasien
1) Aktifitas / Istirahat

7
Gejala :kelemahan, kelelahan, malaise secara umum.

2) Sirkulasi
Tanda :bradikardi (hiperbilirubinemia berat), Ikterik pada kulit, sclera dan
membrane mukosa
3) Eliminasi
Gejala :urine gelap, diare, konstipasi, feses berwarna tanah liat dan
adanya berulangnya hemodialisa
4) Makanan/Cairan
Gejala :anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat karena
edema, mual dan muntah
Tanda : asites
5) Neurosensoari
Gejala :peka rasangan, sering tidur, litargi dan astereksis.
6) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia,
atralgia sakit kepala, dan gatal (pruritis)
Tanda : otot tegang dan gelisah
7) Pernafasan
Gejala : tidakminat/ enggan merokok (bagi perokok)
8) Keamanan
Gejala :adanya transfuse darah
Tanda: demam, urtikaria, lesi makulopapolar, eritema tak
beraturan,ekseserbasi jerawat, anioma jaring-jaring, eritema
palmar,ginekomasti, splenomegali, dan pembesaran nodus
servikalposterior.
9) Seksualitas
Gejala :resiko terpajan (homoseksual aktif dan biseksual pada wanita)
10) Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : riwayat diketahui mungkin terpajan virus, bakteri, atau toksin,adanya
prosedur bedah, terpajan kimia toksik, perjalanan kewilayah endemic, obat
jalanan, penggunaan alcohol, diabetesdan penyakit ginjal. Adanya infeksi flu
pada pernapasan atas,pertimbangan : DRG menunjukkan rata-rata selama

8
dirawat: 6hari rencana pemulangan; mungkin memerlukan bantuan
dalamtugas pemeliharaan dan pengaturan rumah.
11) Pemeriksaan Diagnostik
Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal)
AST (SGOT/SGPT) : awalnya meningkat, meningkat 1- 2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak turun.
Darah lengkap : gangguan enzim hati akan mengakibatkan
perdarahan
Alkali fosfatase : agak meningkat
Feses : berwarna tanah liat
Albumin serum : menurun
Gula darah : hiperglikemia transient/ hipoglikemia
HbsAg : dapat possitif dan Negatif
Billirubin serum : diatas 2.5 mg/ 100 ml (bila diatas 200 mg/ml,
prognosis buruk
Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan nekrosis hati
Scan hati : mengetahui beratnya kerusakan
Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin, protein hematuria
2) Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, penulis menentukan atau
menetapkandiagnosa keperawatan sesuai dengan data yang ditemukan pada saat
pengkajian.Diagnosa keperawatan pada abses hati merujuk pada intervensi
penyakit dalamsesuai Nanda (2015) adalah:
1) Nyeri berhubungan dengan agen injury
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (nyeri abdomen)
3) Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
4) Gangguan pola tidur behubungan dengan kecemasan dan kurangnya kontrol
tidur.
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan kelemahan
6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri dan hambatan lingkungan
7) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang
pengetahuan tentang penyakit.

9
8) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

10
3) Perencanaan Keperawatan

Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun, maka rencana tindakankeperawatan yang telah disusun, maka rencana tindakan
keperawatan yangdapat disusun adalah:
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan

1. Nyeri berhubungan NOC NIC


dengan agen injury
 Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
 Pain Level
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Pain control
 Monitor vital sign
 Comfort level
 Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan tindakan
ketidaknyamanan
keperawatan selama 3x24 jam Pasien
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
tidak mengalami nyeri, dengan
menemukan dukungan
kriteria hasil:
 Kontrol lingkungan yang dapat
 Mampu mengontrol nyeri (tahu mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
penyebab nyeri, mampu pencahayaan dan kebisingan
menggunakan tehnik  Kurangi faktor presipitasi nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
nyeri, mencari bantuan) intervensi
 Melaporkan bahwa nyeri  Pengaturan posisi yang nyaman
berkurang dengan menggunakan  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:

11
manajemen nyeri napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
 Mampu mengenali nyeri (skala, hangat/ dingin, genggam jari.
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Kolaborasi pemberian analgetik untuk
 Menyatakan rasa nyaman setelah mengurangi nyeri
nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
 Tanda vital dalam rentang normal  Berikan informasi tentang nyeri seperti
 Tidak mengalami gangguan tidur penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
 Dokumentasikan hasil pemantauan
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh  Nutritional status:  Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan Adequacy of nutrient  Identifkasi makanan yang disukai
 Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi makanan
faktor biologis (nyeri and Fluid Intake
 Yakinkan diet yang dimakan mengandung
abdomen)  Weight Control
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Setelah dilakukan tindakan
 Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
keperawatan selama 3x24 jam nutrisi
makanan harian.
kurang teratasi dengan kriteria hasil:
 Ajarkan diet yang diprogramkan
 Albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
 Pre albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
 Hematokrit  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak
 Hemoglobin selama jam makan
 Total iron binding capacity  Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, total

12
 Jumlah limfosit protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor intake nutrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan
 Pertahankan teknik aseptif
tindakan invasif  Batasi pengunjung bila perlu
 Knowledge : Infection control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Risk control tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
keperawatan selama 3x24 jam pelindung
pasien tidak mengalami infeksi  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan kriteria hasil: dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk
 Klien bebas dari tanda dan menurunkan infeksi kandung kencing
gejala infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
 Menunjukkan kemampuan  Berikan terapi antibiotic.
untuk mencegah timbulnya  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik

13
infeksi dan lokal
 Jumlah leukosit dalam batas  Pertahankan teknik isolasi k/p
normal  Inspeksi kulit dan membran mukosa
 Menunjukkan perilaku hidup terhadap kemerahan, panas, drainase
sehat  Monitor adanya luka
 Status imun, gastrointestinal,  Dorong masukan cairan
genitourinaria dalam batas normal  Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
4. Gangguan mobilitas NOC NIC
fisik berhubungan
Exercise therapy : ambulation
dengan nyeri dan  Joint Movement : Active
 Mobility Level
kelemahan  Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
 Self care : ADLs
 Transfer performance dan lihat respon pasien saat latihan
Setelah dilakukan tindakan
 Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
keperawatan selama 3x24 jam
gangguan mobilitas fisik teratasi rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil:  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat

 Klien meningkat dalam aktivitas berjalan dan cegah terhadap cedera


fisik  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
 Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas tentang teknik ambulasi
 Memverbalisasikan perasaan  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
dalam meningkatkan kekuatan dan
 Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
kemampuan berpindah
 Memperagakan penggunaan alat ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Bantu untuk mobilisasi (walker)
 Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

14
 Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
5. Kecemasan NOC NIC
berhubungan dengan
 Anxiety Control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
kurang pengetahuan
 Koping
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
jam kecemasan pasien teratasi dgn kriteria
pelaku pasien
hasil:
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang
 Klien mampu mengidentifikasi dirasakan selama prosedur
dan mengungkapkan gejala cemas  Temani pasien untuk memberikan keamanan
 Mengidentifikasi, dan mengurangi takut
mengungkapkan dan menunjukkan  Berikan informasi faktual mengenai
tehnik untuk mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis
 Vital sign dalam batas normal  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
 Postur tubuh, ekspresi wajah,  Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas tehnik relaksasi
menunjukkan berkurangnya  Dengarkan dengan penuh perhatian
kecemasan  Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi

15
 Kelola pemberian obat anti cemas

16
2) Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan (implementasi) adalah perskripsi untuk prilaku


yangdiharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat
sesuaidengan apa yang direncanakan (Doengoes, dkk: 2010) dalam
melaksanakantindakan keperawatan pada pasien dengan abses hati, perawat
harus lebih dahuulumenjelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan
dilakukan dan tujuan daritindakan yang dilakukan.

3) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item- item


atauperilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasilnya
sudahtercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan (NANDA
2015).
Evaluasi keperawatan disusun menggunakan SOAP dimana:
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
pasien dan
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan
yang obyektif.
A : analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, dkk. 2008 klien gangguan hati: seri asuhan keperawatan,jakarta; EGC
Murphy sl, xu j, kochanek kd. Deaths: final data for 2010. Natl vital stat rep. 2013
may8;61(4):90
Nanda International (2018).Nursing Diagnosa: Defenition & Classification 2018-
2020. Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, ed.2 Jakarta Salemba
Medika
Price, S.A &Wilson. L.M (2006) Patofisiologi; Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit.Ed.6. Jakarta; EGC
Rahmawati, A. (2015). Hubungan Regimen Terapeutik dengan Kejadian Kebutaan.
Artikel Jurnal Program S1 Keperawatan UMJ
Smeltzer. C, & bare (2008). Keperawatan medical- bedah jakarta EGC
Simamora, R.H. (2009). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press

18
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengumpulan Data

a. Identitas klien

Nama : Tn. “H”

Usia / Tanggal lahir :40 Tahun / 10-03-1980

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Cendrawasih, Lorong 18. No. 264

Suku / Bangsa : Makassar/Indonesia

Status Pernikahan : Nikah

Agama / keyakinan : Islam

Pekerjaan :Swasta

Diagnosa Medik : Abses Hepar

No Medical Record :278900

Tanggal Masuk : 17 November 2020

Tanggal Pengkajian : 23 November 2020

b. Identitas penanggung jawab

Nama :Ny. “F”

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan pasien :Isteri

19
c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan Utama : Nyeri

Pengkajian nyeri:

o P : nyeri diakibatkan oleh adanya luka bekas operasi


laparatomi eksplorasi.
o Q : nyeri tumpul dan tidak menjalar
o R : nyeri terasa pada bagian perut bekas luka operasi
o S : skala nyeri ringan (3)
o T : nyeri terasa lebih berat saat beraktifitas dan terasa
hilang timbul. Lama nyeri terasa kurang lebih 30
menit.

b) Keluhan saat dikaji :

Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas operasi.Pasien


tampak cemas dan pasien mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya.Nampak 6 jahitan pada bekas luka post op. laparatomi
eksplorasi pada bagian abdomen. Pasien tampak meringis dan keadaan
umum pasien tampak lemah.Pasien mengatakan sulit tidur selama
menjalani perawatan dan nafsu makan menurun.Pasien mengatakan
takut untuk banyak bergerak karena adanya luka bekas operasi.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu:

Pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit dan menjalani
perawatan.Pasien mengatakan hanya mengalami batuk dan pilek biasa
sebelum dirawat di Rumah Sakit Haji Makassar.

3) Riwayat Kesehaan Keluarga:

Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang memiliki


riwayat penyakit keturunan.

20
Genogram

G1

? ? G2
? ? ?

G3 37 34 31

36 40

11 8

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan

: Garis perkawinan : Garis keturunan

: Meninggal dunia ? : Tidak diketahui usia

: Pasien : Tinggal serumah

G1 : Kakek dan nenek meninggal dunia karena faktor usia

G2 : Orang tua meninggal karena faktor usia

G3 : Pasien berusia 40 tahun dan sudah berumahtangga dan memiliki dua orang
anak. Pasien sebagai kepala rumah tangga tidak dapat menjalankan perannya dalam
mencari nafkah karena sedang menjalani perawatan.Pasien tinggal serumah
dengan isteri dan kedua orang anaknya.

21
d. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)

N Kegiatan Sehari—hari Sebelum Sakit Sesudah Sakit


o
1 Nutrisi
TB : 165 cm TB : 165 cm
BB : 50 Kg BB : 45 kg
IMT :18,38 Kg/m2 IMT : 16,5 Kg/m2
a. Makanan  Makanan lunak, buah
 Jenis makanan  Nasi, ikan, sayur  Teratur
 Pola makan  Teratur  3x sehari
 Frekuensi  3x sehari  1/2 porsi
 Porsi makan  1-2 piring  Menurun
 Nafsu makan  Baik
b. Minum  Air putih
 Jenis minum  Air putih, kopi  5-8 gelas/hari
 Frekuensi  5-8 gelas/hari  Teratur
 Pola minum  Teratur
2 Cairan
a. Turgor kulit  Elastis  Elastis
b. Mukosa mulut  Lembab  Kering
c. Mata  Tidak cekung  Tampak cekung
d. Edema  Tidak ada  Tidak ada edema
e. Distensi vena  Tidak teraba  Tidak teraba
jugularis
f. Asites  Tidak ada  Tidak ada
penimbunan cairan penimbunan cairan
pada rongga perut pada rongga perut
g. Terpasang infus  Tidak terpasang  Terpasang infus
infus Dextrose 5 % dan RL
20 tpm.
h. Terpasang drain  Tidak terpasang  Terpasang drain 3
cabang
3 Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi  2x sehari  1x sehari
 Warna  Kuning  Kuning
 Kelainan dan  Bau khas feses  Bau khas feses
bau  Padat  Lunak
 Konsisten  Tidak ada  Tidak ada
 Konstipasi

22
b. BAK
 Frekuensi  6-7 kali  6-7 kali
 Warna  Kuning  Kuning
 Kelainan dan  Bau khas BAK  Bau khas BAK
bau
 Terpasang  Tidak terpasang  Tidak terpasang
kateter urin
4 Istirahat
 Tidur siang  2-4 jam  Pasien mengatakan
sulit tidur
 Tidur malam  6-8 jam  Pasien mengatakan
 Kesulitan tidur  Tidak ada tidur selama 5-6 jam
 Pasien mengatakan
Sulit tidur
5 Aktivitas
a. Pekerjaan yang  Sebelum sakit pasien  Pasien bedrest
dilakukan sehari-hari aktif bekerja dirumah dengan aktivitas yang
terbatas karena nyeri
pada bagian perut
luka bekas operasi.
b. Jumlah jam kerja  8 jam  Tidak bisa bekerja
perhari
c. Penggunaan alat  Tidak ada  Tidak ada
bantu penggunaan alat penggunaan alat
bantu gerak bantu gerak
d. Resiko decubitus  Tidak terdapat resiko  Tidak terdapat resiko
decubitus decubitus
e. Aktivitas yang  Tidak memerlukan  Pasien memerlukan
dibantu bantuan, pasein dapat bantuan untuk
melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan
secara mandiri nutrisi, personal
hygiene.

23
6 Pesonal Hygiene
 Mandi  2x sehari  Pasien mengatakan
hanya di washlap
dengan tisu basah
 Gosok gigi  2x sehari  Tidak pernah
 Cuci rambut  2x sehari  Tidak pernah
 Potong kuku  1x seminggu  Tidak pernah
 Hambatan untuk  Tidak ada hambatan  Seluruh kebutuhan
melakukan dalam melakukan personal hygiene
personal personal hygiene terpenuhi dengan
hygiene bantuan perawat dan
keluarga (partial).
7. Rekreasi dan Keamanan
 Mendengarkan radio  Jarang  Tidak pernah
 Nonton TV  Setiap sore  Tidak pernah
 Olahraga  Jarang  Tidak pernah
 Ketempat hiburan  Tidak pernah  Tidak pernah
 Refleksi  Tidak ada  Tidak ada
kelumpuhan kelumpuhan
 Penglihatan  Fungsi penglihatan  Tidak ada kelainan
baik
 Pendengaran  Tidak ada kelainan  Fungsi pendengaran
 baik
 Penciuman  Tidak ada kelainan  Tidak ada kelainan
 Resiko jatuh  Tidak ada  Sedang skor 30

e. Pemeriksaan fisik

1) Sistem pemafasan

a) Pernafasan: 24 x/menit, bunyi nafas:Vesikuler, bernafas secara spontan


tanpa alat bantu pernafsan.

b) TD: 100/70 mmHg Nadi: 72 x/menit suhu: 36,7 °C

c) Respirasi tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada batuk, tidak ada
hemoptysis, tidak ada sputum, bernafas tidak menggunakan otot-otot
sensoris.

24
d) Sirkulasi oksigenasi: pasien tidak pusing, akral teraba hangat, tidak
tampak sianosis dan tidak ada clubbing finger.

e) Dada: bentuk simetris,tidak tampak retraksi otot dada saat bernafas,


tidak ada nyeri tekan, dada tidak berdebar-debar, tidak tampak
defesiensi trachea, tidak ada edema.

f) Leher :tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada tumor, tidak
teraba peningkatan tekanan vena jugularis. Tidak ada luka, reflex
menelan baik, arteri carotis teraba < 10 detik.

g) Riwayat penyakit: tidak ada riwayat penyakit saluran pernafasan.

2) Sistem Kardiovaskuler

a) Conjunctiva tidak anemis, bibir tidak sianosis

b) Arteri carotis teraba < 10 detik

c) Tidak teraba peningkatan tekanan vena jugularis

d) Ukuran jantung tidak tampak pembengkakan, tidak tampak ictus cordis

e) Suara jantung normal “lup dup”. Bunyi jantung S1 dan S2 interval


normal dan regular. Tidak terdengar bising jantung.

f) Capillary Refilling Time <3 detik.

3) Sistem Pencernaan

a) Sklera tampak tidak icterus, warna putih, konjungtiva tidak anemis,


mata tampak cekung.

b) Bibir tampak kering tidak tampak sianosis.

c) Mukosa mulut tampak basah, tidak ada stomatitis, tidak tampak palate
skizis (bibir sumbing), jumlah gigi utuh dan kurang bersih, tercium bau
amoniak, kemampuan menelan tidak kelainan, gerakan lidah normal,
naik turun dengan datar dan tersebar merata.

d) Gaster teraba kembung, terdengar gerakan peristaltik 5 x/menit. Nyeri


tekan pada daerah abdomen bekas luka operasi. Tidak ada nyeri ulu
hati. Tidak tampak mual dan muntah.

25
4) Sistem persarafan

Fungsi Cerebral

a) Status mental

Orientasi pasien baik, pasien tahu bahwa ia sedang menjalani


perawatan di rumah sakit Haji Makassar.

Daya Ingat pasien baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia


berbicara, pasien mengingat tanggal, bulan dan tahun saat ini.

Perhatian pasien baik, pasien tampak mendengarkan apa yang


dijelaskan oleh petugas kesehatan mengenai penyakitnya.

Perhitungan pasien baik, pasien dapat menghitung angka-angka


dengan tepat, pasien dapat menyebutkan abjad dengan benar.

Pasien dapat mengerti bahasa yang dipakai oleh lawan


bicaranya.Pasien menggunakan kata dan kalimat yang jelas.

b) Kesadaran: Composmentis

Eyes: skor 4, Motorik: skor 6 Verbal 5 Dengan jumlah GCS= 15

c) Bicara ekspresive tidak ada gangguan, pasien dapat mengekpresikan


keinginan dan kebutuhan melalui komunikasi verbal maupun non
verbal. Pasien tidak memiliki kesulitan dalam berbicara.

Resiptive: pasien memahami bahasa lisan yang didengar. Pasien dapat


membalas salam yang diberikan oleh perawat dan petugas kesehatan.

d) Fungsi cranial (syaraf cranial s/d XII)

1. Nervus I (olfak torius) : Fungsi penciuman baik, dapat


membedakan minyak wangi dan bau kopi
2. Nervus II (optikus) : Lapang pandang baik
3. Nervus III, IV, VI (okulomotorius trokteraris abdusen): Pasien
mampu menggerakkan bola matakesegala arah dan reflek kornea
baik.

26
4. Nervus V (trigeminus) : Pasien dapat meraskan sentuhan kapas
pada area pipi, kelopak mata dan dagu.
5. Nervus VI (Farialis) : Pasien dapat membedakan rasa antara
pahit dan manis, pasien dapat tersenyum dan mengerutkan dahi.
6. Nervus VIII (akustikus) : Untuk pendengaran baik
7. Nervus IX (glosofarigzus) : Pasien dapat menelan dengan
baik
8. Nervus X (vagus) : Pasien berbicara dengan suara yang
jelas
9. Nervus XI (assesonis) : Pasien dapat mengangkat bahunya
dengan bantuan dan menggilingkan mukanya.
10. Nervus XII (hipoglasus) : Pasien dapat menggerakkan dan
menjulurkan lidahnya kesegala arah.

e) Fungsi motorik:

Massa otot menurun

Tonus otot lemah

Kekuatan otot lemah

Kontrol dan keseimbangan dengan koordinasi mengalami perubahan


sehingga pasien mengalami kelemahan ekstremitas dan mengganggu
aktivitas sehari-hari.

4 4

4 4

f) Fungsi sensorik adanya rasa nyeri pada abdomen dan ekstremitas,


masih bisa merasakan rangsangan jika diraba atau disentuh.

g) Fungsi cerebellum

Koordinasi dan keseimbangan pasien terganggu pada saat melakukan


aktivitas ringan.

27
h) Refleks :

o Bisep : (+) tangan kanan dan kiri pasien fleksi saat


dites
o Trisep : (+) tangan pasien ekstensi
o Pateilla : (+) kaki kanan dan kiri pasien tidak ekstensi
o Bobunski : (+) Kaki tampak berfleksi

i) Iritasi Meningen :tidak nampak kaku kuduk, pasien dapat


menggerakan kepala secara fleksi, hiperekstensi dan rotasi. lasaque
negatif, pasien mengatakan tidak nyeri pada saat mengangkat kaki
dengan lurus, pasien dapat menggerakan panggul secara fleksi. Kernig
sign danbrudzinki sign negative, pasien dapat menggerakan panggul
dan lutut secara fleksi membentuk sudut 90 derajat.

5) Sistem Endokrin

a) Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid

b) Tidak ada gejala kreatinisme dan gigantisme

c) Poliuri tidak ada, podypsitidak ada polyphagi tidak ada.

d) Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut

6) Sistem Genitourinari .

a) Tidak tampak edema palpebra

b) Moon face tidak tampak

c) Odema anasarka tidak tampak.

d) Keadaan kandung kemih tidak distensi dan terisi secara penuh.

e) Nocturia tidak ada, dysuriatidak tampak, kencing batu tidaktampak .

f) Penyakit hubungan sexual tidak ada riwayat

g) Keadaan gland penis (Urethra) tidak dikaji

28
Testis tidak dikaji

Pertumbuhan rambut tumbuh secara merata

Pertumbuhan jakun normal, simetris ditengah trachea.

Perubahan suara tidak ada

Wet dream tidak dikaji

7) Sistem muskuloskeletal

a) Bentuk Kepalabentuk kepala pasien masochepal dan tampak simetris


kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan.

b) Bentuk Vertebraenormal dan tidak ada scoliosis, lordosis dan kifosis

Gerakan ROM aktif.

c) Pelvis (Thomas Test Normal, Trendelenberg Test Normal


Ortolani/Barlow Test Normal) ROM Pasif

d) Lutut (Mc Murray Test Normal, Ballotement Normal) ROM Aktif

e) Kaki (Keutuhan ligament utuh) ROM Aktif

f) Bahu keterbatasan gerak

g) Tangan terpasang infus pada tangan sebelah kanan

8) Sistem Integumen Dan Immunitas

a) Rambut distribusi merata, warna hitam, tampak kusut dan kurang


bersih.

b) Kulit elastis, tampak ada luka 6 jahitan post op laparatomi eksplorasi,


tidak ada ruam.

c) Kuku tampak kotor, warna putih tidak mudah patah

d) Tidak ada alergi

e) Immunisasi tidak dikaji

29
f) Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca flu dan batuk

g) Riwayat tranfusi dan reaksinya tidak dikaji

9) Wicara dan THT

a) Hidung

Penciuman berfungsi dengan baik, pasien dapat membedakan bau,


tidak ada nyeri, tidak terdapat luka, tidak tampak mimisan dan tidak
tampak penumpukan sekret.Tidak tampak polip/pembengkakan.

b) Telinga

Keadaan daun telinga bersih, operasi telingan tidak ada.Kanal auditoris


tidak ada kelainan.Membrana Tympani tidak ada kelainan. Fungsi
pendengaran baik, pasien dapat mendengar dengan jelas apa yang
dismapaikan oleh perawat.

10) Sistem penglihatan

a) Mata

Kelopak mata tidak tampak edema, bulu mata tumbuh merata.

Visus tidak mengalami gangguan dan penurunan penglihatan.

Lapang pandang tidak ada gangguan, pasien dapat melihat dengan


kedua matanya.

f. Data Psikologis

1) Status Psikologis

Pasien tampak cemas

2) Status mental

Pasien tampak sadar dan orientasi baik.

3) Sosial

a) Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik

30
b) Tempat tinggal: Rumah

c) Kerabat terdekat yang dapat dihubungi:

Nama: Fitriani

Hubungan: istri Tlp. 082247123312

d) Kebiasaan beribadah tidak pernah selama perawatan.

e) Konsep diri

Harga diri: pasien dapat disayangi oleh anggota keluarganya saat sakit
keluarga datang menjenguk.
Gambaran diri: pasien tetap percaya diri meskipun penampilannya
sudah berbeda setelah menjalani operasi pada bagian perut.
Peran diri: pasien mengatakan sebagai kepala rumah tangga

Identitas diri: pasien dapat mengenali dirinya sendiri

Ideal diri: pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang ke rumah
karena tidak betah di rumah sakit.

g. Data Penunjang

1) CT-Scan Abdomen:

- Sedikit fluid pada cavum pleura


- Hepar tampak lesi hipodens, lobus kanan sisi anterior superior
disertai gambaran subcabsular batas tegas, vasculature dan bileducts
tidak dilatasi. Tampak free fluid intraperitoneal
- Gallbladder dinding baik, tak tampak batu
- Pancreas densitas normal, duktus tidak dilatasi
- Lien tidak membesar, densitas baik
- Kedua ren ukuran normal, permukaan rata. System calices tidak
dilatasi, tak tampak batu maupul SOL.
- Vesica uriaria baik
- Area mcburney dalam batas-batas normal, tak terdeteksi gambaran
apendiksitis

31
Kesan:
- Abses hepar lobus daxtra, tampak perforasi
- Free fluid cavum pleura dextra (pleuritis)
- Free fluid intraperitoneal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

KIMIA DARAH
- Glukosa Sewaktu 136 <140 mg/dl
- Urea 40 10-50 mg/dl
- Kreatinin 0.91 L: 0,7- 1,3 P: 0,6-1,1 mg/dl
- SGOT 122* L: <37 P: <31 U/L
- SGPT 195* L: <42 P: <32 U/L
LAIN-LAIN
- Clotting Time (CT) 7’0,5” 6’00” – 10’00” menit
-Bleeding Time (BT) 2’10” 1’00” – 3’00” menit
HEPATITIS
HBsAg Non Non reaktif -
reaktif

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


URINE RUTIN
- SG 1.010 1.005 – 1.035 gr/ml
- pH 5 4.8 – 7.4
- LEU NEGATIF <10 leu/ul
- NIT NEGATIF <30
- PRO 25* <5 mg/dl
- GLU NORMAL <1 mg/dl
- KET 5* <0,2 mg/dl
- UBG 8* 0-5 mg/dl
- BIL 1* mg/dl
- ERI NEGATIF eri/ul

32
SEDIMEN URINE
- Leukosit 0–3 0–5 LPB
- Eritrosit 1–2 0–2 LPB
- Epitel 3–5 <10 LPK

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

IMUNOSEROLOGI

SARS-CoV-2 IgG=NON NON


ANTIBODY (RAPID REAKTIF REAKTIF
TEST) IgM=NON NON
REAKTIF REAKTIF

Hasil Pasien Nilai Rujukan


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
WBC 21.20 * [10’3/uL] 4.00 – 10.00
NEUT#ELEKTROLIT
20.11 * [10’3/uL] 2.00 – 7.50
LYMPH# 0.61 - [10’3/uL] 1.00 – 4.00
Natrium 130,8 136-145 mmol/L
MONO# 0.47 [10’3/uL] 0.20 – 1.00
EO# Kalium0.00 * [10’3/uL]
3,39 3,5-5,20.00 – 0.50 mmol/L
BASO# 0.01 [10’3/uL] 0.00 – 0.20
chlorida 99,7 96-108 mmol/L
IG# 0.96 * [10’3/uL] 0.00 – 7.00
NEUT%KIMIA 54.9 * [%] 50.0 – 70.0
DARAH 2.9 – [%]
LYMPH% 25.0 – 40.0
MONO% 2.2 [%] 2.0 – 8.0
Albumin 2,7 3,5-5,0 gr/dl
EO% 0.0 [%] 2.0 – 4.0
BASO% 0.0 [%] 0.0 – 1.0
IG% 4.5 * [%] 0.0 – 72.0
h. Program Dan Rencana Prngobatan
RBC 4.29 [10’5/uL] 4.00 – 5.00
HGB 12.9 [g/dL] 12.0 – 16.0
HCT 35.9 - [%] 36.0 – 48.0
MCV 33.7 - [fL] 84.0 – 96.0
MCH 30.1 [p]g 28.0 – 34.0
MCHC 35.9 [g/dL] 32.0 – 36.0
RDW-SD 37.2 [fL] 39.0 – 52.0
RDW-CV 12.2 [%] 11.0 – 14.5
PLT 313 [10’3/uL] 150 – 458
PDW 10.2 – [fL] 33 11.0 – 18.0
MPV 9.6 [fL] 7.4 – 10.4
P-LCR 21.2 [%] 13.0 – 43.0
PCT 0.38 [%] 0.15 – 0.50
Theraphy saat ini ( tulis dengan rinci):

- Ketorolac 30 mg 1 Amp./8 Jam


- Meropenem 1 Amp./8 Jam
- Metronidazole 1 Btl / 8 Jam
- Omeprazole 1 Amp./24 Jam
- Cefixime 200 mg/12 Jam
- Albumin 1 Botol/24 Jam
- Ranitidine 1 Amp./12 Jam
- Neurobion 1 Amp./24 Jam
- Sankorbion 1 Amp/24 Jam (drips)
- Asam Mefenamat 500 mg/8 Jam
- Cairan RL 20 tpm, Dextrose 5% 20 tpm.

KLARIFIKASI DATA BERMASALAH

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF

1. Pasien mengatakan nyeri pada bagian 1. Pasien tampak meringis


perut luka bekas operasi laparatomi 2. S = Skala nyeri ringan (3)
eksplorasi. 3. TD= 100/70 mmHg, N= 96 x/i, S= 36, 7
P= pasien mengatakan nyeri ℃, RR= 24 x/i
diakibatkan oleh adanya luka bekas 4. Tampak 6 jahitan luka bekas operasi
operasi laparatomi. 5. Verban tampak basah dan ada pus
Q= pasien mengatakan nyeri tumpul 6. GCS= 15, Kesadaran: Composmentis
R = pasien mengatakan nyeri (E4,M6,V5)
dirasakan pada bagian perut bekas 7. Pasien tampak cemas
operasi laparatomi 8. Terpasang dextrose 5% dan RL 20 tpm
T= pasien mengatakan nyeri terasa ± 9. Mata pasien tampak cekung
30 menit dan lebih terasa saat 10. Bibir pasien tampak kering
beraktifitas 11. Tidak tampak adanya penimbunan
2. Pasien mengatakan tidak mengetahui cairan dalam rongga perut
tentang penyakitnya 12. Tampak terpasang drainnase 3 cabang
3. Pasien mengatakan susah tidur selama 13. TB= 165 cm, BB= 45 Kg, IMT= 16,5
menjalani perawatan, tidur malam 5-6 Kg/m2
jam dan siang susah tidur. 14. Diet makanan lunak 3 porsi 2000 kkal:
4. Pasien mengatakan nafsu makan protein 40% (± 100 g/hari), KH 60% (±
menurun dan hanya mengahabiskan ½ 300 g/hari), Lemak 20% (.± 44 g/hari),
porsi makanan albumin (2,7)
5. Pasien mengatakan takut untuk banyak 15. Tampak bedrest dan aktivitas
bergerak karena adanya luka bekas pemenuhan nutrisi dibantu oleh anggota

34
operasi. keluarga (partial)
6. Pasien mengatakan hanya diwaslap 16. Rambut tampak kusut dan kotor, kuku
dengan tisu selama menjalani perawatan tampak kotor, gigi tampak kurang bersih
oleh anggota keluarganya dan tercium bau amoniak
17. Tampak pemenuhan personal hygiene
dibantu oleh anggota keluarga
18. Hasil CT-Scan abdomen: Abses Hepar

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


o

1. DS: Kerusakan Jaringan Nyeri berhubungan


Hepar dengan agen injury
- Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut bekas luka
operasi
P = pasien mengatakan Produksi bradikinin,
nyeri diakibatkan oleh serotonin dan
adanya luka bekas prostaglandin
operasi laparatomi.
Q = pasien mengatakan
nyeri tumpul
R = pasien mengatakan Impuls disampaikan SPP
nyeri dirasakan pada bagian korteks serebri
bagian perut bekas
operasi laparatomi
T = pasien mengatakan
Thalamus
nyeri terasa ±30 menit
dan lebih terasa saat
beraktifitas
Nyeri
DO:
- Pasien tampak meringis

35
- S= skala nyeri ringan (3)
- TD= 100/70 mmHg, N= 96x/i
- Tampak 6 jahitan pada bekas
luka operasi
- Tampak terpasang verban
- Pasien tampak lemah
- CT-Scan abdomen: abses
hepar
2. DS: Peradangan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan nafsu kebutuhan tubuh
makan menurun berhubungan dengan
- Pasien mengatakan hanya Abses faktor biologis (nyeri
bisa menghabiskan ½ porsi abdomen)
makan.
Metabolisme menurun
DO:
- TB= 165 cm, BB= 45 Kg,
IMT= 18,5 Kg/m2
- Diet bubur 2000 kkal: protein Intake nutrisi menurun
40% (± 100 g/hari), KH 60%
(± 175 g/hari), Lemak 20%
- Hipoalbuminemia (2,7)
- Pasien tampak lemah. Gangguan Nutrisi
3 DS: Peradangan Defisit volume cairan
berhubungan dengan
- Pasien mengatakan saring kehilangan volume
haus cairan
- Pasien mengatakan BAK Abses
tidak teratur

DO:
- Mata pasien tampak cekung Metabolisme Menurun
- Bibir pasien tampak kering
- Tampak adanya penimbunan
cairan dalam rongga perut
Intake dan Output
- Denyut nadi pasien
tergangu
meningkat
- BB= 45 kg, penurunan turgor
kulit
- Keadaan umum pasien lemah Defisit Volume Cairan

36
- Tampak terpasang drainnase
3 cabang
- Terpasang infus Dextrose 5%
dan RL 20 tpm dengan
perbandingan 2:1
- Tercium bau amoniak pada
mulut pasien
4 DS: Kerusakan Jaringan Gangguan pola tidur
Hepar behubungan dengan
- Pasien mengatakan nyeri pada kecemasan dan
bagian perut luka bekas kurangnya kontrol
operasi tidur.
- Pasien mengatakan susah Produksi bradikinin,
tidur selama menjalani serotonin dan
perawatan prostaglandin
- Pasien mengatakan tidur
malam 5-6 jam dan siang
susah tidur.
Impuls disampaikan SPP
DO: bagian korteks serebri
- Pasien tampak cemas
- Keadaan umum pasien lemah
- TD= 100/70mmHg, N= 96 x/i Thalamus
- Mata tampak cekung

Nyeri

Gangguan pola tidur


5 DS: Kerusakan Jaringan Gangguan mobilitas
Hepar fisik berhubungan
- Pasien mengatakan takut dengan nyeri dan
untuk banyak bergerak karena kelemahan
adanya luka bekas operasi.
- Pasien mengatakan nyeri pada Produksi bradikinin,
bagian perut luka bekas serotonin dan
operasi. prostaglandin
DO:

37
- Keadaan pasien lemah
- Tampak adanya luka bekas
operasi pada bagian perut. Impuls disampaikan SPP
- Ektremitas kanan atas bagian korteks serebri
terpasang infus.
- Terpasang drainnase 3 cabang
- Masa otot menurun, tonus Thalamus
otot lemah, kekuatan otot
lemah
- Pasien tampak bedrest
Nyeri
sehingga aktivitas pemenuhan
nutrisi dan personal hygiene
dibantu oleh anggota keluarga
dan perawat (partial) Gangguan mobilitas fisik
- GCS: 15 (E4M6V5)
- Kesadaran: Composmentis

6 DS: Kerusakan Jaringan Defisit perawatan


Hepar diri berhubungan
- Pasien mengatakan hanya dengan nyeri dan
diwaslap dengan tisu selama hambatan lingkungan
menjalani perawatan oleh
anggota keluarganya. Produksi bradikinin,
serotonin dan
DO:
prostaglandin
- Rambut tampak kusut dan
kotor, kuku tampak kotor,
gigi tampak kurang bersih
dan tercium bau amoniak Impuls disampaikan SPP
bagian korteks serebri

Thalamus

Nyeri

38
Bedrest

Defisit Perawatan Diri


7 DS: Kerusakan Jaringan Kecemasan
Hepar berhubungan dengan
- Pasien mengatakan tidak perubahan status
mengetahui tentang kesehatan dan kurang
penyakitnya pengetahuan tentang
Produksi bradikinin, penyakit.
DO: serotonin dan
- Pasien tampak cemas prostaglandin
- TD= 100/70 mHg, N= 96 x/i

Impuls disampaikan SPP


bagian korteks serebri

Thalamus

Nyeri

Kurang terpapar
informasi

Cemas
8 DS: Luka post op Resiko infeksi
berhubungan dengan
- Pasien mengatakan nyeri pada prosedur invasif
bagian perut luka bekas
operasi. Kerusakan jaringan kulit

DO:

39
- Tampak ada 6 jahitan pada Inflamasi
luka bekas operasi.
- Tampak ada verban pada luka
bekas operasi.
Resiko Infeksi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah

N Diagnosa Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
o.

1. Nyeri berhubungan dengan agen 23-11-2020 25-11-2020


injury

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang 23-11-2020 25-11-2020


dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor
biologis (nyeri abdomen)

3. Resiko infeksi berhubungan 24-11-2020 25-11-2020


prosedur invasif

40
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


. Keperawatan

1 Nyeri berhubungan NOC NIC


dengan agen injury
 Pain Level  Lakukan pengkajian nyeri secara
 Pain control komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
 Comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tindakan  Monitor vital sign
keperawatan selama 3x24 jam Pasien  Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu menemukan dukungan
penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
nonfarmakologi untuk mengurangi pencahayaan dan kebisingan
nyeri, mencari bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
berkurang dengan intervensi
menggunakanmanajemen nyeri  Pengaturan posisi yang nyaman
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
 Menyatakan rasa nyaman setelah hangat/ dingin, genggam jari.
nyeri berkurang  Kolaborasi pemberian analgetik untuk
 Tanda vital dalam rentang normal mengurangi nyeri
 Tidak mengalami gangguan tidur  Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari

41
prosedur
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
 Dokumentasikan hasil pemantauan
2 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh  Nutritional status:  Identifikasi status nutrisi
Adequacy of nutrient  Identifkasi makanan yang disukai
berhubungan dengan
 Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi makanan
faktor biologis (nyeri
and Fluid Intake
abdomen)  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
 Weight Control
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nutrisi  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
kurang teratasi dengan kriteria hasil: makanan harian.
 Albumin serum  Ajarkan diet yang diprogramkan
 Pre albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
 Hematokrit  Monitor lingkungan selama makan
 Hemoglobin  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak
 Total iron binding capacity selama jam makan
 Jumlah limfosit  Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor intake nutrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik

42
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3 Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan
tindakan invasif  Knowledge : Infection control  Pertahankan teknik aseptif
 Risk control  Batasi pengunjung bila perlu
Setelah dilakukan tindakan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
keperawatan selama 3x24 jam tindakan keperawatan
pasien tidak mengalami infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
dengan kriteria hasil: pelindung
 Klien bebas dari tanda dan  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
gejala infeksi dengan petunjuk umum
 Menunjukkan kemampuan  Gunakan kateter intermiten untuk
untuk mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung kencing
infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
 Jumlah leukosit dalam batas  Berikan terapi antibiotic.
normal  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
 Menunjukkan perilaku hidup dan lokal
sehat  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Status imun, gastrointestinal,  Inspeksi kulit dan membran mukosa
genitourinaria dalam batas normal terhadap kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat

43
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL/JAM No. DX IMPLEMENTASI PARAF

23-11-2020/ 1  Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
09.00 HASIL:
S : - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas luka operasi
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan ± 30 menit
- Pasien mengatakan nyeri bertambah saat beraktifitas
O : - Pasien tampak meringis
- Kualitas nyeri tumpul
- Skala nyeri ringan (3)
09.10  Mengukur Tanda-Tanda Vital
HASIL:
S :-
O : - TD= 100/70 mmHg, N= 96 x/i, S= 36,7 ℃, RR= 24 x/i
09.25  Memberikan posisi yang nyaman untuk manajemen nyeri
HASIL:
S : - Pasien mengatakan lebih suka posisi semi fowler/setengah duduk
O : - Pasien tampak nyaman
09.30

44
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien untuk memanajemen nyeri
S : - Pasien mengatakan agak mendingan setelah melakukan teknik tersebut
O : - Pasien tampak melakukan teknik relaksasi nafas dalam
14.00  Kolaborasi pemberian ketorolac 1 amp/ 8 Jam/ IV
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri
O : Pasien tampak meringis
10.00 2.  Mengidentifikasi status nutrisi pasien
HASIL:
S : Pasien mengatakan dapat menghabiskan 1/2 porsi makan
O : Keadaan umum lemah
12.15
 Mengkaji adanya alergi makanan
HASIL:
S : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.
O : Keadaan umum lemah
 Memberikan posisi fowler saat pasien hendak makan
12.25 HASIL:
S : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut
O : Pasien tampak dengan posisi fowler saat makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
12.30 HASIL:
S :-
O : Diet 2000 kkal via oral bertahap, komposisi: Protein=
40% (±100 g/hr), KH= 60% (±300 g/hr), Lemak= 20% (±44 g/hr), Peptisol
3x100 cc, buah sebagai selingan, vitamin C.
13.00  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian albumin 1 btl / 24 jam
HASIL:
S :-
O : Pasien tampak meminum albumin yang diberikan

45
24-11-2020 3.  Mengkaji tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
HASIL:
14.00 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Verban tampak basah, tidak tampak kemerahan dan tidak teraba panas
14.10  Menginspeksi lukaInspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Kulit tampak tidak ada kemerahan, teraba tidak panas, drainase tampak ada pus.
14.15  Mengganti verban
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Luka tampak basah, tampak pus pada luka, pasien tampak meringis
14.20  Pertahankan teknik aseptik
HASIL:
S :-
O : membersihkan luka dan menutup kembali dengan kasa steril
14.25  Kolaborasi pemberian antibiotk Metrodinazole 1 btl / 8 jam / IV
HASIL:
S :-
O : injeksi obat metronidazole
15.00 1.  Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Keadaan umum pasien tampak lemah
15.10  Mengukur Tanda-Tanda Vital

46
HASIL:
S :-
15.20 O : TD= 100/70 mmHg, N= 96 x/i, S= 36,7 ℃, RR= 24 x/i
 Memberikan posisi yang nyaman untuk manajemen nyeri
HASIL:
S : Pasien mengatakan lebih suka posisi semi fowler/setengah duduk
15.25 O : Pasien tampak nyaman
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien untuk memanajemen nyeri
S : Pasien mengatakan agak mendingan setelah melakukan teknik tersebut
19.00 O : Pasien tampak melakukan teknik relaksasi nafas dalam
 Kolaborasi pemberian Asam mefenamat 500 mg/8 Jam via oral
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri
O : Pasien meminum obat

18.00 2.  Mengidentifikasi status nutrisi pasien dan menimbang BB pasien


HASIL:
S : Pasien mengatakan dapat menghabiskan 1/2 porsi makan
O : Keadaan umum lemah, BB = 45 kg
 Mengkaji adanya alergi makanan
HASIL:
S : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.
O : Keadaan umum lemah
 Memberikan posisi fowler saat pasien hendak makan
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut
O : Pasien tampak dengan posisi fowler saat makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

47
HASIL:
S :-
O : Diet 2000 kkal via oral bertahap, komposisi: Protein=
40% (±100 g/hr), KH= 60% (±300 g/hr), Lemak= 20% (±44 g/hr), Peptisol
3x100 cc, buah sebagai selingan, vitamin C.
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian albumin 1 btl / 24 jam
HASIL:
S :-
O : Pasien tampak meminum albumin yang diberikan

25-11-2020 1.  Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
14.30 HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Keadaan umum pasien tampak lemah
14.45  Mengukur Tanda-Tanda Vital
HASIL:
S :-
O : TD= 100/70 mmHg, N= 96 x/i, S= 36,7 ℃, RR= 24 x/i
15.00  Memberikan posisi yang nyaman untuk manajemen nyeri
HASIL:
S : Pasien mengatakan lebih suka posisi semi fowler/setengah duduk
O : Pasien tampak nyaman
15.15
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien untuk memanajemen nyeri
S : Pasien mengatakan agak mendingan setelah melakukan teknik tersebut
O : Pasien tampak melakukan teknik relaksasi nafas dalam
19.00
 Kolaborasi pemberian Asam mefenamat 500 mg/8 Jam via oral
HASIL:

48
S : Pasien mengatakan nyeri
O : Pasien meminum obat
17.30 2.  Mengidentifikasi status nutrisi pasien
HASIL:
S : Pasien mengatakan nafsu baik dapat menghabiskan 1 porsi makan
O : Keadaan umum lemah
17.45  Mengukur BB pasien
HASIL:
S :-
O : BB pasien 45 kg
18.00  Memberikan posisi fowler saat pasien hendak makan
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut
O : Pasien tampak dengan posisi fowler saat makan
18.25  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
HASIL:
S :-
O : Diet 2000 kkal via oral bertahap, komposisi: Protein=
40% (±100 g/hr), KH= 60% (±300 g/hr), Lemak= 20% (±44 g/hr), Peptisol
3x100 cc, buah sebagai selingan, vitamin C 50 mg 3x3 tab
19.00  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian albumin 1 btl / 24 jam
HASIL:
S :-
O : Pasien tampak meminum albumin yang diberikan.
20.00 3.  Mengkaji tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Verban tampak kering, tidak tampak kemerahan dan tidak teraba panas
20.15  Menginspeksi luka, kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
HASIL:

49
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Kulit tampak tidak ada kemerahan, teraba tidak panas, drainase tampak ada pus.
20.25  Membatasi pengunjung
HASIL:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Tampak hanya isteri pasien
 Ajarkan teknik aseptik kepada pasien dan keluarga
20.30 HASIL:
S : pasien dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang teknik aseptik
O : mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar
20.45  Mendorong pasien untuk beristirahat
HASIL:
S :-
O : injeksi obat metronidazole

50
E. EVALUASI KEPERAWATAN

TGL/JAM No.D EVALUASI Paraf


X

23-11-2020 1. S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut luka bekas operasi

O : Pasien tampak meringis, pasien tampak memegang perutnya, TD= 110/70 mmHg, N=96

A : Masalah belum teratasi

P : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign, ajarkan teknik relaksasi, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi pemberian analgetik
2. S : Pasien mengatakan hanya menghabiskan ½ porsi makanan

O : Keadaan umum pasien tampak lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Identifikasi status nutrisi pasien, timbang BB pasien, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
24-11-2020 3. S : Pasien mengatakan nyeri post op berkurang

O : Keadaan umum pasien tampak lema, S= 36,7 ℃, verban tampak basah, tampak adanya pus

A : Masalah belum teratasi

P : Kaji tanda dan gejala infeksi siskemik dan lokal, luka, kulit dan membran mukosa terhadap

51
kemerahan, panas, drainase, pertahankan teknik aspetik, batasi pengunjung, dorong pasien
beristirahat, kolaborasi pemberian antibiotik.
1. S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut luka bekas operasi berkurang

O : TD= 110/70 mmHg, N=96

A : Masalah belum teratasi

P : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign, ajarkan teknik relaksasi, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi pemberian analgetik
2. S : Pasien mengatakan hanya menghabiskan ½ porsi makanan

O : Keadaan umum pasien tampak lemah, peristaltik 5 x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Identifikasi status nutrisi pasien, timbang BB pasien, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
25-11-2020 1. S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut luka bekas operasi berkurang

O : TD= 110/70 mmHg, N=96, verban tampak kering

A : Masalah belum teratasi

P : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign, ajarkan teknik relaksasi, atur posisi yang nyaman,

52
kolaborasi pemberian analgetik

2. S : Pasien mengatakan menghabiskan 1 porsi makanan dan nafsu makan baik

O : Keadaan umum pasien tampak lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Identifikasi status nutrisi pasien, timbang BB pasien, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

3. S : Pasien mengatakan nyeri post op berkurang

O : Keadaan umum pasien tampak lemah, S= 36,7 ℃, verban tampak kering, tidak tampak

adanya pus

A : Masalah belum teratasi

P : Kaji tanda dan gejala infeksi siskemik dan lokal, luka, kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase, pertahankan teknik aspetik, batasi pengunjung, dorong pasien
beristirahat, kolaborasi pemberian antibiotik.

53

Anda mungkin juga menyukai