Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Hipertensi

a. Pengertian

Menurut Joint National Committee (JNC) hipertensi terjadi

apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah

suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara

abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan

tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko

yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan

tekanan darah secara normal.

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau

tekanan diastolic atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat

didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persistem dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas

90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik (Brunner & Suddarth, 2005).

b. Klasifikasi hipertensi

Kementrian Kesehatan RI (2014) menjelaskan bahwa

klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya adalah sebagai

berikut:

1) Hipertensi primer/hipertensi esensial Hipertensi yang

penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan


dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%

penderita hipertensi.

2) Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial Sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

a. Berdasarkan JNC VII

Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre- 120 – 139 80 – 89
hipertensi
Hipertensi 140 – 159 90 – 99
derajat I
Hipertensi > 160 > 100
derajat II

b. Menurut European Society of Cardiology :

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal 120 – 129 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II 160 – 179 100 – 109
Hipertensi derajat > 180 > 110
III
Hipertensi sistolik > 190 < 90
terisolasi

c. Etiologi

Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat

disembuhkan. Keadaan tersebut berasal dari suatu kecenderungan


genetik yang bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stress,

kegemukan, terlalu banyak makan garam, kurang gerak badan dan

penyumbatan pembuluh darah. Ini disebut hipertensi esensial.

Kalau seseorang mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan

mengidap hipertensi ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan

hipertensi berkembang lebih hebat dengan memberi perhatian

khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut Untuk kasus-kasus

yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk mengontrol tekanan

darah. Jenis lain dari hipertensi dikenal sebagai hipertensi

sekunder, yaitu kenaikan tekanan darah yang kronis terjadi akibat

penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf, renovaskuler

dan lain-lain (Soeharto, 2004 dalam Hamid, 2014).

d. Tanda dan Gejala

Brunner & Suddarth (2013) menjelaskan bahwa gejala-

gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan

hampir sama dengan penyakit lainnya. Gejala-gejala itu adalah

sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja

keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan

kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil,

terutama dimalam hari, telinga berdenging (tinnitus) dan dunia

terasa berputar (vertigo).

Knight (2006, dalam Hamid, 2014) menjelaskan bahwa

pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya

ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak


nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung

itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang

yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak

dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi

dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,

eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan

pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) dan

penglihatan kabur.

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala

klinis timbul :

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan

muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan

saraf pusat

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan

tekanan kapiler

e. Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan

ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan

kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapatkan


suplai darah dari arteri. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada

organ-organ sebagai berikut :

1. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal

jantung dan penyakit jantung coroner. Pada penderita

hipertensi, beban bekerja jantung akan meningkat dan jantung

akan mengendor dan berkurang elastisitasnya yang disebut

dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa

sehingga banyak cairan terlalu diparu maupun jaringan tubuh

lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau oedema.

Kondisi ini disebut gagal jantung.

2. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak menimbulkan risiko

stroke, apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih

besar.

3. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,

tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system

penyaringan di dalam ginjal menjadi lambat lalu ginjal tidak

mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang

masih melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam

tubuh.
4. Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya

retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Yahya,

2005).

f. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Yaitu dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam

mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahan dalam mengobati tekanan darah tinggi

(Ridwanamiruddin,2007). Penatalaksanaan Nonfarmakologis

terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk

menurukan tekanan darah yaitu :

a. Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass

Index (BMI). BMI dapat diketahui dengan membagi berat

badan anda dengan tinggi badan anda yang telah

dikuadratkan dalam satuan meter (Radmarssy, 2007)

b. Kurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan

cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari

(kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam / hari) (Kaplan,

2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam

sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari.

Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari,


dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan

tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007).

c. Batasi konsumsi alcohol

Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi

alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan

dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat

mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih

besar dari pada mereka yang tidak minum minuman

alcohol.

d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500

mg)/ hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur

dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan

lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat

menurukan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah

natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan

setidaknya mengkonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali

dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium

yang cukup (Radmarssy, 2007).

e. Menghindari merokok

Merokok memang tidak berhubungan secara langsung

dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat

meningkatkan risiko komplikasi pada pasien hipertensi

seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari


mengkonsumsi tembakau (rokok) karena memperberat

hipertensi (Dalimartha, 2008). Nikotin dalam tembakau

membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan

pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut

jantung serta tekanan darah (Sheps, 2005).

f. Penurunan stress

Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang

menetapkan namun stress sering terjadi dapat menyebabkan

kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005).

Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi penderita hipertensi dan

memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga

atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf yang

akhirnya dapat menurunkan tekanan darah

(pfizerpeduli.com)

g. Terapi masase (pijat)

Menurut Dalimartha (2008) pada prinsipnya pijat

dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk

mempelancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan

hipertensi dan komplikasi dapat diminimalisir, ketika

semua jalur energy terbuka dan aliran energy tidak lagi

terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka

risiko hipertensi dapat ditekan.


2. Pengobatan Farmakologi

1. Diuretic (Hidroklorotiazid)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan

ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa

jantung menjadi lebih ringan.

2. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan

Reserpin) menghambat aktivitas saraf simpatis.

3. Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

a. Menurunkan daya pompa jantung

b. Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

c. Pada penderita diabetes mellitus: dapat menutupi gejala

hipoglikemia

4. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos pembuluh darah.

5. ACE inhibitor (Captopril)

Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

Dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak

dapat dikendalikan seperti jenis kelamin, umur, genetik, ras dan

faktor yang dapat dikendalikan seperti pola makan, kebiasaan olah

raga, tingkat pendidikan/ pengetahuan, kopi, alkohol dan stres.


Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara

bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata lain

satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya

hipertensi (Fitriayani & Wuni, 2020).

2. Kepatuhan

a. Pengertian

Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan

suatu aturan dan perilaku yang disarankan. Kepatuhan ini

dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance)

dimana pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara sungguh-

sungguh terhadap diet, dan penderita yang tidak patuh (non

compliance) dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan

diet terhadap hipertensi. Ketidakpatuhan diet pada penderita

hipertensi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

pemahaman tentang instruksi hal ini disebabkan karena

kesalapahaman yang terjadi pada lanjut usia penderita hipertensi.

Instruksi dokter untuk melakukan diet rendah garam ini

disalahartikan oleh lanjut usia penderita hipertensi dengan tidak

boleh menambahkan garam pada makanan (Susanti, 2019).

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut Notoatmodjo (2007) Ada dua faktor yang

mempengaruhi kepatuhan yaitu : Faktor internal dan Faktor

eksternal
a. Faktor Internal

1) Umur

Umur sebagai unsur biologis yang menunjukkan

tingkat kematangan organ – organ fisik manusia, terutama

pada organ – organ perseptual sehingga persepsi dapat

berlangsung. Umur akan mempengaruhi jiwa seseorang

yang menerima mengolah kembali pengertian – pengertian

atau tanggapan, sehingga dapat dilihat bahwa semakin

tinggi usia seseorang, maka proses pemikirannya lebih

matang, biasanya orang muda pemikirannya radikal

sedangkan orang dewasa lebih moderat.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin terbentuk dari dimensi biologis, hal

tersebut dapat digunakan untuk menggolongkan kedalam

dua kelompok bologis yaitu pria da wanita. Pada umumnya

dalam kepatuhan menjalankan diit wanita lebih patuh dari

pada pria, karena wanita lebih patuh dan peduli pada aturan

yang ada.

3) Kesehatan

Merupakan suatu kondisi dimana seseorang dalam

kondisi yang sehat atau tidak sakit baik bio- psiko.

Seseorang menginginkan dirinya dalam kondisi sehat

sehingga mereka mempunyai keinginan selalu patuh

terhadap anjuran yang ada dari pertugas Yan-Kes,


sedangkan orang sakit lebih menurut untuk menjalankan

anjuran.

4) Kepribadian

Kepribadian merupakan salah satu faktor dalam diri

manusia yang sangat menentukan tahap menerima atau

menolak rangsangan, pada proses presepsi berlangsung,

orang yang punya kepribadian yang baik akan lebih

bijaksana dalam pengambilan keputusan apa yang terbaik

untuk dirinya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah hak diluar individu yang

merupakan rangsang untuk menentukan sikap seseorang. Hal

ini dapat berlangsung seperti dengan memberi aturan – aturan

langsung atau tidak langsung. Faktor – faktor tersebut adalah

1) Pengalaman

Merupakan salah satu faktor dalam diri manusia yang

sangat menentukan dalam tahap penerimaaan rangsang.

Pada proses presepsi langsung orang yang punya

pengalaman akan selalu lebih pandai dalam menyikapi

sesuatu dari segala hal dari pada mereka yang sama sekali

tidak memiliki pengalaman.

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan semua obyek baik berupa

benda hidup atau tidak, merupakan kehidupan yang ada


disekitar kita dimana seseorang berada, dalam hal ini

lingkungan sangat berperan dalam kepatuhan klien

menjalankan diit, jika lingkungan mendukung penderita

hipertensi akan patuh terhadap diitnya. Jika lingkungan

tidak mendukung, klien tidak akan dapat menjalankan diit

yang seharusnya.

3) Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan prasarana, dalam hal

ini pelayanan kesehatan, jika fasilitas baik akan

mempengaruhi kesehatan, hal ini terbukti seseorang dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan secara baik akan

mempunyai taraf kesehatan yang lebih baik. Hal ini akan

membuat individu merasa bertanggung jawab terhadap

kesehatannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa faktor

eksternal yang mempengaruhi kepatuhan klien hipertensi

dalam menjalankan diit,meliputi : budaya, sarana

kesehatan, dukungan keluarga, serta ekonomi.

3. Diet Hipertensi

a. Pengertian

Diet berasal dari bahasa Yunani yang berarti cara hidup,

sedangkan pengertian diet menurut istilah yaitu pengaturan pola

makan baik itu menurut ukuran, porsi, dan kandungan gizi dalam

makanan seseorang yang melakukan diet akan mengatur pola

makan saat diet, porsi makan setiap hari, serta mengkonsumsi


makanan yang mengandung gizi seimbang yang dibutuhkan oleh

tubuh saat menjalankan program diet (Mario, 2006).

Diet adalah mengatur pola makanan, dengan menghindari

makanan-makanan tertentu serta menggantikannya dengan

makanan lain yang sesuai dengan standar gizi yang diperlukan oleh

tubuh. Tetapi pada intinya semua alasan yang mengharuskan untuk

berdiet adalah untuk menjaga kesehatan serta untuk

mempertahankannya agar tubuh senantiasa sehat dan bugar

(Meilinda, 2006).

Diet tidak secara langsung menyembuhkan penyakit, tetapi

dipakai untuk memperbaiki kelainan metabolism dan mencegah

atau paling tidak mengurangi gejala penyakit. Adanya gangguan

pertumbuhan yang dipengaruhi faktor genetic, hipoksia menahun,

kelainan hemodinamik, faktor metabolic serta kelainan lain yang

menyertai memerlukan masukan energy tambahan. Aktivitas

jantung dan pernafasan memerlukan pula kalori yang cukup

banyak (Hamzah, 2012).

b. Tujuan dan syarat diet hipertensi

Kementrian Kesehatan RI (2011) menjelaskan bahwa

tujuan diet hipertensi adalah membantu menurunkan tekanan darah

dan membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh

atau edema atau bengkak. Syarat diet hipertensi adalah sebagai

berikut :
1) Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang

2) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi

penderita.

3) Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit

dan obat yang diberikan.

c. Jenis – jenis diet

Menurut Sumarman (2010), macam-macam diet rendah garam

adalah sebagai berikut :

1) Diet rendah garam 1 (200-400 mg Na)

Dalam pemasakan tidak ditambah garam. Bahan makanan

tinggi natrium dihindarkan, makanan ini diberikan kepada

penderita hipertensi berat. Diet ini mengandung 2230 kalori,

750 gr protein, 53 gr lemak dan 265 gr karbohidrat.

2) Diet rendah garam 2 (600-800 mg Na)

Pemberian makan sehari sama dengan diet rendah garam 1.

Dalam pemasakan dibolehkan menggunakan ¼ sdt (1 gr),

bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini

diberikan kepada penderita hipertensi tidak terlalu berat.

3) Diet rendah garam 3 (1000-1200 mg Na)

Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam

1. Dalam pemasakan dibolehkan menggunakan ½ sdt (2 gr)

garam dapur. Makanan ini diberikan kepada penderita

hipertensin ringan.
d. Pengaturan makanan diet hipertensi

Kementrian Kesehatan RI (2011) menjelaskan bahwa pengaturan

makanan pada diet hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Bahan makanan dianjurkan

a.) Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati

dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak

mengandung serat.

b.) Makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan

garam natrium, vetsin, kaldu bubuk.

c.) Sumber protein hewani: penggunaan daging/ ayam/ ikan

paling banyak 100 gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1 butir/

hari.

d.) Susu segar 200 ml/ hari

2) Bahan makanan yang dibatasi

a) Pemakaian garam dapur

b) Penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium

seperti soda kue.

3) Bahan makanan yang dihindari :

a) Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing

b) Makanan yang diolah menggunakan garam natrium seperti

crackers, pastries, krupuk, kripik, dan makanan kering yang

asin.

c) Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden, sosis, kornet,

sayuran dan buah-buahan dalam kaleng.


d) Makanan yang diawetkan: dendeng, abon, ikan asin, ikan

pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai

kacang, acar, manisan buah.

e) Mentega dan keju

f) Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat,

saus sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya.

g) Makanan yang mengandung alcohol misalnya: durian dan

tape.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi diet

Menurut Attic dan Brooks-Gum (1989, dalam Kurniasari,

2016) menjelaskan bahwa secara umum faktor-faktor yang

mempengaruhi diet adalah sebagai berikut :

1) Faktor internal yang meliputi : kematangan fisik dan usia, berat

badan, nilai kesehatan dan kepribadian.

2) Faktor eksternal yang meliputi : hubungan keluarga, nilai sosial

masyarakat terhadap daya tarik dan keterampilan tubuh dan

status sosial dan ekonomi keluarga.

4. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu ,

Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya

pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak
disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti

(Wahyuni & Susilowati, 2018a)

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip

oleh, salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Anggraeni &

Nasution, 2019)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

menurut Mubarak (2011) yaitu :

1. Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

tidak mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan

meliputi pembelajaran keahlian khusus dan juga sesuatu

yang dilihat, tetapi lebih mendalam yaitu pemberian

pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.


b) Minat

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat

merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk

menambah pengetahuan.

c) Intelegensi

Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah

pengetahuan intelegensi dimana seseorang dapat bertindak

secara tepat, cepat dan mudah dalam pengambilan

keputusan, seseorang mempunyai intelegensi yang rendah

akan bertindak laku lambat dalam mengambil keputusan.

2. Faktor Eksternal

a) Media Masa

Dengan majunya teknologi akan tersedia pula

bermacam-macam media massa yang dapat pula

mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

b) Pengalaman

Pengalaman dari diri sendiri maupun dari orang lain

yang meninggalkan kesan paling dalam, akan menambah

pengetahuan seseorang.

c) Sosial Budaya

Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang

mencakup pengetahuan, kepercayaan moral, hukum, adat

istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan


berevolusi dimuka bumi ini, sehingga hasil karya, karsa,

cipta dan masyarakat.

d) Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengetahuan

seseorang.

e) Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat

melalui metode penyuluhan dan pengetahuan bertambah

seseorang akan berubah perilakunya.

f) Informasi

Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif

baru bagi penambah pengetahuan. Pemberian informasi

adalah untuk menggugah kesadaran penderita hipertensi

terhadap motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.

c. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmodjo, 2010 tingkat pengetahuan dibagi

menjadi 6 yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain antara lain

Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

4. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang benar. Dengan kata lain sintesis itu

suatu komponen untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,


dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau

obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak-anak

yang cukup gizi dan yang gizi buruk.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo, 2010 terdapat 2 cara memperoleh

pengetahuan yaitu :

1. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah .

a) Cara Coba Salah (Trial and Eror)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah yang pernah

digunakan manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah

melalui cara coba-coba atau dengan kata lain yang lebih

dikenal “trial and eror”. Cara ini telah dipakai orang

sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena

tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.


c) Cara Kekuasaan atau Otorhas

Dalam kehidupan manusia sehari-sehari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan

tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya

diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi

berikutnya.

d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila

dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk

memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula

menggunakan atau merujuk cara tersebut.

e) Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran.

f) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini

harus diterima oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut

rasional atau tidak. Sebab kebenaran oleh para Nabi adalah


sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

penyelidikan manusia.

g) Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara

cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa

melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang

diperoleh melalui intuitif sukar dipercayai karena

kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional

dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang

hanya berdasarkan suara hati atau bisikan hati saja.

h) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia, cara berpikir manusia pun berkembang. Dari sini

manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam

memperoleh kebenaran, pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melakukan induksi

maupun deduksi.

i) Induksi

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa

induksi adalah proses penarikannya kesimpulan yang

dimulai dari pertanyaan-pertanyaan khusus kepertanyaan

yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi


pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-

pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-

pertanyaan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu

cara yang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupakan

suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk

dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Didalam

proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang

dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku

juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada

setiap yang termasuk dalam kelas itu.

e. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian (research methodology).

f. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi

Penderita Hipertensi dengan Pengetahuan yang baik akan

mempengaruhi kemampuan penderita Hipertensi untuk melakukan

kepatuhan diet secara optimal. Pengetahuan terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu.

Sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi,


pengetahuan akan mencapai hasil yang optimal jika semakin tinggi

pengetahuan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan dalam

melaksanakan pola makan sebaliknya semakin rendah pengetahuan

maka semakin rendah juga tingkat kepatuhan dalam pola makan

hipertensi. Hasil penelitian lain menemukan ada hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan diet yang menderita hipertensi

(Darmarani et al., 2020).

g. Pengukuran Pengetahuan

Skala pengukuran menggunakan skala Guttman, skala

pengukuran dengan tipe ini akan di dapatkan jawaban yang tegass,

diantaranya “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif” dan lain-

lain. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan

yang ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk

pilihan ganda juga dapat dibuat dalam bentuk check list. Jawaban

setuju di beri skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Hasil jawaban

responden dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah tertinggi

lalu dikaitkan

100% (Suyanto, 2011).

f
Rumus : P= X 100%
N

Keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah skor maksimal


Menurut Nursalam 2011 pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala ordinal, yaitu :

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : < 56%

5. Motivasi

a. Pengertian

Motivasi merupakan suatu dorongan kehendak yang

menyebabkan seseorang akan melakukan suatu perbuatan untuk

mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang

berarti “dorongan” atau rangsangan atau “daya penggerak” yang

ada dalam diri seseorang. Oleh karena itu, motivasi paling kuat ada

dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap

mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh tehadap faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

penyakitnya (Hanum et al., 2019).

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga

penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan

sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang

bermanfaat. Motivasi yang kuat yang berasal dari diri penderita

hipertensi untuk sembuh akan memberikan keuntungan. Proses

untuk menjaga tekanan darah pasien hipertensi tidak hanya dengan

perawatan non farmakologi seperti olahraga, namun diet hipertensi

juga harus dilaksanakan (Sari & Utami, 2017).


b. Pembagian motivasi

Motivasi dilihat dari faktor pencetusnya dapat terbagi dua yaitu :

1) Motivasi Internal

Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri

seseorang akan menimbulkan motivasi internal. Kekuatan ini

akan mempengaruhi pikiran, yang selanjutnya akan

mengarahkan perilaku orang tersebut. Motivasi Internal

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

1) Motivasi Fisiologi merupakan motivasi alamiah (biologis),

seperti lapar, haus dan seks.

2) Motivasi Psikologis dikelompokkan dalam tiga kategori

dasar, yaitu :

a) Motivasi kasih sayang (afferetional motivation) yaitu

motivasi untuk menciptakan dan memelihara

kehangatan, keharmonisan, dan kepuasan batiniah

(emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.

b) Motivasi mempertahankan diri (ego-defensive

motivation) yaitu motivasi untuk melindungi

kepribadian, menghindari untuk tidak ditertawakan dan

kehilangan muka, mempertahankan prestise dan

mendapatkan kebanggaan diri.

c) Motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation).

Yaitu motivasi untuk mengembangkan kepribadian,

berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapatkan


pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan

penguasannya terhadap orang lain, memuaskan diri

dengan penguasannya terhadap orang lain, memuaskan

diri dengan penguasannya terhadap orang lain.

Motivasi Internal merupakan motivasi yang timbul dari

dalam diri seseorang sehingga mempengaruhi pikiran

dan perilaku untuk mencapai tujuan (Supardi&Anwar,

2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi internal yaitu:

a) Kebutuhan (need)

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena

adanya faktor-faktor kebutuhan baik biologis maupun

psikologis, misalnya motivasi penderita untuk membawa

dirinya ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darah

pada penderita hipertensi.

b) Harapan (Expectancy)

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan

adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri

seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan

menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan,

misalnya penderita hipertensi membawa dirinya ke

puskesmas untuk mengontrol dengan harapan agar

penderita tumbuh dengan sehat dan tidak mudah tertular

oleh penyakit-penyakit infeksi.


c) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan

pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh, misalnya

penderita hipertensi membawa dirinya ke puskesmas tanpa

adanya pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya

minat ingin bertemu dengan teman-teman maupun ingin

bertemu dengan tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat).

2) Motivasi eksternal

Motivasi Eksternal merupakan motivasi yang timbul

dari luar diri seseorang. Motivasi Eksternal positif seperti

kenaikkan gaji, pemberian penghargaan sedangkan motivasi

eksternal yang negatif dengan hukuman. Hal ini memberikan

dampak yang baik bagi karyawan bila dilaksanakan secara adil

dan benar, seperti adanya pilih kasih, tebang pilih terhadap

karyawan yang melanggar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi eksternal yaitu:

a. Dorongan

Penderita hipertensi membawa dirinya ke puskesmas

bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari

keluarga seperti suami, istri, orang tua, teman. Dukungan

dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan

motivasi penderita hipertensi untuk memberikan sesuatu

yang terbaik bagi dirinya. Dorongan positif yang diperoleh

penderita hipertensi, akan menimbulkan kebiasaan yang


baik pula, karena dalam setiap bulannya kegiatan

puskesmas dilaksanakan penderita hipertensi akan dengan

senang hati.

b. Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal.

Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat

termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga,

lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam

memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya.

Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan

menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi.

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu

imbalan sehingga orang tersebut ingin melakukan sesuatu.

Imbalan yang positif ini akan semakin memotivasi

penderita hipertensi untuk datang ke puskesmas dengan

harapan bahwa dirinya akan menjadi lebih sehat.

c. Teori Proses Motivasi

Teori proses motivasi terfokus pada bagaimana cara

mengontrol atau mempengaruhi perilaku seseorang. Empat teori

proses motivasi adalah teori penguatan (reforcement), teori harapan

(expectancy), teori ekuitas (equity) teori penetapan tujuan (good

setting) (Swamsburg, C.R, 2000).

a. Teori Penguatan (Reinforcement)

Seorang manajer dalam organisasi tidak perlu


memikirkan peristiwa-peristiwa internal dalam yang bersifat

kognitif, sebab faktor-faktor penguatan yang mengendalikan

perilaku para bawahan. Faktor penguatan adalah setiap

tindakan yang dilakukan dan mendapat respon yang baik,

memperbesar kemungkinan bahwa tindakan itu akan diulang.

Secara sederhana dikatakan bahwa teori ini terdapat pandangan

yang mengatakan bahwa jika tindakan seorang manager oleh

bawahan dipandang mendorong perilaku positif, bawahan yang

bersangkutan akan cenderung mengulangi tindakan serupa,

misalnya seorang pesawat yang mendapat pujian karena

melakukan tindakan yang baik akan cenderung mengulangi

tindakan tersebut.

b. Teori teori Harapan (Expectancy)

Penghargaan adalah tingkat penampilan tertentu yang

diwujudkan melalui usaha tertentu. Individu akan memilih

alternatif usaha yang memungkinkan hasil yang paling baik.

Kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu

tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut

akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan daya tarik dari hasil

bagi orang yang bersangkutan.

c. Teori Eksklusif (Equity)

Keadilan adalah usaha atau kontribusi yang diberikan

dihargai sama dengan penghargaan pada orang lain dapatkan.

Konstribusi tersebut meliputi kemampuan, pendidikan,


pengalaman, dan usaha. Sedangkan penghargaan adalah gaji,

penghargaan, fasilitas. Perlakuan yang adil tidak akan merubah

perilaku, tetapi perlakuan yang tidak adil akan merubah

perilaku.

d. Teori Penetapan Tujuan (Good Setting)

Teori ini berdasarkan pada tujuan sebagai penentu

perilaku. Semakin spesifik tujuan, semakin baik hasil yang

ditimbulkan. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan

motivasi-motivasi yang semakin besar. Semakin dipahami

tujuan kepatuhan diet hipertensi yang akan dicapai oleh para

pelaksana, semakin tinggi pula motivasinya untuk mencapai

tujuan tersebut. Semakin besar partisipasi seseorang dalam

menentukan tujuan semakin besar pula motivasinya untuk

meraih keberhasilan dan prestasi kerja yang setinggi mungkin.

d. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan

atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan

mencapai tujuan. Setiap tindakan memotivasi seseorang

mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas tujuan yang

diharapkan atau akan tercapai, maka semakin jelas pula bagaimana

tindakan memotivasi itu dilakukan.


e. Unsur – Unsur Motivasi

Motivasi mengandung tiga komponen pokok didalamnya,

yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku

manusia.

a) Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu,

memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif,

dan kecenderungan mendapatkan kesenangan.

b) Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku.

Dengan demikian seseorang menyediakan suatu orientasi

tujuan. Tingkah laku seorang individu diarahkan terhadap

sesuatu.

c) Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan

sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah

dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

f. Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu (Notoadmodjo, 2007) :

a.) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

b.) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan


yang sudah direncanakan sebelumnya.

c.) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah

ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri

yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian.

g. Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Diet Hipertensi

Penderita hipertensi dengan motivasi yang baik akan

memperoleh kemampuan penderita hipertensi untuk melakukan

kepatuhan diet secara optimal. Motivasi sangat berpengaruh

terhadap kepatuhan seseorang dalam melakukan pola makan.

Tingginya motivasi seseorang menunjukan tingginya kebutuhan

maupun dorongan responden untuk mencapai sebuah tujuan. Hasil

penelitian terdapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara

motivasi diri terhadap kepatuhan melaksanakan diet pada penderita

hipertensi (Sari & Utami, 2017).


Stadium hipertensi:
1. Pre Hipertensi
2. Hipertensi ringan
B. KERANGKA TEORI 3. Hipertensi sedang
4. Hipertensi berat Faktor- faktor yang mempengaruhi
Faktor – faktor yang mempengaruhi hipertensi :
kepatuhan : a. Faktor yang dapat
 Faktor Internal : usia, jenis dikendalikan :
kelamin, kesehatan, kepribadian HIPERTENSI
1. pola makan
 Faktor Eksternal : pengalaman, 2. kebiasaan olah raga
lingkungan, fasilitas kesehatan. 3. stres
4. kopi
Faktor-faktor risiko hipertensi
5. alcohol
seperti stress, kegemukan, terlalu 6. tingkat pendidikan/
banyak makan garam, kurang pengetahuan
gerak badan dan penyumbatan
pembuluh darah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Pengetahuan :

1. Faktor Internal : pendidikan, minat,


intelegensi
2. Faktor Eksternal :
a. Media massa
b. Pengalaman
Teori Proses Motivasi : c. Sosial budaya
d. Lingkungan
a. Teori penguatan e. Penyuluhan
b. Teori harapan f. Informasi : untuk menggugah
c. Teori eksklusif
kesadaran penderita hipertensi
d. Teori penetapan tujuan
terhadap motivasi yang berpengaruhi
terhadap pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Afniwati. (2019). Hubungan Antara Pola Makan Dan Kebiasaan Berolahraga


Dengan Tingkat Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Kutalimbaru 2019.
Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1689–1699.
Anggraeni, N., & Nasution, Johani Dewita. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Lansia Dengan Riwayat Hipertensi Dalam Pengendalian Tekanan
Darah Pada Lansia Di Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun
2019. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1689–1699.
Anisa, M. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan. 6(1), 56–65.
Asrina, N. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi
Pada Lansia Hipertensi Di Puskesmas Lawe Dua Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Ners Nurul Hasanah, 8(2), 1–7.
Darmarani, A., Darwis, H., & Mato, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Kecamatan Mamasa. 15, 366–370.
Fatmawati, B. R., & Suprayitna, M. (2021). Self Efficacy Dan Perilaku Sehat
Dalam Modifikasi Gaya Hidup Penderita Hipertensi. 11(1), 1–7.
Fitriayani, Y., & Wuni, C. (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Esensial Di Desa Kemingking Dalam Kabupaten Muaro Jambi
Factors That Are Related To The Prevention Of Dermatitical Iritan Contacts
In Motor Wash Workers. Journal Of Healthcare Technology And Medicine,
6(1), 449–458.
Hanum, S., Puetri, N. R., Pengetahuan, H. A., Dukungan, D. A. N., Dengan, K.,
Minum, K., Pada, O., Di, H., Peukan, P., Kabupaten, B., & Besar, A. (2019).
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH
BESAR. 10(1), 30–35.
Hendrawati. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi
Wilayah Kerja PKM Pembangunan Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten
Garut Tahun 2017. Kesehatan Bakti Tunas Husada, 18(1), 105–112.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors Of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
Nurcahyanti, D. (2020). DENGAN KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI
PESERTA JKN-KIS DALAM MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN
PENYAKIT KRONIS ( PROLANIS ) DI PUSKESMAS MUARA TEWEH
TAHUN 2020.
Rahman, I. A. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA
HIPERTENSI DENGAN PERILAKU MENJALANI DIET HIPERTENSI
Irpan Ali Rahman Stikes Muhammadiyah Ciamis.
Risnawati, R. (2020). Hubungan Pola Makan, Tingkat Stres Dan Perilaku
Olahraga Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2020. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, 1(1), 1–10.
Sari, D., & Utami, G. T. (2017). HUBUNGAN MOTIVASI DIRI TERHADAP
KEPATUHAN MELAKSANAKAN DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI
Delima Sari 1 , Safri 2 , Gamya Tri Utami 3. 580–588.
Siswanto, Y., Widyawati, S. A., Wijaya, A. A., & Dewi, B. (2020). Hipertensi
Pada Remaja Di Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(186), 11–17.
Susanti. (2019). Kepatuhan Diet Dengan Kejadian Komplikasi Pada Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya. Adi Husada Nursing
Journal, 5(1), 30–36.
Triwibowo, H. (2016). HUBUNGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI
DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POLI
PENYAKIT DALAM RSUD Prof . Dr . SOEKANDAR MOJOKERTO * Heri
Triwibowo , ** Heni Frilasari , *** Indah Rachma Dewi Akper Bina Sehat
PPNI Mojokerto.
Wahyuni, W., & Susilowati, T. (2018a). Hubungan Pengetahuan, Pola Makan
Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Hipertensi Di Kalurahan Sambung
Macan Sragen. Gaster | Jurnal Ilmu Kesehatan, 16(1), 73.
Https://Doi.Org/10.30787/Gaster.V16i1.243
Wahyuni, W., & Susilowati, T. (2018b). HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA
MAKAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
DI KALURAHAN SAMBUNG MACAN SRAGEN. Gaster | Jurnal Ilmu
Kesehatan. Https://Doi.Org/10.30787/Gaster.V16i1.243
Lestari. (2019). HUBUNGAN POLA MAKAN FAST FOOD DENGAN TINGKAT
HIPERTENSI PADA USIA PRODUKTIF DI LINGKUNGAN KERJA
RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP TAHUN 2019.
KURNIAWATI, S. A. (2017). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pola
Makan Lansia Yang Menderita Hipertensi.
Afniwati. (2019). Hubungan Antara Pola Makan Dan Kebiasaan Berolahraga
Dengan Tingkat Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Kutalimbaru 2019.
Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1689–1699.
Anggraeni, N., & Nasution, Johani Dewita. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Lansia Dengan Riwayat Hipertensi Dalam Pengendalian Tekanan
Darah Pada Lansia Di Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun
2019. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1689–1699.
Anisa, M. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan. 6(1), 56–65.
Asrina, N. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi
Pada Lansia Hipertensi Di Puskesmas Lawe Dua Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Ners Nurul Hasanah, 8(2), 1–7.
Darmarani, A., Darwis, H., & Mato, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Kecamatan Mamasa. 15, 366–370.
Fatmawati, B. R., & Suprayitna, M. (2021). Self Efficacy Dan Perilaku Sehat
Dalam Modifikasi Gaya Hidup Penderita Hipertensi. 11(1), 1–7.
Fitriayani, Y., & Wuni, C. (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Esensial Di Desa Kemingking Dalam Kabupaten Muaro Jambi
Factors That Are Related To The Prevention Of Dermatitical Iritan Contacts
In Motor Wash Workers. Journal Of Healthcare Technology And Medicine,
6(1), 449–458.
Hanum, S., Puetri, N. R., Pengetahuan, H. A., Dukungan, D. A. N., Dengan, K.,
Minum, K., Pada, O., Di, H., Peukan, P., Kabupaten, B., & Besar, A. (2019).
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH
BESAR. 10(1), 30–35.
Hendrawati. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi
Wilayah Kerja PKM Pembangunan Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten
Garut Tahun 2017. Kesehatan Bakti Tunas Husada, 18(1), 105–112.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors Of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
Nurcahyanti, D. (2020). DENGAN KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI
PESERTA JKN-KIS DALAM MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN
PENYAKIT KRONIS ( PROLANIS ) DI PUSKESMAS MUARA TEWEH
TAHUN 2020.
Rahman, I. A. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA
HIPERTENSI DENGAN PERILAKU MENJALANI DIET HIPERTENSI
Irpan Ali Rahman Stikes Muhammadiyah Ciamis.
Risnawati, R. (2020). Hubungan Pola Makan, Tingkat Stres Dan Perilaku
Olahraga Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2020. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, 1(1), 1–10.
Sari, D., & Utami, G. T. (2017). HUBUNGAN MOTIVASI DIRI TERHADAP
KEPATUHAN MELAKSANAKAN DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI
Delima Sari 1 , Safri 2 , Gamya Tri Utami 3. 580–588.
Siswanto, Y., Widyawati, S. A., Wijaya, A. A., & Dewi, B. (2020). Hipertensi
Pada Remaja Di Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(186), 11–17.
Susanti. (2019). Kepatuhan Diet Dengan Kejadian Komplikasi Pada Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya. Adi Husada Nursing
Journal, 5(1), 30–36.
Triwibowo, H. (2016). HUBUNGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI
DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POLI
PENYAKIT DALAM RSUD Prof . Dr . SOEKANDAR MOJOKERTO * Heri
Triwibowo , ** Heni Frilasari , *** Indah Rachma Dewi Akper Bina Sehat
PPNI Mojokerto.
Wahyuni, W., & Susilowati, T. (2018a). Hubungan Pengetahuan, Pola Makan
Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Hipertensi Di Kalurahan Sambung
Macan Sragen. Gaster | Jurnal Ilmu Kesehatan, 16(1), 73.
Https://Doi.Org/10.30787/Gaster.V16i1.243
Wahyuni, W., & Susilowati, T. (2018b). HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA
MAKAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
DI KALURAHAN SAMBUNG MACAN SRAGEN. Gaster | Jurnal Ilmu
Kesehatan. Https://Doi.Org/10.30787/Gaster.V16i1.243
NUGRAHA, B. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Dengan
Kepatuhan Dalam Menjalankan Diit Hipertensi (Di Ruang Irna 6 Rsud Dr.
Sayidiman Magetan ). Journal Of Chemical Information And Modeling,
53(9), 1–87.

Hamzah, D. (2012). Gambaran Penatalaksanaan Diet Jantung dan Status Gizi


Pasien Penderita Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Bandung. Medan Tahun 2012,, diakses dari :
<http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33410>.
Mario, R. (2016). Diet dalam Ilmu Gizi, <http://gizidietetik.com/diet-dalam-ilmu-
gizi>.
Meilinda, P. (2006). Rahasia Menjaga Agar Tubuh Tetap Bugar. Surabaya: Visi
Tujuh.
RI, K. K. (2011). Diet Hipertensi. Jakarta : Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi
Klinik.
Suddarth, B. &. (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC.
Sumarman. (2010). Penderita Hipertensi Primer : Pengetahuan Tentang Diet
Rendah Garam, Kepatuhan dan Kendalanya (Studi di Klinik As Sakinah
Tamansari Tegalsari Banyuwangi), , diakses dari :
<https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/14688/Mjk1NDY=/Penderita
-hipertensi-primer-pengetahuan-tentang-diet-rendah-garam-kepatuhan-
dan-kendalanya-abstrak.pdf>.

Anda mungkin juga menyukai