Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP KELUARGA

a. Definisi keluarga

 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling tergantung.(Depkes

RI, 1988).

 Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan

tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta

mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.(Friedman,

1998).

b. Tipe/bentuk keluarga

Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:

1. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anak.

2. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak

saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,

bibi, dsb.

3. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

5. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

6. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

c. Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang

berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng

terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi

rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan

anggota masyarakat.

2. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga,

pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota

kelompok social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai

pencari nafkah tambahan bagi keluarga.

3. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

d. Fungsi keluarga

Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu

keluarga dan masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
1) Fungsi Afektif

Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan

keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan

kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga

mempertahankan hubungan yang baik.

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. Proses sosialisasi  dimulai sejak lahir. Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku

melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan

yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota

keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga untuk melaksanakan

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga untuk

mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan,

memberikan perawatan, memelihara lingkungan dan menggunakan

fasilitas kesehatan.

B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga

yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan di

antara keluarga dari waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam

beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus

dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui denagn sukses.

Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari tahapan

yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan

perkembangannya.

Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:

 Tahap 1

Keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui

perkawinan.

- Tugas perkembangan:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.

2) Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.

3) Membina keluarga berencana.

Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan,

kehamilan yangkurang direncanakan.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
 Tahap 2 

Keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama lahir

sampai berusia 30 bulan.

- Tugas perkembangan:

1) Perubahan peran menjadi orang tua.

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.

Masalah kesehatan: Pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,

pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini,

imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain

 Tahap 3

 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5 tahun

sampai dengan 5 tahun.

- Tugas perkembangan:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak

yang lain juga harus dipenuhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar

keluarga.

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

Masalah kesehatan:

1. Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.

2. Masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian.

3. Persaingan antara kakak adik.

4. Pengasuhan anak.

 Tahap 4

Keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6

tahun samapi 13 tahun.

- Tugas perkembangan:

1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan

lingkungan.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.

4) Meningkatkan komunikasi terbuka.

 Tahap 5 

Keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun

sampai 19-20 tahun.

- Tugas perkembangan:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung

jawab, meningkatkan otonominya.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
2) Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang

tua.

4) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang

keluarga.

5) Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan

penyakit jantung.

 Tahap 6

keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan

rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau

banyaknya anak belum menikah dan tinggal dalam rumah:

- Tugas perkembangan:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa

tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Masalah kesehatan:

1. Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua  tidak lancar.

2. Transisi peran suami istri.

3. Memberi perawatan.
Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan
V
4. Kondisi kesehatan kronis

5. Masalah menopause

6. Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.

 Tahap 7

Keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan

meninggal.

- Tugas perkembangan:

1) Mempertahankan kesehatan.

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak-anak.

3) Meningkatkan keakraban pasangan.

Masalah kesehatan:

1. Promosi kesehatan.

2. Masalah hubungan dengan perkawinan.

3. Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain.

4. Masalah hubungan dengan perawatan.

 Tahap 8 

dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pensiun sampai

dengan dua-duanya meninggal.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
C. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

a. Definisi

Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan

yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

sarana(Salviction G. Bailon dan Araciles Maglaya), 1978).

b. Keluarga sebagai Unit Pelayanan

Beberapa hal berikut ini adalah alasan mengapa harus menjadi fokus

sentral dari perawatan:

Dalam sebuah unit keluarga disfungsi apa saja akan mempengaruhi satu

atau lebih anggota keluarga.

1. Ada hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan

anggotanya.

2. Melalui perawatan kesehatan keluarga akan meningkat derajat

kesehatan secara menyeluruh.

3. Upaya menemukan kasus dalam keluarga dan faktor resiko pada

anggota keluarga yang lain.

4. Pemahaman terhadap individu dan fungsinya dipandang dalam

konteks keluarga mereka.

5. Keluarga merupakan sistem pendukung vital bagi individu.

c. Peran Perawat

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
 Pendidik

Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar

keluarga dapat melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga

secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.

 Koordinator

Koordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau

terapi dari berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan

pengulangan.

 Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,

klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan

perawatan langsung.

 Pengawas Kesehatan

Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk

mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.

 Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi

masalah kesehatan.

 Kolaborasi

Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau

anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang

optimal.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
 Fasilitator

Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi

kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.

 Modifikasi Lingkungan

Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah

maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang

sehat.

D. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara

sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan keluarga,

merencanakan asuhan keperawatan, melakukan intervensi keperawatan sesuai

dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi asuhan yang telah

diberikan terhadap keluarga.

a. Tahap-tahap dalam proses keperawatan:

 Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat

untuk mengukur keadaan klien atau keluarga dengan memakai norma-

norma kesehatan maupun sosial yang merupakan sistem terintegrasi

dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.

 Diagnosa Keperawatan

Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga ditetapkan

berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
masalah kesehatan keluarga serta mempertimbangkan kemampuan

dalam mengatasi masalah kesehatannya.

 Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana asuhan yang telah

disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan adalah sumber daya (keuangan), tingkat pendidikan

keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga

serta sarana yang dimiliki keluarga.

 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari

penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu tujuan

tidak realistis, tindakan keperawatan yang tidak tepat dan faktor yang

tidak dapat diatasi.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. DEFINISI

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam

waktu yang lama).Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh

tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah

dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu

lama).Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan

darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai

keadaan darah tinggi.        

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka

yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka

yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi

(diastolik).Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai

"normal".Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan

sistolik dan diastolik.Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah

140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka

beberapa minggu.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
1. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2

yaitu:

a. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum

dapat diketahui.Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai

penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres

psikologis, danhereditas (keturunan).Kurang lebih 90% penderita

hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong

hipertensi sekunder.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan

kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari

penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan

dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi

esensial.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan

darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
 Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia

lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,

sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada

setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat

kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam

tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka

tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak

dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan.Pada 70-80%

kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam

keluarga.Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua,

maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak

dijumpai pada penderita kembarmonozigot (satu telur), apabila salah

satunya menderita Hipertensi.Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik

mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas,

stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam.

Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi

esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui

aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat

kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat

kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan

darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,

dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini

belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih

tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan

dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal

di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari

populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan

yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari.Walaupun belum

dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi

penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

2. Manifestasi Klinis Hipertensi

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara

lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara

tiba-tiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat

ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada

selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta

kelumpuhan.

3. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

 Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

 Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan

hipertensi).

 Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

 Kalsium serum :peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan

hipertensi.

 Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiofaskuler)

 Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasikonstriksi dan hipertensi.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
 Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

 Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan atau adanya diabetes.

 VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan

adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat

digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang

timbul.

 Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko

terjadinya hipertensi.

 Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar

renin dapat juga meningkat.

 IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

 Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;

deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

 CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

 EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4. Penatalaksanaan

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1). Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan

BB dapat menurunkantekanan darah dibarengi dengan penurunan

aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

2). Aktivitas

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan

disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan

seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang

b. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.

b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

d) Tidak menimbulakn intoleransi.

e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

f) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan

hipertensi seperti golongan diuretik, golongan betabloker, golongan

antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitens

5. Komplikasi

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain

mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai

kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istrahat.

Tanda :

1. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot

menurun.

2. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.

3. Letargi / disorientasi, koma.

b. Sirkulasi

Tanda :

1. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada

ekstremitas dan tachicardia.

2. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun /

tidak ada.

3. Disritmia, krekel : DVJ

c. Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk,

lifargi, stuport/koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan

pada otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru,

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma),

aktifitas kejang.

d. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis

dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.

e. Keamanan

Gejala :

1. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.

2. Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia / paralysis

otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun

dengan cukup tajam).

3. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi

oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).

4. Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).

f. Pemeriksaan Diagnostik

Gejala :

a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.

b. Aseton plasma : positif secara menyolok.

c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.

d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m

osm/l.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
2. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan proses penyakit

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

proses penyakit

3. Rentannya koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan

berperilaku sehat

4. Ketidakmampuan dalam pemeliharaan rumah berhubungan dengan

ketidakmampuan mengambil keputusan

5. Kurang pengetahuan keluarga tentang nutrisi Hipertensi

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang nutrisi Hipertensi.

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang

dipengaruhi oleh banyak faktor risiko.

Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer

(essensial) dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan

presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase

10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak

diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami

gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar,

yaitu terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi sangat

diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

B. Saran

Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi

hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu,

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai

dengan kebutuhan dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC

Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

Pasien.Jakarta : EGC

Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan


V
Desvika Dewi, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu Angkatan
V

Anda mungkin juga menyukai