Anda di halaman 1dari 10

Nama : Evita Fitriyani

NIM : 19311514

Kelas : PO/E

Pengaruh Emosi, Stress dan Sikap Seorang Individu

Terhadap Perilakunya

A. Memahami Emosi dan Suasana Hati


Menurut definisi, emosi merupakan reaksi terbuka yang mengungkapkan perasaan
seseorang tentang suatu peristiwa. Misalnya, seseorang merasa sedih ketika rekan
kerja terbaiknya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.
1. Sifat Emosi
a. Emosi selalu memiliki objek
Objek yang dimaksud disini adalah sesuatu atau seseorang yang memicu
emosi. Misalnya, seseorang marah ketika dituduh atasannya melakukan hal
yang tidak benar di perusahaan.
b. Penyebaran emosi menular
Pemicu utama emosi pada orang adalah emosi orang lain yang sedang
berinteraksi dengan kita. Hal ini dijelaskan dengan menggunakan istilah
penularan emosi, yang didefinisikan sebagai kecenderungan untuk meniru
ekspresi emosional orang lain, menyatu dengan mereka secara emosional.
c. Ekspresi emosi adalah universal
Orang-orang di seluruh dunia umumnya menggambarkan emosi tertentu
dengan menggunakan ekspresi wajah yang sama.
d. Budaya menentukan bagaimana dan kapan orang mengungkapkan emosi
Meskipun orang-orang di seluruh dunia pada umumnya mengekspresikan
emosi mereka dengan cara yang sama, standar informal mengatur sejauh mana
mereka dapat diterima untuk melakukannya. Harapan ini dikenal sebagai
aturan tampilan.
2. Jenis Emosi
a. Emosi sadar diri versus emosi sosial
 Emosi sadar diri merupakan perasaan yang berasal dari dalam, seperti
malu, bersalah, malu, dan bangga.
 Emosi sosial merupakan perasaan orang berdasarkan informasi di luar
dirinya, seperti kasihan, iri, cemburu, dan cemoohan.
b. Pengaruh model sirkumpleks
Teori perilaku emosional yang didasarkan pada sejauh mana emosi itu
menyenangkan atau tidak menyenangkan dan sejauh mana emosi itu membuat
seseorang merasa diaktifkan (yaitu, merasa waspada dan terlibat).
3. Sifat Dasar Suasana Hati (mood)
Susana Hati atau mood merupakan perasaan tidak fokus dan relatif ringan
yang ada sebagai latar belakang pengalaman seseorang sehari-hari. Contohnya,
seseorang mungkin mengatakan sedang dalam suasana hati yang baik atau suasana
hati yang buruk, tetapi ini tidak sefokus mengatakan bahwa orang tersebut sedang
mengalami emosi tertentu, seperti kemarahan atau kesedihan.
B. Peran Emosi dan Mood dalam Organisasi
1. Apakah Orang yang Lebih Bahagia Lebih Sukses dalam Pekerjaan Mereka?
Penelitian menunjukkan terdapat dua bentuk utama yakni:
a. Kinerja pekerjaan
Dalam hal ini, suatu organisasi yang dihuni oleh individu yang bahagia
cenderung lebih menguntungkan daripada yang terdiri dari orang yang kurang
bahagia. Hal ini dikarenakan orang yang bahagia cenderung melakukan
pekerjaan lebih baik.
b. Pendapatan
Penelitian telah menemukan kasus ini di negara-negara di seluruh dunia.
Misalnya, korelasi tinggi antara kebahagiaan dan pendapatan ditemukan
diantara orang-orang di Jerman dan Rusia. Namun, karena hubungan tersebut
adalah korelasional, tidak jelas apakah orang menghasilkan lebih banyak uang
karena mereka bahagia atau orang menjadi bahagia karena mereka
menghasilkan lebih banyak uang
2. Mengapa Pekerja yang Lebih Bahagia Lebih Sukses?
a. Kualitas keputusan
Penelitian telah menemukan bahwa orang yang menunjukkan efektivitas
positif yang tinggi melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam membuat
keputusan daripada mereka yang menunjukkan efektivitas negatif yang tinggi.
Penelitian telah menemukan bahwa orang yang menunjukkan efektivitas
positif yang tinggi melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam membuat
keputusan daripada mereka yang menunjukkan efektivitas negatif yang tinggi.
b. Evaluasi
Suasana hati juga bias pada cara kita mengevaluasi orang dan benda.
Misalnya, orang melaporkan kepuasan yang lebih besar dengan pekerjaan
mereka saat mereka dalam suasana hati yang baik daripada saat mereka berada
dalam suasana hati yang buruk.
c. Memori: akurasi penerbitan jangka pendek
Suasana hati terkait dengan memori dengan cara yang menarik. Secara khusus,
orang yang berada dalam suasana hati negatif memiliki ingatan jangka pendek
yang lebih baik (yaitu, kapasitas untuk mengingat informasi yang ditemukan
baru-baru ini) daripada mereka yang memiliki suasana hati yang positif.
Dalam hal ini terdapat dua proses pemikiran yakni:
 Pemrosesan akomodatif (pemrosesan bottom-up)
Cara memproses informasi di mana orang-orang mengamati dengan
cermat apa yang terjadi di sekitar mereka sehingga mereka dapat
menanggapi situasi dengan tepat.
 Pemrosesan asimilatif (pemrosesan top-down)
Cara memproses informasi di mana orang mengandalkan pengetahuan
yang sudah mereka miliki alih-alih mengambil informasi baru.
d. Memori: apa yang kami ingat?
Penting untuk diperhatikan bahwa suasana hati mempengaruhi sifat dari apa
yang diingat. Secara khusus, telah ditetapkan bahwa berada dalam suasana hati
yang positif membantu orang mengingat hal-hal positif, sedangkan berada
dalam suasana hati yang negatif membantu orang mengingat hal-hal negatif.
Ide ini dikenal sebagai kesesuaian suasana hati.
e. Kerjasama
Suasana hati sangat memengaruhi sejauh mana orang membantu satu sama
lain, bekerja sama satu sama lain, dan menahan diri untuk tidak berperilaku
agresif. Orang yang sedang dalam suasana hati yang baik cenderung bekerja
secara hati-hati dengan orang lain untuk menyelesaikan konflik bersama
mereka, sedangkan orang yang sedang dalam suasana hati yang buruk
cenderung membuat konflik tersebut terus berlanjut. Ini adalah alasan lain
mengapa suasana hati yang baik meningkatkan kinerja pekerjaan.
3. Teori Peristiwa Afektif
Teori yang mengidentifikasi berbagai faktor yang menyebabkan reaksi
emosional orang saat bekerja dan bagaimana reaksi ini memengaruhi individu
tersebut. AET menyadari bahwa emosi orang ditentukan sebagian oleh berbagai
fitur lingkungan kerja. Dalam hal ini, terdapat konsep kerja emosional yang
mengacu pada sejauh mana orang harus bekerja keras untuk menampilkan apa
yang mereka yakini sebagai emosi yang sesuai dalam pekerjaan mereka. Berbagai
fitur lingkungan kerja cenderung mengarah pada terjadinya peristiwa tertentu.
 Daily hassles yaitu peristiwa yang tidak menyenangkan atau tidak
diinginkan yang membuat suasana hati orang menjadi buruk. Misalnya,
harus berurusan dengan atasan atau rekan kerja yang sulit.
 Daily uplifts yaitu peristiwa menyenangkan atau diinginkan yang
membuat orang dalam suasana hati yang baik. Misalnya, menikmati
perasaan pengakuan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Reaksi afektif ini memiliki dua efek penting diantaranya mereka
mempromosikan kinerja tingkat tinggi dan AET juga mencatat bahwa reaksi
afektif bertanggung jawab atas prestasi kerja dan kepuasan kerja orang-orang
sejauh mana mereka memiliki sikap positif terhadap pekerjaan mereka.
C. Mengelola Emosi dalam Organisasi
1. Disonansi Emosional
Disonansi emosional merupakan inkonsistensi antara emosi yang kita rasakan dan
emosi yang kita ekspresikan. Ketika disonansi emosional terjadi, orang sering kali
harus berusaha keras untuk memastikan bahwa mereka menunjukkan emosi yang
sesuai. Dalam hal ini, terdapat dua jenis emosi yakni:
 Felt emotions
Emosi yang sebenarnya dirasakan orang (yang mungkin berbeda dari
emosi yang ditampilkan).
 Displayed emotions
Emosi yang ditunjukkan orang kepada orang lain, yang mungkin sejalan
atau tidak dengan emosi yang mereka rasakan.
2. Mengontrol Kemarahan (Sebelum Itu Mengontrol Anda)
Marah merupakan keadaan gairah emosional yang meningkat (misalnya denyut
jantung meningkat, pernapasan cepat, wajah memerah, telapak tangan berkeringat,
dll.) yang dipicu oleh interpretasi kognitif dari situasi. Dalam hal ini, kemarahan
dapat menjadi suatu hal yang berbahaya ketika kemarahan meledak diluar kendali.
Oleh karena itu, perlu adanya anger management yaitu upaya sistematis untuk
mengurangi perasaan marah emosional orang dan gairah fisiologis yang
ditimbulkannya.
D. Sifat Dasar Stres
Stress merupakan pola reaksi emosional dan fisiologis yang terjadi sebagai respon
terhadap tuntutan dari dalam maupun luar organisasi.
1. Stresor dalam Organisasi
Stresor merupakan tuntutan apa pun, baik fisik maupun psikologis, yang dihadapi
selama hidup. Berikut terdapat beberapa kategori stresor, diantaranya:
a. Stresor akut
Stresor yang membawa beberapa bentuk perubahan mendadak yang
mengancam seseorang baik secara fisik maupun psikologis, membutuhkan
orang untuk melakukan penyesuaian yang tidak diinginkan.
b. Stresor episodik
Akibat mengalami beberapa penyebab stres akut dalam waktu singkat.
c. Stresor kronis
Jenis stresor yang paling ekstrim, sifatnya konstan dan tak henti-hentinya, dan
memiliki efek jangka panjang pada tubuh, pikiran, dan jiwa.
2. Proses Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif merupakan penilaian tentang stres suatu situasi berdasarkan
sejauh mana seseorang memandang stresor sebagai ancaman dan mampu
mengatasi tuntutannya. Dalam beberapa kesempatan, orang menilai kondisi secara
langsung dimana hal ini sering disebut flight response yakni pelarian cepat
otomatis dari situasi berbahaya.
Apakah suatu peristiwa lingkungan merupakan pemicu stres atau tidak
bergantung pada bagaimana peristiwa itu dipersepsikan. Apa yang mungkin
menjadi pemicu stres bagi seseorang dalam keadaan tertentu mungkin tidak terjadi
di lain waktu atau bahkan bagi orang lain dalam kondisi yang sama.
3. Respons Tubuh terhadap Stresor
Ketika seseorang menghadapi stresor, tubuh (khususnya, sistem saraf simpatis
dan sistem endokrin) dimobilisasi untuk bertindak, seperti melalui peningkatan
detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Sejauh orang menilai berbagai
situasi sebagai pemicu stres, mereka cenderung mengalami reaksi stres. Seringkali
hal ini dapat memiliki efek perilaku, psikologis atau medis yang merusak. Reaksi
tersebut disebut strain yakni penyimpangan dari keadaan normal fungsi manusia
akibat kontak yang terlalu lama dengan peristiwa yang menimbulkan stres. Secara
alami, beberapa orang cenderung tidak terpengaruh oleh strain dimana mereka
mengalami resiliency yakni sejauh mana seseorang dapat "bangkit kembali" dari
situasi yang berpotensi menimbulkan stres tanpa disakiti olehnya.
Kadang-kadang orang merasa lelah karena stres yang kronis. Orang-orang
seperti itu sering digambarkan menderita burnout yakni sindrom kelelahan
emosional, fisik, dan mental ditambah dengan perasaan rendah diri atau
kemandirian rendah, akibat paparan stres yang intens dalam waktu lama, dan
reaksi tegang yang mengikutinya.
E. Penyebab Utama Stres di Tempat Kerja
Banyak faktor berbeda yang berperan dalam memunculkan stres di tempat kerja
diantaranya:
1. Tuntutan Kerja
Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa karakteristik pekerjaan
menentukan tingkat stres yang mereka hasilkan. Misalnya sebagai berikut:
 membuat keputusan
 terus memantau perangkat atau bahan
 berulang kali bertukar informasi dengan orang lain
 bekerja dalam kondisi fisik yang tidak menyenangkan
 melakukan tugas-tugas tidak terstruktur daripada terstruktur
Semakin besar suatu pekerjaan memiliki karakteristik ini, semakin tinggi tingkat
stres yang dihasilkan pekerjaan di antara individu yang memilikinya.
2. Konflik Antara Pekerjaan dan Non-kerja
Dalam hal ini sering muncul adanya role conflict yakni ketidaksesuaian antara
berbagai macam kewajiban yang dihadapi orang. Sifat stres dari konflik ini, peran
terutama terlihat dalam satu kelompok yang anggotanya sering diharapkan untuk
dengan cepat beralih antara tuntutan pekerjaan dan keluarga atau yang biasa
disebut role juggling.
3. Pelecehan Seksual: Masalah yang Merebak di Tempat Kerja
Pelecehan seksual merupakan kontak atau komunikasi yang tidak diinginkan yang
bersifat seksual, biasanya terhadap wanita. Efek stres dari pelecehan seksual
berasal dari penghinaan langsung terhadap martabat pribadi korban dan campur
tangan pelaku pelecehan terhadap kapasitas karyawan tersebut untuk melakukan
pekerjaan. Adanya pelecehan seksual juga telah menyebabkan proses turnover,
namun juga menyebabkan beberapa orang mengalami banyak gejala penyakit
yang parah, termasuk berbagai bentuk penyakit fisik.
4. Ambiguitas Peran: Stres karena Ketidakpastian
Ambiguitas peran terjadi ketika orang tidak yakin tentang beberapa aspek
pekerjaan mereka (misalnya, ruang lingkup tanggung jawab mereka, apa yang
diharapkan dari mereka, bagaimana membagi waktu mereka dalam berbagai
tugas).
5. Overload dan Underload
 Overload hanya sebagian dari gambaran total tentang stres. Meskipun
diminta untuk melakukan terlalu banyak bisa membuat stres, begitu juga
diminta untuk melakukan terlalu sedikit.
 Underload menyebabkan kebosanan dan monoton. Karena reaksi-reaksi ini
sangat tidak menyenangkan, kekurangan beban juga bisa membuat stres.
6. Tanggung Jawab untuk Orang Lain: Beban yang Berat
Secara umum, individu yang bertanggung jawab atas orang lain mengalami
tingkat stres yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki tanggung
jawab tersebut. Orang-orang seperti itu lebih mungkin melaporkan perasaan
tegang dan cemas dan lebih cenderung menunjukkan gejala stres yang nyata,
seperti maag atau hipertensi, daripada rekan mereka yang berada dalam posisi
non-pengawasan.
7. Kurangnya Dukungan Sosial: Biaya Isolasi
Dukungan sosial yakni persahabatan dan dukungan dari orang lain, yang
membantu meminimalkan reaksi terhadap stres. Dukungan sosial dapat datang
dari berbagai sumber. Salah satunya adalah norma budaya, institusi sosial dan
teman atau anggota keluarga sendiri. Beberapa hal berikut dapat membantu dalam
mengatasi stres:
 Meningkatkan harga diri dimana orang lain dapat membantu membuat kita
merasa lebih baik tentang diri kita sendiri.
 Berbagi informasi dimana berbicara dengan orang lain dapat membantu
kita mempelajari cara mengatasi masalah dan memberi kita perspektif baru
tentang berbagai hal.
 Memberikan pengalihan dimana menghabiskan waktu bersama orang lain
bisa menjadi pengalihan ramah dari pemicu stres hidup.
 Memberikan sumber daya yang dibutuhkan yakni waktu yang dihabiskan
dengan orang lain dapat menyebabkan mereka menawarkan bantuan
dengan memberikan uang, nasihat, atau cara lain yang diperlukan untuk
mengurangi stres.
F. Efek Merugikan dari Stres Organisasi
1. Menurunkan Performa Tugas — Tapi Hanya Terkadang
Sebagian besar, semakin besar stres yang dihadapi orang-orang di tempat kerja,
semakin berdampak buruk pada kinerja pekerjaan mereka. Namun, hubungan
yang merugikan antara stres dan prestasi kerja tidak selalu terjadi. Hal ini
dikarenakan:
 Pertama, karena beberapa orang ahli dalam tugas yang dilakukan, mereka
sangat yakin dengan apa yang mereka lakukan.
 Kedua, beberapa orang pada dasarnya adalah pencari sensasi tinggi dan
berkembang pesat dalam mengatasi stres.
2. Desk Rage
Desk rage merupakan tindakan menyerang orang lain sebagai tanggapan atas stres
di tempat kerja. Misalnya, para pekerja kantoran diketahui berperilaku kasar
terhadap orang lain ketika merasa stres akibat jam kerja yang panjang dan kondisi
kerja yang sulit.
3. Stres dan Kesehatan: The Silent Killer
Beberapa ahli memperkirakan bahwa stres berperan dalam 50 hingga 70 persen
dari semua bentuk penyakit fisik. Bahkan pandangan yang paling sepintas
mengungkapkan bahwa efek stres yang berhubungan dengan kesehatan tidak
hanya tersebar luas tetapi juga sangat serius.
G. Mengurangi Stres: Apa yang Bisa Dilakukan?
1. Program Bantuan Karyawan dan Program Manajemen Stres
Program bantuan karyawan (EAP) yakni paket yang ditawarkan oleh pemberi
kerja yang memberikan bantuan kepada karyawannya untuk berbagai masalah
pribadi (misalnya, penyalahgunaan zat, perencanaan karier, masalah keuangan dan
hukum). Terkadang, program semacam itu disponsori oleh serikat pekerja yang
dalam hal ini disebut program bantuan anggota (MAP). Minat dalam menawarkan
cara sistematis untuk mempromosikan kesejahteraan karyawan telah tumbuh
begitu besar sehingga banyak perusahaan saat ini mencari bantuan dari organisasi
khusus yang dapat mereka kontrak untuk menawarkan program bantuan bagi
karyawan mereka.
Pendekatan sistematis lain untuk mengatasi masalah stres datang dalam bentuk
program manajemen stres yakni upaya sistematis untuk melatih karyawan dalam
berbagai teknik yang dapat mereka gunakan agar tidak terlalu terpengaruh oleh
stres.
2. Program Kesehatan
Program di seluruh perusahaan di mana karyawan menerima pelatihan tentang
hal-hal yang dapat mereka lakukan untuk mempromosikan gaya hidup sehat.
Program kesehatan dengan basis yang sangat luas biasanya terdiri dari lokakarya
di mana karyawan dapat mempelajari banyak hal untuk mengurangi stres dan
menjaga kesehatan mereka. Latihan, nutrisi, dan konseling manajemen berat
badan adalah beberapa bidang yang paling populer dicakup.
Adanya program kesehatan membantu tidak hanya dengan mengurangi biaya
asuransi, tetapi juga dengan mengurangi ketidakhadiran karena sakit. Dalam hal
ini terdapat praktik presenteeism yakni praktik muncul untuk bekerja tetapi terlalu
sakit untuk dapat bekerja secara efektif. Mengingat bahwa stres adalah salah satu
penyebab utama penyakit, maka mengurangi stres dapat membantu
meminimalkan masalah presenteeism.
3. Mengelola Stres Anda Sendiri
a. Mengelola waktu secara bijak
Manajemen waktu yakni praktik mengambil kendali atas cara kita
menghabiskan waktu, adalah keterampilan yang berharga untuk mengurangi
tekanan waktu, yang merupakan penyebab stres yang tersebar luas.
b. Makan makanan sehat dan bugar secara fisik
Pengurangan asupan garam dan lemak jenuh, serta peningkatan konsumsi
buah-buahan dan sayuran yang kaya serat dan vitamin, adalah langkah-
langkah yang dapat sangat meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengatasi
efek fisiologis stres. Olahraga teratur juga membantu, orang yang rutin
berolahraga memperoleh banyak manfaat yang berkaitan erat dengan
ketahanan dari efek buruk stres.
c. Relax dan meditasi
Meditasi yakni proses belajar menjernihkan pikiran dari pikiran luar, sering
kali dengan mengulangi satu suku kata secara perlahan dan berirama (dikenal
sebagai mantra).
d. Tidur malam dengan baik
Kita semua membutuhkan waktu tidur tertentu agar tubuh kita mengisi ulang
dan berfungsi secara efektif. Rata-rata delapan jam per hari, meskipun
beberapa membutuhkan lebih banyak dan yang lain dapat berfungsi dengan
baik dengan lebih sedikit.
e. Menghindari bicara sendiri yang tidak tepat
Adanya pikiran-pikiran terkait diri sendiri dapat menambah tingkat stres
pribadi, karena individu-individu membuat pikiran mereka kacau atau
menghancurkan ketakutan karena tidak berhasil, sempurna, atau dicintai.
f. Mengambil waktu
Hal ini mengacu pada penundaan singkat dalam aktivitas yang dirancang
untuk mengurangi ketegangan yang memuncak.

Anda mungkin juga menyukai