Menurut definisi, emosi merupakan reaksi terbuka yang mengungkapkan perasaan seseorang tentang suatu peristiwa. Misalnya, seseorang merasa sedih ketika rekan kerja terbaiknya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. 1. Sifat Emosi a. Emosi selalu memiliki objek Objek yang dimaksud disini adalah sesuatu atau seseorang yang memicu emosi. Misalnya, seseorang marah ketika dituduh atasannya melakukan hal yang tidak benar di perusahaan. b. Penyebaran emosi menular Pemicu utama emosi pada orang adalah emosi orang lain yang sedang berinteraksi dengan kita. Hal ini dijelaskan dengan menggunakan istilah penularan emosi, yang didefinisikan sebagai kecenderungan untuk meniru ekspresi emosional orang lain, menyatu dengan mereka secara emosional. c. Ekspresi emosi adalah universal Orang-orang di seluruh dunia umumnya menggambarkan emosi tertentu dengan menggunakan ekspresi wajah yang sama. d. Budaya menentukan bagaimana dan kapan orang mengungkapkan emosi Meskipun orang-orang di seluruh dunia pada umumnya mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sama, standar informal mengatur sejauh mana mereka dapat diterima untuk melakukannya. Harapan ini dikenal sebagai aturan tampilan. 2. Jenis Emosi a. Emosi sadar diri versus emosi sosial Emosi sadar diri merupakan perasaan yang berasal dari dalam, seperti malu, bersalah, malu, dan bangga. Emosi sosial merupakan perasaan orang berdasarkan informasi di luar dirinya, seperti kasihan, iri, cemburu, dan cemoohan. b. Pengaruh model sirkumpleks Teori perilaku emosional yang didasarkan pada sejauh mana emosi itu menyenangkan atau tidak menyenangkan dan sejauh mana emosi itu membuat seseorang merasa diaktifkan (yaitu, merasa waspada dan terlibat). 3. Sifat Dasar Suasana Hati (mood) Susana Hati atau mood merupakan perasaan tidak fokus dan relatif ringan yang ada sebagai latar belakang pengalaman seseorang sehari-hari. Contohnya, seseorang mungkin mengatakan sedang dalam suasana hati yang baik atau suasana hati yang buruk, tetapi ini tidak sefokus mengatakan bahwa orang tersebut sedang mengalami emosi tertentu, seperti kemarahan atau kesedihan. B. Peran Emosi dan Mood dalam Organisasi 1. Apakah Orang yang Lebih Bahagia Lebih Sukses dalam Pekerjaan Mereka? Penelitian menunjukkan terdapat dua bentuk utama yakni: a. Kinerja pekerjaan Dalam hal ini, suatu organisasi yang dihuni oleh individu yang bahagia cenderung lebih menguntungkan daripada yang terdiri dari orang yang kurang bahagia. Hal ini dikarenakan orang yang bahagia cenderung melakukan pekerjaan lebih baik. b. Pendapatan Penelitian telah menemukan kasus ini di negara-negara di seluruh dunia. Misalnya, korelasi tinggi antara kebahagiaan dan pendapatan ditemukan diantara orang-orang di Jerman dan Rusia. Namun, karena hubungan tersebut adalah korelasional, tidak jelas apakah orang menghasilkan lebih banyak uang karena mereka bahagia atau orang menjadi bahagia karena mereka menghasilkan lebih banyak uang 2. Mengapa Pekerja yang Lebih Bahagia Lebih Sukses? a. Kualitas keputusan Penelitian telah menemukan bahwa orang yang menunjukkan efektivitas positif yang tinggi melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam membuat keputusan daripada mereka yang menunjukkan efektivitas negatif yang tinggi. Penelitian telah menemukan bahwa orang yang menunjukkan efektivitas positif yang tinggi melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam membuat keputusan daripada mereka yang menunjukkan efektivitas negatif yang tinggi. b. Evaluasi Suasana hati juga bias pada cara kita mengevaluasi orang dan benda. Misalnya, orang melaporkan kepuasan yang lebih besar dengan pekerjaan mereka saat mereka dalam suasana hati yang baik daripada saat mereka berada dalam suasana hati yang buruk. c. Memori: akurasi penerbitan jangka pendek Suasana hati terkait dengan memori dengan cara yang menarik. Secara khusus, orang yang berada dalam suasana hati negatif memiliki ingatan jangka pendek yang lebih baik (yaitu, kapasitas untuk mengingat informasi yang ditemukan baru-baru ini) daripada mereka yang memiliki suasana hati yang positif. Dalam hal ini terdapat dua proses pemikiran yakni: Pemrosesan akomodatif (pemrosesan bottom-up) Cara memproses informasi di mana orang-orang mengamati dengan cermat apa yang terjadi di sekitar mereka sehingga mereka dapat menanggapi situasi dengan tepat. Pemrosesan asimilatif (pemrosesan top-down) Cara memproses informasi di mana orang mengandalkan pengetahuan yang sudah mereka miliki alih-alih mengambil informasi baru. d. Memori: apa yang kami ingat? Penting untuk diperhatikan bahwa suasana hati mempengaruhi sifat dari apa yang diingat. Secara khusus, telah ditetapkan bahwa berada dalam suasana hati yang positif membantu orang mengingat hal-hal positif, sedangkan berada dalam suasana hati yang negatif membantu orang mengingat hal-hal negatif. Ide ini dikenal sebagai kesesuaian suasana hati. e. Kerjasama Suasana hati sangat memengaruhi sejauh mana orang membantu satu sama lain, bekerja sama satu sama lain, dan menahan diri untuk tidak berperilaku agresif. Orang yang sedang dalam suasana hati yang baik cenderung bekerja secara hati-hati dengan orang lain untuk menyelesaikan konflik bersama mereka, sedangkan orang yang sedang dalam suasana hati yang buruk cenderung membuat konflik tersebut terus berlanjut. Ini adalah alasan lain mengapa suasana hati yang baik meningkatkan kinerja pekerjaan. 3. Teori Peristiwa Afektif Teori yang mengidentifikasi berbagai faktor yang menyebabkan reaksi emosional orang saat bekerja dan bagaimana reaksi ini memengaruhi individu tersebut. AET menyadari bahwa emosi orang ditentukan sebagian oleh berbagai fitur lingkungan kerja. Dalam hal ini, terdapat konsep kerja emosional yang mengacu pada sejauh mana orang harus bekerja keras untuk menampilkan apa yang mereka yakini sebagai emosi yang sesuai dalam pekerjaan mereka. Berbagai fitur lingkungan kerja cenderung mengarah pada terjadinya peristiwa tertentu. Daily hassles yaitu peristiwa yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan yang membuat suasana hati orang menjadi buruk. Misalnya, harus berurusan dengan atasan atau rekan kerja yang sulit. Daily uplifts yaitu peristiwa menyenangkan atau diinginkan yang membuat orang dalam suasana hati yang baik. Misalnya, menikmati perasaan pengakuan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan. Reaksi afektif ini memiliki dua efek penting diantaranya mereka mempromosikan kinerja tingkat tinggi dan AET juga mencatat bahwa reaksi afektif bertanggung jawab atas prestasi kerja dan kepuasan kerja orang-orang sejauh mana mereka memiliki sikap positif terhadap pekerjaan mereka. C. Mengelola Emosi dalam Organisasi 1. Disonansi Emosional Disonansi emosional merupakan inkonsistensi antara emosi yang kita rasakan dan emosi yang kita ekspresikan. Ketika disonansi emosional terjadi, orang sering kali harus berusaha keras untuk memastikan bahwa mereka menunjukkan emosi yang sesuai. Dalam hal ini, terdapat dua jenis emosi yakni: Felt emotions Emosi yang sebenarnya dirasakan orang (yang mungkin berbeda dari emosi yang ditampilkan). Displayed emotions Emosi yang ditunjukkan orang kepada orang lain, yang mungkin sejalan atau tidak dengan emosi yang mereka rasakan. 2. Mengontrol Kemarahan (Sebelum Itu Mengontrol Anda) Marah merupakan keadaan gairah emosional yang meningkat (misalnya denyut jantung meningkat, pernapasan cepat, wajah memerah, telapak tangan berkeringat, dll.) yang dipicu oleh interpretasi kognitif dari situasi. Dalam hal ini, kemarahan dapat menjadi suatu hal yang berbahaya ketika kemarahan meledak diluar kendali. Oleh karena itu, perlu adanya anger management yaitu upaya sistematis untuk mengurangi perasaan marah emosional orang dan gairah fisiologis yang ditimbulkannya. D. Sifat Dasar Stres Stress merupakan pola reaksi emosional dan fisiologis yang terjadi sebagai respon terhadap tuntutan dari dalam maupun luar organisasi. 1. Stresor dalam Organisasi Stresor merupakan tuntutan apa pun, baik fisik maupun psikologis, yang dihadapi selama hidup. Berikut terdapat beberapa kategori stresor, diantaranya: a. Stresor akut Stresor yang membawa beberapa bentuk perubahan mendadak yang mengancam seseorang baik secara fisik maupun psikologis, membutuhkan orang untuk melakukan penyesuaian yang tidak diinginkan. b. Stresor episodik Akibat mengalami beberapa penyebab stres akut dalam waktu singkat. c. Stresor kronis Jenis stresor yang paling ekstrim, sifatnya konstan dan tak henti-hentinya, dan memiliki efek jangka panjang pada tubuh, pikiran, dan jiwa. 2. Proses Penilaian Kognitif Penilaian kognitif merupakan penilaian tentang stres suatu situasi berdasarkan sejauh mana seseorang memandang stresor sebagai ancaman dan mampu mengatasi tuntutannya. Dalam beberapa kesempatan, orang menilai kondisi secara langsung dimana hal ini sering disebut flight response yakni pelarian cepat otomatis dari situasi berbahaya. Apakah suatu peristiwa lingkungan merupakan pemicu stres atau tidak bergantung pada bagaimana peristiwa itu dipersepsikan. Apa yang mungkin menjadi pemicu stres bagi seseorang dalam keadaan tertentu mungkin tidak terjadi di lain waktu atau bahkan bagi orang lain dalam kondisi yang sama. 3. Respons Tubuh terhadap Stresor Ketika seseorang menghadapi stresor, tubuh (khususnya, sistem saraf simpatis dan sistem endokrin) dimobilisasi untuk bertindak, seperti melalui peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Sejauh orang menilai berbagai situasi sebagai pemicu stres, mereka cenderung mengalami reaksi stres. Seringkali hal ini dapat memiliki efek perilaku, psikologis atau medis yang merusak. Reaksi tersebut disebut strain yakni penyimpangan dari keadaan normal fungsi manusia akibat kontak yang terlalu lama dengan peristiwa yang menimbulkan stres. Secara alami, beberapa orang cenderung tidak terpengaruh oleh strain dimana mereka mengalami resiliency yakni sejauh mana seseorang dapat "bangkit kembali" dari situasi yang berpotensi menimbulkan stres tanpa disakiti olehnya. Kadang-kadang orang merasa lelah karena stres yang kronis. Orang-orang seperti itu sering digambarkan menderita burnout yakni sindrom kelelahan emosional, fisik, dan mental ditambah dengan perasaan rendah diri atau kemandirian rendah, akibat paparan stres yang intens dalam waktu lama, dan reaksi tegang yang mengikutinya. E. Penyebab Utama Stres di Tempat Kerja Banyak faktor berbeda yang berperan dalam memunculkan stres di tempat kerja diantaranya: 1. Tuntutan Kerja Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa karakteristik pekerjaan menentukan tingkat stres yang mereka hasilkan. Misalnya sebagai berikut: membuat keputusan terus memantau perangkat atau bahan berulang kali bertukar informasi dengan orang lain bekerja dalam kondisi fisik yang tidak menyenangkan melakukan tugas-tugas tidak terstruktur daripada terstruktur Semakin besar suatu pekerjaan memiliki karakteristik ini, semakin tinggi tingkat stres yang dihasilkan pekerjaan di antara individu yang memilikinya. 2. Konflik Antara Pekerjaan dan Non-kerja Dalam hal ini sering muncul adanya role conflict yakni ketidaksesuaian antara berbagai macam kewajiban yang dihadapi orang. Sifat stres dari konflik ini, peran terutama terlihat dalam satu kelompok yang anggotanya sering diharapkan untuk dengan cepat beralih antara tuntutan pekerjaan dan keluarga atau yang biasa disebut role juggling. 3. Pelecehan Seksual: Masalah yang Merebak di Tempat Kerja Pelecehan seksual merupakan kontak atau komunikasi yang tidak diinginkan yang bersifat seksual, biasanya terhadap wanita. Efek stres dari pelecehan seksual berasal dari penghinaan langsung terhadap martabat pribadi korban dan campur tangan pelaku pelecehan terhadap kapasitas karyawan tersebut untuk melakukan pekerjaan. Adanya pelecehan seksual juga telah menyebabkan proses turnover, namun juga menyebabkan beberapa orang mengalami banyak gejala penyakit yang parah, termasuk berbagai bentuk penyakit fisik. 4. Ambiguitas Peran: Stres karena Ketidakpastian Ambiguitas peran terjadi ketika orang tidak yakin tentang beberapa aspek pekerjaan mereka (misalnya, ruang lingkup tanggung jawab mereka, apa yang diharapkan dari mereka, bagaimana membagi waktu mereka dalam berbagai tugas). 5. Overload dan Underload Overload hanya sebagian dari gambaran total tentang stres. Meskipun diminta untuk melakukan terlalu banyak bisa membuat stres, begitu juga diminta untuk melakukan terlalu sedikit. Underload menyebabkan kebosanan dan monoton. Karena reaksi-reaksi ini sangat tidak menyenangkan, kekurangan beban juga bisa membuat stres. 6. Tanggung Jawab untuk Orang Lain: Beban yang Berat Secara umum, individu yang bertanggung jawab atas orang lain mengalami tingkat stres yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki tanggung jawab tersebut. Orang-orang seperti itu lebih mungkin melaporkan perasaan tegang dan cemas dan lebih cenderung menunjukkan gejala stres yang nyata, seperti maag atau hipertensi, daripada rekan mereka yang berada dalam posisi non-pengawasan. 7. Kurangnya Dukungan Sosial: Biaya Isolasi Dukungan sosial yakni persahabatan dan dukungan dari orang lain, yang membantu meminimalkan reaksi terhadap stres. Dukungan sosial dapat datang dari berbagai sumber. Salah satunya adalah norma budaya, institusi sosial dan teman atau anggota keluarga sendiri. Beberapa hal berikut dapat membantu dalam mengatasi stres: Meningkatkan harga diri dimana orang lain dapat membantu membuat kita merasa lebih baik tentang diri kita sendiri. Berbagi informasi dimana berbicara dengan orang lain dapat membantu kita mempelajari cara mengatasi masalah dan memberi kita perspektif baru tentang berbagai hal. Memberikan pengalihan dimana menghabiskan waktu bersama orang lain bisa menjadi pengalihan ramah dari pemicu stres hidup. Memberikan sumber daya yang dibutuhkan yakni waktu yang dihabiskan dengan orang lain dapat menyebabkan mereka menawarkan bantuan dengan memberikan uang, nasihat, atau cara lain yang diperlukan untuk mengurangi stres. F. Efek Merugikan dari Stres Organisasi 1. Menurunkan Performa Tugas — Tapi Hanya Terkadang Sebagian besar, semakin besar stres yang dihadapi orang-orang di tempat kerja, semakin berdampak buruk pada kinerja pekerjaan mereka. Namun, hubungan yang merugikan antara stres dan prestasi kerja tidak selalu terjadi. Hal ini dikarenakan: Pertama, karena beberapa orang ahli dalam tugas yang dilakukan, mereka sangat yakin dengan apa yang mereka lakukan. Kedua, beberapa orang pada dasarnya adalah pencari sensasi tinggi dan berkembang pesat dalam mengatasi stres. 2. Desk Rage Desk rage merupakan tindakan menyerang orang lain sebagai tanggapan atas stres di tempat kerja. Misalnya, para pekerja kantoran diketahui berperilaku kasar terhadap orang lain ketika merasa stres akibat jam kerja yang panjang dan kondisi kerja yang sulit. 3. Stres dan Kesehatan: The Silent Killer Beberapa ahli memperkirakan bahwa stres berperan dalam 50 hingga 70 persen dari semua bentuk penyakit fisik. Bahkan pandangan yang paling sepintas mengungkapkan bahwa efek stres yang berhubungan dengan kesehatan tidak hanya tersebar luas tetapi juga sangat serius. G. Mengurangi Stres: Apa yang Bisa Dilakukan? 1. Program Bantuan Karyawan dan Program Manajemen Stres Program bantuan karyawan (EAP) yakni paket yang ditawarkan oleh pemberi kerja yang memberikan bantuan kepada karyawannya untuk berbagai masalah pribadi (misalnya, penyalahgunaan zat, perencanaan karier, masalah keuangan dan hukum). Terkadang, program semacam itu disponsori oleh serikat pekerja yang dalam hal ini disebut program bantuan anggota (MAP). Minat dalam menawarkan cara sistematis untuk mempromosikan kesejahteraan karyawan telah tumbuh begitu besar sehingga banyak perusahaan saat ini mencari bantuan dari organisasi khusus yang dapat mereka kontrak untuk menawarkan program bantuan bagi karyawan mereka. Pendekatan sistematis lain untuk mengatasi masalah stres datang dalam bentuk program manajemen stres yakni upaya sistematis untuk melatih karyawan dalam berbagai teknik yang dapat mereka gunakan agar tidak terlalu terpengaruh oleh stres. 2. Program Kesehatan Program di seluruh perusahaan di mana karyawan menerima pelatihan tentang hal-hal yang dapat mereka lakukan untuk mempromosikan gaya hidup sehat. Program kesehatan dengan basis yang sangat luas biasanya terdiri dari lokakarya di mana karyawan dapat mempelajari banyak hal untuk mengurangi stres dan menjaga kesehatan mereka. Latihan, nutrisi, dan konseling manajemen berat badan adalah beberapa bidang yang paling populer dicakup. Adanya program kesehatan membantu tidak hanya dengan mengurangi biaya asuransi, tetapi juga dengan mengurangi ketidakhadiran karena sakit. Dalam hal ini terdapat praktik presenteeism yakni praktik muncul untuk bekerja tetapi terlalu sakit untuk dapat bekerja secara efektif. Mengingat bahwa stres adalah salah satu penyebab utama penyakit, maka mengurangi stres dapat membantu meminimalkan masalah presenteeism. 3. Mengelola Stres Anda Sendiri a. Mengelola waktu secara bijak Manajemen waktu yakni praktik mengambil kendali atas cara kita menghabiskan waktu, adalah keterampilan yang berharga untuk mengurangi tekanan waktu, yang merupakan penyebab stres yang tersebar luas. b. Makan makanan sehat dan bugar secara fisik Pengurangan asupan garam dan lemak jenuh, serta peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran yang kaya serat dan vitamin, adalah langkah- langkah yang dapat sangat meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengatasi efek fisiologis stres. Olahraga teratur juga membantu, orang yang rutin berolahraga memperoleh banyak manfaat yang berkaitan erat dengan ketahanan dari efek buruk stres. c. Relax dan meditasi Meditasi yakni proses belajar menjernihkan pikiran dari pikiran luar, sering kali dengan mengulangi satu suku kata secara perlahan dan berirama (dikenal sebagai mantra). d. Tidur malam dengan baik Kita semua membutuhkan waktu tidur tertentu agar tubuh kita mengisi ulang dan berfungsi secara efektif. Rata-rata delapan jam per hari, meskipun beberapa membutuhkan lebih banyak dan yang lain dapat berfungsi dengan baik dengan lebih sedikit. e. Menghindari bicara sendiri yang tidak tepat Adanya pikiran-pikiran terkait diri sendiri dapat menambah tingkat stres pribadi, karena individu-individu membuat pikiran mereka kacau atau menghancurkan ketakutan karena tidak berhasil, sempurna, atau dicintai. f. Mengambil waktu Hal ini mengacu pada penundaan singkat dalam aktivitas yang dirancang untuk mengurangi ketegangan yang memuncak.