Anda di halaman 1dari 2

Nama: Rifka Hidayatullah

NIM: E1A019235

Kelas: C

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Harian 2 Mata Kuliah Hukum Jaminan

1. Asas schuld-haftung terdiri atas dua kata, schuld dalam arti yang sesungguhnya ialah berupa
hutang yang mana hutang tersebut merupakan suatu keharusan untuk melakukan prestasi,
terlepas dari adanya sanksi atau tidak. Sedangkan haftung lebih menekankan bahwa
kewajiban tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis. Secara singkatnya
asas schuld-haftung ini menyatakan bahwa debitur bertanggungjawab terhadap utang-
utangnya, Tanggungjawab itu berupa menyediakan seluruh harta kekayaannya sebagai
jaminan utang tersbut. Undang-undang mengikat seluruh kekayaan debitur sebagai jaminan
atas utang-utangnya kepada seorang kreditur. Asas ini berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata
yang mengatur bahwa “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”.

2. Asas paritas creditorium (asas persamaan kedudukan kreditur) merupakan asas yang
menyatakan bahwa pembayaran atau pelunasan utang kepada kreditur dilakukan secara
berimbang, tidak ada kreditur yang memeliki kedudukan lebih tinggi daripada kreditur lain.
Filosofi yang mendasari prinsip paritas creditorium adalah prinsip keadilan. Sebab, tidak adil
bila debitur memiliki harta benda sementara utang debitur terhadap kreditur-krediturnya
tidak terbayarkan. Dalam hal ini, menyatakan bahwa jika seorang debitur memiliki beberapa
kreditur, maka kedudukan para kreditur adalah sama, artinya tidak ada kreditur yang berhak
menuntut pelunasan utang terlebih dahulu (Pasal 1132 KUHPerdata). Tujuan dari asas ini
adalah jaminan bersama kepada kreditur.

3. Privilege merupakan jaminan khusus yang didasarkan pada undang-undang. Hak privilege atau
hak istimewa merupakan hak yang didahulukan. Mengenai istilah privilege, terdapat dalam
dalam Pasal 1134 KUHPerdata “Hak istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-
undang kepada seorang kreditur yang menyebabkan ia berkedudukan lebih tinggi daripada
yang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutang itu”. Dalam perihal ini, para pihak tidak
dapat memperjanjikan suatu privilege, artinya memperjanjikan bahwa tagihan yang timbul
dari perjanjian yang mereka tutup mengandung privilege; semua privilege adanya ditentukan
secara limitatif oleh undang-undang dan bahkan orang tidak diperkenankan untuk
memperluasnya dengan jalan penafsiran terhadap perikatan-perikatan (tagihan-tagihan),
yang tidak secara tegas di dalam undang-undang, dinyatakan sebagai hak tagihan yang
diistimewakan.

4. Menurut pasal 1138 KUHPerdata, ada dua macam privilege, yaitu:

a) Privilege khusus (Pasal 1139 KUHPerdata)


Merupakan utang-piutang yang didahulukan terhadap kebendaan tertentu saja dari
milik debitur, dalam Pasal 1139 KUHPerdata, privilage khusus terdiri atas:
 Biaya lelang/eksekusi.
 Uang sewa benda tidak bergerak, misalnya uang sewa rumah; biaya-biaya
perbaikan yang menjadi kewajiban penyewa serta segala apa yang mengenai
kewajiban memenuhi perjanjian sewa-menyewa
 Harga pembelian benda tidak bergerak.
 Biaya penyelamatan suatu barang gadai.
 Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang yang masih harus
dibayar kepada seorang tukang.
 Biaya penginapan.
 Upah pengangkutan.
 Upah tukang batu, kayu, bangunan tidak bergerak.
 Penggantian dan pembayaran yang harus diganti oleh pejabat negara yang
melakukan pelanggaran dan kejahatan.

b) Privilege umum (Pasal 1149 KUHPerdata)


Merupakan utang-piutang yang didahulukan terhadap semua kebendaan bergerak
atau tidak bergerak pada umumnya. dalam Pasal 1149 KUHPerdata, privilage umum
terdiri atas:
 Biaya lelang dan penyelesaian warisan.
 Biaya penguburan.
 Biaya perawatan dan pengobatan.
 Upah para buruh.
 Piutang karena penyerahan bahan makanan.
 Piutang para pengusaha sekolah/asrama.
 Piutang anak yang belum dewasa dan pengurusan wali.
 Piutang orang yang terampu dan pengurusan pengampu.

Kedua macam piutang yang diistimewakan ini, mana yang lebih didahulukan dalam
pelunasannya ditetapkan dalam ketentuan Pasal 1138 KUHPerdata yang menyatakan, bahwa
“Hak-hak istimewa ada yang mengenai benda-benda tertentu dan ada yang mengenai seluruh
benda, baik bergerak maupun tidak bergerak, yang pertama didahulukan daripada yang
tersebut berakhir”. Jadi, privilege khusus lebih unggul daripada privilege umum, artinya
pemegang privilege khusus akan didahulukan daripada pemegang privilege umum dalam
mengambil pelunasan piutangnya, di mana pemegang privilege khusus mempunyai tingkatan
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang privilege umum. Bahkan di
beberapa pasal dari KUHPerdata telah diatur lebih khusus lagi. Pasal-pasal tersebut
diantaranya adalah Pasal 1139 sub 1, Pasal 1141, Pasal 1142, Pasal 1146, dan Pasal 1148
KUHPerdata.

Anda mungkin juga menyukai