TAHRIR AFANDI
NIM :856960605
Tahriraffandi@gmail.com
Abstrak
Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Diskusi, Media Gambar, Pembelajaran IPA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
peningkatan kualitas pendidikan. Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi peranan IPA sangat membantu. IPA berfungsi sebagai dasar untuk
mempelajari materi pelajaran yang lain, dan IPA sebagai salah satu cabang ilmu
adalah merupakan tujuan sebuah peradaban manusia yang memegang peranan
penting dalam kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penanaman konsep awal pada siswa merupakan hal utama yang harus
dilakukan oleh seorang guru karena hal itu menjadi modal bagi siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya. Untuk itu, dalam belajar IPA siswa harus banyak
berlatih mengejakan soal agar lebih memahami konsep-konsep yang ada sehingga
dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Guru dalam mengajarkan IPA perlu memiliki strategi pembelajaran yang
tepat. Selain itu agar pelajaran IPA dapat diserap baik oleh siswa maka seorang
guru perlu menerapkan salah satu model atau metode pembelajaran yang
dipandang tepat untuk mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran di
sekolah, dan juga seorang guru dapat membuat program pembelajaran dengan
memanfaatkan media pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Kalaulah dalam pengajaran tradisional asas aktivitas
juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu).
Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun lebih
menitikberatkan pada asas aktivitas sejati.
2. Identifikasi Masalah
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa
dengan guru dan lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa. Pengalaman
belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh siswa, (siswa) belajar
sambil bekerja. Dengan bekerja mereka akan memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta dapat mengembangkan
keterampilan hidup yang bermakna dilingkungan masyarakat. Menurut informasi
guru IPA SD Negeri 6 Merak Batin, hasil belajar siswa pada materi IPA masih
rendah. Rata-rata Menurut Wardani, et.al. (2011 : 8.30) kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator adalah 75%.nilai ulangan harian siswa kelas IV
tahun pelajaran 2019/2020 masih kurang dari kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran) yang diberlakukan di SD 6 Merak Batin. yaitu 85% siswa atau lebih
harus memperoleh nilai 75 atau lebih. Hal ini disebabkan siswa kurang menyadari
pentingnya memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan, dan juga
dalam mengajar guru hanya menyampaikan materi dan siswa mendengarkan,
mencatat, dan mengerjakan latihan soal.
B. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
Pembelajaran yang dilakukan diarahkan kepada tujuan yaitu pencapaian
kompetensi siswa atau yang lebih dikenal dengan hasil belajar. Kemp (1994)
menyatakan bahwa : Hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru
pada tingkat kemampuan yaitu dapat dilihat dari dua jenis yaitu behavior dan
performance yakni dua istilah yang diamati oleh orang lain.
Faktor intern adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang
belajar (anak didik) yang terdiri dari faktor jasmani (meliputi kesehatan dan cacat
tubuh), faktor psikologi (meliputi intelegensi perhatian, minat, bakat motif
kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan jasmani (meliputi kepenatan
tubuh serta kelelahan rohani seperti stress dan bosan).
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor yang ada diluar tubuh individu yang sedang
belajar (anak didik) yang terdiri dari faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2. Media Pembelajaran
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
dalam bahasa Inggris penelitian tindakan kelas disebut dengan classroom action
research. Menurut Arikunto (2010: 138) bahwa secara utuh, tindakan yang
diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam bagan
melalui empat tahapan yaitu (a) menyusun rancangan tindakan dan dikenal
dengan perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi, atau
pantulan.
2. Setting Penelitian
A. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IVB semester
2 Tahun Pelajaran 2019/2020 di SD Negeri 6 Merak Batin pada mata pelajaran
IPA dengan materi ajar Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan.
B. Waktu Penelitian
C. Subjek Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan teknik analisis data
deskriptif-kualitatif, menurut Ebbutt dalam Wiriaatmadja (2008:12) yaitu jenis
penelitian yang menggabungkan antara penelitian kuantitatif dengan dengan
penelitian kualitatif. Tujuan menggunakan metode gabungan ini adalah untu
memberikan kejelasan makna dari hasil penelitian. Analisis kuantitatif barang kali
kurang memberikan kejelasan makna, sedangkan penelitian kuantitatif untuk
kasus penelitian ini kurang mampu memberikan data berupa angka-angka.
a.Teknik Observasi
b.Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dilihat dari hasil
belajar siswa dan nilai latihan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IVB semester
2 SD Negeri 6 Merak Batin pada materi Struktur dan fungsi bagian tumbuhan.
1. Instrument
Alat atau instrument yang digunakan untuk memperoleh data pada siklus 1
dan siklus 2 mencakup :
5. Pengamatan
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini terdiri dari empat kali pertemuan
dan dua kali evaluasi. Pelaksanaan evaluasi I adalah setelah pertemuan pertama
sampai pertemuan kedua, sedangkan pelaksanaan evaluasi II setelah pertemuan
ketiga sampai pertemuan ke keempat. Nilai evaluasi I dihitung sebagai nilai hasil
belajar pada siklus pertama dan dijadikan nilai dasar untuk siklus kedua. Nilai
evaluasi II dihitung sebagai nilai hasil belajar pada siklus kedua. Proses
pelaksanaan tindakan dalam peneltian ini melalui beberapa tahap yaitu:
A. Deskripsi Prasiklus
a. Pengamatam
b. Refleksi
B. Deskripsi Siklus I
d. PengamatanSiklus 1
e. Refleksi Siklus 1
d. Pengamatan Siklus 2
Pengamatan dilakukan dengan intensif dan berkelanjutan data yang
dikumpulkan meliputi penilaian pelaksanaan hasil pembelajaran dan aktivitas
guru selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan tentang siswa antara
lain hampir seluruh siswa mulai aktif bertanya tentang materi pembelajaran,
semua siswa lebih memperhatikan dalam proses pembelajaran berlangsung.
Berikut adalah hasil pengamatan siklus 2
Tabel 1.3
e. Refleksi Siklus 2
Tabel 2.1
Data Nilai Hasil Belajar Prasiklus
No Rentang Nilai Kategori Nilai Prasiklus Persentase Keterangan
Tabel 2.2
Data Nilai Hasil Belajar Siklus 1
No Rentang Nilai Kategori Nilai Siklus 1 Persentase Keterangan
Tabel 2.3
Data Nilai Hasil Belajar Siklus 2
No Rentang Nilai Kategori Nilai Siklus 2 Persentase Keterangan
Jumlah Siswa yang Mencapai KKM Tiap Indikator Pada Evaluasi I
Jumlah Siswa
NO Indikator Persentase
Mencapai KKM
Pada evaluasi II sama halnya seperti evaluasi I , tidak semua siswa mencapai
indikator pencapaian yang telah ditentukan namun menunjukkan adanya
peningkatan dalam pencapaiaan KKM. Seperti yang terlihat pada tabel 4 diatas,
yaitu indikator 1 siswa yang sudah mencapai KKM berjumlah 16 siswa. Untuk
indikator 2 meningkat menjadi 18 siswa yang mencapai KKM dari jumlah total
siswa 23 orang.
Dari data hasil belajar siswa pada tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa
yang belum mencapai KKM pada prasiklus 15 orang turun menjadi 5 orang pada
evaluasi I dan tidak ada siswa yang tidak tuntas pada evaluasi II. Sebaliknya
jumlah siswa yang mencapai KKM naik dari skor dasar ke evaluasi I dan evaluasi
II yaitu, pada skor dasar yaitu 12 orang siswa menjadi 18 pada evaluasi I, dan
meningkat 23 orang pada evaluasi II. Hal ini berarti nilai siswa mengalami
peningkatan dari skor dasar ke evaluasi I dan evaluasi II. Jadi dalam pembelajaran
dengan metode diskusi melalui alat peraga realita, aktivitas siswa mendominasi
proses pembelajaran, atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa. Hal
ini selaras dengan saran Nasution (1995) bahwa pengajaran modern hendaknya
mengutamakan aktivitas siswa. Demikian pula teori belajar Bruner, yang
menyatakan bahwa pembelajaran adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif
dengan konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru
berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang
memungkinkan siswa menemukan dan memecahkan masalah sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Ahmadi, Iif Khoiru dan Amri, Sofan. (2010). Strategi Pembelajaran; Sekolah
Berstandar Internasional & Nasional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Anitah, Sri W., et.al. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka