17
SAS 2017
PELATIHAN BENDAHARA
PENGELUARAN APBN
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 2018
Hak Cipta
Diperbolehkan memperbanyak modul tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta untuk
proses pembelajaran tanpa mengambil keuntungan ekonomi
PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN
APBN
MODUL
Oleh:
Bambang Sancoko
Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Modul ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kepada semua pihak
kami harap dapat menyampaikan kesalahan, memberikan kritik dan saran guna perbaikan
modul ini di masa mendatang.
Bogor,
Kepala Pusat,
Iqbal Islami
NIP 19631206 198403 1 001
Kerjakan Latihan di akhir kegiatan belajar dan kerjakan tes formatif pada setiap akhir
pelajaran.Cocokan dengan kunci jawaban yang tersedia untuk mengetahui tingkat
pemahaman untuk setiap kegiatan belajar.
Apabila dalam latihan dan tes pada setiap kegiatan belajar telah mencapai hasil yang
memuaskan, maka kerjakan tes sumatif yang ada di bagian akhir modul dan cocokan
dengan kunci jawaban yang tersedia untuk mengatahui tingkat pemahaman atas
keseluruhan materi yang ada pada modul.
Peserta dapat menambah bahan bacaan dari berbagai sumber untuk menambah
pengetahuan dan lebih dapat meng-update pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
menunjang tugas sehari-hari dikantor.
6. Buatlah coretan/catatan pada bagian kosong yang memungkinkan di tiap halaman, jika
diperlukan.
Dokumen
Pelaksanaan
Anggaran
(KB.2)
Konsepsi Dasar
Pendapatan Negara
dan Belanja Negara
(KB.1) Sistem - Dokumen
Pengeluaran
Negara - Pihak Terkait
(KB.4) - Mekanisme
Sistem
Pengarsipan
Dokumen
Keuangan Negara
(KB.5)
A. Deskripsi Singkat
B. Prasyarat Kompetensi
C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
D. Relevansi Modul
A. Deskripsi Singkat
Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara merupakan salah satu modul
yang akan dipelajari dalam Diklat Bendahara Pengeluran APBN. Modul ini akan memberikan
aspek pengetahuan umum dan sikap dalam mencapai kompetensi yang harus dimiliki
seorang calon Bendahara Pengeluaran, sedangkan aspek keterampilan akan diberikan
dalam modul yang lain. Modul ini dibagi menjadi lima bagian yaitu (1) Konsepsi Dasar
Pendapatan Negara dan Belanja Negara, (2) Dokumen Pelaksanaan Anggaran, (3) Sistem
Penerimaan Negara, (4) Sistem Pengeluaran Negara, dan (5) Sistem Pengarsipan
Dokumen Keuangan Negara.
B. Prasyarat Kompetensi
Prasyarat kompetensi adalah pengetahuan yang perlu dimiliki peserta sebelum
mempelajari modul ini. Pengetahuan tersebut akan terkait dengan pembahasan dalam
bagian-bagian modul, tetapi tidak diuraikan dengan detail dalam modul. Pengetahuan yang
sebaiknya dimiliki oleh peserta sebelum membaca modul ini adalah pemahaman umum
tentang pengelolaan keuangan di satuan kerja masing-masing.
2. Kompetensi Dasar
Untuk mencapai standar kompetensi tersebut diatas diharapkan setiap tahapan dalam
mempelajari modul ini akan menghasilkan kompetensi dasar sebagai berikut :
a. Peserta mampu menjelaskan konsepsi dasar pendapatan Negara dan belanja
negara.
b. Peserta mampu menjelaskan dokumen pelaksanaan anggaran.
c. Peserta mampu menjelaskan sistem penerimaan Negara.
d. Peserta mampu menjelaskan sistem pengeluaran Negara.
e. Peserta mampu menjelaskan sistem pengarsipan dokumen keuangan negara
Prinsip-prinsip umum
UU No. 17 pengelolaan keuangan negara
Tahun 2003 (Hukum Tata Negara)
Tabel 1.1. Postur APBN 2016 dan RAPBN 2017 (dalam miliar Rupiah)
Sesuai PP No. 22 Tahun 1997 PNBP terdiri dari dua jenis, yaitu:
1) PNBP Umum, yaitu PNBP yang berlaku pada semua Kementerian
Negara/Lembaga meliputi:
a) Penerimaan kembali anggaran
b) Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan Negara
c) Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan Negara
c. Penerimaan Hibah
Penerimaan Hibah adalah semua penerimaan Negara
yangberasal dari sumbangan swasta dalam negeri sertasumbangan
lembaga swasta dan pemerintah luar negeri yangmenjadi hak
pemerintah.
d. Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-
jawabkan uang Pendapatan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN
pada kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Non
kementerian. Dalam melaksanakan anggaran pendapatan pada
kantor/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga,
Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mengangkat Bendahara Penerimaan.
Kewenangan mengangkat Bendahara Penerimaan oleh PA dapat
didelegasikan kepada kepala Satuan Kerja. Bendahara Penerimaan
diangkat apabila di satker yang bersangkutan terdapat PNBP yang bersifat
fungsional. Apabila pada satker hanya terdapat PNBP yang bersifat umum
maka pengelolaan PNBP dirangkap oleh Bendahara Pengeluaran.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan dilakukan setelah memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku BUN.
Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai Bendahara Penerimaan
e. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Non kementerian. Dalam melaksanakan
anggaran belanja pada kantor/Satuan Kerja dilingkungan Kementerian
Negara/Lembaga, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mengangkat
Bendahara Pengeluaran. Kewenangan mengangkat Bendahara
Pengeluarandapat didelegasikan kepada kepala Satuan Kerja.
Pengangkatan Bendahara Pengeluaran dilakukan setelah memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku BUN.
Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai Bendahara Pengeluaran
3) Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk
melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan E-
Purchasing. Tugas Pejabat Pengadaan :
a) Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/ Jasa;
b) Menetapkan Dokumen Pengadaan;
c) Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda dapat
dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat melanjutkan
pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda diminta
untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
2
ANGGARAN (DIPA) DAN
PETUNJUK OPERASIONAL
KEGIATAN (POK)
1. Pengertian DIPA
2. Pengertian POK
B. Klasifikasi Anggaran
1. Klasifikasi Organisasi
Klasifikasi organisasi mengelompokkan alokasi anggaran belanja sesuai
dengan struktur organisasi K/L dan BUN. Suatu K/L dapat terdiri atas unit-unit
organisasi (Unit Eselon I) yang merupakan bagian dari suatu K/L. Suatu unit
organisasi dapat didukung oleh satker yang bertanggungjawab melaksanakan
kegiatan dari program unit Eselon I atau kebijakan pemerintah dan berfungsi
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dalam rangka pengelolaan anggaran.
Satker pada unit organisasi K/ L adalah Satker baik yang berada di kantor pusat
maupun kantor daerah, atau Satker yang memperoleh penugasan dari unit
organisasi K/L. Sementara itu, BUN merupakan pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum negara sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang.
Pengelompokkan anggaran menurut nomenklatur K/L dan menurut fungsi
BUN disebut Bagian Anggaran (BA). Dilihat dari apa yang dikelola, BA dapat
dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis. Pertama, BA K/L adalah kelompok anggaran
yang dikuasakan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Anggaran. Kedua, BA BUN adalah kelompok anggaran yang dikelola oleh
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal.
Contoh Klasifikasi Organisasi menurut Bagian Anggaran
a. Klasifikasi Fungsi
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu
yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional,
01 Pelayanan Umum
02 Pertahanan
03 Ketertiban dan Keamanan
04 Ekonomi
05 Lingkungan Hidup
06 Perumahan dan Fasilitas Umum
07 Kesehatan
08 Pariwisata dan Budaya
09 Agama
10 Pendidikan
11 Perlindungan sosial.
37
2. Halaman IA – Informasi Kinerja
Rumusan informasi kinerja yang dituangkan dalam DIPA merupakan
uraian kualitatif yang menunjukan keterkaitan antara alokasi anggaran yang
ditetapkan dengan program/kegiatan yang dilaksanakan dan
sasaran/hasil/keluaran yang akan dihasilkan. Disamping itu, rumusan
kinerja dimaksud juga merupakan perwujudan dari transparansi dan
akuntabilitas dalam penggunaan anggaran yang menjadi tanggung jawab
setiap PA/KPA. Informasi kinerja dalam DIPA meliputi: program, hasil
(outcome), indikator kinerja utama program, kegiatan, indikator kinerja
kegiatan dan keluaran. Bentuk dan format Halaman IA dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
39
Gambar 2.3. Halaman IB – Sumber Dana
6. Halaman IV – Catatan
Pemberian informasi dan Pengisian Catatan pada halaman IV adalah
pencantuman informasi dan penjelasan mengenai rincian belanja yang
memerlukan persyaratan tertentu dan/atau perlakuan khusus pada saat
proses pencairan dana, yaitu:
1) alokasi anggaran yang masih harus dilengkapi dengan dokumen
sebagai dasar pengalokasian anggaran, yaitu persetujuan DPR RI,
persetujuan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas (khusus untuk dana optimalisasi), hasil reviu/audit
dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (khusus untuk
dana optimalisasi), naskah perjanjian (khusus PHLN/PHDN), dan
nomor register (khusus PHLN/PHDN);
2) alokasi anggaran yang masih terpusat dan belum didistribusikan ke
Satker-Satker daerah;
3) output cadangan;
4) alokasi anggaran yang digunakan dalam rangka pengesahan;
dan/atau
5) tunggakan tahun anggaran yang lalu.
Pencantuman informasi dan pengisian catatan pada Halaman IV DIPA
merupakan konsekuensi dari pencantuman catatan yang dilakukan oleh
POK merupakan penjabaran dari DIPA yang formatnya seperti kertas kerja
RKA-K/L. Contoh bentuk dan formatPOK dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Sumber : http://pn-bangil.go.id
Gambar 2.7. Halaman POK
Benaratau Salah
1. B–S DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai
acuan PA dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan
APBN.
2. B–S DIPAsebagai dasar pencairan dana oleh K/L disusun oleh Menteri Keuangan.
3. B–S POK berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas.
4. B–S Pengelompokkan anggaran menurut nomenklatur K/L dan menurut fungsi
BUN disebut Bagian Anggaran.
5. B–S Jenis belanja yang digunakan dalam DIPA K/L antara lain belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, dan belanja hibah.
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%,
Anda diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
a. Wajib Bayar
Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk
melakukan kewajiban membayar PNBP sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Wajib Bayar dikenakan kewajiban membayar
dikarenakan menerima manfaat atas kegiatan instansi pemerintah atau
manfaat dari penggunaan barang milik Negara.
b. Wajib Pajak
Wajib Pajak, sering disingkat dengan sebutan WP adalah orang
pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib
pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.Wajib
pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas
pendapatan tidak kena pajak.
c. Petugas Pungut
Petugas Pungut merupakan petugas yang ditunjuk untuk melakukan
pemungutan/penerimaan uang dari Wajib Bayar. Petugas Pungut misalnya
ditunjuk untuk memungut uang dari jasa tanda masuk pelabuhan, taman
hiburan, museum, dan sebagainya.
f. Bank/Pos Persepsi
Untuk menampung setoran penerimaan Negara ditunjuk bank/pos
yang dikategorikan sebagai berikut :
1) Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara bukan dalam
rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri,
dan penerimaan bukan pajak.
2) Bank Devisa Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara dalam rangka
ekspor dan impor.
3) Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
untuk menerima setoran penerimaan negara.
g. Unit Terkait
Unit terkait adalah instansi yang bertugas menatausahakan
penerimaannegara, antara lain:
1) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) – menatausahakan penerimaan
perpajakan.
2) Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) – menatausahakan
penerimaan bea dan cukai.
3) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) –
menatausahakan semua penerimaan Negara yang masuk ke Kas
Negara.
4) Direktorat Jenderal Anggaran
2) Internet Banking
Untuk pembayaran melalui Internet Banking, Wajib
Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor harus sudah terdaftar sebagai
anggota untuk menggunakan internet banking, yang secara
nyata dibuktikan dengan kepemilikan token. Adapun
mekanismenya Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor cukup
masuk ke portal internet banking pada Bank dimaksud dan
pilihlah menu-menu yang ada sesuai dengan kebutuhan.
KPP
DJP KPP
NTPN
BANK MPN
PUSAT
KPBC
DJBC
KPBC
NTPN DJA
NTB
KPPN
DJPBN KPPN
BANK CABANG
KPPN
WP / WS / WB
Apabila hasil penilaianmencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya.Apabila hasilnya masih di bawah 80%,
Anda diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
3. Daftar pembayaran
a. daftar pembayaran gaji
b. daftar pembayaran perhitungan lembur
c. daftar pembayaran uang makan
d. daftar pembayaran honorarium
b. Penyedia Barang/Jasa
Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orangperseorangan yang
menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
n. Pos Pengeluaran
PT. Pos Indonesia yang ditunjuk sebagai pihak yang menyalurkan dana APBN
dalam rangka pengeluaran Negara baik untuk pembayaran gaji maupun non
gaji.
3. Pengajuan Tagihan
Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas komitmen
berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperolehpembayaran. Atas dasar
tagihan,PPK melakukan pengujian.Pelaksanaan pembayaran tagihan, dilakukan
dengan Pembayaran LS kepadapenyedia barang/jasa atau Bendahara
Pengeluaran/pihaklainnya.
Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan kegiatan yang
membebani APBN diajukan dengan surattagihan oleh penerima hak kepada PPK
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada
negara.Dalam hal 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada negara
penerima hak belum mengajukan surat tagihan, PPK harus segera
memberitahukan secara tertulis kepada penerima hak untuk mengajukan
tagihan. Dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja penerima hak belum mengajukan
tagihan, penerima hak pada saat mengajukan tagihan harus memberikan
penjelasan secara tertulis kepada PPK atas keterlambatan pengajuan tagihan
tersebut.
PPK dapat menolak atau mengembalikan tagihan. Dalam hal PPK
menolak/mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung tagihan tidak
lengkap dan benar, PPK harus menyatakan secara tertulis alasan
penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
diterimanya surat tagihan.
b. Pembukaan Rekening
1) Pengajuan Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening
KPA atau pemimpin BLU mengajukan permohonan persetujuan
pembukaan Rekening Penerimaan dan/atau Rekening Pengeluaran
pada Bank Umum/Kantor Pos kepada Kuasa BUN di Daerah.
Dokumen yang harus dilampirkan dalam permohonan persetujuan
paling sedikit adalah :
a) Salinan DIPA;
b) Surat pernyataan mengenai penggunaan Rekening; dan
c) Surat kuasa KPA/pemimpin BLU kepada Kuasa BUN Pusat dan
Kuasa BUN di Daerah untuk memperoleh informasi dan
kewenangan terkait Rekening yang dibuka pada Bank Umum
atau Kantor Pos.
3) Pembukaan Rekening
KPA/pemimpin BLU harus melampirkan surat persetujuan
pembukaan Rekening dari Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di
Daerah pada saat membuka Rekening Penerimaan, Rekening
Pengeluaran, dan/atau Rekening Lainnya pada Bank Umum/Kantor
Pos. Penamaan rekening harus sesuai dengan penamaan Rekening
oleh Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah dalam surat
persetujuan pembukaan Rekening. Rekening dibuka atas nama
jabatan dengan ketentuan:
a) Rekening Penerimaan dibuka dengan menggunakan nama
“BPn: (kode KPPN mitra kerja)...….(nama kantor)...........”;
b) Rekening Pengeluaran dibuka dengan menggunakan nama
“BPg : (kode KPPN mitra kerja)...….(nama kantor)...........”;
c) Rekening Pengeluaran Pembantu dibuka dengan menggunakan
nama “BPP (kode KPPN mitra kerja)...….(nama kantor)...........”;
d) Rekening Lainnya dibuka dengan menggunakan nama “RPL
(kode KPPN mitra kerja)...….(nama kantor)........... untuk ….”.
c. Pengelolaan Rekening
1) Pengelolaan Bunga dan/atau Jasa Giro Rekening
Dana yang disimpan pada Rekening milik Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja diberikan bunga dan/atau jasa giro
oleh Bank Umum/Kantor Pos. Dalam hal Rekening milik Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja dibuka pada Bank Umum/Kantor Pos
yang telah terdaftar pada program TNP, pengelolaan bunga dan/atau
jasa giro Rekening berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan
mengenai TNP. Dalam hal Rekening milik Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja dibuka pada Bank Umum/Kantor Pos
yang belum terdaftar pada program TNP, penerimaan bunga dan/atau
jasa giro rekening disetorkan ke Kas Negara pada akhir bulan
berkenaan. Khusus untuk Rekening milik BLU, bunga dan/atau jasa
giro Rekening tidak disetorkan ke Kas Negara pada akhir bulan
berkenaan dan dapat dipergunakan oleh BLU sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5) Blokir Rekening
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah berwenang
melakukan blokir Rekening dalam hal KPA/pemimpin BLU tidak
menyampaikan laporan saldo Rekening. Khusus untuk Rekening
milik BLU, pemblokiran dilakukan untuk seluruh Rekening operasional
yang dikelola.
Dalam hal KPA/pemimpin BLU telah menyampaikan laporan
saldo Rekening, Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah
berwenang mencabut blokir Rekening. Blokir dan Pencabutan Blokir
Rekening dilaksanakan oleh Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di
6) Penutupan Rekening
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di daerah berwenang
menutup Rekening milik Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Rekening dikategorikan sebagai
Rekening pasif. Rekening dinyatakan pasif apabila Rekening tidak
terdapat transaksi pendebetan ataupun pengkreditan Rekening
selama 1 (satu) tahun. Sebelum melakukan penutupan Rekening,
terhitung 6 (enam) bulan sejak Rekening dikategorikan sebagai
Rekening pasif, Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah harus
menyampaikan surat pemberitahuan Rekening pasif kepada
KPA/Pemimpin BLU.
Dalam rangka pengelolaan kas, Kuasa BUN Pusat dapat
memerintahkanpenutupan Rekening dan/atau pemindahbukuan
sebagian atau seluruh dana yang ada pada Rekening milik
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja ke Kas Negara.Kuasa BUN
Pusat atau Kuasa BUN di Daerah berwenang menutup Rekening dan
memindahbukukan saldonya ke kas negara dalam hal:
a) KPA/pemimpin BLU membuka Rekening tanpa memperoleh
persetujuan dari Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah;
b) KPA/pemimpin BLU tidak melaporkan pembukaan Rekening;
c) Rekening yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan dan
peruntukkanya.
KPA/pemimpin BLU harus menutup Rekening milik Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja yang sudah tidak digunakan sesuai
dengan tujuan dan peruntukannya dan memindahkan saldo Rekening
ke Kas Negara. Pimpinan BLU dapat menutup Rekening Pengelolaan
Kas untuk dipindahkan ke Rekening Operasional dalam rangka
pengelolaan kas BLU.
KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan penutupan
Rekening kepada Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah tanggal penutupan dengan
dilampiri bukti penutupan Rekening dan/atau bukti pemindahbukuan
saldo Rekening. Atas laporan penutupan Rekening, Kuasa BUN Pusat
Apabila hasil penilaianmencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya.Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
b. Jenis Arsip
Pengelolaan arsip dilakukan terhadap 2 (dua) jenis arsip yaitu :
1) Arsip Dinamis
Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung
dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu
tertentu. Pengelolaan arsip dinamis menjadi tanggung jawab pencipta
arsip. Arsip dinamis meliputi:
a) Arsip Vital
Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan
persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional pencipta
arsip, tidak dapat diperbarui, dan tidak tergantikan apabila rusak
atau hilang.
b) Arsip Aktif
Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi
dan/atau terus menerus.
c) Arsip Inaktif.
Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah
menurun.
2) Arsip Statis
Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip
karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan
berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik
Indonesia dan/atau lembaga kearsipan. Pengelolaan arsip statis
menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan.
1. Penciptaan Arsip
Penciptaan arsip meliputi kegiatan pembuatan arsip dan penerimaan arsip.
Pembuatan dan penerimaan arsip dilaksanakan berdasarkan tata naskah dinas,
klasifikasi arsip, serta sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip. Pembuatan
arsip harus diregistrasi. Pembuatan dan penerimaan arsip harus dijaga
autentisitasnya berdasarkan tata naskah dinas.
2. Penggunaan Arsip
Penggunaan arsip dinamis diperuntukkan bagi kepentingan pemerintahan
dan masyarakat. Ketersediaan dan autentisitas arsip dinamis menjadi tanggung
jawab pencipta arsip. Dalam rangka ketersediaan arsip untuk kepentingan
akses, arsip dinamis dapat dilakukan alih media. Penggunaan arsip dinamis
dilaksanakan berdasarkan sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip.
4. Penyusutan Arsip
Penyusutan arsip dilakukan oleh pencipta arsip berdasarkan Jadwal
Retensi Arsip (JRA). JRA adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya jangka
waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi
rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali,
atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan
penyelamatan arsip. JRA ditetapkan oleh pimpinan lembaga negara,
pemerintahan daerah, perguruan tinggi negeri, BUMN dan BUMD setelah
mendapat persetujuan Kepala ANRI. Retensi arsip dalam JRA ditentukan
berdasarkan pedoman retensi arsip.
Penyusutan arsip meliputi kegiatan:
a. pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
b. pemusnahan arsip yang telah habis retensinya dan tidak memiliki nilai guna
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
c. penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan.
Pemusnahan arsip menjadi tanggung jawab pimpinan pencipta arsip.
Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
a. tidak memiliki nilai guna;
b. telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan JRA;
c. tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
d. tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
Penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan
dilakukan terhadap arsip yang:
a. memiliki nilai guna kesejarahan;
b. telah habis retensinya; dan/atau
c. berketerangan dipermanenkan sesuai JRA pencipta arsip.
1. Tugas dan wewenang menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih
berada pada :
a) KPA
b) PPK
c) PPSPM
d) Bendahara Pengeluaran
2. Arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan
operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbarui, dan tidak tergantikan apabila rusak
atau hilang adalah:
a) Arsip vital
b) Arsip dinamis
c) Arsip aktif
d) Arsip dasar
3. Pengelolaan arsip dinamis menjadi tanggung jawab:
a) Lembaga kearsipan
b) Pencipta arsip
c) Arsiparis
d) Anri
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jakarta.
Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2003 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2004.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2004.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1997. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang
Modul Penerimaan Negara jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.05/2007.
Jakarta: KementerianKeuangan.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang
Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/ Satuan Kerja.
Jakarta: MenteriKauangan.
Republik Indonesia. 2009.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.05/2009 tentang
Penerapan Treasury Notional Pooling pada Rekening Bendahara Pengeluaran.
Jakarta: KementerianKeuangan.