Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 Nomor 2 Tahun 2017 Hal.

138 - 146

KARAKTERISTIK KOMPON KARET BELT CONVEYOR


MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ARANG TEMPURUNG KELAPA
THE CHARACTERISTICS OF CONVEYOR BELT OF RUBBER COMPOUND
BY USING COCONUT SHELL CHARCOAL AS THE FILLER

Dewantara Daud dan Rahmaniar


Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
Jl. Perindustrian II No. 12 Sukarami Km. 9 Palembang 30152
e-mail : dewantaradaud@gmail.com

Diterima: 11 April 2017; Direvisi: 13 Juni 2017- 28 Nopember 2017; Disetujui: 22 Desember 2017

Abstrak
Telah dilakukan penelitian karakteristik belt conveyor menggunakan bahan pengisi arang tempurung kelapa.
Penelitian bertujuan untuk membandingkan sifat fisika kompon karet untuk belt conveyor menggunakan bahan
pengisi arang tempurung kelapa dengan bahan pengisi karbon hitam (carbon black). Komposisi kompon karet terdiri
dari natural rubber, polymer, mineral oils, TBBS, arang tempurung kelapa dan karbon hitam. Substitusi arang
tempurung kelapa terhadap karbon hitam dilakukan dengan variasi berat arang tempurung kelapa sebesar 25 phr, 35
phr dan 50 phr. Sebagai pembanding digunakan data karakteristik kompon karet belt conveyor menggunakan karbon
hitam jenis ISAF, HAF, dan FEF. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan arang tempurung kelapa sebagai bahan
pengisi untuk kompon belt conveyor belum mampu memberikan sifat fisika yang baik seperti karbon hitam. Sifat
fisika kompon tertinggi diperoleh pada berat arang tempurung kelapa sebesar 50 phr dengan nilai masing-masing
Tegangan putus (70 kg/cm2), Perpanjangan putus (320%) dan Ketahanan sobek (36 kg/cm2) , kekerasan (62 Shore
A) dan Ketahanan kikis (1,1 mm/kgm).

Kata kunci : arang tempurung kelapa, belt conveyor, karbon hitam, dan kompon

Abstract
A research have been conducted about the characteristics of belt conveyor by using coconut shell charcoal filler
material. The study aims to compare the physical properties of rubber compound for belt conveyor using coconut
shell charcoal filler with carbon black filler material. The composition of rubber compound consist of natural rubber,
polymer, mineral oils, TBBS, coconut shell charcoal and carbon black. Substitution of coconut shell charcoal to
carbon black was done by varying the weight of coconut shell charcoal for 25 phr, 35 phr and 50 phr for comparison,
data characteristic of belt conveyor rubber compound using carbon black type for ISAF, HAF, and FEF is used. The
results showed the use of coconut shell charcoal as filler for belt conveyor compound has not been able to provide
good physical properties such as carbon black. The highest physical properties of compound is obtained at the
weight of coconut shell charcoal at 50 phr with the value of tensile strength (70 kg/cm2), elongation at break (320%),
tear resistance (36 kg/cm2), hardness (62 shore A) and abrasion resistance (1.1 mm/kgm).

Keywords: coconut shell charcoal, belt conveyor, carbon black, and compound

PENDAHULUAN kecil. Penggunaan bahan pengisi juga akan


mempengaruhi biaya pengolahan dan
Penggunaan bahan pengisi dalam
menjadikan vulkanisat menjadi keras dan
pembuatan kompon untuk barang jadi karet
kaku.
mutlak diperlukan, karena bahan pengisi
Menurut Haryadi (2000), ada dua
memberikan pengaruh terhadap sifat
macam bahan pengisi dalam pengolahan
mekanik fisik vulkanisat produk dan kondisi
karet, yaitu bahan pengisi aktif dan bahan
pengolahannya. Menurut Marlina dan
pengisi tidak aktif. Bahan pengisi aktif atau
Rahmaniar (2012), bahan pengisi akan
disebut juga bahan pengisi penguat
memberikan efek penguatan terhadap sifat
(reinforcing) akan meningkatkan kekerasan,
vulkanisat terutama ukuran butiran yang
ketahanan sobek, ketahanan kikis dan
138
Dewantara Daud Karakteristik Kompon Karet Belt Conveyor Menggunakan Bahan Pengisi Arang Tempurung Kelapa
Rahmaniar

tegangan putus barang jadi karet. Bahan hidrokarbon dalam minyak bumi. Rantai
pengisi aktif seperti aluminium silika, silika, panjang dalam selulosa ini dimungkinkan
magnesium silika dan carbon black. dapat dipecah menjadi agregat karbon dan
Sedangkan bahan pengisi tidak aktif seperti senyawa-senyawa kimia dengan berat
tanah liat, kalsium karbonat, magnesium molekul rendah (Marlina, 2014). Arang aktif
karbonat, barium, sulfat, barit dan kaolin. tempurung kelapa diperoleh dari hidrolisis
Bahan pengisi tidak aktif ini akan tempurung kelapa dan diaktivasi dengan
memperbesar volume tanpa meningkatkan bahan kimia (Vachlepi dan Suwardin, 2015).
kekerasan maupun tensile properties (Fu et Arang aktif tempurung kelapa mengandung
al., 2008). Pemilihan bahan pengisi gugus aktif hidroksil (OH) yang akan
merupakan tahap ketiga terpenting dalam berintegrasi dengan molekul yang ada dalam
penyusunan kompon, setelah pemilihan karet. Menurut Tomado et al. (2013),
karet dan sistem vulkanisasi yang digunakan kandungan kimia tempurung kelapa adalah
(Frohlich et al., 2005) selulosa (34%), hemiselulosa (21%) dan
Bahan pengisi penguat yang sering lignin (27%). Unsur utama arang tempurung
digunakan dalam pembuatan kompon karet kelapa adalah karbon dengan persentase
adalah karbon hitam (carbon black). kandungan 82,92%.
Penggunaan bahan ini hampir sepertiga Menurut Prasetya (2016), penelitian
volume karetnya. Bahan ini memberikan efek pemanfaatan tempurung kelapa sebagai
penguatan terhadap sifat fisik vulkanisat bahan pengisi untuk pembuatan kompon
terutama ukuran butiran yang kecil karet telah dilakukan oleh Gamage (2011).
(Boonstra, 2005). Carbon black ditambahkan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
ke dalam kompon karet dalam jumlah besar karakteristik ketahanan putus, kekerasan
dengan tujuan meningkatkan sifat fisik dan dan ketahanan kikis kompon ban tapak mobil
memperbaiki karakteristik pengolahan memberikan nilai yang maksimal
(Haryadi, 2000). dibandingkan bila menggunakan bahan
Carbon black diperoleh dari hasil proses pengisi carbon black. Pada tahun 2012,
thermal cracking hydrocarbon dari minyak Sareena et al. melakukan penelitian
bumi (Wigmore, 1972). Carbon black adalah penggunaan serbuk arang tempurung kelapa
bahan esensial untuk menciptakan sifat fisik sebagai bahan pengisi untuk karet alam.
dan mekanik barang karet yang spesifik Pada penelitian tersebut diperoleh hasil
(Arroyo et al., 2007) sehingga kebutuhan bahwa jumlah penggunaan arang tempurung
dunia makin meningkat. Seiring dengan kelapa sebagai filler pada karet alam paling
makin menipisnya cadangan minyak bumi efektif pada konsentrasi 10 phr dan
serta persaingan industri turunannya lebih menghasilkan nilai tegangan putus,
menguntungkan (Rattanasom et al., 2007), ketahanan sobek, kekerasan dan
oleh karena itu upaya substitusi carbon black pengembangan karet lebih baik
menggunakan bahan alami non minyak bumi dibandingkan dengan karet alam yang tidak
perlu dilakukan, selain diperoleh alternatif dimodifikasi dengan bahan pengisi arang
pengganti bahan pengisi carbon black tempurung kelapa. Selanjutnya berdasarkan
dengan harga murah, ketersediaan hasil penelitian Aquele et al. (2014) di dalam
melimpah, ramah lingkungan dan dapat Prasetya (2016) menyebutkan bahwa
menekan biaya import bahan kimia. peningkatan kekerasan, tegangan putus dan
Alternatif pilihan bahan pengisi yang modulus kompon karet seiring dengan
bersumber dari bukan minyak bumi adalah meningkatnya konsentrasi bahan pengisi
arang tempurung kelapa. Tempurung kelapa arang tempurung kelapa. Selanjutnya
mempunyai komposisi kimia yang tersusun Suharman et al. (2016), mempelajari sifat
dari lignin, selulosa dan semi selulosa fisika karet sol sepatu menggunakan bahan
(Husseinsyah dan Zakaria, 2011). Selulosa pengisi arang tempurung kelapa, hasilnya
mempunyai struktur rantai mirip dengan adalah kompon sol sepatu yang dihasilkan

139
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 Nomor 2 Tahun 2017 Hal. 138 - 146

memberikan nilai tegangan putus, putus, kekerasan, ketahanan sobek,


perpanjangan putus, kekerasan dan berat ketahanan kikis dan berat jenis. Hasil
jenis memenuhi persyaratan SNI 06-0899- penelitian ini diharapkan dapat diketahui
1989. pengaruh arang tempurung kelapa terhadap
Untuk mengetahui sejauh mana peran karakteristik atau sifat fisika kompon karet
arang tempurung kelapa sebagai bahan yang dihasilkan dan masukan bagi industri
pengisi memberikan pengaruh terhadap kompon karet terutama untuk mengganti
karakteristik atau sifat fisika kompon karet carbon black dengan bahan pengisi lain,
yang dihasilkan, maka dicoba penggunaan sehingga biaya produksi dapat ditekan tanpa
arang tempurung kelapa sebagai bahan mengurangi mutu vulkanisat karet yang
pengisi penguat pengganti karbon hitam dihasilkan.
(carbon black) dari unsur minyak bumi.
Kompon yang akan dibuat pada penelitian ini BAHAN DAN METODE
adalah kompon untuk ban berjalan (belt
conveyor. Bahan
Belt conveyor merupakan suatu mesin Bahan yang digunakan dalam penelitian
pemindah bahan yang digunakan dalam ini terdiri dari karet alam (SIR 20), zinc oxide
industri proses untuk mengangkut bahan (ZnO), calcium carbonat (CaCO3), carbon
produksi setengah jadi maupun hasil black, asam stearat, flectol A,
produksi dari satu bagian ke bagian yang tetrametiltiuram disulfida (TMTQ), TBBS,
lain (Raharjo, 2013). Bagian penting dari belt mineral oil.
conveyor yaitu rubber belt yang merupakan Peralatan yang digunakan terdiri dari
komponen utama untuk membawa material, mesin giling dua roll (open mill), thermo
dimana kekuatannya tergantung pada control, blender, ayakan, cetakan (moulding)
kapasitas material yang dibawanya. Rubber dan peralatan uji.
belt terbuat dari karet yang diperkuat
(reinforced) oleh carcass (Pahmiasi et al., Prosedur Penelitian
2015). Dipilihnya belt conveyor system Proses Pembuatan Kompon
sebagai sarana transportasi material a. Penimbangan
dikarenakan tuntutan untuk meningkatkan Bahan yang diperlukan untuk pembuatan
produktivitas, menurunkan biaya produksi kompon ditimbang sesuai dengan
dan juga kebutuhan optimasi meningkatkan formulasi (berat) yang ditentukan. Jumlah
efisiensi kerja. Karet pada belt conveyor setiap bahan didalam formulasi
berada pada bagian cover rubber. Cover dinyatakan dalam phr (berat per seratus
rubber lapisan karet sintetis yang bagian karet).
mempunyai elastisitas tinggi dan tahan b. Pencampuran (mixing)
gesek. Cover rubber berfungsi untuk Proses pencampuran bahan
melindungi lapisan penguat dari curahan, menggunakan gilingan terbuka (open
gesekan dan benturan material pada saat mill).
loading (pemuatan) agar lapisan (ply) tidak Selanjutnya dilakukan proses sebagai
sobek atau rusak. berikut :
Dalam penelitian ini akan dikaji 1) Penggilingan karet alam (mastikasi)
karakteristik kompon karet belt conveyor selama 1-3 menit
menggunakan bahan pengisi arang 2) Masukkan polimer dengan bahan
tempurung kelapa. Pengaruh penggantian kimia
filler carbon black dipelajari dengan 3) Tambahkan accelerator, activator,
memvariasikan jumlah arang tempurung antioksidan bersamaan selama 5
kelapa dan menggunakan jumlah carbon menit
black 3 jenis yang sama sebagai kontrol. 4) Kemudian ditambahkan TMTQ,
Pengujian vulkanisat dilakukan untuk mineral oil dan TBBS sampai
parameter tegangan putus, perpanjangan penggilingan rata dan homogen

140
Dewantara Daud Karakteristik Kompon Karet Belt Conveyor Menggunakan Bahan Pengisi Arang Tempurung Kelapa
Rahmaniar

5) Lalu ditambahkan filler berupa arang (95 kg/cm2). Tegangan putus sangat erat
tempurung kelapa atau karbon hitam hubungannya dengan nilai densitas
secara bergantian sedikit demi sedikit sambung silang dan densitas cross linking
selama 10 menit. Didiamkan selama dalam metrik polimer (Ismail et al., 2005).
4 jam agar kompon tercampur
homogen Tabel 1. Hasil pengujian kompon menggunakan
6) Selanjutnya digiling kembali selama 5 arang tempurung kelapa
menit. Arang Tempurung
7) Didinginkan selama minimal 4 jam No. Parameter Uji Kelapa (phr) Metode Uji
atau maksimal 24 jam pada suhu 25 35 50
ruangan, selanjutnya kompon 1. Tegangan 56 70 95 ASTM
putus (kg/cm2) D412
digunakan untuk proses vulkanisasi 2. Perpanjangan 480 530 320 ASTM
8) Kompon dikeluarkan dari open mill putus (%) D412
dan ditentukan ukuran ketebalan 3. Kekerasan 58 60 62 ASTM
kompon sesuai yang kita inginkan. (Shore A) 2240
4. Ketahanan 28 36 36 SNI 06-
Kompon diletakkan diatas plastik
sobek (kg/cm2) 0899-1989
transparan dan kompon dipotong 5. Ketahanan kikis 1,1 1,2 1,1 SNI 06-
sesuai dengan barang jadi yang (mm/kgm) 0899-1989
diinginkan. 6. Berat jenis 1,05 1,05 1,05 SNI 06-
(gr/cm3) 0899-1989
Metode
Penelitian ini menggunakan metode Seperti hasil penelitian lainnya dengan
percobaan pembuatan kompon dengan menurunnya jumlah carbon black
variasi berat arang tempurung kelapa mengakibatkan menurunnya ikatan sambung
masing-masing 25 phr, 35 phr dan 50 phr silang yang gaya dan daya ikatan antar
dan sebagai pembanding menggunakan matrik pengisi dan polimer (Kanking et al.,
carbon black dari minyak bumi. Percobaan 2012). Oleh karena itu, arang tempurung
dilakukan 3 kali ulangan. Terhadap kompon kelapa sebagai non petroleum filler
dilakukan pengujian yang terdiri dari mempunyai nilai tegangan putus jauh lebih
tegangan putus (kg/cm2), perpanjangan rendah walaupun pada phr yang tinggi (50
putus (%), kekerasan (Shore A), ketahanan phr) dibanding dengan carbon black.
sobek (kg/cm2), ketahanan kikis (mm/kgm)
dan berat jenis (g/cm 3). Tabel 2. Hasil pengujian kompon belt conveyor
menggunakan carbon black*)
HASIL DAN PEMBAHASAN No Parameter Uji Carbon black std
ISAF HAF FEF
1. Tegangan 145 120 170 Min.
Setelah melalui beberapa tahap
putus (kg/cm2) 150
percobaan dan hasil pengujian kompon karet 2. Perpanjangan 538 485 538 Min.
diperoleh data karakteristik kompon seperti putus (%) 250
Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil Pengujian 3. Kekerasan 59 58 55 55-80
tegangan putus seperti tertera pada Tabel 2 (Shore A)
4. Ketahanan 18 18 18 Min. 60
menunjukkan pada jumlah phr yang sama sobek
vulkanisat karet yang menggunakan carbon (kg/cm2) Maks.
black jauh lebih tinggi yaitu sebesar 170 5. Ketahanan 1,2 1,2 1,2 1,0
kg/cm2 (FEF) dibandingkan dengan tegangan kikis
(mm/kgm) Maks.
putus vulkanisat karet yang menggunakan
6. Berat jenis 1,27 1,27 1,27 1,2
arang tempurung kelapa. Bila dibandingkan (gr/cm3)
dengan kompon yang menggunakan arang *)
Daud, 2014
tempurung 25 phr atau 35 phr, ternyata
tegangan putus vulkanisat 50 phr lebih tinggi

141
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 Nomor 2 Tahun 2017 Hal. 138 - 146

Perbedaan nilai tegangan putus juga sehingga berpengaruh pada fluktuasi


disebabkan karakteristik abu berbeda perpanjangan putusnya (Frohlich et al.,
dengan carbon black, dimana ukuran partikel 2005). Namun demikian tingginya
dan sifat kimia abu tidak membentuk kandungan karbon yang dimiliki arang
rubberization effect dan efek gaya Van Der tempurung kelapa memberikan kontribusi
Waals karena minimnya karbon, sehingga tingginya nilai perpanjangan putus kompon
metrik polimer karet alam dan pengisi tidak yang mendekati nilai perpanjangan putus
maksimal terbentuk (Leblanc, 2002). kompon menggunakan carbon black.
Menurut Jiao et al. (2001), karakterisasi Nilai kekerasan (hardness) dari kompon
dari carbon black komersial jenis karet diperoleh dari hasil uji kekerasan. Uji
Intermediate Super Abrasion Furnace (ISAF) kekerasan (hardness) bertujuan untuk
N220 ukuran partikel (20-25 nm) lebih kecil mengetahui besarnya nilai kekerasan
dibandingkan dengan jenis carbon black vukanisat karet. Nilai kekerasan karet
High Abrasion Furnace (HAF) N330 ukuran semakin besar maka kompon karet semakin
partikel (26-30 nm) dan Fast Extrusion keras atau semakin tidak elastis (Daud,
Furnace (FEF) N550 ukuran partikel (40-48 2015). Kekerasan adalah ukuran resistensi
nm). Filler aktif dipengaruhi oleh dua bahan terhadap deformasi plastis lokal,
parameter diantaranya aktifitas permukaan dimana semakin kaku dan keras vulkanisat
dan distribusi ukuran agregat. Kedua kompon maka kekerasan Shore A makin
parameter ini memegang peranan penting tinggi.
dalam mempengaruhi sifat mekanik dari Seperti yang tercantum pada Tabel 1,
produk karet yang terbentuk. kekerasan vulkanisat karet alam
Hasil uji perpanjangan putus (%) menggunakan arang tempurung kelapa
menunjukkan bahwa kompon karet dengan terbesar adalah 62 Shore A (50 phr),
ukuran 35 phr mempunyai nilai sedangkan kekerasan vulkanisat karet
perpanjangan putus sebesar 530 %, lebih menggunakan carbon black tertinggi 59
tinggi dibandingkan dengan nilai Shore A (ISAF). Kekerasan vulkanisat karet
perpanjangan putus kompon dengan 25 phr berhubungan dengan berkurangnya densitas
dan 50 phr. Namun demikian bila ikatan silang dalam matrik polimer. Menurut
dibandingkan dengan nilai tegangan putus (Liu et al., 2008), kekerasan adalah
kompon yang menggunakan bahan pengisi pengaruh adanya optimasi penambahan
carbon black pada Tabel 2, ternyata bahwa bahan pengisi penguat yang meningkatkan
nilai perpanjangan putus kompon yang kekerasan. Menurut Alfa (2005), nilai
menggunakan bahan arang tempurung kekerasan dipengaruhi oleh jenis bahan
kelapa mendekati nilai perpanjangan putus pengisi, jumlah dan kehalusan butiran dari
kompon menggunakan karbon hitam ISAF bahan pengisi. Nilai kekerasan yang
dan FEF, dan lebih tinggi dari kompon yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan
menggunakan karbon hitam baik jenis HAF. nilai kekerasan seiring dengan naiknya
Fenomena ini membuktikan adanya jumlah bahan pengisi walaupun tidak terlalu
korelasi atau hubungan antara kuat tarik dan besar. Hal ini menunjukkan bahwa arang
perpanjangan putus, merupakan manifestasi tempurung kelapa mendekati nilai kekerasan
dari densitas ikatan silang dan keseragaman kompon menggunakan karbon hitam baik
inkorporasi filler dalam matriks polimer, ISAF, HAF, FEF (Tabel 2).
dimana effek carbon black akan menguatkan Didalam penggunaanya karet belt
sedangkan silica dan abu kemungkinan conveyor akan mengalami sobekan akibat
menurunkan sifat mekanik vulkanisat (Sae- gesekan atau benturan dengan media yang
Qui et al., 2002). diangkut atau bagian konstruksi alat lainnya,
Arang tempurung kelapa adalah arang sehingga menjadi salah satu persyaratan
yang mempunyai ukuran butir lebih besar yang diatur dalam standar. Ketahanan sobek
dari carbon black, oleh sebab itu dispersinya berkaitan dengan energi pemutusan.
ke matrik polimer tidak sebaik carbon black, Menurut Prasetya (2012) nilai ketahanan

142
Dewantara Daud Karakteristik Kompon Karet Belt Conveyor Menggunakan Bahan Pengisi Arang Tempurung Kelapa
Rahmaniar

sobek kompon karet semakin besar, benda tertentu akibat gesekan. Selain
menunjukkan bahwa daya tahan terhadap dipengaruhi oleh densitas ikatan silang,
sobekan karet semakin bagus. Sifat-sifat dispersi filler dalam matriks polimer karet
tersebut dapat ditingkatkan dengan keberadaan anti oksidan untuk
menambah ikatan silang hingga mencapai memperlambat pengusangan akibat gesekan
tingkat kerapatan tertentu (Thomas, 2003). perlu diperhatikan untuk memperkirakan
Hasil pengujian terhadap kompon yang ketahanan kikis produk karet. Nilai
menggunakan bahan pengisi arang pengikisan akan sebanding dengan nilai
tempurung kelapa mempunyai nilai yang kekerasan dan berat jenis vulkanisat
cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji karetnya (Susanto, 2016).
ketahanan sobek menggunakan arang Untuk mengetahui berat kompon karet
tempurung kelapa sebesar 36 kg/cm2 yang akan digunakan dalam membuat
dibanding dengan nilai ketahanan sobek vulkanisat karet dengan hitungan volume
kompon yang menggunakan carbon black maka perlu dilakukan pengukuran berat
sebesar 18 kg/cm2. Seperti yang telah jenis. Menurut Basseri (2005), berat jenis
dijelaskan sebelumnya, bahwa tingginya nilai merupakan berat dari satuan volume
ketahanan sobek merupakan cerminan vulkanisat pada suhu tetap, dinyatakan
tingginya energi pemutusan polimer yang dalam milligram per meter kubik (mg/m 3)
disebabkan oleh densitas ikatan silang yang atau gram per sentimeter kubik (g/cm 3).
optimum dan tingkat kerapatan polimer dan Hasil pengujian terhadap kompon yang
bahan pengisi (Fang et al., 2014). Akan menggunakan bahan pengisi arang
tetapi carbon black mempunyai ketahanan tempurung kelapa sebesar 1,05 gr/cm 3 baik
sobek yang rendah walaupun perbedaannya untuk kompon 25, 35 dan 50 phr. Apabila
tidak terlalu signifikan. Menurut Bondan dibandingkan dengan berat jenis kompon
(2013) penguatan bahan ditentukan juga yang menggunakan bahan pengisi carbon
oleh ukuran, keadaan permukaan dan black nilainya lebih rendah. Artinya untuk
kehalusan butir bahan pengisi. memperoleh berat jenis yang sama
Ketahanan kikis merupakan sifat yang diperlukan ukuran berat arang tempurung
penting dimiliki oleh produk karet. Jika kelapa yang lebih besar. Ini indikasi bahwa
ketahanan kikis rendah maka produk yang carbon dari arang tempurung kelapa belum
dihasilkan akan mudah aus dan mampu memberikan kepadatan pada
menyebabkan terjadinya kerusakan. kompon akibat ukuran partikel lebih kecil
Ketahanan kikis makin tinggi berarti kompon dibanding dengan carbon black dari minyak
karet makin tahan terhadap gesekan. Pada bumi. Menurut Sombatsompop (1998),
Tabel 1, hasil pengujian ketahanan kikis semakin kecil ukuran partikel maka semakin
tertinggi sebesar 1,2 mm/kgm pada 35 phr baik sifat (properties) kompon yang
sama dengan nilai ketahanan kikis kompon dihasilkan, hal ini adanya peningkatan
yang menggunakan karbon hitam. Nilai interaksi permukaan (surface interaction)
ketahanan kikis juga menunjukkan yang berakibat terjadi peningkatan volume.
keelastisan kompon karet yang dihasilkan.
Dari hasil tersebut peranan arang tempurung KESIMPULAN
kelapa sebagai bahan pengisi penguat
cukup baik dan tidak jauh berbeda dengan Berdasarkan hasil uji sifat mekanik fisik
karbon hitam. Artinya kadar karbon dan silika vulkanisat karet menggunakan arang
yang dikandung arang tempurung kelapa tempurung kelapa dan evaluasinya terhadap
mampu merubah struktur ikatan silang dari penggunaan carbon black, dapat
karet (Kahar, 2003). disimpulkan bahwa arang tempurung kelapa
Apabila ketahanan sobek menunjukkan berpotensi digunakan sebagai alternatif
energi pemutusan, maka ketahanan pengganti carbon black. Berdasarkan
kikis/abrasi menunjukkan pengikisan oleh perbandingan hasil uji vulkanisat karet alam

143
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 Nomor 2 Tahun 2017 Hal. 138 - 146

menggunakan pengisi arang tempurung Basseri, A. (2005). Teori Praktek Barang Jadi
kelapa dan carbon black sebagai Karet. Bogor: Balai Penelitian Teknologi
pembanding untuk parameter tegangan Karet.
putus, perpanjangan putus, kekerasan, Bondan, A.T. (2013). Nano brushing rubber
sebagai bahan pengisi dalam pembuatan
ketahanan sobek, ketahanan kikis dan berat
karet tromol kendaraan bermotor roda
jenis dapat dilihat kecenderungan sifat dua. Jurnal Dinamika Penelitian Industri
penguatan pengisinya, dimana arang 24(2).
tempurung kelapa dapat menghasilkan efek Boonstra, B.B. (2005) Reinforcement by filler. J.
reinforcing pada vulkanisat. Untuk melihat Rubber Age 92 (6) : 227±235. Dalam:
pengaruh tersebut, maka perlu dilakukan Marlina, P., F. Pratama, B. Hamzah dan
kajian lebih lanjut dengan mempelajari R. Pambayun (2014). Pengaruh Suhu
pengaruh ukuran partikel bahan pengisi. dan lama penyimpanan terhadap
karakteristik kompon karet dengan bahan
UCAPAN TERIMAKASIH pengisi arang tempurung kelapa dan
nano silica sekam padi. Jurnal Dinamika
Penelitian Industri 25 (1): 43-51.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada BSN (1989). Mutu dan Cara Uji Lembaran Karet
Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Cetak untuk Sol SNI 06-0899-1989.
Palembang yang telah memfasilitasi Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
kegiatan penelitian ini, rekan-rekan peneliti Daud, D. (2014). Pemanfaatan kaolin Babel
yang telah memberikan bantuan baik saran, sebagai bahan tambahan pada
masukan sehingga dapat diselesaikan pembuatan kompon karet belt conveyor.
penelitian ini. Khususnya kepada Pimpinan Balai Riset dan Standardisasi Industri
dan Dewan Redaksi Jurnal Penelitian Palembang.
Industri Baristand Industri Palembang yang Daud, D. (2015). Kaolin sebagai bahan pengisi
pada pembuatan kompon karet :
telah berkenan memuat tulisan ini penulis
Pengaruh ukuran dan jumlah terhadap
menyampaikan terima kasih. Semoga tulisan sifat mekanik fisik. Jurnal Dinamika
ini bermanfaat. Penelitian Industri Vol.26 (1) : 41-48.
Fang, Y.,M. Zhan, and Wang, Y. (2001). The
DAFTAR PUSTAKA status of recycling of waste rubber.
Materials & Design 22 (2):123-128.
Alfa, A.A. (2005). Bahan Kimia untuk Kompon Frohlich, J., Niedermeier, W. and Luginsland, H-
Karet. Kursus Teknologi barang jadi karet D. (2005). The effect of filler-filler and
padat. Bogor: Balai Penelitian Teknologi filler-elastomer interaction on rubber
Karet. reinforcement. Composites part A:
Arroyo, M., López-Manchado, M. A., Valentín, J. Applied Science and Manufacturing
L., and J. Carretero (2007). 36(4):449-460.
Morphology/behavior relationship of nano Fu, S-Y., Feng, X.Q, Lauke, B, and Mai, Y.W.
composites based on natural rubber/ (2008). Effects of particle size,
epoxidized natural rubber blends. particle/matrix interface adhesion and
Composite science and technology. particle loading on mechanical properties
67(7): 1330-1339. of particulate-polymer composites.
Aquele, F.O; Madufor,C.l; and Adekunle, K.F. Composites. Part B: Engineering, 39
(2014). Comparative Study of Physical (6):933-961.
Properties of Polymer Composites Gamage, N.J.W. (2011). Use of Coconut Shell
Reinforceid with Uncarbonised and Charcoal Dust as a Filler in the Rubber
Caroniced coir. Journal of Polymer Industry. Thesis. University of Moratuwa
Chemistry. 4 : 73-82. Dalam: Prasetya, Srilanka.
H. A. (2016). Pengaruh Bahan Pengisi Haryadi (2000). Pengaruh bahan pengisi
Arang Aktif Tempurung Kelapa dan terhadap sifat kompon barang jadi karet .
Pelunak Minyak Biji Karet pada Balai Litbang Industri Palembang.
karakteristik karet Wiper Blade. Jurnal Husseinsyah, S. and Zakaria, M.M. (2011). The
Dinamika Penelitian Industri 27(1). effect of Filler Content on properties of

144
Dewantara Daud Karakteristik Kompon Karet Belt Conveyor Menggunakan Bahan Pengisi Arang Tempurung Kelapa
Rahmaniar

coconut shell filled polyester. Malaysian Rattanosom, N.T., Saowaparh and


Polymer Journal 9(2):89-96. Deeprasenhusk, C. (2007).
Ismail, H., A. Rusli, and Rashid, A. (2005). Reinforcement of Natural Rubber with
Maleated natural rubber as a coupling silica/carbon black hybrid filler. Polymer
agent for paper sludge filled natural test, 26(30):369-377.
rubber composites. Polymer Testing, Sae-Qui, P., Rakdee, C. and Thanmathorn. P.
24(7):856-862. (2002). Use of rice husk ash as filler in
Kanking, S., Niltui, P., Wimolmala, E., and natural rubber vulcanizates: In
Sombatsompop, N. (2012). Use of comparison with other commercial filler.
bagasse fiber ash as secondary filler in Journal of Applied Polymer Science, 83
silica on carbon black filled natural rubber (11):2485-2493.
compound. Materials Design, 41:74-82. Sareena, C. M.T. Ramesan, and Purusotaman,
Kahar, N. (2003). Rapat ikatan silang pada karet E. (2012). Utilization of coconut shell
alam yang divulkanisir. Teknologi powder as a novel filler in natural rubber.
Indonesia VIII (2). J Reinfor Plast and Comp. 31(8):533-
Leblanc, J.L., (2002). Rubber-filler interaction and 547.
rheological properties in filled compound. Suharman, Daud, D. , dan Susanto, T. (2016).
Progress in polymer science, 27 (4): 627- Mempelajari sifat fisika karet sol sepatu
687. menggunakan bahan pengisi arang batok
Liu, C., Shao, Y. and Jia D. (2008). Chemical kelapa. Prosiding. Dalam Seminar
modified starch reinforced natural rubber Nasional Riset dan Industri 2016. Balai
composites. Polymer, 49(8): 2176-2181. Riset dan Standardisasi Industri Bandar
Marlina, P. dan Rahmaniar (2012). Penggunaan Lampung (242-247)
bahan pengisi Nano komposit silica Susanto, T. (2016). Perbandingan sifat mekanik-
karbida pada pembuatan kompon ban fisik vulkanisat SBR dan SBR/NR
dalam kendaraan bermotor roda dua. menggunakan bahan pengisi pati
Jurnal Dinamika Penelitian Industri termodifikasi resorcinol formaldehyde.
3(2):91± 98. Jurnal Dinamika Penelitian Industri 1(27).
Marlina, P., Pratama, F., Hamzah, B., dan Sombatsompop, N. (1998). Polymer Plastic
Pambayun, R. (2014). Pengaruh Suhu Technology Engineering 37. Journal of
dan lama penyimpanan terhadap Materials Letters 57 : 3168.
karakteristik kompon karet dengan bahan Thomas, J. (2003). Desain Kompon. Bogor: Balai
pengisi arang tempurung kelapa dan Penelitian Teknologi Karet.
nano silika sekam padi. Jurnal Dinamika Tomado, D (2013). Sifat Thermal Karbon Aktif
Penelitian Industri 25 (1):43-51. Berbahan Arang Tempurung Kelapa.
Pahmiasi, A., Hafidz M.A., Suryana, K.M (2015). Dalam Seminar Nasional Fisika
Proses Mekanik. Teknik Kimia.. Universitas Negeri Jakarta.
Semarang: Universitas Diponegoro. Vachlepi, A. and Suwardin (2015). Kajian
Prasetya, H.A. (2012). Sekam padi sebagai pembuatan kompon karet alam dari
bahan pengisi dan anti oksidan pada bahan pengisi abu briket batubara dana
pembuatan kompon karet. Jurnal rang cangkang sawit. Jurnal Dinamika
Dinamika Penelitian Industri 23(2). Penelitian Industri 26(1):1± 19.
Prasetya, H.A. (2016). Pengaruh bahan pengisi Jiao, W.M., Charles, G.A. Reznek Steve R.,
arang tempurung kelapa dan pelunak Mahmud, K., and Kutsovsky, Y. (2001).
minyak biji karet pada karakteristik karet Introduction of Carbon black. New York:
Wiper Blade. Jurnal Dinamika Penelitian John Wiley and Sons. 9. 52-91.
Industri 27(1). Wigmore, F.P.R. (1972). Carbon black
Raharjo, Rudianto (2013). Rancang bangun Belt Production process. Google Patents.
Conveyor Trainner sebagai alat bantu
pembelajaran. Jurnal Teknik Mesin 4(2).

145

Anda mungkin juga menyukai