MAKALAH
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam)
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Reguler VI
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “Etika Keilmuwan Dalam
Filsafat Pendidikan Islam” dapat kami selesaikan. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam,
selain itu untuk memperkaya wawasan dan informasi penulis khususnya dan
pembaca umumnya.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itulah kritik dan saran yang membangun sangat kami tunggu. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi penulis, maupun pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika dan Filsafat Pendidikan Islam.................................................3
B. Hubungan Etika Keilmuan dan Pendidikan Islam..............................................5
C. Etika Keilmuan dalam Filsafat Pendidikan Islam .............................................6
D. Etika Keilmuwan Pada Zaman Renaisance dan Humanisme...........................11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...........................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dan adapun dalam penulisan makalah ini, akan lebih dibahas mengenai
Pengertian etika keilmuan dan filsafat pendidikan Islam, hubungan etika
keilmuan dan pendidikan Islam, etika keilmuan dalam pendidikan Islam, dan
Etika Keilmuan Pada Zaman Renaissance Dan Humanisme.
1
2
B. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
3
manusia agar menjadi lebih baik berdasarkan dasar alqur’an hadits yang
diterapkan dalam kehidupan
4
melalui dua jalan, pertama, melalui sifat pertengahan antara mengikuti
dorongan sifat kebinatangan dan kemanusiaan, yakni nafsu makan, hasrat,
dan nafsu yang berada dibawah bimbingan akal. Kedua, kebahagiaan itu
terjadi pada pengguna akal dalam melakukan penelitian ilmu pengetahuan
dan merenungkan tentang kebenaran.
Sedangkan menurut Al- Ghazali tujuan pendidikan adalah
mengembangkan budi pekerti yang mencangkup penanaman kualitas moral
dan etika kepatuhan,kemanusiaan, kesederhanaan dan membenci hal-hal
yang buruk seperti melanggar perintah atau kehendak tuhan.
Etika dalam kajian filsafat merupakan bagian dari aksiologi karena etika
berbicara tentang tujuan yang hendak dicapai dalam segala sesuatu.
Sedangkan dalam ontologi dipertanyakan apa hakekat sesuatau, dalam
epistimologi dipertanyakan bagaimana sesuatu itu terjadi dan dari mana
sesuatu itu ada, maka dalam aksiologi dipertanyakan mengenai tujuan dari
hakikat sesuatu.
Etika dalam kajian filsafat merupakan bagian dari aksiologi karena etika
berbicara tentang tujuan yang hendak dicapai dari segala sesuatu. Jika dalam
ontologi dipertanyakan apa hakikat sesuatu
1. Ilmu bebas nilai (value free) Paradigma ilmu bebas nilai (value free)
mengatakan bahwa ilmu itu bersifat otonom yang tidak memiliki keterkaitan
sama sekali dengan nilai. Bebas nilai artinya setiap kegiatan ilmiah harus
didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan
menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Penganut paradigma ini
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik
5
secara ontologis maupun aksiologis.Dalam hal ini, ilmuwan hanyalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
mempergunakannya, apakah akan dipergunakan untuk tujuan yang baik atau
sebaliknya.
2. Ilmu tidak bebas nilai (value bound) Paradigma ilmu yang tidak bebas nilai
(value bound) memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan
harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai.
Pengembangan ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai,
kepentingan-kepentingan baik politis, ekonomis, sosial, religius, ekologis,
dan sebagainya.
3. Ilmu bebas nilai sedangkan aplikasi ilmu dan ilmuwannya terikat nilai
Pendapat ini mengatakan bahwa ilmu bebas nilai hanya terbatas dari segi
ontologinya, sedangkan penggunaannya tidak bebas nilai karena harus
berdasarkan asas-asas nilai. Mereka berpendirian bahwa masalah nilai tidak
terlepas sama sekali dengan fitrah manusia. Manusia adalah makhluk yang
selalu menilai untuk menemukan kebenaran dan mempertemukan
kebenaran. Sejarah manusia penuh dengan peristiwa-peristiwa yang dihiasi
kerelaan mengorbankan nyawa dalam mempertahankan apa yang mereka
anggap benar. Tanpa dasar nilai moral, ilmuwan mudah sekali tergelincir
dalam melakukan prostitusi intelektual.
Dari paparan tiga paradigma tentang ilmu dan nilai diatas, dapat
disimpulkan bahwa netralitas ilmu hanya terletak pada epistemologinya saja,
artinya tanpa berpihak pada siapapun selain kebenaran yang nyata. Sedangkan
secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai mana yang
baik dan yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan ilmuwan memiliki
landasan moral yang kuat.
6
a) Pengertian Pragmatisme
b) Prinsip-prinsip pragmatisme
7
4. Ukuran moral bersifat tidak permanent Ukuran kebenaran adalah
pengalaman yang berguna bagi manusia
5. Menggunakan pengalaman sebagai upaya mencapai kebenaran yang
hakiki
6. Menggunakan metode ilmiah
7. Pertumbuhan pengetahuan diperoleh melalui jalan keahlian.
(Ramayulis & Nizar, 2010:35)
8
adalah metode induktif. Metode ini tidak hanya berlaku bagi fisika,
melainkan juga bagi persoalan-persoalan sosial dan moral.
Etika keilmuan berkaitan pula dengan kode etik bagi para pendidik.
Akan tetapi, dalam perspektif filsafat, pendidikan etika pendidikan itu
membahas pula masalah yang berkaitan dengan substansi etika yang
dimiliki oleh pendidikan Islam, terutama berkaitan dengan hal-hal di
bawah ini:
9
mudah runtuh, apalagi pendidikan yang demikian sebagai salah satu
karakteristik mutlak dalam pendidikan Islam.
Paham yang berkaitan dengan etika keilmuan tidak dapat terlepas dari
pandangan positivisme, selain pragmatisme di atas. Positivisme di
perkenalkan oleh Aguste Comte(198-1857) yang bertuang dalam karya utama
Aguste Comte adalah Cours de Philosophic Positive, yaitu kursus tentang
Filsafat Positif (180-1842), selain itu karyanya yang pantas disebutkan di sini
adalah Discour L’esprit Positive(1844) yang artinya pembicaraan tentang
jiwa positif.
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya dengan
factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme,
pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta- fakta.Dengan demikian, ilmu
pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang
pengetahuan.Oleh karena itulah, Positivisme menolak cabang filsafat
metafisika.
Etika keilmuan yang menganut Positivisme akan mempertegas tentang
kebenaran pengetahuan terletak pada fakta-fakta yang Konkret dan indrawi.
Hukum itu menyatakan bahwa umat manusia berkembang melalui tiga tahap
hidup. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan,
Teologis, metafisik, dan positif.
a. Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah
manusia, karena bentuk pemikiranya yang dominan dalam masyarakat
primitif, meliputi bahwa semua benda memiliki kelengkapan hidupnya
sendiri.
b. Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara tahap teologis
dan metafisik, tahap ini ditandai dengan hukum-hukum alam yang asasi
dan dapat ditemukan dengan akal budi.
10
c. Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber
pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu bersifat sementara,
dan pengetahuan dapat ditinjau kembali dan di perluas.
Dari pandangan Comte tentang tiga tahapan pemikiran manusia, dapat
diambil pemahaman bahwa etika keilmuan yang terus berkembang tidak
selamanya hierarkis sistematis sebagaimana dikemukakan oleh Comte sebab
ajaran Islam tidak dikenal tahapan demikian. Pandangan manusia seharusnya
didasarkan pada dua etika yang paling mendasar, yaitu :
a. Pandangan bahwa semua makhluk Allah hanya tunduk mutlak kepada
sang pencipta.
b. Semua pengabdian manusia sepenuhnya harus didukung oleh rencana-
rencana Allah yang tertuang dalam wahyu-Nya, yang berupa ( Al-Qur’an
dan As-Sunnah).
Apabila pendidikan islam menganut paham ini, tidak akan dibahas segala
hal yang berhubungan dengan metafisikal, apalagi yang supranatural. Akan
tetapi, etika keilmuan yang dibangun oleh filsafat pendidikan islam tidak
menganut paham positivisme, meskipun menerima kebenaran yang
menggunakan paham tersebut. Dalam islam, kebenaran yang hakiki hanya
kebenaran Tuhan, selain kebenaran Tuhan, hanyalah kebenaran yang nisbi.
Akan tetapi, setiap kebenaran nisbi diyakini oleh umat Islam sebagai cara
menuju kebenaran hakiki..
Awal mula suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari Descartes
(1596-1650).Sejak saat permulaan Renaissance, individualisme dan humanism
11
telah dicanangkan. Descartes memperkuat ide-ide ini. Humanisme dan
individualisme merupakan ciri Renaissance yang sangat penting. Humanisme
ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya.
َثُ َّم َر َد ْدنَاهُ أَ ْسفَ َل َسافِلِين لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإْل ِ ْن َسانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم
Artinya :
12
ٍ ُت فَلَهُ ْم أَجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْمن
ون ِ إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا
Artinya :
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi
mereka, pahala yang tiada putus-putusnya”. (Q.S. At-Tin : 6)
Perlu diketahui pula bahwa dalam sejarah filsafat, masa etik diisi oleh tiga
macam aliran filsafat, yaitu aliran Epicorus, Stoa, dan Skeptis. Epicorus yang
mendirikan sekolah filosofi lahir di samos pada tahun 341 SM dan meninggal
di Athena pada tahun 217 SM dalam usia 70 tahun. Menurut pendapat
Epicorus, ajaran etiknya adalah mencari kesenangan, tujuanya
memperkuat jiwa untuk menghadapi semua keadaan.
Yang kedua adalah aliran Stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari Kition
(133-266 SM). Ia dilahirkan di Kition pada tahun 340 SM, dan meninggal di
Athena pada tahun 264 SM ia mencapai umur 76 tahun. Ajaran etiknya adalah
memberikan petunjuk tentang sikap sopan santun dalam kehidupan.Tujuanya
menyempurnakan moral manusia.
Itulah beberapa pandangan tentang etika yang nantinya akan dianut oleh para
filsuf dan bisa jadi oleh ilmuan. Lalu dimana letak atau posisi etika keilmuan
dalam konteks pendidikan Islam ? dalam perpektif filsafat pendidikan Islam,
etika keilmuan yang harus dibangun adalah sebagai berikut:
1. Semua ilmu bersumber dari Allah SWT. Karena Allah Robbul “alamin.
2. Semua ilmu wajib digali dan dicari sebanyak mungkin karena Islam
mewajibkan mencari ilmu sejak manusia dari buaian hingga keliang lahat.
Sabda Nabi SAW :
ْ ُأ
طلُبُوا ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َم ْه ِد اِل َى اللَّ ْه ِد
13
“Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat” (HR. Bukhori)
َ َم ْن َسلَكَ طَ ِر ْيقًا يَ ْلتَ ِمسُ بِ ِه ِع ْل ًما َسه ََّل هللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا إلَى
الجنَّ ِة
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menggapai ilmu, maka Allah
memudahkan baginya jalan menuju surga.”. (HR. Muslim)
3. Setiap ilmu yang dimiliki sekecil apa pun harus diamalkan dalam hidup.
4. Setiap ilmu yang dimiliki harus menjadi cahaya yang menerangi
kehidupan dan menolong orang-orang yang masih bodoh atau awam.
5. Setiap ilmu yang dimiliki harus disebarkan dan dimanfaatkan untuk
kepentingan umum.
Firman Allah:
ِ قُلْ هَلْ يَ ْست َِوي الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمونَ إِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر أُولُو اأْل َ ْلبَا
ب
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
Mujayyin, Arifin. 2016. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
https://normahnrmh05.blogspot.com/2019/04/etika-keilmuan-dalam-filsafat.html?
m=
http://gheetsul-wudda.blogspot.com/2014/08/etika-keilmuan-dalam-filsafat.html?
m=1#:~:text=Etika%20keilmuan%20yang%20menganut%20Positivisme,Teologis
%2C%20metafisik%2C%20dan%20positif.
http://gheetsul-wudda.blogspot.com/2014/08/etika-keilmuan-dalam-filsafat.html?
m=1
https://normahnrmh05.blogspot.com/2019/04/etika-keilmuan-dalam-filsafat.html?
m=1
16