Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Raihan Muhammad Zuhdi

NPM : C1C019150
KLS : 4/C
DOSEN : Nikmah, S.E., M.Si. Ak.,C.A

KAJIAN LITERATUR TENTANG BETA

Keterterapan Beta dalam Penelitian


Penggunaan beta sebagai salah satu variabel penelitian telah banyak dilakukan baik di luar negeri
maupun di dalam negeri. Beberapa studi yang dilakukan di indonesia, yaitu:
1. Agoeng (2000) dan Hadinugroho (2002) menunjukan bahwa return tidak dipengaruhi
oleh beta.
2. Tandelilin (2001) menemukan bahwa beta portofolio saham mampu menjelaskan return
portofolio pada pasar bullish dan bearish.
3. Poerwanto (2001) yang menyelidiki hubungan antara beta dengan return, menemukan
bahwa untuk market excess return positif terdapat hubungan positif antara beta dan
return, sedangkan untuk market excess return negatif terdapat hubungan negatif antara
beta dan return.
Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta juga menunjukan hasil yang beragam,
yaitu :
1. Tandelilin (1997) menemukan bahwa variabel rasio keuangan dan ukuran perusahaan
mempengaruhi beta
2. Indriastuti (1999) dan Musliatun (2000) dengan memisahkan periode analisis normal dan
krisis 1997 menemukan bahwa likuiditas, pertumbuhan, dan leverage keuangan
mempengaruhi beta
3. Sufiyati dan Na’im (2002) membuktikan bahwa beta dipengaruhi oleh ukuran perusahaan
4. Suherman (2001) menguji pengaruh variabel dividen, pertumbuhan aset, ukuran
perusahaan, likuiditas, leverage keuangan, volatilitas laba, dan beta akuntansi terhadap
beta.
Beta juga banyak dipakai dalam berbagai bentuk desain penelitian studi peristiwa (event study)
seperti penawaran hak atas saham (right issue), pengumuman divide, pengumuman merger dan
akuisisi, pengumuman pembelanjaan kapital dan perubahan komposisi manajemen.

Sebagian besar penelitian tersebut mengungkapkan hasil yang tidak konsisten dengan teori. Hal
mungkin disebabkan oleh perbedaan metode dalam pengestimasian beta sehingga menghasilkan
variasi besaran beta.
Keterterapan Beta dalam Praktik
1. Beta digunakan oleh manajer investasi sebagai salah satu indikator dalam pengukuran
kinerja portofolio yaitu dengan mengadopsi teknik yang dikemukakan Treynor (1965)
dan Jensen (1969).
2. Beta juga digunakan untuk menghitung biaya modal ekuitas yang selanjutnya digunakan
dalam penilaian perusahaan, penganggaran kapital, dan perhitungan economic value
added (EVA).

 DESAIN PENELITIAN DALAM PENGESTIMASIAN BETA


Isu Pokok Dalam Estimasi Beta
1. Isu pengukuran return
Bagaimana seharusnya return diukur; indeks apa yang seharusnya digunakan untuk
mewakili pasar; berapa lama periode observasi yang digunakan; dan interval penyampelan
apa yang harus digunakan.
2. Isu yang berkaitan dengan asumsi model regresi
Apakah residual regresi berdistribusi normal; apakah residual regresi memiliki varian
yang sama; apakah residual regresi tidak berkorelasi satu sama lain; apakah beralasan jika
diasumsikan bahwa beta adalah konstan sepanjang periode pengestimasian; dan apakah
ada variabel penjelas yang dihilangkan.
3. Isu Pengukuran Return
Tahap pertama untuk memperoleh estimasi beta adalah menghitung nilai return sekuritas
individual dan return pasar.

 Discrete return versus continuously compounded returns.


Pengukuran returns harus mempertimbangkan penyesuaian perubahan harga yang
terjadi karena adanya perubahan kapitalisasi
 Raw return versus excess return.
Ukuran return berupa return periodik yang belum disesuaikan dengan return aset-
aset lain yang menjadi benchmark.
 Nominal return versus real return.
Return yang belum disesuaikan terhadap harapan adanya inflasi (inflationary
expectation).

 METODE PENGUKURAN RETURN


Perhitungan Return
1. Raw Return
 Discrete Return (DRt)
Pt −Pt−1 + Dt
DRt=
Pt−1
 Continuously Compounded Returns (CCRt)
CCRt=ln(1+Rt )
2. Excess Return
 Discrete Excess Return (DERt)
DERt = DRt −Rf t
 Continuously Compounded Excess Returns (CCERt)
CCERt =CCR t −R f t

Rft = tingkat bunga bebas risiko (SBI)


3. Real Return
 Discrete Real Return (DRRt)
1+DR t
DRRt = −1
1+r
 Continuously Compounded Real Returns (CCRRt)
1+CCR t
CCRRt = −1
1+r
r = tingkat inflasi

Teknik Estimasi Beta


Estimasi beta dengan indeks tunggal mengacu pada periode waktu analisis yang sama untuk
return individual dan return pasar.
Estimasi beta yang disesuaikan karena adanya perdagangan yang tidak sinkron:
 Beta Scholes-William diadopsi dari teknik estimasi beta yang digunakan oleh
Scholes dan William (1977).
 Beta Dimson mengacu pada teknik estimasi beta yang digunakan oleh Dimson
(1979).
 Fowler dan Rorke (1983) mengembangkan teknik Scholes dan William serta
Dimson dengan melakukan analisis regresi berganda.
Berikut beberapa metode estimasi beta:
1. Beta Indeks Tunggal (iIT)
2. Beta Scholes-William (SW)
3. Beta Dimson (iDM)
4. Beta Fowler-Rorke (iFR)

 HASIL EMPIRIS PENGESTIMASIAN BETA


Pengestimasian Beta dengan Beberapa Cara Pengukuran Return
1. Indeks Pasar
Estimasi beta memerlukan suatu proxy untuk portofolio pasar, karena portofolio pasar
secara teoritis harus efisien, namun secara empiris sulit ditemui atau relatif tidak dapat
diobservasi.
Value Weighted Vs Equally Weighted
 Return value weighted memperhitungkan ukuran relatif dari aset-aset individual.
 Indeks pasar value weighted lebih sensitif terhadap pergerakan harga dari
perusahaan yang berukuran besar.
 Indeks equally weighted menimbang semua aset seolah-olah aset-aset tersebut
memberi pengaruh yang sama, tanpa mempertimbangkan ukuran relatifnya.
 Indeks value weighted lebih baik karena lebih konsisten dengan portofolio pasar
yang sebenarnya.
Keluasan (Breadth) Indeks Pasar
 Peneliti menggunakan indeks pasar sebagai proxy pasar karena indeks pasar
saham adalah indeks yang paling tersedia, walaupun Stambaugh (1982)
memperlihatkan bahwa CAPM pada umumnya tidak sensitif terhadap pemilihan
proxy pasar, kita dapat menyimpulkan bahwa semakin luas indeks, semakin baik
indeks tersebut dijadikan proxy.
 Penyusunan dan penimbangan indeks dapat mempengaruhi beta aset individual
dan dapat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik dari aplikasi estimasi beta
tersebut.

 PANJANG PERIODE ESTIMASI


Pemilihan panjang periode estimasi (t) dalam OLS dihadapkan pada trade-off antara
kebutuhan sampel yang besar untuk memperoleh estimasi statistik yang reliable dengan
penggunaan data yang relevan pada periode di mana estimasi beta diaplikasikan.
Estimasi beta tampak stabil untuk periode empat hingga lima tahun. Oleh karena itu,
ketika dihadapkan pada interval bulanan, data lima tahun sering digunakan sebagai rule of
thumb, meskipun demikian, variasi rule of thumb ini sangat beragam.

 SAMPLING INTERVAL
 Peneliti juga harus memilih sampling interval untuk pengukuran return, misalnya
interval return harian, mingguan, atau bulanan.
 Interval intraday cenderung menghasilkan estimasi beta yang tidak stabil dan tidak
reliable. Sebaliknya, interval kwartal tahun (quarterly interval) cenderung
menghasilkan jumlah observasi yang kurang memadai karena periode pengamatan
yang terlalu panjang.
 Perubahan beta diargumentasikan sebagai fungsi dari frekuensi perdagangan, yang
berkaitan dengan ukuran perusahaan.
 Ketika interval return diperpanjang, beta saham-saham kecil (tipis diperdagangkan)
meningkat sedangkan beta saham-saham besar (sering diperdagangkan) menurun.

 ASUMSI DISTRIBUSIONAL
1. Prosedur Estimasi
a. Teknik standar yang digunakan untuk mengestimasi beta adalah dengan
menggunakan regresi OLS (ordinary least square).
b. Penggunaan regresi OLS didasarkan pada asumsi penting yaitu residual
bersifat homoskedastik dan non-otokorelasi antar residual.
c. Beberapa cara untuk mendeteksi penyimpangan homoskedastik diantaranya
uji-uji Goldfeld-Quandt, Breusch-Pagan, dan White.
d. Pengujian penyimpangan non-otokorelasi antar residual juga bisa dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya uji-uji Durbin-Watson dan Box-Pierce-
Ljung.
2. Perlakuan terhadap Outliers
a. Outliers dapat terjadi karena kesalahan dalam memasukkan data, namun dapat
pula disebabkan kejadian yang sebenarnya.
b. Keputusan untuk mengikutkan atau mengeluarkan outliers tergantung pada
konteks penelitian yang dilakukan.
 Jika outliers adalah observasi yang real dalam artian bahwa itu benar-
benar terjadi dan mungkin terulang, maka sangatlah dianjurkan untuk
memasukkan outliers sebagai sampel.
 jika outliers adalah peristiwa yang unik sehingga peristiwa itu
mungkin tidak akan terjadi lagi, outliers tersebut sebaiknya
dikeluarkan dari analisis.

 KESALAHAN PENGUKURAN DAN PERDAGANGAN TIPIS


1. Persoalan yang muncul biasanya berkaitan dengan penggunaan data saham-saham yang
tidak diperdagangkan secara terus menerus (thin atau nonsynchronous).
2. Nonsynchronous trading dapat mengakibatkan estimasi beta dapat menjadi bias.
3. Beberapa teknik dianjurkan untuk mengatasi masalah perdagangan tipis tersebut dalam
pengestimasian beta. Teknik-teknik tersebut adalah Scholes dan Williams (1977), Dimson
(1979), dan Fowler dan Rorke (1983).

 STABILITAS BETA
1. Stabilitas inter-period
a. Mencakup pertanyaan “Apakah beta stabil antara periode estimasi dengan periode
aplikasi?”
b. Contoh periode aplikasi adalah “event window” dalam suatu event study
c. Isu stabilitas beta inter-periode berkaitan dengan kemungkinan pergeseran rata-
rata beta
2. Stabilitas intra-period
a. Apakah beta stabil selama periode estimasi?”
b. Secara empiris, hal ini dapat ditangani dengan memperkenalkan dan memasukkan
time-varying betas.

 MEAN REVERSION
1. Beta pasar selalu bergerka menuju ke nilai satu, sehingga beta portofolio pasar selalu
bernilai satu.
2. Blume (1971, 1975) memperkenalkan isu risiko yang berubah dan memperlihatkan
bahwa setelah periode tujuh tahun, beta saham individual mempunyai kecenderungan
regresi menuju grand mean satu.
3. Pendekatan Bayesian digunakan untuk menyesuaikan tendensi mean reversion.

 ISU RELEVAN LAINNYA DALAM PENGESTIMASIAN BETA


1. Estimator Beta Lainnya yang Telah Disesuaikan terhadap Perdagangan Tipis
Menggunakan teknik “trade-to-trade”, dengan me-match return aset dengan return pasar
dengan basis trade-to-trade.
2. Kesalahan-kesalahan (Errors) dalam Variabel-variabel
Ball (1977) mengemukakan isu kesalahan pengukuran dari perspektif umum, yaitu bahwa
estimasi beta menghadapi masalah “errors in variables” (EIV).
3. Structural Breaks
a. Suatu structural break adalah sebuah titik di mana terdapat penggambaran yang
jelas mengenai kelompok-kelompok data.
b. Masalah yang ditimbulkan oleh structural breaks adalah data tidak dapat
diterapkan dari suatu bagian sampel untuk bagian-bagian lain dari sampel.
c. Keberadaan structural breaks dapat dideteksi dengan alat uji ekonometris seperti
Chow test.

4. Time-varying betas
a. bukti menunjukkan bahwa beta saham individual dan beta portofolio adalah time
varying
b. Tiga model umum telah diperkenalkan untuk menjelaskan variasi waktu : (1)
random walk, (2) random coefficient approach, dan (3) autoregressive process
5. Time-varying betas
a. Model random walk mengklaim bahwa estimasi beta pada periode sekarang yang
paling baik adalah beta periode lalu.
b. Model random coefficient approach mengklaim bahwa terdapat rata-rata jangka
panjang di mana terdapat variasi acak untuk setiap periode.
c. Model autoregressive process mengklaim bahwa perbedaan antara beta periode
sekarang dengan rata-rata jangka panjang adalah fungsi dari perbedaan antara nilai
lampau beta dengan rata-rata jangka panjang setiap periode.
6. Determinan-determinan Ekonomis dari Variasi Waktu
a. Alternatif spesifikasi estimasi model beta berdasarkan variabel-variabel ekonomis.
b. Model beta dengan mempertimbangkan financial leverage.
c. Model beta dengan pendekatan empiris dengan mempertimbangkan beberapa
variabel akuntansi.
d. Model beta dengan menggunakan operating leverage, sebagai determinan beta.
e. Model beta dengan determinan beberapa variabel makroekonomi seperti suku
bunga, defisit anggaran, defisit perdagangan, inflasi, dan harga minyak.

7. Variabel-variabel yang Dihilangkan


Mispesifikasi model beta berupa penghilangan variabel independen yang relevan, seperti
rasio keuangan, efek seasonalities serta day-of-the-week effect.

 PENGESTIMASIAN BETA UNTUK PERUSAHAAN PRIVAT


1. Beta Akuntansi
 merupakan pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan privat untuk
mendapatkan nilai beta.
 Return on equity industri digunakan sebagai proksi return pasar sehingga dapat
disusun model sebagai berikut:
ROEj =  + j RM + e
Dalam hal ini:
ROE j = return on equity perusahaan privat individual
RM M = return on equity pasar (diproksi dari IHSG atau LQ 45).
2. Estimasi Beta dengan Teknik Hamada
 Hamada mengemukakan model penyesuaian beta bila terdapat perubahan
leverage :
L = U [1 + (1 – T)(D/E)]
 Dengan demikian, beta unleveraged dapat dihitung sebagai berikut:
U = L / [1 + (1 – T)(D/E)]
Dalam hal ini:
L = Beta perusahaan yang memiliki leverage
U = Beta perusahaan yang tidak memiliki leverage
T = tingkat pajak perusahaan
D/E = rasio utang per ekuitas (debt to equity ratio).

Anda mungkin juga menyukai