PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS
Untukinformasilebihlanjuthubungi:
DEPUTI BIDANG EKONOMI
Telp/Fax: 021-31
31934259
Email: deputi.ekonomi@bappenas.go.id
RINGKASAN EKSEKUTIF
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis
keuangan Eropa setelah krisis keuangan Amerika Serikat pada
Ringkasan Eksekutif tahun 2008. Krisis keuangan Eropa berawal dari defisit anggaran
pemerintah yang semakin besar di negara-negara kawasan Eropa
I. Pendahuluan
terutama negara-negara lapisan pertama yaitu Yunani, Irlandia,
II. Kondisi Eropa
dan Portugal. Sementara itu melebarnya defisit anggaran
III. Kemungkinan
pemerintah dibarengi dengan rasio hutang per PDB yang
Mendalamnya Krisis
menyebabkan kemampuan memperoleh pembiayaan defisit
Yunani
terbatas. Tidak berfungsinya kebijakan moneter dalam kawasan
IV. Dampak Krisis Eropa dan
Euro, terbatasnya ruang gerak fiskal, serta tidak terlihatnya
Global Ke Indonesia
upaya pemulihan, mendorong perlambatan bahkan penurunan
Dampak Krisis Eropa
perekonomian pada beberapa negara kawasan Eropa.
Saat ini Terhadap
Perekonomian Besar kemungkinan terjadinya perambatan krisis
Indonesia keuangan Eropa. Krisis keuangan Eropa dikhawatirkan dapat
Krisis Eropa dan krisis melebar tidak hanya di kawasan Eropa bahkan global. Proses
Global: Kemungkinan perambatan krisis keuangan Eropa diperkirakan bersumber dari
Dampak terhadap sistem perbankan yang saling terkait dan kompleks didalam
Perekonomian kawasan Eropa maupun dengan luar kawasan Eropa seperti
Indonesia Amerika dan Jepang. Dengan demikian, pada saat satu negara
- Dampak Krisis Eropa pada lapisan pertama (Yunani, Irlandia, Portugal) mengalami
dan Global: Jangka default, maka akan mempengaruhi perbankan negara lain
Pendek terutama Perancis.
- Dampak Krisis Eropa Kedalaman krisis keuangan Eropa yang menjadi krisis
dan Global: Jangka global dikhawatirkan akan memberi dampak negatif yang besar
Menengah dan terhadap perekonomian Indonesia. Hingga saat ini,
Panjang perekonomian Indonesia masih terjaga meskipun mengalami
V. Respon dan Langkah sedikit gejolak pada sektor finansial. Kedalaman krisis pada
Kebijakan Ke Depan jangka waktu pendek (seketika) diperkirakan mendorong aliran
modal keluar besar-besaran terkait dengan ketidakpercayaan
Lampiran: Keterkaitan pada sistem finansial dunia. Dampak aliran modal keluar inilah
Perdagangan Indonesia yang perlu diwaspadai karena dapat menurunkan confidence
dengan Eropa dan AS terhadap perekonomian Indonesia. Apabila Indonesia mampu
meredam gejolak jangka pendek (seketika) maka confidence
perekonomian jangka menengah panjang dapat terjaga.
Dalam jangka waktu yang lebih panjang (menengah
panjang), krisis global diperkirakan akan memberi dampak yang
besar pada sektor riil terutama perdagangan terkait perlambatan
perekonomian dunia terutama pada negara-negara maju. Krisis
global tidak berpengaruh besar terhadap jalur perdagangan
langsung (direct trade) antara Indonesia dengan Eropa maupun
dengan Amerika Serikat. Namun jalur perdagangan tidak
langsung (indirect trade) Indonesia dengan Eropa dan Amerika
akan terpengaruh melalui China. China yang merupakan
importer terbesar barang Indonesia diperkirakan akan
mengurangi impornya disebabkan permintaan negara-negara
maju menurun terhadap barang China.
Dibutuhkan kebijakan pemerintah dalam menghadapi
dampak krisis global. Beberapa kebijakan pemerintah yang dapat
dilakukan antara lain untuk menjaga market confidence,
mendorong sektor eksternal, memperkuat investasi dan
meningkatkan penajaman APBN. Market confidence dilakukan
antara lain dengan menjaga stabilitas moneter, nilai tukar, dan
keberlanjutan fiskal sehingga menjadi daya tarik bagi investor.
Sektor eksternal dapat didorong dengan meningkatkan
diversifikasi pasar ekspor, meningkatkan daya saing produk di
pasar global dan domestik, menguatkan pasar dalam negeri,
meningkatkan nilai tambah produk ekspor, serta meningkatkan
pengawasan barang impor illegal dan konsumsi. Dari sisi APBN
perlu dilakukan penajaman dan peningkatan penyerapan
anggaran sehingga dapat memberi dampak optimum terhadap
perekonomian. Selain itu, daya beli masyarakat perlu dijaga
dengan penguatan kebijakan Program Pro-Rakyat dan menjaga
momentum pertumbuhan kelas menengah.
iii
KRISIS KEUANGAN EROPA:
Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia
Tabel II.1.
Defisit Anggaran Pemerintah Beberapa Negara Eropa Tahun 2004 – 2010 (persen PDB)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Eurostat
Beban hutang negara-negara Eropa persen. Hutang pemerintah per PDB negara
meningkat seiring dengan upaya lapisan kedua yaitu Italia dan Spanyol
menutup defisit fiskal yang tinggi (Tabel masing-masing mencapai 119,0 persen dan
II.2). Defisit yang lebar serta penggunaan 60,1 persen lebih tinggi dibandingkan
hutang yang tidak efisien dan terarah hutang negara-negara tersebut di tahun
semakin menambah beban hutang beberapa 2009 yaitu sebesar 116,1 persen dan 53,3
negara Eropa hingga lebih dari setengah persen. Demikian pula kondisi hutang
PDB. Negara Yunani, Irlandia, dan Portugal negara penopang Eropa yaitu Jerman dan
memiliki hutang per PDB yang lebih tinggi Perancis memiliki hutang per PDB yang
dari tahun 2009 yaitu masing-masing relatif tinggi yaitu sebesar 83,2 persen dan
sebesar 144,9 persen, 96,2 persen, dan 93,0 81,7 persen pada tahun 2010.
Tabel II.2.
Hutang Pemerintah Beberapa Negara Eropa Tahun 2004 - 2010 (persen PDB)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tabel II.3.
Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Eropa Tahun 2008 – 2010 (persen)
Tabel II.4.
Tingkat Pengangguran Beberapa Negara Eropa Tahun 2008 – 2011 (persen)
2011
2008 2009 2010
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
EU (17) 7,2 9,1 9,6 10,0 10,0 10,0 9,9 10,0 10,0 10,1 10,1 10,2 10,3
Jerman 7,5 7,8 7,1 6,5 6,3 6,2 6,1 6,0 5,9 5,9 5,8 5,7 5,5
Irlandia 6,3 11,9 13,7 14,4 14,3 14,2 14,2 14,2 14,4 14,5 14,5 14,3 14,3
Yunani 7,7 9,5 12,6 14,7 15,0 15,6 16,1 16,8 17,1 17,7 18,3 - -
Spanyol 11,3 18,0 20,1 20,5 20,6 20,7 20,8 21,0 21,3 21,8 22,1 22,5 22,8
Perancis 7,8 9,5 9,7 9,7 9,7 9,7 9,7 9,7 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8
Italia 6,7 7,8 8,4 8,2 8,2 8,2 8,1 8,2 8,0 8,2 8,0 8,3 8,5
Portugal 7,7 9,6 11,0 12,4 12,4 12,4 12,5 12,6 12,5 12,6 12,6 12,8 12,9
Sumber: Eurostat
Gambar II.1.
Yield Maturity Surat Utang Pemerintah Beberapa Negara Eropa
Sumber: Eurostat
Tabel II.5.
Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Beberapa Negara Eropa (persen)
Gambar III.1a.
Rembetan krisis utang Yunani pada Perbankan Eropa dan AS
Sumber: The New York Times 22 Oktober 2011, berdasarkan data dari BIS per Oktober 2011
Gambar III.1b.
Sumber: The New York Times 22 Oktober 2011, berdasarkan data dari BIS per Oktober 2011
Catatan:
Tanda panah menunjukkan ketidakseimbangan exposure utang antara peminjam di satu negara
dan perbankan di negara lainnya. Arah panah menunjukkan arah dari peminjam ke bank kreditor.
Ketebalan panah proporsional terhadap besaran ketidakseimbangan exposure utang. Sebagai
contoh, Para peminjam di Perancis berhutang pada perbankan Italian sebesra USD 50,6 miliar.
Sementara para peminjam di Italia memiliki hutang pada perbankan Perancis sebesar USD 416,4
miliar. Dengan demikian terdapat selisih/ketidakseimbangan sebesar USD 365,8 yang berarti
bahwa perbankan Perancis memiliki exposure tinggi terhadap debitor Italia.
Tabel II.1.
Aliran Utang Neto (USD billions)
BANK
Italian 366 10 26 3 39
Portuguese 18.3
Spain 118 58 6 26
Irish 17.3
British 321 326 12 28
American 322 324 1 163 345 796
Japanese 8
Sumber: The New York Times 22 Oktober 2011, berdasarkan data dari BIS
Gambar IV.1.
Dampak Gejolak Ekonomi di Eropa dan Amerika bagi Perekonomian Domestik
Investasi ↓ Kebutuhan
Pembiayaan
Pemerintah
Sumber: Bloomberg
Gambar IV.1.2.
Perbandingan Kinerja Indeks Bursa Saham Regional
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bapepam-LK
Sumber: Bloomberg
Nilai tukar melemah. Nilai tukar Rupiah rendah dibanding dengan akhir 2010. Hal
mengalami tekanan pelemahan pada awal ini mengingat adanya penguatan mata uang
Agustus karena investor Global melakukan Rupiah yang terjadi pada saat sebelumnya.
pelepasan portfolio investasi pada saham Sebagaimana diketahui pada tahun 2010
dan Surat Berharga Negara (SBN). dan awal 2011 telah terjadi peningkatan
Pelepasan surat-surat berharga tersebut aliran masuk modal ke dalam negeri yang
memicu peningkatan pembelian US dolar mendorong peningkatan harga ekuitas dan
yang pada akhirnya membuat nilai tukar nilai tukar. Begitupun bila dibandingkan
mata uang Rupiah melemah (Gambar IV.1.6 dengan nilai tukar mata uang di kawasan,
dan Gambar IV.1.7). Meskipun demikian, kinerja nilai tukar Rupiah masih terhitung
penurunan nilai tukar Rupiah masih relatif lebih baik.
Gambar IV.1.6.
Pergerakan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap US Dollar.
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Gambar IV.1.8.
Indeks Harga Komoditas Dunia
Gambar IV.1.9.
Perkembangan Inflasi
Sumber: BPS
Gambar IV.1.10.
Perkembangan Inflasi Per Komponen
Sumber: BPS
Tabel IV.1.1
Perkembangan Indikator Perbankan
2011
Indicator 2006 2007 2008 2009 2010 Agustus September Oktober Growth
(% Ytd)
Total Asset (Rp T) 1693,5 1986,5 2310,6 2534,1 3008,9 3252,7 3371,5 3407,5 13,25
Deposits (Rp T) 1287 1510,7 1753,3 1973 2338,8 2459,9 2544,9 2587,3 10,63
Loans (Rp T) 792,2 1002 1307,7 1437,9 1765,8 2031,6 2079,3 2106,2 19,28
CAR (%) 20,5 19,3 16,2 17,4 17 17,3 16,6 17,2 1,18
NPLs Gross (%) 6,1 4,1 3,2 3,3 2,6 2,8 2,7 2,7 3,85
ROA (%) 2,6 2,8 2,3 2,6 2,7 3,0 3,12 3,11 15,19
LDR (%) 61,56 66,33 74,58 72,88 75,2 82,21 81,36 81,03 7,75
Sumber: Bank Indonesia
Perdagangan luar negeri terus pulih persen (y-o-y). Pangsa pasar tujuan eskpor
(Tabel IV.1.2). Proses pemulihan ekspor telah mengalami pergeseran. Pada lima
Indonesia yang terjadi di tahun 2010 tahun yang lalu, ekspor nonmigas ke Jepang
terlihat terus berlanjut sampai dengan memberikan sumbangan terbesar terhadap
tahun 2011. Pada periode Januari-Agustus ekspor nonmigas Indonesia dengan
2011 pertumbuhan ekspor barang kontribusinya sebesar 15,3 persen, namun
mencapai 36,6 persen (y-o-y), ditopang oleh kemudian pangsa pasarnya terus menurun
pertumbuhan ekspor nonmigas yang hingga pada tahun ini peranannya terhadap
tumbuh sebesar 31,4 persen (y-o-y). ekspor nonmigas hanya sebesar 11,2
Sumber utama peningkatan ekspor persen. Demikian pula halnya dengan share
nonmigas pesatnya pertumbuhan ekspor
produk manufaktur yang mencapai 33,6
Tabel IV.1.2.
Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Pertumbuhan (% y-o-y)
Komoditas
Jan - Okt
2008 2009 2010
2011
Total Ekspor 20,1 -15,0 35,4 34,9
Migas 31,9 -34,7 47,4 56,2
Ekspor Non Migas 17,3 -9,7 33,1 30,4
Pertanian 25,3 -4,8 14,6 2,6
Industri 15,6 -16,9 33,5 30,3
Pertambangan 25,4 32,0 35,8 36,1
Sumber: BPS
Tabel IV.1.4.
Perkembangan Impor Indonesia
Pertumbuhan (%) Peran Terhadap Impor (%)
Komoditas
2008 2009 2010 Jan-Okt 2011 2008 2009 2010 Jan-Okt 2011
Total Impor 73,5 -25,0 40,1 33,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Barang Konsumsi 27,0 -18,6 47,9 39,8 6,4 7,0 7,4 7,7
Bahan Baku 76,1 -30,0 41,8 36,1 77,0 71,9 72,8 74,3
Barang Modal 86,9 -4,5 31,7 19,5 16,6 21,1 19,8 18,0
Sumber: BPS
Gambar IV.1.12.
Aliran FDI dari luar (neto)
0 Gambar IV.1.15.
Q1- Q1-
2010
Q2 Q3 Q4
2011
Q2 Q3 Nilai Realisasi PMA Dan PMDN Non
Total 2912 3280 2808 4303 4990 6061 3741 Migas
Lainnya 883 1180 429 1481 1339 1126 468
Perdagangan Besar dan Eceran; 18,000.0 70,000.0
Perbaikan Kendaraan 554 535 728 646 879 545 434 16,214.8
Bermotor; Barang RT 16,000.0 14,871.4 14,344.6 60,000.0
Pertambangan dan Penggalian 200 466 551 679 1429 2279 1019 60,626.3
14,000.0
Industri Pengolahan 1275 1099 1100 1497 1343 2111 1820
50,000.0
P M D N ( R p M i li a r )
Sumber: BKPM
Tabel IV.1.5.
Realisasi PMA DAN PMDN Sektor Non Migas Triwulan III tahun 2011
PMDN PMA
% thd % Thd
Sektor/Bidang Usaha Rp Mliar Sektor/Bidang Usaha US$ Juta
Total Total
Tanaman Pangan dan Perkebunan 8.130,3 15,64 Pertambangan 3.400,7 23,71
Industri Non Logam Mineral 5.604,2 10,78 Transportasi, Gudang dan 2.150,4 14,99
Telekomunikasi
Listrik Gas dan Air 5.420,7 10,43 Industri Logam Dasar, Barang 1.427,2 9,95
Logam, Mesin dan Elektronik
Transportasi, Gudang dan 5.393,5 10,38 Industri Kimia Dasar, Barang 1.243,7 8,67
Telekomunikasi Kimia dan Farmasi
5.292,4 10,18 Listrik Gas dan Air 1.161,6 8,10
Industri Kertas, Barang dari kertas
dan Percetakan
Lain Lain 22.137,2 42,59 4.960,8 34,58
TOTAL 51.978,3 14.344,4
Sumber: BKPM
Tabel IV.1.6.
Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia (USD miliar)
2011
2009 2010
I II III
Gambar IV.1.16.
Cadangan Devisa Indonesia
Gambar IV.1.17.
Rasio Utang terhadap PDB (persen)
Debt to GDP Ratio (%)
70
57.5
60
47.3
50
39
40 35.2 33.1
%
28.3 26.1
30 25
20
10
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*
Tabel IV.1.7.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (y-o-y, persen)
2009 2010 2011
Total I II III IV Total I II III I - III
Pertumbuhan ekonomi 4,6 5,6 6,1 5,8 6,9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
Sisi Lapangan Usaha
Pertanian 4,0 3,0 3,1 1,8 3,8 2,9 3,7 3,9 2,7 3,4
Pertambangan dan Penggalian 4,4 3,1 3,9 2,7 4,2 3,5 4,2 0,8 0,3 1,7
Industri Pengolahan 2,2 3,9 4,5 4,3 5,3 4,5 5,0 6,1 6,6 5,9
Listrik, Gas , dan Air Bersih 14,3 8,8 5,1 3,4 4,3 5,3 4,3 3,9 5,2 4,5
Bangunan 7,1 7,3 7,2 6,8 6,7 7,0 5,3 7,6 6,4 6,4
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,3 8,6 9,1 8,7 8,4 8,7 8,0 9,6 10,1 9,3
Pengangkutan dan komunikasi 15,5 12,0 13,0 13,2 15,5 13,5 13,7 10,7 9,5 11,2
Keuangan, Persewaan, Jasa Usaha 5,1 4,8 5,6 5,9 6,3 5,7 7,3 6,9 7,0 7,0
Jasa-jasa 6,4 4,8 5,3 6,4 7,5 6,0 7,0 5,7 7,8 6,8
Sisi Pengeluaran
Konsumsi Masyarakat 4,9 3,9 5,0 5,2 4,4 4,6 4,5 4,6 4,8 4,6
Konsumsi Pemerintah 15,7 -7,6 -7,3 4,8 7,3 0,3 2,8 4,5 2,5 3,3
Investasi 3,3 8,0 8,0 9,2 8,7 8,5 7,3 9,4 7,1 7,9
Ekspor -9,7 20,0 14,6 9,6 16,1 14,9 12,5 17,5 18,5 16,2
Impor -15,0 22,6 18,4 12,2 16,9 17,3 14,4 15,3 14,2 14,6
Sumber: BPS
• Pasar Eropa:
Kode HS Nama Barang
27 Mineral fuels, oils, distillation products, etc
84 Machinery, nuclear reactors, boilers, etc
85 Electrical, electronic equipment
87 Vehicles other than railway, tramway
39 Plastics and articles thereof
Krisis yang diperkirakan akan terjadi di Amerika dan Eropa disimulasikan ke dalam
model GTAP (ver.7) dengan asumsi penurunan daya beli masyarakat (variabel yp) sebesar 25%
di kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa penurunan daya beli masyarakat (yang
diterjemahkan ke dalam penurunan private consumption expenditure) diperkirakan akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara, seperti: China, Malaysia, dan Jepang.
Sedangkan, pertumbuhan ekonomi di negara-negara, seperti: Indonesia, Thailand, dan India,
diperkirakan akan relatif lebih tahan terhadap guncangan konsumsi swasta di Amerika dan Uni
Eropa.
Namun di sisi lain, menurunnya daya beli masyarakat akibat krisis di Uni Eropa dan
Amerika akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekspor, baik
ekspor negara berkembang maupun negara maju, terutama jika negara tersebut memiliki
keterikatan perdagangan yang besar dengan negara-negara Uni Eropa dan Amerika.
Berdasarkan hasil simulasi terlihat bahwa penurunan ekspor yang cukup signifikan akan terjadi
di Jepang dan India. Sedangkan dampak terhadap ekspor dengan ‘besaran sedang’ akan dialami
oleh negara Thailand, China, dan Indonesia. Oleh sebab itu, dampak krisis yang berpotensi
menurunkan ekspor Indonesia ini perlu untuk diwaspadai.
Dampak thd
Pertumbuhan ekspor -4.4 -9.83 -5.16 -0.44 -6.62 -0.19 -16.76
(%)
Dampak thd
Pertumbuhan -6.05 -2.73 -7.56 -0.82 -5.00 -13.55
ekspor (%)
Tabel 2 (lanjutan)
Perkiraan Dampak Krisis Terhadap Pertumbuhan Ekspor per Sektor di Indonesia
Kimia,
Produk Mesin dan
Produk Kulit Kertas Plastik, Mineral Elektronik
Kayu Kend
Karet
Dampak thd
Pertumbuhan ekspor -19.17 -4.66 -1.79 -5.49 1.5 0.86 1.81
(%)
Adapun barang ekspor yang akan mengalami dampak terbesar jika terjadi krisis di
Eropa dan Amerika adalah produk kulit, tekstil dan produk tekstil (TPT), serta perikanan. Faktor
penyebabnya adalah karena sebagian besar ekspor TPT Indonesia ditujukan ke pasar Amerika,
sedangkan produk perikanan Indonesia merupakan suplai yang cukup besar bagi pasar Eropa.
Selain itu, ekspor Indonesia untuk kulit dan barang kulit (serta alas kaki) yang cukup besar ke
pasar Eropa dan Amerika menyebabkan sektor ini terkena dampak yang cukup signifikan jika
terjadi krisis Eropa dan Amerika.
Di sisi lain, beberapa barang ekspor dari Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh
positif meskipun terjadi krisis di Amerika dan Eropa adalah produk mineral, mesin dan
kendaraan bermotor (termasuk komponennya), serta elektronik. Penyebabnya adalah (i)
keterlibatan Indonesia dalam jaringan produksi regional (regional production network) untuk
produk mesin, kendaraan bermotor, dan elektronik; serta (ii) melimpahnya sumber daya alam
mineral di bumi Indonesia yang telah menyebabkan Indonesia sebagai salah satu pemasok
utama produk mineral di pasar Global. Keuntungan komparasi (comparative advantage) ini juga
menjadi salah satu faktor penting yang dapat menahan penurunan ekspor Indonesia di saat
terjadinya krisis Amerika dan Eropa.
Untuk itu, upaya diversifikasi pasar ekspor menjadi hal penting yang perlu segera
dilakukan, terutama untuk produk TPT, alas kaki, produk kulit, serta produk perikanan.
Beberapa negara yang berpotensi menjadi pasar tujuan pengalihan ekspor untuk produk TPT,
alas kaki, dan produk kulit adalah negara Afrika (Nigeria dan Afrika Selatan) dan negara-negara
Timur Tengah. Adapunpotensi pasar India yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
mempertahankan kinerja ekspor adalah produk pertanian, batu bara, CPO, makanan/minuman,
serta produk mineral. Sedangkan di pasar China, produk ekspor yang kinerjanya masih dapat
dipertahankan adalah ekspor batubara, hasil hutan, serta produk mineral.
Gambar V.1.
Daya Saing Indonesia
Kebijakan lainnya yang dirasakan akan berupa penurunan pajak penghasilan badan
mendorong peningkatan investasi adalah sebesar 5 persen untuk 6 tahun bagi
kebijakan tarif pajak. Pemerintah berencana perusahaan yang menciptakan lapangan
untuk memberikan pembebasan pajak (tax kerja, di lokasi tertentu, dan sektor usaha
holiday). Skema pembebasan pajak tertentu.
direncanakan berlaku sejak pertengahan
Investasi dapat menurun dengan
bulan Agustus 2011 dengan masa
adanya kebijakan yang tidak kondusif bagi
pembebasan 5 hingga 10 tahun bagi
investor. Dalam upaya meningkatkan daya
perusahaan yang memenuhi persyaratan
saing investasi di Indonesia, beberapa
tertentu antara lain: yang beroperasi di
tindak lanjut kebijakan investasi perlu lebih
dalam satu dari lima sektor industri dan
diupayakan, yakni:
berinvestasi dengan jumlah tidak kurang
dari Rp 1 trilliun di Indonesia. Kelonggaran • menyederhanakan prosedur perijinan
pajak lain yang diusulkan diperkirakan investasi dan apabila dimungkinkan
Gambar V.2.
Pasar Utama Ekspor Indonesia
Sumber: Trademap
Gambar V.3.
Upaya Perdagangan
Alihkan ke pasar
domestik
Trade Creation di
Trade diversion dari
pasar ekspor yang
pasar AS dan EU ke pasar
permintaannya lain yang membutuhkan
tumbuh positif barang yang sama
Gambar 1.
Keterbukaan Eropa dan AS
Komoditas yang terbanyak diimpor
oleh Amerika Serikat adalah bahan bakar
minyak dan mineral (HS-27), terutama:
minyak mentah, produk minyak olahan, dan
gas (Tabel 1). Kemudian, kelompok barang
kedua terbanyak yang diimpor oleh
Amerika Serikat adalah barang mesin,
dengan kontribusi terhadap total impor
sebesar 13,2 persen. Sementara itu, bahan
bakar minyak dan mineral (HS-27) juga
menjadi komoditas terbesar yang diimpor
Sumber: World Development Indicators, Bank oleh negara-negara Eropa; dengan pangsa
Dunia (diolah) sebesar 13,8 persen. Kelompok barang
berikutnya yang diimpor dalam jumlah
1
besar adalah produk farmasi, dengan
Tingkat keterbukaan (Openness) dihitung dengan
pangsa pasar sebesar 4,3 persen.
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Negara mitra dagang utama dari posisi ke 1), Canada (posisi ke-2), dan
Belanda adalah Jerman (yang menempati Mexico (posisi ke-3). Sementara itu,
posisi ke 1), China (posisi ke-2), dan Belgia Indonesia menempati urutan ke-24 di pasar
(posisi ke-3). Sementara itu, Indonesia Amerika Serikat, dengan pangsa pasar
menempati urutan ke-31 di pasar Belanda, sebesar 0,9 persen. Negara mitra dagang
dengan pangsa pasar sebesar 0,6 persen. Belanda dan AS dapat dilihat pada tabel 2
Negara mitra dagang utama untuk Amerika dan tabel 3.
Serikat adalah China (yang menempati
Tabel 2.
Negara Mitra Dagang dengan Belanda
Trade Indicators
Ranking of
partner
Exporters to Netherlands Share in Ranking of partner
countries as Share of partner countries
Netherlands's countries in world
suppliers to in world exports (%)
imports (%) exports
Netherland
market
Germany 1 14.3 3 8.8
China 2 12.5 1 10.9
Belgium 3 8.2 9 2.8
United States of America 4 6.3 2 8.8
United Kingdom 5 5.5 10 2.8
Malaysia 13 1.6 20 1.4
India 21 0.9 23 1.2
Thailand 23 0.8 22 1.4
Indonesia 31 0.6 25 1.1