Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hematologi II yang dibina
oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmattaufiq dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“VITAMIN K” ini dengan tepat waktu. Tak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita kepada syafaat-
Nya diakhir masa. (Amin ya robbal’alamin). Sebagai rasa terimakasih atas bantuan dan
bimbingan serta dorongan dari semua pihak.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan beliau dan selalu memberikan
berkah-berkah-Nya. Kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih belum sempurna dan pastinya ada kekurangan. Kesempurnaan hanya ada pada
Allah semata. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan untuk membangun kebaikan
makalah ini kedepannya. Akhir kata kami sebagai penyusun berharap agar makalah ini
mampu memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan
lingkungan akademis (Amin ya robbal’alamin).
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Bentuk Vitamin K
2.2 Sifat Vitamin K
2.3 Fungsi Vitamin K
2.4 Sumber Vitamin K
2.5 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
2.6 Absorpsi dan Transportasi Vitamin K
2.7 Metabolisme Vitamin K
2.8 Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
BAB III PEMBAHASAN
3.1 A
3.2 SOP Pemeriksaan PT dan aPTT
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 A
Prothrombin time (PT) adalah tes darah yang mengukur seberapa jauh
darah yang dibutuhkan untuk membeku. Tes waktu prothrombin dapat digunakan
untuk memeriksa masalah pengeringan. PT juga digunakan untuk memeriksa
apakah obat untuk menghindari kelompok darah berfungsi. Tes waktu prothrombin
(PT) diminta untuk membantu menganalisis kematian yang tidak dapat dijelaskan,
seringkali bersamaan dengan tes tromboplastin time (PTT) yang tidak lengkap. Tes
PT menilai jalur keluar dan dasar dari jalur koagulasi, sementara tes PTT menilai
jalur bawaan dan normal. Memanfaatkan keduanya terlihat pada kapasitas yang
tergabung dari bagian yang lebih besar dari elemen koagulasi. (Tcherniantchouk,
Laposata, & Marques, 2013)
Plasma darah biasanya membutuhkan waktu antara 11 dan 13,5 detik untuk
menggumpalkan jika tidak mengonsumsi obat pengencer darah. Hasil PT sering
dilaporkan sebagai rasio normalisasi internasional (INR) yang dinyatakan sebagai
angka. Rentang yang khas untuk seseorang yang tidak mengonsumsi obat
pengencer darah adalah 0,9 hingga sekitar 1,1. Untuk seseorang yang menggunakan
warfarin, INR yang direncanakan biasanya antara 2 dan 3,5. (Og, Jo, Oduola, &
Oo, 2013)
APTT adalah waktu koagulasi dari tes plasma ditambahkan dengan
fosfolipid eksogen (cephalin) sebagai pengganti trombosit dan kalsium klorida.
Kemudian, itu dimodifikasi oleh Proctor dan Rapaport yang menambahkan kaolin
ke mengoptimalkan aktivasi fase kontak koagulasi. Modifikasi ini berperan dalam
membuat koagulan waktu tion lebih pendek dan hasil kurang variabel. Sejak itu,
APTT telah banyak digunakan sebagai alat penelitian itu membantu menemukan
banyak faktor koagulasi dan menjelaskan interaksi mereka untuk pembentukan dan
pembentukan fibrin fibrin tion. Namun, penggunaan APTT tersebar luas di awal
1960-an abad terakhir ketika ketersediaan kit komersial membuatnya menjadi ujian
pilihan untuk memeriksa pasien untuk penyakit hemoragik bawaan dan didapat.
Lain langkah maju untuk penggunaan APTT adalah insidental penemuan yang
dibuat oleh Conley dan Hartmann pasien, dengan lupus erythematosus, yang sering
berkepanjangan APTTs bahkan setelah penambahan plasma normal untuk tes
plasma karena adanya antikoagulan yang beredar. Pada awalnya, ini dianggap
sebagai laboratorium gangguan seperti pasien yang membawa antikoagulan yang
beredar tidak memiliki kekurangan faktor koagulasi dan tidak ada dengan masalah
hemoragik. (Margetić, Ćelap, Dukić, Vukasović, & Virović-Jukić, 2016)
Catatan :
a. Sebelum digunakan kuvet yang berisi stirrer harus digunakan pada blok
incubator selama 5 – 10 menit
b. Gunakan pipet tip, kuvet dan stir bar yang selalu baru
c. Penambahan reagen ke dalam cuvette harus dilakukan dengan cepat
d. Volume pemipetan reagen dan plasma harus tepat
e. Perhatikan STABILITAS reagent and control terhadap SUHU.
Catatan : (1) Gunakan pipet tip, kuvet dan stir bar yang selalu baru, (2) penambahan
reagen ke dalam cuvette harus dilakukan dengan cepat, (3) volume pemipetan reagen
dan plasma harus tepat, (4) Perhatikan STABILITAS reagent and control terhadap
SUHU.
d) Langkah Pemeriksaan PT
1. Pada keadaan STANDBY tanpa kuvet untuk semua channel pengukuran,
pada layar akan tertera nilai temperature dari blok inkubasi dan juga metode
pemeriksaan yang dipilih. Gunakan kursor [/] untuk memilih metode
pemeriksaan PT. Tekan enter untuk melakukan pemeriksaan PT
2. Alat akan melakukan pembacaan nilai blanko secara otomatis
3. Pipet 50 µl plasma sitrat masukkan kedalam kuvet yang berisi stirrer. Buka
light protection cap dan segera masukkan kuvet dengan tepat kedalam
channel pengukuran. Tutup kembali light protection cap
4. Alat secara otomatis akan mengenali kuvet yang dimasukkan dan timer
akan menghitung mundur waktu inkubasi plasma sitrat
5. Sinyal suara akan terdengar untuk mengindikasikan sisa waktu inkubasi 5
detik
6. Setelah waktu inkubasi selesai alat dalam keadaan adjS (adjust sample)
artinya sedang melakukan penyesuaian signal untuk sample
7. Pipet 100 µl reagen PT-S yang telah diinkubasi (prewarmed) dan masukkan
tip pipet melalui light protection cap secara tegak lurus dan lakukan
pemipetan dengan cepat
8. Segera setelah hasil diperoleh maka printer secara otomatis akan mencetak
hasil dalam Detik dan INR
9. Keluarkan kuvet dan channel pengukuran diikuti dengan menekan tombol
CH(n) (sesuai letak kuvet dalam channel pengukuran)
Pemeriksaan PT : 11 – 15 detik
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam 3 bentuk yaitu
Vitamin K1 (phytomenadione), Vitamin K2 (menaquinone) dan Vitamin K3
(menadione).
2. Vitamin K tahan terhadap panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam, dan alkali.
3. Fungsi vitamin K adalah menjaga konsitensi aliran darah, membantu pembekuan
darah saat diperlukan, memaksimalkan penyerapan kalsium, dan proses
karboksilasi-gama pada residu glutamate dalam pembentukan tulang.
4. Sumber-sumber vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau seperti kol dan
brokoli serta bakteri di dalam usus halus (jejunum dan ileum) juga mampu
mensintesis vitamin K.
5. Standar kecukupan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya, untuk
dewasa 1mikrogram setiap hari per kg berat badan.
6. Absorpsi vitamin K dipengaruhi sekresi empedu dan cairan pankreas. Setelah
vitamin K diserap oleh usus halus, kemudian dikaitkan dengan kilomikron serta
ditransportasikan ke hati melalui sistem limfe. Kemudian diangkut oleh VLDL ke
seluruh tubuh.
7. Vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan produk asam empedu
terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses.
8. Kekurangan vitamin K terjadi apabila terdapat gangguan absorbsi lemak sehingga
hipotrombinemia menyebabkan darah sukar membeku dan pendarahan atau
hemorrhargia. Kelebihan vitamin K adalah anemia hemolitik, hiperbilirubinemia,
kern ikterus dan kerusakan pada otak.
4.2 Saran
Kami sebagai penulis menyarankan kepada pembaca sebaiknya dapat mengetahui
dan memahami apa itu cairan sendi dan pemeriksaannya. Kami sebagai Penulis
tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Barasi, M. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hermaya, T. 1992. Ensiklopedi Kesehatan. Jakarta: PT.Cipta Adi Kusuma
Purwanto. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian
Rahayu. 2008. Vitamin K. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas Sumatera Utara.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Wilson, E.D., K.H. Fisher dan P.A.
Gracia. 1979. Principle of Nutrition. New York: John Wiley & Son,ed.
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
https://www.scribd.com/document/376728128/Pt-Aptt-Yuni