Anda di halaman 1dari 22

VITAMIN K

Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hematologi II yang dibina
oleh

Disusun oleh kelompok 5 :


1. Annisa
2. Dea
3. Dyah
4. Sujalmaro
5. Dhevara

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


D3 TENAGA LABORATORIUM MEDIS
2021
Jl. Akordion Selatan No.8B Kota Malang Jawa Timur
Telp/Fax. (0341)4345375
Website. www.stiksmaharani.ac.id
Email. informasi@stikesmaharani.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmattaufiq dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“VITAMIN K” ini dengan tepat waktu. Tak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita kepada syafaat-
Nya diakhir masa. (Amin ya robbal’alamin). Sebagai rasa terimakasih atas bantuan dan
bimbingan serta dorongan dari semua pihak.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan beliau dan selalu memberikan
berkah-berkah-Nya. Kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih belum sempurna dan pastinya ada kekurangan. Kesempurnaan hanya ada pada
Allah semata. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan untuk membangun kebaikan
makalah ini kedepannya. Akhir kata kami sebagai penyusun berharap agar makalah ini
mampu memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan
lingkungan akademis (Amin ya robbal’alamin).

Malang, 23 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Bentuk Vitamin K
2.2 Sifat Vitamin K
2.3 Fungsi Vitamin K
2.4 Sumber Vitamin K
2.5 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
2.6 Absorpsi dan Transportasi Vitamin K
2.7 Metabolisme Vitamin K
2.8 Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
BAB III PEMBAHASAN
3.1 A
3.2 SOP Pemeriksaan PT dan aPTT
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bentuk-Bentuk Vitamin K


Tabel 2. Kadar Vitamin K pada Bahan Pangan (µ/100 gram)
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Vitamin K
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh yang sehat membutuhkan asupan gizi dan nutrisi seimbang untuk
menjalankan fungsi setiap bagian organ tubuh dengan baik dan menjaga agar tubuh
tetap dalam kondisi sehat. Setiap bagian tubuh mempunyai peran dan fungsi sendiri-
sendiri dan begitu juga dengan kebutuhan agar dapat bekerja dengan baik.
Karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa zat mineral telah dianggap sebagai zat-zat
makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Akan tetapi berbagai
pengamatan menduga bahwa senyawa-senyawa organik lainnya adalah esensial untuk
menjaga kesehatan. Telah diketahui bahwa proses pembekuan darah diperlukan
trombokinase, Ca++, vitamin K, protrombin. Jika salah satu komponen tidak ada,
proses pembekuan darah akan terhambat.
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat
dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh
dari bahan pangan yang dikonsumsi. Vitamin tersebut pada umumnya dapat
dikelompokkan kedalam dua golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak
yang meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut dalam air yang terdiri
dari vitamin C dan vitamin B (Winarno 1986).
Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Sekali diserap
dalam, vitamin ini disimpan dalam hati melalui sistem limfe. Absorbsi membutuhkan
cairan empedu dan pakreas. Seperti halnya lemak, vitamin juga memerlukan protein
pengangkut untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Karena
sifatnya yang tidak larut dalam air, maka vitamin K tidak dikeluarkan, akibatnya
vitamin ini dapat ditimbun dalam tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Keberadaan vitamin K merupakan salah satu mikronutrien yang essensial bagi tubuh,
sehingga informasi mengenai fungsi, metabolisme, absorpsi dan sumber-sumber
makanan vitamin K.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dan Bentuk Dari Vitamin K?
2. Apa Sifat dari Vitamin K?
3. Apa Fungsi dari Vitamin K?
4. Darimanakah Sumber-Sumber Vitamin K?
5. Bagaimana Angka Kecukupan dari Vitamin K?
6. Bagaimana Absorpsi dan Transportasi Dari Vitamin K?
7. Bagaiamana Metabolisme dari Vitamin K?
8. Apa Akibat dari Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan umum adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui gambaran Vitamin K
dalam tubuh. Adapun tujuan khusus, yaitu :
1. Mengetahui Definisi dan Bentuk Vitamin K
2. Mengetahui Sifat Vitamin K
3. Mengetahui Fungsi Vitamin K
4. Mengetahui Sumber-Sumber Vitamin K
5. Mempelajari Angka Kecukupan Vitamin K
6. Memahami Absorpsi dan Transportasi Vitamin K
7. Mempelajari Metabolisme Vitamin K
8. Mengetahui Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Bentuk Vitamin K


Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon
yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam
proses pembekuan darah, seperti prothrombin, proconvertin, komponen
thromboplastin  plasma, dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah sekelompok
senyawa kimia yang terdiri atas filokuinon yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan
menakuinon yang terdapat dalam minyak ikan dan daging. Menakuinon juga dapat
disintesis oleh bakteri di dalam usus halus manusia (Sandjaja 2009).
Tabel 1. Bentuk-Bentuk Vitamin K
No Bentuk Vitamin K Penjelasan
.
Vitamin K1 Yang terdapat pada sayuran hijau
1.
(Phytomenadione)
Yang dapat disintesis oleh flora usus normal
2. Vitamin K2 (Menaquinone) seperti Bacteriodes  fragilis dan beberapa
strain Escherichia coli
Merupakan vitamin K sintetis yang sekarang
jarang diberikan pada bayi yang baru lahir
(neonatus) karena dilaporkan dapat
menyebabkan anemia hemolitik. Vitamin K3
3. Vitamin K3 (Menadione)
ini bersifat larut dalam air, digunakan untuk
penderita yang mengalami gangguan
penyerapan vitamin K dari makanan (Sandjaja
2009).
Nama kimia dari vitamin K1 adalah 2-metil-3fitil-1,4-naftokuinon. Produk sintesis
vitamin K3 (menadion atau 2-metil-1,4-naftokuinon) memiliki kekuatan tiga kali
disbanding vitamin K. Dukimarol adalah senyawa antagonik terhadap vitamin K
(Winarno 1986).  Menadion (vitamin K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak
ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa ini akan
mengalami alkilasi menjadi salah satu menakuinon (vitamin K2). Filokuinon (vitamin
K1) merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman. Menakuinon–7
merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang
ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh bakteri dalam intestinum.
2.2 Sifat Vitamin K
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi,
asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri
atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai
samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya
terdiri atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin
K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut
air. Vitamin K atau metadion baru aktif secara biologis setelah mengalami alkalilasi
didalam tubuh (Almatsier, 2006).
2.3 Fungsi Vitamin K
Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein termasuk
dalam pembekuan darah. Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas
menjaga konsitensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang
larut dalam lemak ini  juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan
pemeliharaan ginjal. Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk
pembentukan tulang terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan
kalsium bagi tulang menjadi maksimal (Winarno 1986). Vitamin K diperlukan untuk
proses karboksilasi-gama pada residu glutamate untuk membentuk tiga protein kunci
yang terdapat dalam tulang, termasuk osteokalsin, yang memiliki aktifitas tinggi dalam
mengikat kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada orang usia lanjut status vitamin K
berbanding terbalik dengan resiko fraktur (Barasi 2007).
Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein
berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla). Protein-protein ini
dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang
menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran hati dan tulang
dan sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium.
Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas biologik vitamin K. Vitamin K sangat
penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin yang tinggi didalam darah
merupakan indikasi baiknya daya penggumpalan darah. Pada proses pembekuan
darah, gama-karboksilasis terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang
terdapat pada berbagai faktor pembekuan darah, seperti factor II (Protrombin), VII,
VIII, IX, dan X (Almatsier 2006).
Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah essensial
dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat
di dalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua
jenis gla-protein ini mengikat hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan
tulang. Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga
tidak dapat mengikat mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla
protein juga ditemukan pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-
paru, dan endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla
protein di dalam otak diduga berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan
untuk perkembangan otak (Almatsier 2006).
2.4 Sumber Vitamin K
Sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri di dalam usus halus
(jejunum dan ileum) yang mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan
disimpan di dalam hati. Akan tetapi tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K
dari makanan. Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau,
kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin
tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan pangan lain yang mengandung vitamin K
dalam jumlah lebih sedikit adalah susu, daging, telur, serealia, dan buah-buahan
(pisang, jeruk, dan tomat) (Almatsier 2006).
Teh juga merupakan sumber vitamin K yang baik. Dalam setiap gram teh
terkandung sekitar 300-500 SI vitamin K. Berbagai pangan probiotik (yoghurt, yakult,
kefir, dan dadih) yang mengandung bakteri bersifat menguntungkan kesehatan,
ternyata bisa membantu menstimulasi produksi vitamin K di dalam usus besar
(Purwanto, 2002)
Tabel 2. Kadar vitamin k pada bahan pangan (µ/100 gram)
Bahan Makanan µ Bahan Makanan µ
Susu Sapi 3 Asparagus 57
Keju 35 Buncis 14
Mentega 30 Brokoli 200
Ayam 11 Kol 125
Daging Sapi 7 Daun Selada 129
Hati Sapi 92 Bayam 89
Hati Ayam 7 Kentang 3
Minyak Jagung 10 Tomat 5
Jagung 5 Pisang 2
Gandum 5 Jeruk 1
Tepung Terigu 4 Kopi 38
Roti 4 Teh Hijau 712
Air Susu Ibu (ASI) tidak banyak mengandung vitamin K, sedangkan bakteri yang
dapat mensintesis vitamin K tidak segera tersedia di dalam saluran cerna bayi. Untuk
mencegah terjadinya gangguan penggumpalan darah yang dapat menyebabkan
perdarahan, bayi baru lahir dianjurkan mendapat vitamin K melalui mulut atau injeksi
intramuscular. Susu formula bayi sebaiknya difortifikasi dengan vitamin K (Almatsier
2006).
2.5 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance), kebutuhan vitamin K
seseorang tergantung dari berat badannya. Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1
mikrogram setiap hari per kg berat badan. Jadi, kalau berat badan Anda 50 kg maka
kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram. Angka kecukupan vitamin K yang
dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin di Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 2 (Almatsier 2006).
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Vitamin K
Jenis Kelamin Golongan Umur AKG (mkg)
0-6 Bulan 5
7-12 Bulan 10
1-3 Tahun 15
4-9 Tahun 20
10-12 Tahun 45
13-15 Tahun 65
Pria
16-19 Tahun 70
≥20 80
10-12 Tahun 45
13-15 Tahun 55
16-19 Tahun 60
Wanita ≥20 65
Hamil 65
Menyusui 0-6 Bulan 65
Menyusui 7-12 Bulan 65

2.6 Absorpsi dan Transportasi Vitamin K


Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentuk residu γ-
karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung
vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan
oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan di
dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3
epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat
pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon
menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan
kembali bentuk aktif vitamin tersebut (Rusdiana 2004).
Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan bantuan asam
empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam usus halus bagian atas, vitamin
K dikaitkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfa ke hati. Hati
merupakan tempat penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Kemudian, vitamin
K diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke berbagai sel tubuh.
Karena vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang menghambat penyerapan
lemak secara otomatis juga akan menurunkan penyerapan vitamin K (Almatsier 2006).
Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K yang diserap akan
dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui urin sebagai metabolit larut air.
Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak banyak dan pergantiannya terjadi dengan
cepat. Simpanan di dalam hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen
berupa menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran
pencernaan. Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi
dari sintesis menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari makanan (Almatsier 2006).
2.7 Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya
sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya
sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi,
vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik,
kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang
sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan
ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K
bergabung dengan VLDL dalam plasma darah (Rusdiana 2004). Setelah disirkulasikan
berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan produk asam
empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses.
Sekitar 20% dari vitamin K diekskresikan melalui feses. Pada gangguan penyerapan
lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 % (Rusdiana 2004)
2.8 Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
1. Kekurangan Vitamin K
Menyebabkan darah tidak dapat menggumpal, sehingga bila ada luka atau pada
operasi terjadi perdarahan. Kekurangan vitamin K karena makanan jarang terjadi,
sebab vitamin K terdapat secara luas dalam makanan. Kekurangan vitamin K terjadi
bila ada gangguan absorpsi lemak (bila produksi empedu kurang atau pada diare).
Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi bila seorang mendapat antibiotika
sedangkan tubuhnya kurang mendapat vitamin K dari makanan. Antibiotika
membunuh bakteri di dalam usus yang membentuk vitamin K. Oleh karena itu,
sebelum operasi biasanya diperiksa terlebih dahulu kemampuan darah untuk
menggumpal dan sebagai pencegahan diberi suntikan vitamin K. Vitamin K
biasanya diberikan sebelum operasi untuk mencegah perdarahan berlebihan
(Almatsier 2006).
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini
dapat meyebabkan pendarahan atau hemorrhargia. Bagaimanapun, kekurangan
vitamin K jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri
dalam usus dan dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena
sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat
mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil
vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir (Rahayu 2008).
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena sedikitnya konsumsi
sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh
bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang
kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan
kurangnya garam empedu (Purwanto 2002).
Aspirin berlebihan dapat mencegah pembekuan darah normal dengan
mengganggu pembentukan platelet dan faktor-faktor tergantung vitamin K.
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain
hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam
darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler (Almatsier
2006).
2. Kelebihan Vitamin K
Hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa
vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin K adalah anemia hemolisis,
hiperbilirubinemia, kern ikterus, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak
(Almatsier 2006).
a. Absorpsi adalah proses penyerapan makanan dari saluran pencernaan yang
selanjutnya dipindahkan ke sistem kardiovaskuler dan limfa untuk diedarkan ke
seluruh tubuh.
b. Anemia Hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya
penghancuran sel darah merah.
c. Hemorrhargia adalah keluarnya eritrosit (darah) dari pembuluh darah, karena
pecahnya dindng pembuluh darah setempat.
d. Kilomikron adalah ikatan lipoprotein besar, yang disintesis dalam mukosa usus,
dikeluarkan ke limfe intestinal, selanjutnya masuk ke dalam plasma darah
sitemik tanpa melalui hati.
e. Koagulasi adalah proses dimana berbagai faktor pembekuan darah berinteraksi,
yang akhirnya membentuk bekuan fibrin yang tak larut.
f. Protrombin adalah protein yang larut dalam plasma darah, yang bila terjadi
luka bersama dengan ion kalsium membentuk trombin, yang mengaktifkan
fibrinogen menjadi fibrin.
g. Proconvertin adalah faktor koagulasi yang dibentuk dalam ginjal dibawah
pengaruh vitamin.
h. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah ikatan lipoprotein dengan
densitas sangat rendah, disintesis hati, memasuki plasma dan diedarkan ke
seluruh tubuh.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 A

3.2 SOP Pemeriksaan PT dan aPTT


Prothrombin Time (PT) dan Time Tromboplastin Time yang diaktifkan
(aPTT) adalah tes koagulasi rutin yang digunakan untuk skrining pra-operasi.
Langkah analitik sebagai salah satu tahap uji laboratorium yang berperan dalam
penentuan tes dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah memilih
perangkat yang tepat. (Chippaux, 1998)

Prothrombin time (PT) adalah tes darah yang mengukur seberapa jauh
darah yang dibutuhkan untuk membeku. Tes waktu prothrombin dapat digunakan
untuk memeriksa masalah pengeringan. PT juga digunakan untuk memeriksa
apakah obat untuk menghindari kelompok darah berfungsi. Tes waktu prothrombin
(PT) diminta untuk membantu menganalisis kematian yang tidak dapat dijelaskan,
seringkali bersamaan dengan tes tromboplastin time (PTT) yang tidak lengkap. Tes
PT menilai jalur keluar dan dasar dari jalur koagulasi, sementara tes PTT menilai
jalur bawaan dan normal. Memanfaatkan keduanya terlihat pada kapasitas yang
tergabung dari bagian yang lebih besar dari elemen koagulasi. (Tcherniantchouk,
Laposata, & Marques, 2013)
Plasma darah biasanya membutuhkan waktu antara 11 dan 13,5 detik untuk
menggumpalkan jika tidak mengonsumsi obat pengencer darah. Hasil PT sering
dilaporkan sebagai rasio normalisasi internasional (INR) yang dinyatakan sebagai
angka. Rentang yang khas untuk seseorang yang tidak mengonsumsi obat
pengencer darah adalah 0,9 hingga sekitar 1,1. Untuk seseorang yang menggunakan
warfarin, INR yang direncanakan biasanya antara 2 dan 3,5. (Og, Jo, Oduola, &
Oo, 2013)
APTT adalah waktu koagulasi dari tes plasma ditambahkan dengan
fosfolipid eksogen (cephalin) sebagai pengganti trombosit dan kalsium klorida.
Kemudian, itu dimodifikasi oleh Proctor dan Rapaport yang menambahkan kaolin
ke mengoptimalkan aktivasi fase kontak koagulasi. Modifikasi ini berperan dalam
membuat koagulan waktu tion lebih pendek dan hasil kurang variabel. Sejak itu,
APTT telah banyak digunakan sebagai alat penelitian itu membantu menemukan
banyak faktor koagulasi dan menjelaskan interaksi mereka untuk pembentukan dan
pembentukan fibrin fibrin tion. Namun, penggunaan APTT tersebar luas di awal
1960-an abad terakhir ketika ketersediaan kit komersial membuatnya menjadi ujian
pilihan untuk memeriksa pasien untuk penyakit hemoragik bawaan dan didapat.
Lain langkah maju untuk penggunaan APTT adalah insidental penemuan yang
dibuat oleh Conley dan Hartmann pasien, dengan lupus erythematosus, yang sering
berkepanjangan APTTs bahkan setelah penambahan plasma normal untuk tes
plasma karena adanya antikoagulan yang beredar. Pada awalnya, ini dianggap
sebagai laboratorium gangguan seperti pasien yang membawa antikoagulan yang
beredar tidak memiliki kekurangan faktor koagulasi dan tidak ada dengan masalah
hemoragik. (Margetić, Ćelap, Dukić, Vukasović, & Virović-Jukić, 2016)

I. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Alat semiotomatis CoaData 4004
2. Mikropipet
3. Yellow tip
4. Blue tip
5. Kuvet
6. Stir bar
b. Bahan
1. Spesimen plasma
2. Tabung biru dengan Natrium Sitrat 0,11 M 1:9
3. Reagen PT
4. Reagen TEClot APTT
5. Reagen CaCl2 0,025 M
6. Reagen kontrol (yang digunakan adalah control dengan device Coatron M
dengan nomor Lot 96002341)

II. CARA KERJA


 Langkah-langkah Pemeriksaan PT
a) Persiapan Sampel
 Tabung penampung Plasma Sitrat harus terbuat dari plastic, bertutup
rapat (Centrifuge Tube)
 Segera lakukan pemeriksaan, bila ditunda hanya dalam batas waktu ±2
jam setelah pengambilan pada suhu kamar
 Jangan menginkubasi Plasma pada suhu 37°C >1 menit
b) Persiapan dan Penyimpanan Control
1. Larutkan bahan control dengan 1,0 ml aquabidest dan diamkan selama 5
menit pada suhu kamar agar terjadi rehidrasi
2. Homogenkan hingga larut dengan sempurna selama 15 menit dengan
menggunakan Mixer Roller
3. Diamkan kembali pada suhu kamar selama 20menit
4. Bagilah sebanyak yang dibutuhkan ke tabung plastic bertutup rapat
(Centrifuge Tube) dan segera simpan pada suhu 2- 8°
5. Ambil bila dibutuhkan dan diamkan pada suhu kamar sebelum
digunakan. Control yang sudah dipakai tidak boleh disimpan kembali ke
lemari es
6. Stabilitas bahan control hanya 8 jam pada suhu 2-8° C dan Rentan
terhadap perubahan suhu.

a) Persiapan dan Penyiapan Reagen


 Prothrombin Time
1. Reagen cair Uniplastin adalah reagen siap pakai, diamkan terlebih
dahulu pada suhu kamar setelah dikeluarkan dari lemari es dan
kemudian homogenkan
2. Pindahkan seperlunya untuk pemeriksaan ke tabung reagen yang baru
(Penambahan reagen baru harus menggunakan tabung baru , jangan
dicampur dengan yang lama)
3. Simpan kembali sisa reagen ke lemari es dengan segera di suhu 2-8 °C
(jangan dibekukan)
4. Bila dibutuhkan kembali, ambil seperlunya dan diamkan pada suhu
kamar sebelum digunakan
5. Inkubasi reagen Uniplastin pada alat (Suhu 37°C) tidak boleh lebih
dari 30 menit, bila lebih dari 30 menit reagen akan rusak

Catatan :

a. Sebelum digunakan kuvet yang berisi stirrer harus digunakan pada blok
incubator selama 5 – 10 menit
b. Gunakan pipet tip, kuvet dan stir bar yang selalu baru
c. Penambahan reagen ke dalam cuvette harus dilakukan dengan cepat
d. Volume pemipetan reagen dan plasma harus tepat
e. Perhatikan STABILITAS reagent and control terhadap SUHU.

 Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)


1. Reagen cair TEClot APTT & CaCl2 0,025M adalah reagen siap pakai,
diamkan terlebih dahulu pada suhu kamar setelah dikeluarkan dari
lemari es dan kemudian homogenkan
2. Ambillah seperlunya reagen TEClot APTT & CaCl 2 0,025M dan
masing-masing dipindahkan ke tabung reagen yang baru (penambahan
reagen baru harus menggunakan tabung baru , jangan dicampur dengan
yang lama)
3. Segera simpan kembali vial TEClot APTT & CaCl 2 0,025M yang
belum terpakai ke lemari es bersuhu 2-8 C ( jangan biarkan vial TEClot
APTT & CaCl2 0,025M pada suhu kamar karena menurunkan stabilitas
reagen), CaCl2 disimpan pada suhu 2-8 C
4. Reagen APTT-P tidak perlu di inkubasi. Hanya CaCl 2 0,025M yang
perlu diinkubasi.

Catatan : (1) Gunakan pipet tip, kuvet dan stir bar yang selalu baru, (2) penambahan
reagen ke dalam cuvette harus dilakukan dengan cepat, (3) volume pemipetan reagen
dan plasma harus tepat, (4) Perhatikan STABILITAS reagent and control terhadap
SUHU.

d) Langkah Pemeriksaan PT
1. Pada keadaan STANDBY tanpa kuvet untuk semua channel pengukuran,
pada layar akan tertera nilai temperature dari blok inkubasi dan juga metode
pemeriksaan yang dipilih. Gunakan kursor [/] untuk memilih metode
pemeriksaan PT. Tekan enter untuk melakukan pemeriksaan PT
2. Alat akan melakukan pembacaan nilai blanko secara otomatis
3. Pipet 50 µl plasma sitrat masukkan kedalam kuvet yang berisi stirrer. Buka
light protection cap dan segera masukkan kuvet dengan tepat kedalam
channel pengukuran. Tutup kembali light protection cap
4. Alat secara otomatis akan mengenali kuvet yang dimasukkan dan timer
akan menghitung mundur waktu inkubasi plasma sitrat
5. Sinyal suara akan terdengar untuk mengindikasikan sisa waktu inkubasi 5
detik
6. Setelah waktu inkubasi selesai alat dalam keadaan adjS (adjust sample)
artinya sedang melakukan penyesuaian signal untuk sample
7. Pipet 100 µl reagen PT-S yang telah diinkubasi (prewarmed) dan masukkan
tip pipet melalui light protection cap secara tegak lurus dan lakukan
pemipetan dengan cepat
8. Segera setelah hasil diperoleh maka printer secara otomatis akan mencetak
hasil dalam Detik dan INR
9. Keluarkan kuvet dan channel pengukuran diikuti dengan menekan tombol
CH(n) (sesuai letak kuvet dalam channel pengukuran)

e) Langkah-langkah Pemeriksaan APTT


1. Pada keadaan STANDBY tanpa kuvet untuk semua channel pengukuran, pada
layar akan tertera nilai temperature dari blok inkubasi dan juga metode
pemeriksaan yang dipilih. Gunakan kursor [/] untuk memilih metode
pemeriksaan PT. Tekan enter untuk melakukan pemeriksaan APTT
2. Alat akan melakukan pembacaan nilai blanko secara otomatis
3. Pipet 50 µl plasma sitrat 50µl reagen aPTT-S masukkan kedalam kuvet yang
berisi stirrer. Buka light protection cap dan segera masukkan kuvet dengan tepat
kedalam channel pengukuran. Tutup kembali light protection cap
4. Alat secara otomatis akan mengenali kuvet yang dimasukkan dan timer akan
menghitung mundur waktu inkubasi plasma sitrat
5. Sinyal suara akan terdengar untuk mengindikasikan sisa waktu inkubasi 5 detik
6. Setelah waktu inkubasi selesai alat dalam keadaan adjS (adjust sample) artinya
sedang melakukan penyesuaian signal untuk sample
7. Pipet 50 µl CaCl2 yang telah diinkubasi (prewarmed) dan masukkan tip pipet
melalui light protection cap secara tegak lurus dan lakukan pemipetan dengan
cepat
8. Segera setelah hasil diperoleh maka printer secara otomatis akan mencetak hasil
dalam Detik dan Rasio
9. Keluarkan kuvet dan channel pengukuran diikuti dengan menekan tombol CH(n)
(sesuai letak kuvet dalam channel pengukuran)

III. NILAI RUJUKAN

Pemeriksaan PT : 11 – 15 detik

Pemeriksaan APTT : 20-32 detik

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam 3 bentuk yaitu
Vitamin K1 (phytomenadione), Vitamin K2 (menaquinone) dan Vitamin K3
(menadione).
2. Vitamin K tahan terhadap panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam, dan alkali.
3. Fungsi vitamin K adalah menjaga konsitensi aliran darah, membantu pembekuan
darah saat diperlukan, memaksimalkan penyerapan kalsium, dan proses
karboksilasi-gama pada residu glutamate dalam pembentukan tulang.
4. Sumber-sumber vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau seperti kol dan
brokoli serta bakteri di dalam usus halus (jejunum dan ileum) juga mampu
mensintesis vitamin K.
5. Standar kecukupan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya, untuk
dewasa 1mikrogram setiap hari per kg berat badan.
6. Absorpsi vitamin K dipengaruhi sekresi empedu dan cairan pankreas. Setelah
vitamin K diserap oleh usus halus, kemudian dikaitkan dengan kilomikron serta
ditransportasikan ke hati melalui sistem limfe. Kemudian diangkut oleh VLDL ke
seluruh tubuh.
7. Vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan produk asam empedu
terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses.
8. Kekurangan vitamin K terjadi apabila terdapat gangguan absorbsi lemak sehingga
hipotrombinemia menyebabkan darah sukar membeku dan pendarahan atau
hemorrhargia. Kelebihan vitamin K adalah anemia hemolitik, hiperbilirubinemia,
kern ikterus dan kerusakan pada otak.

4.2 Saran
Kami sebagai penulis menyarankan kepada pembaca sebaiknya dapat mengetahui
dan memahami apa itu cairan sendi dan pemeriksaannya. Kami sebagai Penulis
tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca

DAFTAR PUSTAKA
 
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Barasi, M. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hermaya, T. 1992. Ensiklopedi Kesehatan. Jakarta: PT.Cipta Adi Kusuma
Purwanto. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian
Rahayu. 2008. Vitamin K. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas Sumatera Utara.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Wilson, E.D., K.H. Fisher dan P.A.
Gracia. 1979. Principle of Nutrition. New York: John Wiley & Son,ed.
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
https://www.scribd.com/document/376728128/Pt-Aptt-Yuni

Anda mungkin juga menyukai