TINJAUAN PUSTAKA
11
12
2. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung.
3. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis
endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin
untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah
lainnya.
Seperti yang terlihat pada gb.5 & 6 diatas, katup tricuspid 3 daun katup
(tri =3), katup aorta dan katup pulmonal juga mempunya 3 daun katup.
Sedangkan katup mitral atau bikuspid hanya mempunyai 2 daun katup.
15
ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian
lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang
kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel
yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua
otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga
membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain
adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan
memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.
Perlu anda ketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri
menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari
beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan
dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja,
sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal
dibandingkan otot ventrikel kanan.(Lihat Gb 2.6 dan GB 2.7)
- Katup pulmonal
- Pulmonal Trunk
- Empat (4) arteri pulmonalis, 2 ke paru-paru kanan dan 2 ke paru-paru kiri
Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke
jantung melalui 4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-
paru kiri) menuju atrium kiri.
Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup
biskupid atau katup mitral. Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh
tubuh termasuk jantung (melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta.
Dari seluruh tubuh,darah balik lagi ke jantung melewati vena kava superior,vena
kava inferior dan sinus koronarius menuju atrium kanan.(Lihat GB 2.10)
B. DEFINISI
Hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang ditunjukan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolic (bagian
bawah) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital
lainnya (Murwani, 2015).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut WHO
1996, batasan tekanan darah normal orang dewasa adalah maksimum 140/90
mmHg. Apabila tekanan darah seseorang di atas angka tersebut pada beberapa
kali pengukuran di waktu yang berbeda, orang tersebut bisa dikatakan menderita
hipertensi. Penderita hipertensi memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan
serangan jantung dan stroke (Suwarsa, 2016).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko hipertensi, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal
23
( Utaminingsih, 2017).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan Hipertensi
adalah suatu keadaan tanpa gejala maupun bergejala dimana terjadi peningkatan
tekanan darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg.
C. ETOLOGI
Penyebab hipertensi menurut Triyanto (2016) adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi
pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikan insiden penyakit arteri
dan kematian premature
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih
tinngi dari pada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita
mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insien pada wanita lebih
tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang kulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih.
4. Pola Hidup
Faktor seperti halnya pedidikan, penghasilan dan factor pola hidup pasien
telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan
rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhungan
dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai
factor resiko utama.Merokok dipandang sebagai factor resiko tinggi bagi
hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia
adalah factor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan
dengan hipertensi
24
D. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia
maupun dunia sebab diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama
terjadi di Negara berkembang. pada tahun 2000 terdapat 639 kasus hipertensi
diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Sedangkan
hipertensi di Indonesia menunjukan bahwa di daerah pedesaan masih banyak
penderita hipertensi yang belum terjangkau oleh layanan kesehatan dikarenakan
tidak adanya keluhan dari sebagian besar penderita hipertensi (Adriansyah, 2015).
Ironinya, diperkirakan ada 76% kasus hipertensi di masyarakat yang
belum terdiagnosis, artinya penderitanya tidak mengetahui bahwa dirinya
mengidap penyakit ini. Dari 31,7% prevalensi hipertensi, diketahui yang sudah
memiliki tekanan darah tinggi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah
7,2% dan kasus yang minum obat hipertensi 0,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
76% masyarakat belum mengetahui telah menderita hipertensi Artinya banyak
sekali kasus hipertensi tetapi sedikit sekali yang terkontrol (Adib, 2012). Hasil
Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevelensi hipertensi sebanyak 31,7%.
Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian utama di perkotaan maupun
perdesaan pada usia 55-64 tahun (Rosid, 2015).
Data statistik WHO (word Hearld Organization) melaporkan hingga tahun
2018 terdapat satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan
sekitar 7,5 juta orang atau 12,8% kematian dari seluruh total kematian yang
disebabkan oleh penyakit ini, tercatat 45% kematian akibat jantung koroner dan
25
51% akibat stroke yang juga disebabkan oleh hopertensi. Menurut American
Haert Association (2018) tercatat sekitar 77,9 juta orang di amerika serikat
dengan perbandingan 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi. Jumlah ini
diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030 sekitar 83,2 juta orang atau 7,2% .
sementara itu menurut National Health Nutrition Examination Survey (NHNES),
di amerika orang dewasa dengan hipertensi pada tahun 2016-2018 tercatat sekitar
39-51% hal ini menunjukan terjadinya peningkatan sekitar 15 juta orang dari total
58-65 juga menderita hipertensi (Triyanto, 2016).
Angka kejadian hipertensi di indonesia menurut riset Kesehatan Dasar
Tahun 2017 menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di indonesia berdasarkan
pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan 5,9%, dari 25,8% menjadi
31,7% dari total penduduk dewasa. Berdasarkan pengukuran sampel umur lebih
dari 18 tahun prevelansi hipertensi mengalami peningkatan yakni 7,6% pada
tahun 2015 dan 9,5% tahun 2017 dengan total presentase sebesar 25,8%.
Prevelansi hipertensi tertinggi di Bangka Belitung dengan presentase 25,8%,
kalimantan selatan 30,8%, kalimantan timur 29,6%, jawa barat 29,5% (Riskesdas,
2018).
Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
2017 angga kejadian hipertensi 68,6% dan jumlah kasus sebanyak 24.120 rata-
rata kasus 3.700 kasus. Preverensi hipertensi di Kabupaten Barito Timur
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan data rekapitulasi tahun 2016
penderita hipertensi mencapai 8,218 jiwa (Dinkes Kalteng, 2019).
Data dari di RSUD Tamiang Layang Tahun 2020 kasus hipertensi selalu
ada peningkatan selama tiga bulan terakhir, terdapat 20 kasus di bulan oktober,
bulan November 26 kasus dan bulan desember sebanyak 32 kasus. Sementera itu
untuk sementara itu yang mengalami komplikasi dari stroke sampai dengan
serangan jantung karena hipertensi sebanyak 5 orang di bulan oktober, 7 orang di
bulan nopember dan sebanyak 6 orang di bulan desember (RSUD Tamiang
Layang , 2020).
Faktor penyebab dari hipertensi itu seperti perubahan gaya hidup sebagai
contohnya merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial. Karena angka
26
E. FATOFISOLOGI
Faktor resiko seperti obesitas, gaya hidup yang tidak sesuai atau karena
penyakit lannya yang menimbulkan terjadinya hipertensi primer maupun
hipertensi sekunder diakibatkan oleh hilangnya elastisitas pembuluh jaringan ikat
karena aterosklerosis yang menyebabkan penurunan relaksasi otot polos
pembuluh darah.
Vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan curah jantung menurun serta
penurunan volume ekstra sell dan perfusi renal mengakibatkan iskemik ginjal
yang meransang renin mengeluarkan angiotensinogen dan angiotensin I untuk
membentuk ACE yang merangsang angiotensin II sebagai vasokontriktor untuk
sekresi aldosterone dari ion exchange di tubulus ginjal sehingga terjadinya
reabsorbsi natrium dan air sekresi kalium dan hydrogen meningkatkan volume
cairan ekstrasel maka tekanan darah menjadi meningkat.
Vasokontriksi pembuluh darah juga menyebabkan tahanan perifer
meningkat sehingga suplai oksigen dan nutrient tidak maksimal menyebabkan
intoleransi aktivitas. Hipertensi juga menyebabkan mual dan muntah sehingga
intake inadekuat maka akan timbul gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sehingga timbul kelemahan juga defisit motorik beresiko
terjadinya cidera.
Peningkatan tekanan darah menyebabkan peningkatan intra vaskuler dan
tekanan pembuluh darah otak meningkat menimbulkan ganguan rasa nyaman
nyeri, TIO meningkat menyebabkan gangguan penglihatan deficit lapang pandang
27
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
29
4. Treatment
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
d) Diet
g) Menghentikan merokok
h) Latihan Fisik
5. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
6. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya
32
e. Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
vaskuler serebral.
3. Diagnosa Keperawatan
Intervensi berdasarkan Nanda, NIC, NOC (2015) adalah sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan 1 : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral
No Tujuan/ kriteria
Intervensi Rasional
hasil
gelisah. penyembuhan
34
relaksasi.
Nadi : 60-100 x/menit
4. Beri obat sesuai 4. Untuk mempercepat
RR : 16-20 x/menit
instruksi dokter proses penyembuhan
hasil
dijangkau akan
mengurangi energy
yang digunakan
hasil
edema.
No Tujuan/ kriteria hasil Intervensi Rasional
terutama pemasukan
1) tidak ada
dan haluan
edema
4) Pasang urine kateter 4) Untuk mengetahui
2) input, output
jika diperlukan secara akurat input
seimbang
yangdikeluarkan
39
2. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi pasien. Evaluasi adalah respon pasien terhadap terapi
dan kemajuan mengarah pencapaian hasil yang diharapkan. Aktifitas ini
berfungsi sebagai umpan balik dan bagian control proses keperawatan,
melalui mana status pernyataan diagnostic pasien secara individual dinilai
untuk diselesaikan, dilanjukan atau memerlukan kebaikan (Setiadi, 2016)
Pada prinsipnya alat dalam perawatan intensif dapat di bagi atas dua
yaitu alat-alat pemantau dan alat-alat pembantu termasuk alat ventilator,
hemodialisa dan berbagai alat lainnya termasuk defebrilator. Alat-alat monitor
meliputi bedside dan monitor sentral, ECG, monitor tekanan intravaskuler dan
intrakranial, komputer cardiac output, oksimeter nadi, monitor faal paru,
analiser karbondioksida, fungsi serebral/monitor EEG, monitor temperatur,
analisa kimia darah, analisa gas dan elektrolit, radiologi (X-ray viewers,
portable X-ray machine, Image intensifier), alat-alat respirasi (ventilator,
humidifiers, terapi oksigen, alat intubasi (airway control equipment),
resusitator otomatik, fiberoptik bronkoskop, dan mesin anastesi (Rab, 2017).
Peralatan unit kerja di ICU/ICCU yang begitu beragam dan kompleks
serta ketergantungan pasien yang tinggi terhadap perawat dan dokter karena
setiap perubahan yang terjadi pada pasien harus di analisa secara cermat untuk
mendapat tindakan yang cepat dan tepat membuat adanya keterbatasan ruang
gerak pelayanan dan kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga biasanya
dibatasi dalam hal waktu kunjungan (biasanya dua kali sehari), lama
kunjungan (berbeda-beda pada setiap rumah sakit) dan jumlah pengunjung
(biasanya dua orang secara bergantian).
Selain itu ICU juga merupakan tempat yang sering memberikan respon
kekhawatiran dan kecemasan pasien dan keluarga mereka karena kritisasi
kondisi yang belum stabil. Diharapkan bahwa dengan memperhatikan
kebutuhan baik pasien maupun keluarga, rumah sakit dapat menciptakan
lingkungan yang saling percaya dan mendukung dimana keluarga sebagai
bagian integral dari perawatan pasien dan pemulihan pasien secara utuh.
(Kvale, 2015).
4. Perawat ICU
Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan tiga tugas utama
yaitu, life support, memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat
pengobatan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu
diperlukan satu perawat untuk setiap pasien dengan pipa endotrakeal baik
dengan menggunakan ventilator maupun yang tidak. Di Australia
44
diklasifikasikan empat kriteria perawat ICU yaitu, perawat ICU yang telah
mendapat pelatihan lebih dari duabelas bulan ditambah dengan pengalaman,
perawat yang telah mendapat latihan sampai duabelas bulan, perawat yang
telah mendapat sertifikat pengobatan kritis (critical care certificate), dan
perawat sebagai pelatih (trainer) (Rab, 2017).
Di Indonesia, ketenagaan perawat di ruang ICU di atur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I maka perawatnya adalah
perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan lanjut,
untuk ICU level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat di
ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU level
III diperlukan minimal 75% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan
perawat terlatih dan bersertifikat ICU.