Anda di halaman 1dari 2

>> Berani menjadi pusat perhatian orang , dalam perspektif negatif

Hampir semua orang gila memiliki sifat berani, berani untuk diusik orang lain , berani untuk dizholimi
secara massal oleh orang lain , berani karena keterbatasan ‘materi sandang, pangan ‘ dan lain
sebagainya, sehingga bertelanjang didepan orang banyak, dan sejumlah tindakan diluar akal manusia,
karena memang katanya ‘ tidak waras ‘. Tetapi dari sifat beraninya ‘ orang gila’ tersebut melahirkan 2
( dua ) sifat yang ada pada dirinya yang begitu fantastis, yakni ; ‘ imun’ terhadap berbagai penyakit dan ‘
sifat malu’ .

1. Imun terhadap berbagai penyakit.


Hampir semua orang gila memilki kekebalan tubuh yang luar biasa dari berbagai serangan
penyakit.
Ini adalah satu hal sangat misterius , sulit dianalisa dan diagnosa dari berbagai sudut kajian
hygienis. Pola hidup yang tidak sehat, mengkonsumsi makanan nyaris tidak hygenis dan tidak
mengikuti pola alur ilmu kesehatan dan gizi, bahkan seringkali mereka yang berkeliaran dijalan
seringkali mengkonsumsi makanan dari tempat sampah. Tapi anehnya mereka orang-orang gila
tetap sehat dan tahan atas berbagai serangan penyakit.
Rahasia dibalik ‘imunnya’ tubuh orang gila yakni selalu menjaga atau mengkonsumsi makanan
yang halal dan diridhoi oleh semua pihak , bukan saja Tuhan tetapi hak orang lain yang selalu
dijaga kehalalannya. Mungkin di Era yang serba instan dan modern ini konsep memilih dan
memilah makanan yang diridhoi oleh semua pihak sulit diterima oleh kita.Tapi pada hakikinya
itulah faktanya.
2. Malu untuk meminta
Hampir semua orang gila memilki sifat malu. Mereka malu untuk meminta , kalau mereka orang
gila untuk meminta saja malu apalagi mencuri, dan lain sebagainya yang bersifat merugikan.
Mari kita telaah kasus ini dengan membandingkan / comperative cases dengan aktivitas
keseharian orang-orang waras / normal , bahkan para okmum pejabat yang notabene
berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan yang secara pandangan public
sudah sangat ‘wah’ tetapi mereka tidak malu-malu meminta ‘imbalan’ yang pada gilirannya
telah menjadi symbol-simbol budaya minus yang telah mengkristal menjelma menjadi sederatan
aktifitas biasa yang dilakukan secara ‘berjamah’ oleh oknum pejabat seperti; suap, uang pelicin
dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai