Anda di halaman 1dari 15

SOSIOLOGI

Diferensiasi dan Stratifikasi

Dosen pembimbing : Mohammad Fauzi., M.SI

Oleh :

Aida Sofia Fitriati (A02216004)

Izzatun Niswah (A02216019)

Yufian putra Pratama (A022160

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah” Sosiologi”
kami selaku penulis mohon kritik dan saranya agar dapat kami gunakan sebagai pelajaran dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya . Dan juga berterima kasih kepada Bapak
dosen.Yang telah memberikan tugas kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
kita sehingga dapat menjadi pelajaran yang berguna. Kami menyadari sepenuhya bahwa dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini yang
telah kami buat di maa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami dan berguna bagi diri sendiri maupun
orang lain yang membacanya dan mendengarnya. Sebelum kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan kami mohon maaf.

Surabaya,31 Maret 2017


Daftar isi

Kata pengantar..............................................................................................................................i

Daftar isi........................................................................................................................................ii

Bab I..............................................................................................................................................1

Bab II.............................................................................................................................................2

Pembahasan................................................................................................................................2

A. Defenisi diferensi sosial.............................................................................................2


B. Bentuk deferensi sosial...............................................................................................3
C. Definisi Strafikasi Sosial............................................................................................4
D. Factor Pembentukan Stratifikasi Sosial......................................................................6
E. Sifat, fungsi dan konsekuensi Stratifikasi Sosial .......................................................7

Bab III...........................................................................................................................................11

Kesimpulan................................................................................................................................11

Daftar pustaka...............................................................................................................................12
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam lembaga masyarakat sering terjadi berbedaan. Perbedaan itulah yang
menjadi dasar terbentuknya kelompok masyarakat di berbagai daerah. Ada perbedaan
dalam kalangan kelas, ras dan budaya. Dan perbedaan itu menurut ilmu sosiologi terbagi
menjadi dua yaitu diferensasi sosial dan statifikasi sosial.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beerapa masalah yang
dapat dijadikan bahan pembahasan dalam makalah ini. berikut adalah rumusan
masalahnya.
1. Bagaimana pengertian diferensi sosial
2. Bagaimana bentuk diferensasi sosial
3. Bagaimana pengertian stratifikasi sosial
4. Apa saja factor pembentukan stratifikasi sosial
5. Bagaimana sifat, fungsi dan konsekuensi sosial
Bab II

PEMBAHASAN

Diferensiasi Sosial

    Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya


sama.Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakatsecara
horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan daripembagian tersebut
yang lebih tinggi daripada golongan lainnya..Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada
perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klan dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan
pengelompokan berasarkan perbedaan profesidan jenis kelamin disebut heterogenitas social

   Pada intinya hal-hal yang terdapat dalamdifer ens ias i itu tidak terdapat tingkatan-
tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalahsesuatu
yang biasanya telah ia bawa sejak lahir. contohnya saja, suku sunda dan sukubatak memiliki
kelebihan masing-masing. jadi seseorang tidak bisa menganggap sukubangsanya lebih baik,
karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat.diferensiasi merupakan
perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalammasyarakat, bukan untuk menjadikan kita
berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadidi Afrika Selatan. Diferensiasi sosial ditandai
dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:

a.) Ciri Fisik: Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.Misalnya : warna kulit,
bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. )Ciri Sosial: Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan
carapandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori iniadalah
perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan
berbeda dengan seorang karyawankantor.
c.)Ciri Budaya: Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu
masyarakatmenyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan,
sistemkekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut
suatumasyarakat dapat kita lihat dari bahasa,kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Bentuk-bentuk diferensasi sosial

1. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama.
Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan
budayanya.

2. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)


Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang
masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan
penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa
memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya.

3. Diferensiasi Klen (Clan)


Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan
kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat
(tradisi). Klen adalah sistem sosial yang 10 berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama
umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis
ibu (matrilineal).

4. Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial
bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar.
Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk
golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara
berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi diferensiasi agama merupakan
pengelompokan masyarakat berdasarkan agama atau kepercayaannya.

5. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)


Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai umber
penghasilan atau mata pencahariannya. Deferensiasi profesi merupakan pengelompokan
masyarakat didasarkan ada jenis pekerjaan atau profesinya biasanya berkaitan dengan
keterampilan khusus. Misalnya guru memerlukan keterampilan khusus seperti pandai
berbicara,suka membimbing, sabar, dsb. Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok
masyarakat, berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan
sebagainya.
Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya.
Contohnya:perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya
melaksanakan pekerjaannya.

6. Diferensiasi Jenis Kelamin


Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan
seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur
organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok
masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.

7. Diferensiasai Asal Daerah


Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
 masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa;
 masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal seperti, perilaku,
tutur kata, cara berpakaian, cara menghias rumah, dsb.

8. Diferensiasi Partai
Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/ berkuasa,
maka bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam
kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas,
seideologi dan sealiran.

Strafikasi sosial

A. Definisi stratifikasi

Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.. Stratifikasi berasal dari kata
stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Pitirin A. Sorokin mendefinisikan
stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Perwujudannya adalah kelas-kelas yang tinggi dan kelas yang rendah. Selanjutnya,
menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam
pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial pengaruhnya
diantara anggota-anggota masyarakat.1 Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu
pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda. Berarti, stratifikasi social
merupakan pembedaan penduduk dalam kelas-kelas secara bertingkat.

1
Piritim A. Sorokin, social and mobility, (Collier-Macmillan Limited, London:The Free Press of Glencoe, 1959),
hal.11
Lapisan masyarakat mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di
dalam organisai sosial. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih
bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan antara pemimpin dengan
yang dipimpin, golongan budak/buangan dan bukan budak/buangan, pembagian kerja dan
bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju
teknologi suatu masyarakat semakin kompleks pula system lapisan masyarakat2

Lapisan masyarakat tidak hanya dapat dijumpai pada masyrakat manusia, tetapi juga pada
pada masyarakat hewan dan tumbuh-tumbuha. Ada golongan hewan yang merayap, menyusui,
dan lain-lainnya. Bahkan dikalangan hewan menyusui umpamanyan kera, ada lapisan pimpinan
dan dipimpin, perbedaan pekerjaan yang didasarkan pada pembedaan seks dan seterusnya.
Demikian juga dikalangan dunia tumbuh-tumbuhan dikenal adanya tumbuh-tumbuhan parasitis
dan sebagainya. akan tetapi pembicaraan kita hanya akan dibatasi pada lapisan masyarakat
manusia.

Lapisan masyarakat tersebut memiliki banyak bentuk-bentuk konkret. Akan tetapi, secara
prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat dikalrifikasikan menjadi tiga macam kelas, yaitu ekonomi,
politik, dan didasarkan pada jabatanjabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya, ketiga bentuk
pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain, diamana terjadi saling
memengaruhi. Misalnya mereka yang termasuk ke dalam suatu lapisan atau dasar ukuran politis
biasanya juga merupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar
ekonomis. Demikian pula mereka yang kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang
senantiasa penting. Akan tetapi, tidak semua demikian keadaanya. Hal itu semuanya tergantung
pada system nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat bersangkutan.

B. Faktor Pembentukan Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial terbentuk karena di masyarakat terjadi persaingan untuk
memperoleh sesuatu yang dianggap berharga dan langka. Orang yang mampu memiliki
sesuatu yang dianggap berharga akan menempati strata lebih tinggi.Sesuatu yang
diperebutkan dapat berupa hal-hal yang bernilai ekonomis dan hal-hal yang berupa status
atau peran sosial. Sesuatu yang bernilai ekonomis meliputi semua hal yang diperlukan
untuk menunjang hidup manusia, misalnya uang, kekayaan, pekerjaan, rumah, tanah, dan
lain-lain, sedangkan status atau peran sosial dapat berupa jabatan, ilmu pengetahuan,
gelar kesarjanaan, gelar kebangsawanan, kekuasaan, dan lain-lain. Semakin tinggi kelas
sosial seseorang, maka semakin banyak barang atau status tertentu yang dia kuasai. Akan
2
Alex Inkeles, What is sociology an Introduction to the Discipline and Profession, ( India: Prentice Hall Of India ltd.,
1965), hal.83
tetapi, segala sesuatu yang dianggap bernilai dapat saja berbeda antarasatu masyarakat
dengan masyarakat lainnya. Misalnya, sawah dan ternak bagi orang desa lebih berharga
dibanding barang-barang elektronik. Anggapan ini berbeda dengan orang kota.Selain itu,
terbentuknya kelas-kelas sosial di masyarakat merupakan konsekuensi adanya pembagian
jenis pekerjaan.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, semakin kompleks suatu masyarakat
maka deferensiasi dan pendistribusian pekerjaan juga semakin rinci. Setiap orang harus
memilih salah satu jenis pekerjaan (fungsi) dalam masyarakatnya. Ada orang-orang yang
sejak turun-temurun mewarisi kekuasaan sebagai kaum bangsawan atau orang kaya raya .
Mereka disebut kelas atas atau kaum elit. Ada orang-orang yang dengan usahanya
mampu memperoleh pekerjaan bagus dan berpenghasilan besar sehingga mereka
memperoleh kehidupan yang relatif lebih baik. Mereka disebut kelas menengah. Namun,
ada pula sekelompok orang yang karena keter-batasannya terpaksa harus menjalani
pekerjaan yang kasar. Mereka disebut kelas bawah. Garis batas antarkelas sosial sulit
ditentukan, dan jumlah anggota setiap kelas sosial pun sulit diketahui. Hal itu karena
perbedaan setiap orang bersifat relatif dan setiap saat terjadi perubahan kondisi sosial
ekonomi pada setiap orang. Banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya kelas-kelas
sosial. Secara umum, faktor-faktor itu dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu
ekonomi dan sosial. Faktor-faktor ekonomi membedakan kelas-kelas sosial berdasarkan
kekayaan, penghasilan, dan jenis pekerjaan. Sedangkan factor sosial membedakan kelas-
kelas sosial berdasarkan tingkat dan jenis pendidikan,identifikasi diri, prestise keturunan,
partisipasi kelompok, dan pengakuan oranglain. Kadang-kadang suatu kelas sosial dapat
pula dikenali dengan simbol-simbol status, cara berbicara, gaya hidup, selera seni, dan
cara berpenampilan.

C. Sifat, Fungsi dan Konsekuensi Stratifikasi Sosial.

1.) Sifat Stratifikasi Sosial


 Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan
menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem
pelapisan sosial campuran.
a.) Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit
mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas
pada mobilitas horisontal saja. Sistem lapisan yang tetutup ini membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain Contoh:-
system kasta di India yang telah ada sejak berabad-abad yag lalu. Dalam
masyarakat India Kuno dijumpai empat Varna yang tersusun dari atas sampai
bawah. Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya dan Sudra.
Brahmana merupakan kasta para pendeta yang dipandang lapisan tertinggi.
Ksatria kasta orang-orang bangsawan. Vaicya merupakan kasta para pedagang.
Dan Sudra adalah kasta orang-orang biasa (rakyat jelata).
System kasta semacam di India juga dijumpai di Amerika Serikat, dimana
terdapat pemisahan yang tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit
hitam terutama orang-orang Negro. Sistem tersebut terkenal dengan sistem
segration yang sebenarnya tak jauh beda denga sistem apartheid yang
memisahkan golongan kulit putih dengan golongan asli (pribumi) di Uni Afrika
Selatan.
Sistem lapisan tertutup juga dijumpai pada masyarakat Bali. Menurut kitab
suci orang-orang Bali masyarakat dibagi menjadi empat lapisan, yaitu Brahmana,
Satria, Vesia dan Sudra.ketiga lapisa pertama biasa disebut Triwangsa, sedangkan
lapisan terakhir disebut jaba. Biasanya orang-orag mengetahui gelar seseorang ke
dalam kasta mana ia tergolong. Gelar-gelar tersebut diwarisi menurut garis
keturunan laki-laki seperti Ida Bagus, Tjokorda, Dewa, Ngahan, Bagus, I Gusti,
Gusti. Gelar pertama adalah gelar orang Brahmana. Gelar kedua sampai keempat
berlaku untuk orang-orang Satria. Gelar kelima dan keenam berlaku bagi orang-
orang Vaicya. Sedangkan orang-orang Sudra memakai gelar Pande, Kbon, Pasek
dan sebagainya. disamping itu, hukum adat juga menetapkan hak-hak bagi si
pemakai gelar, misalnya dalam memakai pakaian,perhiasan-perhiasan tertentu dan
lain-lain. Kehidupan kasta ini terlihat jelas di Bali pada umumnya dalam hubunga
perkawinan. Seorang gadis suatu kasta tertentu umumnya dilarang bersuamika
seseorang dari kasta yng lebih rendah.

b. )Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification).


   Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota
strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Contoh:- Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.-
Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal
adaniat dan usaha.

c.) Stratifikasi Sosial Campuran


 Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan
terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukanterhormat
di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperolehkedudukan
rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompokmasyarakat di
Jakarta.
2.) Fungsi stratifikasi sosial
Dalam hidup bermasyarakat, secara tidak langsung setiap anggota masyarakat
digolongkan ke dalam beberapa lapisan berdasarkan kriteria tertentu, seperti harta,
kepemilikan tanah, pendidikan, dan lain-lain. Dalam kenyataannya, stratifikasi sosial
mempunyai fungsi sebagai berikut:
 Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki
sistem sosial yang sama dalam masyarakat.
 Kriteria system pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,
keanggotaan, kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan wewenang atau
kekuasaan.
 Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti menentukan penghasilan,
tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/kedudukan
seseorang.
 Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
 Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah
laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
 Sistem pertanggan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang
menyangkut prestise dan penghargaan, misalkan pada seseorang yang
menerima penghargaan.

3.) Konsekuensi stratifiksi sosial


Perbedaan tingkat pendidikan, kekayaan, status atau perbedaan kelas sosial tidak
cuma mempengaruhi perbedaan dalam hal gaya hidup atau tindakan, tetapi –seperti
ditulis Horton dan Hunt juga menimbulkan sejumlah perbedaan dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti peluang hidup dan kesehatan, peluang bekerja dan
berusaha, respons terhadap perubahan, pola sosialisasi dalam keluarga, dan perilaku
politik.

a. Gaya hidup.
Gaya hidup (life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas
sosial yang lain dalam banyak hal tidaklah sama, bahkan ada kecenderungan masing-
masing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup ekslusif untuk membedakan
dirinya dengan kelas sosial yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang
umumnya bersikap konservatif di bidang agama, moralitas, selera pakaian, selera
makanan, cara baru perawatan kesehatan, cara mendidik anak, dan hal-hal lainya, gaya
hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atraktif dan
eksklusif (Dickson, 1968). Mulai dari tutur kata, cara berpakaian, pilihan hiburan,
pemanfaatan waktu luang, pola berlibur, dan sebagainya, antar kelas yang satu dengan
yang lainnya umumnya tidak sama.
b. Peluang Hidup dan Kesehatan.
Berbagai kajian yang dilakukan ahli sosiologi dan kependudukan telah banyak
menemukan kaitan antara stratifikasi sosial dengan peluang hidup dan derajat
kesehatan keluarga. Studi yang dilakukan oleh Robert Chambers, misalnya,
menemukan bahwa di lingkungan keluarga miskin, tidak berpendidikan, dan rentan,
mereka umumnya lemah jasmani dan mudah terserang penyakit. Sementara itu, studi
yang dilakukan oleh Brooks menemukan bahwa kecenderungan terjadinya kematian
bayi ternyata dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya kelas sosial orangtua. Semakin tinggi
kelas sosial orangtua, semakin kecil kemungkinan terjadinya kematian bayi. Di
kalangan kaum ibu yang kurang berpendidikan, terjadinya kematian bayi relatif lebih
tinggi karena tinggi-rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
pengertiannya terhadap perawatan kesehatan, hygiene, perlunya pemeriksaan
kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak-anak dan
keluarganya.

Bisa dibayangkan, apa yang bakal terjadi jika sebuah keluarga miskin suatu saat
kepala keluarga yang merupakan tenaga kerja produktif dan andalan ekonomi keluarga
tiba-tiba jatuh sakit hinga berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Berbeda
dengan keluarga kelas menengah ke atas yang biasanya memiliki tabungan yang cukup
dan ikut asuransi kesehatan, keluarga-keluarga miskin yang bekerja dengan upah
harian, tatkala mereka sakit, maka akibat yang segera terjadi biasanya adalah mereka
terpaksa jatuh pada perangkap utang, dan pelan-pelan satu per satu barang yang
mereka miliki terpaksa dijual untuk menyambung hidup .  Dengan alasan tidak lagi
ada uang yang tersisa,  sering terjadi keluarga miskin yang salah satu anggota
keluarganya sakit akan memilih mengobati seadanya dengan cara tradisional, yang
ironisnya kadang justru membuat penyakit yang mereka derita menjadi tidak kunjung
sembuh.

c. Respon terhadap perubahan

Terbatasnya pendidikan, kebiasaan membaca, dan pergaulan mengakibatkan


kebanyakan orang-orang dari kelas sosial bawah itu tidak mampu mengetahui latar
belakang pemikiran yang mendasari berbagai program perubahan yang ditawarkan.

Kelas sosial atas di mana sebagian besar berpendidikan relatif memadai–


cenderung lebih responsif terhadap ide-ide baru, sehingga acapkali mereka lebih sering
bisa memetik manfaat dengan cepat atas program-program baru atau inovasi-inovasi
yang diketahuinya.

James Scout menyatakan bahwa salah satu ciri masyarakat desa miskin di Asia
Tenggara adalah keengganan untuk menempuh resiko atau lebih dikenal dengan istilah
prinsip safety first (dahulukan selamat). Petani-petani kecil yang merasa lebih baik
menunggu daripada segera merespon perubahan atau tawaran program baru, karena
bagi mereka kelangsungan hidup lebih penting daripada melakukan langkah-langkah
terobosan yang menurut mereka belum tentu jelas hasilnya.

d. Peluang bekerja dan berusaha.


Peluang bekerja dan berusaha antara kelas sosial rendah dengan kelas sosial di
atasnya umumnya jauh berbeda. Dengan koneksi, kekuasaan, tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, dan uang yang dimiliki, kelas sosial atas relatif lebih mudah membuka
usaha atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Seseorang yang sejak
kecil telah disertakan dalam kursus Bahasa Iggris oleh orangtuanya yang kaya, tentu
kemungkinan mereka bersekolah di luar negeri lebih terbuka. Dengan menyandang
gelar MBA atau MA dari luar negeri, jelas kesempatan mereka untuk bekerja di
perusahaan besar lebih besar.
Sementara itu, untuk kelas sosial rendah, akibat belitan atau perangkap
kemiskinan dan pendidikannya yang rendah, mereka umumnya rentan, tidak berdaya
dan kecil kemungkinan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang memadai atau
kemungkinan melakukan diversivikasi okupasi.

e. Kebahagiaan dan sosialisasi keluarga


Horton dan Hunt (1984) menyatakan bahwa orang-orang kaya umumnya lebih
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga lebih berkemungkinan
untuk merasa bahagia daripada orang-orang yang kurang berada. Fenomena child
abuse atau tindak kekerasan dalam keluarga cenderung lebih sering terjadi dan
dialami oleh keluarga-keluarga yang secara sosial-ekonomi tergolong miskin.
Keluarga-keluara dari kalangan bawah cenderung mengalami kegagalan dalam
melaksanakan fungsi-fungsi dasar keluarga, khususnya fungsi afeksi dan sosialisasi,
karena setiap harinya mereka masih harus dipusingkan oleh kebutuhan perut yang
tidak bisa ditunda-tunda lagi.

Dalam konteks ini bahwa “kekerasan” menghasilkan “kekerasan” adalah


kebenaran yang tidak mudah disangkal. Seorang anak yang dibesarkan dalam suasana
keluarga yang serbakekurangan dan penuh dengan tindak kekerasan, besar
kemungkinan ketika ia menjadi dewasa dan berkeluarga, akan menjadi seorang suami
atau ayah yang ringan tangan terhadap isteri atau anak-anaknya. Ia akan enggan
memberikan kasih sayang dan perasaan cintanya terhadap anggota-anggota
keluarganya.
Bab III

Penutup

Kesimpulan

Mau tidak mau ada system lapisan masyarakat karean gejala tersebut sekaligus
memecahkan persoalan yand dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu dalam tempat-
tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajibannya
yang sesuai dengan kedudukan serta perannya.
Daftar pustaka
Soekanto, Sarjono. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo. 1982

Koentjaraningrat. Beberapa pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian rakyat. 1967

Anda mungkin juga menyukai