Oleh :
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah” Sosiologi”
kami selaku penulis mohon kritik dan saranya agar dapat kami gunakan sebagai pelajaran dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya . Dan juga berterima kasih kepada Bapak
dosen.Yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
kita sehingga dapat menjadi pelajaran yang berguna. Kami menyadari sepenuhya bahwa dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini yang
telah kami buat di maa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami dan berguna bagi diri sendiri maupun
orang lain yang membacanya dan mendengarnya. Sebelum kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan kami mohon maaf.
Kata pengantar..............................................................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................................................ii
Bab I..............................................................................................................................................1
Bab II.............................................................................................................................................2
Pembahasan................................................................................................................................2
Bab III...........................................................................................................................................11
Kesimpulan................................................................................................................................11
Daftar pustaka...............................................................................................................................12
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam lembaga masyarakat sering terjadi berbedaan. Perbedaan itulah yang
menjadi dasar terbentuknya kelompok masyarakat di berbagai daerah. Ada perbedaan
dalam kalangan kelas, ras dan budaya. Dan perbedaan itu menurut ilmu sosiologi terbagi
menjadi dua yaitu diferensasi sosial dan statifikasi sosial.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beerapa masalah yang
dapat dijadikan bahan pembahasan dalam makalah ini. berikut adalah rumusan
masalahnya.
1. Bagaimana pengertian diferensi sosial
2. Bagaimana bentuk diferensasi sosial
3. Bagaimana pengertian stratifikasi sosial
4. Apa saja factor pembentukan stratifikasi sosial
5. Bagaimana sifat, fungsi dan konsekuensi sosial
Bab II
PEMBAHASAN
Diferensiasi Sosial
Pada intinya hal-hal yang terdapat dalamdifer ens ias i itu tidak terdapat tingkatan-
tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalahsesuatu
yang biasanya telah ia bawa sejak lahir. contohnya saja, suku sunda dan sukubatak memiliki
kelebihan masing-masing. jadi seseorang tidak bisa menganggap sukubangsanya lebih baik,
karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat.diferensiasi merupakan
perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalammasyarakat, bukan untuk menjadikan kita
berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadidi Afrika Selatan. Diferensiasi sosial ditandai
dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.) Ciri Fisik: Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.Misalnya : warna kulit,
bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. )Ciri Sosial: Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan
carapandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori iniadalah
perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan
berbeda dengan seorang karyawankantor.
c.)Ciri Budaya: Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu
masyarakatmenyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan,
sistemkekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut
suatumasyarakat dapat kita lihat dari bahasa,kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Bentuk-bentuk diferensasi sosial
1. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama.
Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan
budayanya.
4. Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial
bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar.
Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk
golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara
berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi diferensiasi agama merupakan
pengelompokan masyarakat berdasarkan agama atau kepercayaannya.
8. Diferensiasi Partai
Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/ berkuasa,
maka bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam
kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas,
seideologi dan sealiran.
Strafikasi sosial
A. Definisi stratifikasi
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.. Stratifikasi berasal dari kata
stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Pitirin A. Sorokin mendefinisikan
stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Perwujudannya adalah kelas-kelas yang tinggi dan kelas yang rendah. Selanjutnya,
menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam
pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial pengaruhnya
diantara anggota-anggota masyarakat.1 Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu
pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda. Berarti, stratifikasi social
merupakan pembedaan penduduk dalam kelas-kelas secara bertingkat.
1
Piritim A. Sorokin, social and mobility, (Collier-Macmillan Limited, London:The Free Press of Glencoe, 1959),
hal.11
Lapisan masyarakat mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di
dalam organisai sosial. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih
bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan antara pemimpin dengan
yang dipimpin, golongan budak/buangan dan bukan budak/buangan, pembagian kerja dan
bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju
teknologi suatu masyarakat semakin kompleks pula system lapisan masyarakat2
Lapisan masyarakat tidak hanya dapat dijumpai pada masyrakat manusia, tetapi juga pada
pada masyarakat hewan dan tumbuh-tumbuha. Ada golongan hewan yang merayap, menyusui,
dan lain-lainnya. Bahkan dikalangan hewan menyusui umpamanyan kera, ada lapisan pimpinan
dan dipimpin, perbedaan pekerjaan yang didasarkan pada pembedaan seks dan seterusnya.
Demikian juga dikalangan dunia tumbuh-tumbuhan dikenal adanya tumbuh-tumbuhan parasitis
dan sebagainya. akan tetapi pembicaraan kita hanya akan dibatasi pada lapisan masyarakat
manusia.
Lapisan masyarakat tersebut memiliki banyak bentuk-bentuk konkret. Akan tetapi, secara
prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat dikalrifikasikan menjadi tiga macam kelas, yaitu ekonomi,
politik, dan didasarkan pada jabatanjabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya, ketiga bentuk
pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain, diamana terjadi saling
memengaruhi. Misalnya mereka yang termasuk ke dalam suatu lapisan atau dasar ukuran politis
biasanya juga merupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar
ekonomis. Demikian pula mereka yang kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang
senantiasa penting. Akan tetapi, tidak semua demikian keadaanya. Hal itu semuanya tergantung
pada system nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat bersangkutan.
a. Gaya hidup.
Gaya hidup (life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas
sosial yang lain dalam banyak hal tidaklah sama, bahkan ada kecenderungan masing-
masing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup ekslusif untuk membedakan
dirinya dengan kelas sosial yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang
umumnya bersikap konservatif di bidang agama, moralitas, selera pakaian, selera
makanan, cara baru perawatan kesehatan, cara mendidik anak, dan hal-hal lainya, gaya
hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atraktif dan
eksklusif (Dickson, 1968). Mulai dari tutur kata, cara berpakaian, pilihan hiburan,
pemanfaatan waktu luang, pola berlibur, dan sebagainya, antar kelas yang satu dengan
yang lainnya umumnya tidak sama.
b. Peluang Hidup dan Kesehatan.
Berbagai kajian yang dilakukan ahli sosiologi dan kependudukan telah banyak
menemukan kaitan antara stratifikasi sosial dengan peluang hidup dan derajat
kesehatan keluarga. Studi yang dilakukan oleh Robert Chambers, misalnya,
menemukan bahwa di lingkungan keluarga miskin, tidak berpendidikan, dan rentan,
mereka umumnya lemah jasmani dan mudah terserang penyakit. Sementara itu, studi
yang dilakukan oleh Brooks menemukan bahwa kecenderungan terjadinya kematian
bayi ternyata dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya kelas sosial orangtua. Semakin tinggi
kelas sosial orangtua, semakin kecil kemungkinan terjadinya kematian bayi. Di
kalangan kaum ibu yang kurang berpendidikan, terjadinya kematian bayi relatif lebih
tinggi karena tinggi-rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
pengertiannya terhadap perawatan kesehatan, hygiene, perlunya pemeriksaan
kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak-anak dan
keluarganya.
Bisa dibayangkan, apa yang bakal terjadi jika sebuah keluarga miskin suatu saat
kepala keluarga yang merupakan tenaga kerja produktif dan andalan ekonomi keluarga
tiba-tiba jatuh sakit hinga berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Berbeda
dengan keluarga kelas menengah ke atas yang biasanya memiliki tabungan yang cukup
dan ikut asuransi kesehatan, keluarga-keluarga miskin yang bekerja dengan upah
harian, tatkala mereka sakit, maka akibat yang segera terjadi biasanya adalah mereka
terpaksa jatuh pada perangkap utang, dan pelan-pelan satu per satu barang yang
mereka miliki terpaksa dijual untuk menyambung hidup . Dengan alasan tidak lagi
ada uang yang tersisa, sering terjadi keluarga miskin yang salah satu anggota
keluarganya sakit akan memilih mengobati seadanya dengan cara tradisional, yang
ironisnya kadang justru membuat penyakit yang mereka derita menjadi tidak kunjung
sembuh.
James Scout menyatakan bahwa salah satu ciri masyarakat desa miskin di Asia
Tenggara adalah keengganan untuk menempuh resiko atau lebih dikenal dengan istilah
prinsip safety first (dahulukan selamat). Petani-petani kecil yang merasa lebih baik
menunggu daripada segera merespon perubahan atau tawaran program baru, karena
bagi mereka kelangsungan hidup lebih penting daripada melakukan langkah-langkah
terobosan yang menurut mereka belum tentu jelas hasilnya.
Penutup
Kesimpulan
Mau tidak mau ada system lapisan masyarakat karean gejala tersebut sekaligus
memecahkan persoalan yand dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu dalam tempat-
tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajibannya
yang sesuai dengan kedudukan serta perannya.
Daftar pustaka
Soekanto, Sarjono. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo. 1982