Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335362463

PERANAN BIOANTROPOLOGI BAGI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK


USIA DINI

Article · August 2019

CITATIONS READS

0 2,443

5 authors, including:

Aldila Rahma
Universitas Islam Nusantara
18 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

General Knowledge and Science Learning For Young Children Using Observational Learning Method and Plants as The Instructional Media View project

All content following this page was uploaded by Aldila Rahma on 23 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERANAN BIOANTROPOLOGI BAGI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Aldila Rahma

Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara
Email: aldila.rahma@fkip-uninus.ac.id

ABSTRAK

Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) nantinya akan menghasilkan pendidik dan tenaga
kependidikan anak usia dini yang professional, baik secara teoritis maupun praktis. Untuk mencapai hal itu, mahasiswa
tidak hanya dibekali dengan dasar-dasar kependidikan anak usia dini, namun juga memahami anak itu sendiri baik dari
psikis maupun fisik. Bioantropologi adalah salah satu ilmu yang dapat membantu memahami mengenai fisik anak.
Bioantropologi atau dapat disebut Antropologi Fisik merupakan salah satu cabang ilmu Antropologi yang menitikberatkan
pada kajian tubuh atau jasmani manusia. Bioantropologi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan terutama
mahasiswa, mengenai seluk beluk tubuh manusia terutama tubuh anak, apalagi dengan mereka yang nantinya akan
berinteraksi langsung dengan anak di sekolah. Pengetahuan dasar mengenai tubuh manusia penting untuk diketahui,
setidaknya pengetahuan mengenai fenotipe (karakteristik yang tampak dari luar atau dapat diamati langsung), sehingga
dapat memahami perbandingan ciri fisik tubuh normal dan abnormal. Ciri karakter fisik tersebut dapat digunakan untuk
melakukan deteksi dini jika terdapat kelainan pada tubuh terutama pada anak. Perbandingan fisik normal dan abnormal
dapat diketahui dengan pengukuran Antropometri. Selain itu, pengetahuan mengenani Neurobiologi atau Neurosains dapat
membantu guru untuk memahami cara kerja otak anak sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
menentukan metode belajar pada anak usia dini.

Kata kunci: bioantropologi, anak usia dini, tubuh manusia, antropometri, neurosains

1. PENDAHULUAN

Antropologi didefiniskan sebagai ilmu mengenai manusia dengan berbagai perspektif seperti asal,
tingkah laku, fisik, sosial dan pekembangan budayanya. Manusia adalah organisme biokultural, dimana
kebudayaan dan biologi mempengaruhi satu sama lain. Ahli antropologi mempelajari perbedaan dan
persamaan diantara populasi manusia (Relethford, 2010). Antropologi dibagi kedalam empat subidang ilmu
yaitu Antropologi Budaya, Antropologi Linguistik, Arkeologi dan Antropologi Biologi (Stanford, 2013).
Diantara cabang ilmu yang ada, antropologi biologi kurang populer di Indonesia dibandingkan dengan
cabang ilmu antropologi yang lainnya. Antropologi biologi atau dapat juga disebut “Antropologi fisik”,
“Antropologi jasmani”, “Bioantropologi” atau “Antropobiologi” secara garis besar memiliki ruang lingkup
mencakup aspek fisik dan biokultural manusia.
Bioantropologi adalah studi umum mengenai manusia dan semua aspek mengenai perilaku, budaya
dan juga artefak-artefak. Lebih spesifiknya lagi, ilmu ini mengenai evolusi dan semua aspek mengenai
bagaimana terjadinya manusia. Bioantropologi menelaah mengenai manusia, nenek moyang dan kerabat
terdekat yang masih hidup seperti monyet dan kera. Lebih khususnya mengenai manusia dan interaksinya
dengan lingkungan, baik masa kini maupun masa lalu, serta hubungan antara biologi dengan kebudayaan
yang dibentuknya. Dalam ranah Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, kajian Bioantropologi dapat
membantu untuk memahami karakter fisik anak usia dini, konsep pembentukan anak berkualitas serta
pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan otak anak yang dibahas dalam
kajian Neurosains.
2. CAKUPAN DAN PERKEMBANGAN BIOANTROPOLOGI

Para ahli Bioantropologi tertarik dengan proses evolusi manusia yang dapat dikatakan unik, dilihat dari
fenotipe seperti bentuk tubuh, kerangka, dan ciri utama lainnya. Ilmu ini menjawab tentang pertanyaan
besar seperti “bagaimana manusia ada sampai seperti sekarang ini?”. Manusia memiliki perilaku,
kebudayaan, adaptasi yang sangat kompleks dan unik yang membedakannya dengan makhluk hidup yang
lainnya, terutama dengan “kerabat” terdekat manusia yaitu kera, dimana manusia dan kera sama-sama
termasuk kedalam Ordo (bangsa) Primata. Ilmu ini menitikberatkan pada evolusi spesifik karakter manusia,
dilihat dari susunan kerangka. Membandingkan genom (susunan gen) manusia dengan kera, sehingga dapat
dibedakan terutama karakter genotipeenya, lalu bagaimana hal tersebut pada akhirnya dapat berpengaruh
pada perkembangan tubuh dan terutama fenotipe manusia. Oleh karena itu, Bioantropologi sangat
berkaitan dengan Primatologi (ilmu mengenai Primata). Di lingkungan universitas, mahasiswa yang
mengambil mata kuliah ini belajar mengenai identifikasi manusia, dan juga identifikasi rangka manusia dan
hewan lainnya, evolusi, ekologi manusia dan primata, serta mempelajari mengenai anatomi manusia. Ilmu
ini merupakan dasar untuk mereka yang berkarir di bidang museum, situs ekskavasi (penggalian), kebun
binatang atau fasilitas hewan lain, unit arkeologi, serta forensik.
Bioantropologi modern mengalami berbagai perkembangan. Objeknya tidak hanya menitikberatkan
pada evolusi, primatologi dan kekerabatan dengan makhluk primata lainnya, namun melibatkan disiplin
ilmu lain dan cakupannya lebih luas lagi seperti (Stanford, et al., 2013; Fuentes, 2012; Larsen, 2010 and
Relethford, 2010):
a. Genetika dan genomic. Mencakup pola hereditas (pewarisan/ penyampaian informasi genetik dari
generasi ke generasi), Hukum Mendel, pengenalan biologi sel, substansi genetika seperti DNA, gen
dan kromosom sebagai blueprint kehidupan, variasi genotipe (gen) dan fenotipe (ekspresi fisik) serta
genetika populasi.
b. Biologi manusia. Mengenai hakikat manusia di alam, morfologi manusia (struktur dan bentuk tubuh),
rangka manusia, fisiologi manusia (sistem dalam tubuh) seperti sistem sirkulasi, sistem koordinasi,
sistem pencernaan, pernapasan, reproduksi dan sebagainya.
c. Manusia modern saat ini. Membahas mengenai ras manusia (Teori Franz Boas), kemunculan variasi
pada ras manusia, proses tumbuh kembang manusia mulai dari tahapan prenatal (sebelum lahir),
postnatal (setelah lahir) dan tahap pendewasaan manusia. Selain itu termasuk juga adaptasi manusia
dalam menghadapi tantangan hidup. Contohnya tubuh melakukan adaptasi dalam menghadapi
perubahan iklim seperti mekanisme adaptasi tekanan panas dan termoregulasi, hubungan bentuk
tubuh dan adaptasi terhadap tekanan panas, adaptasi tekanan dingin dan termoregulasi, pengaruh
radiasi matahari terhadap warna kulit, pengaruh radiasi matahari terhadap sintesis vitamin D,
ketinggian altitude dan akses terhadap oksigen. Juga dibahan mengenai perilaku makan manusia dan
kaitannya dengan perolehan makronutrien dan mikronutrien untuk tubuh.
d. Ekologi Perilaku Primata. Mempelajari Primata lain yang hidup saat ini. Primatologi sangat berperan
dalam hal ini. Membahas sisi biologi “kerabat dekat” manusia seperti mekanisme adaptasi, susunan
rangka, genetika dan klasifikasi secara anatomi untuk membandingkan antar anggota Ordo Primata.
Objeknya yaitu Prosimians, primata tingkat rendah dan Antropoids, primata tingkat tinggi. Ekologi
primata mencakup perbedaan dari masyarakat Primata, perilaku sosial primata, perilaku reproduksi,
kompetisi dan kooperasi diantara primata.
e. Bukti masa lalu. Paleantropologi mengambil peran dalam hal ini. Mencakup pengenalan fosil, sejarah
bumi, metode penentuan usia bumi dengan pendekatan kimia, biostratigrafik (keberadaan fauna),
pendekatan kebudayaan, pengukuran usia radioaktif.
f. Evolusi, sejarah awal kemunculan primata di muka bumi. Mempelajari nenek moyang Antropoid (kera
kuno), penyebaran anthropoid ke penjuru dunia yang awalnya berasal dari Afrika, hingga menyebar ke
Amerika, Asia, Eropa. Perubahan habitat dan adaptasi baru yang dialami oleh anthropoid kuno.
g. Awal mula kemunculan Hominid. Awal mula munculnya manusia di muka bumi. Konsep bipedal
(berdiri dengan dua kaki), kemunculan genus Australopithecus, perkembangan genus Homo (dimulai dari
sejarah Homo habilis) dengan karakteristik otak lebih besar, mengenal penggunaan alat, adaptasi yang
lebih fleksibel. Semua ini dibuktikan oleh catatan fosil.
h. Manusia modern (Homo sapiens). Kemunculan pertama Homo sapiens, catatan fosil, penyebaran Homo
sapiens dari Afrika hingga Asia dan Eropa. Cara adaptasi, perilaku dan kebudayaan yang
dikembangkan.
i. Evolusi manusia saat ini dan masa yang akan datang. Melalui pendekatan evolusi perilaku,
sosiobiologi, pendekatan biokultural, perkembangan pertanian dan studi populasi manusia. Akibat
evolusi manusia modern adalah munculya revolusi pertanian sebagai usaha pemenuhan kebutuhan
pangan, tekanan populasi manusia yang mengarah pada degradasi lingkungan, penyebaran penyakit
menular dan defisiensi nutrisi.
j. Biomedis dan Antropologi forensik. Berguna dalam identifikasi jasad manusia dan atau rangka dalam
berbagai konteks. Diantaranya menentukan usia, waktu kematian, jenis kelamin, keturunan, catatan
premortem, perimortem dan postmortem.

3. PERAN BIOANTROPOLOGI BAGI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI

Jika berbicara dalam konteks Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, cabang ilmu yang terdapat
dalam Bioantropologi tidak semuanya relevan. Namun dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat, beberapa
dapat diterapkan dalam kajian Pendidikan Anak Usia Dini, terutama pengetahuan mengenai seluk beluk
fisik anak yang akan mempengaruhi perilaku individu anak. Mengingat mahasiswa lulusan PG PAUD yang
nantinya akan menjadi guru dan berimteraksi langsung dengan anak usia dini, pengetahuan mengenai
fenotipe dan karakter anak harus dimiliki. Bioantropologi dapat memberikan konsep berupa solusi bersifat
preventif, presertif dan kuratif terhadap perkembangan fisik dan psikis terutama anak (Hasbi, 2012).
Dalam cakupannya untuk PG PAUD, Bioantraopologi dapat disederhanakan menjadi pengenalan
konsep antropologi fisik pada anak usia dini, struktur tubuh manusia baik secara anatomis maupun
morfologis, konsep dasar pembentukan anak berkualitas, proses tumbuh kembang manusia mulai dari
fertilisasi, prenatal dan postnatal. Memahami dasar-dasar genetika seperti faktor keturunan, pewarisan sifat
(hereditas), kelainan dan penyakit pada anak baik herediter maupun kongenital. Konsep antropometri anak
meliputi pengukuran ciri fisik disesuaikan dengan perkembangan normal anak, sehingga dapat mengetahui
deteksi dini jika ada kelainan pada tubuh anak. Serta Neurosains (ilmu mengenai otak) dalam kaitannya
dengan pembentukan perilaku anak dan penerapannya dalam pembelajaran untuk anak usia dini.

4. TEMPAT MANUSIA DI ALAM DITINJAU DARI STRUKTUR BIOLOGIS TUBUH


MANUSIA

Struktur tubuh manusia difokuskan pada ciri fenotipe, yaitu ciri dasar tubuh manusia terutama
morfologi (bentuk dan struktur) luar tubuh dan fisiologi (fungsi dan sistem dalam tubuh). Manusia adalah
organisme multiseluler, diklasifikasikan kedalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Subfilum Vertebrata,
Kelas Mammalia. Manusia ditempatkan ke dalam ordo Primata, subordo Antropoid dengan ciri seperti
tangan yang dapat menggenggam, memiliki tulang, kelopak mata yang dapat menutup dan otak yang relatif
luas. Kemampuan mengayunkan tangan membentuk lingkaran, dada datar dan lebar serta tidak memiliki
ekor, menempatkan manusia pada keluarga Hominidae. Ciri paling spesifik manusia, berjalan dengan dua
kaki (bipedal), struktur wajah dan otak yang luas menempatkan manusia pada genus Homo dan spesies sapiens.
Tubuh manusia tersusun atas jaringan epitelium, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan saraf. Sementara
rangka manusia dibedakan menjadi empat region: tengkorak, torso (sumbu tubuh), alat gerak atas (tungkai
atas) serta alat gerak bawah (tungkai bawah), dimana semua region tersusun atas bagian-bagian tulang yang
berbeda. Jumlah tulang manusia normal sebanyak 206 tulang (Fuentes, 2012).
Penerapannya pada PG PAUD, pengetahuan dasar mengenai struktur tubuh manusia dapat
memberikan informasi mengenai perbedaan fisik normal maupun abnormal pada anak. Karena fungsinya
dalam memberi bentuk tubuh, menopang serta menegakkan tubuh, maka struktur rangka dapat
menunjukkan bentuk khas tubuh manusia. Dengan demikian, postur tubuh dapat memberi petunjuk jika
terjadi kelainan fisik pada tubuh manusia. Selain itu, hubungan antara jaringan otot dan rangka dapat
memberi pengetahuan mengenai gerak motorik pada manusia.
5. ANATOMI - FISIOLOGI MANUSIA: MEMAHAMI SISTEM DALAM TUBUH MANUSIA

Ilmu Anatomi Fisiologi membantu untuk memahami struktur dalam (organ) tubuh manusia dan
bagaimana cara kerja organ-organ tubuh. Unit fungsional dan structural terkecil tubuh adalah sel, dimana
sel-sel akan bergabung menjadi jaringan, organ, sistem organ dan kemudian membentuk satu individu.
Selain struktur, tubuh memiliki sistem yang memungkinkan tubuh tetap beraktivitas. Sistem yang terdapat
dalam tubuh merupakan hasil dari organ tubuh yang bekerja bersama-sama. Semua sistem dalam tubuh
terintegrasi dan berfungsi bersama-sama. Sistem-sistem ini terdiri dari sistem sirkulasi (peredaran darah dan
jantung), respirasi (pernapasan), pencernaan, ekskresi (pembuangan zat sisa), imunitas (kekebalan),
koordiasi (saraf dan panca indera), endokrin (hormon), gerak (rangka dan otot), dan reproduksi.
Tubuh manusia termasuk sistem didalamnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan
memahami bagaimana tubuh bekerja, hal ini dapat membantu untuk mendeteksi jika terjadi sesuatu yang
abnormal pada tubuh, sehingga dapat ditanggulangi secara dini. Selain itu, Fisiologi Anatomi juga menjadi
materi pelajaran wajib yang dipelajari baik di bangku sekolah maupun perguruan tinggi.

6. TAHAP TUMBUH KEMBANG MANUSIA

Pertubuhan dapat didefinisikan sebagai proses pertambahan dan pertumbuhan sel yang bersifat
irreversible (tidak kembali ke ukuran semula). Sedangkan perkembangan adalah proses diferensiasi dan
kedewasaan. Proses pertumbuhan selalu diikuti dengan proses perkembangan. Tahapan umum tumbuh
kembang manusia adalah masa prenatal (sebelum lahir) dan postnatal (setelah lahir). Hal ini melibatkan sistem
dalam tubuh yaitu reproduksi (Relethford, 2010). Prenatal merupakan periode mulai dari fertilisasi sampai
lahir. Fertilisasi (konsepsi pada manusia) terjadi ketika sperma melebur dengan ovum di oviduct. Proses
berikutnya adalah pembelahan (cleavage) menjadi tahapan embrionik yang disebut blastosit, kemudian embrio
melakukan implantasi kedalam endometrium. Setelah itu, embrio akan berkembang menjadi fetus (janin).
Masa kehamilan (gestasi) manusia rata-rata selama 266 hari (38 minggu) dihitung dari masa konsepsi. Selama
masa kehamilan, fetus menunjukkan proses tumbuh kembang ditinjau dari panjang badan, berat badan dan
ukuran otak. Diikuti oleh proses diferensiasi yaitu sel dan jaringan embrio terspesialisasi membentuk
struktur tubuh (Reece, et al., 2011).
Adapun pertumbuhan postnatal manusia terdiri dari lima tahapan dasar mulai dari lahir sampai masa
dewasa (Relethford, 2012). Tahap pertama, masa bayi (infancy), dimulai dari lahir sampai masa penyapihan
(kurang lebih 2-3 tahun), ditandai dengan pertumbuhan yang cepat. Tahap kedua, masa kanak-kanak
(childhood), dari penyapihan sampai akhir pertumbuhan berat otak. Kurang lebih sampai usia 7 tahun. Tahap
pra remaja (juvenile) merupakan kelanjutan tahapan childhood sampai permulaan tahap keempat yaitu masa
remaja (adolescence), dimana pada tahap ini terjadi kematangan seksual dan pertumbuhan badan yang sangat
cepat. Masa remaja pada perempuan dimulai pada usia 10 tahun, sedangkan pada laki-laki, dimulai pada usia
12 tahun. Tahapan kelima, yang terakhir, yaitu masa dewasa (adulthood).
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti faktor internal (gen dan hormon)
serta faktor eksternal (lingkungan). Anak usia dini berada pada tahapan golden age dimana pada usia ini
merupakan masa kritis yang menentukan kemampuan intelektual, kepribadian, nilai dan tingkah laku
seseorang. Jika mendapat stimulasi dan penanganan yang tepat, baik fisik, mental dan sosial anak dapat
berkembang secara optimal. Masa balita merupakan landasan perkembangan berikutnya dimana
kemampuan bahasa, kratifitas, sosial emosional dan intelegensia berkembang sangat cepat. Parameter yang
digunakan dalam menilai perkembangan anak adalah gerak motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
tingkah laku (kemapuan bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan) (Kania, 2010).
Untuk mengotimalkan tumbuh kembang anak dan membentuk anak berkualitas, diperlukan
pengetahuan mengenai apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang proses tersebut. Pada tahap prenatal,
harus diperhatikan mengenai asupan gizi ibu dan penyakit yang diderita ibu ketika hamil. Sedangkan pada
tahap postnatal, faktor yang harus diperhatikan adalah asupan gizi anak, monitoring kesehatan anak dengan
KMS (Kartu Menuju Sehat) setidaknya sampai usia 3 tahun, imunisasi (pemberian kekebalan tubuh),
stimulasi (meliputi rangsangan visual, audio dan kinestetik) sehingga semua indera anak dapat terastimulasi
serta faktor lingkungan meliputi perumahan, kondisi sanitasi dan suasana keluarga (Kania, 2010).
7. DASAR- DASAR GENETIKA: UPAYA DETEKSI DINI KELAINAN PADA ANAK

Genetika adalah ilmu mengenai hereditas (pola penurunan sifat) dan menjelaskan munculnya berbagai
variasi makhluk hidup, yang juga menjadi dasar terjadinya evolusi. Teori dan penelitian mengenai hereditas
didasari oleh pendeta Austria, Gregor J. Mendel (1900). Secara keilmuan, Bioantropologi terkait dengan
variabilitas biologis pada manusia yang muncul dari pengaruh genetik (biologis) dan lingkungan (kultural)
(Stanford, et al. 2013). Ilmu genetika menelaah tentang “cetak biru” makhluk hidup yaitu DNA
(Deoxyribonucleic Acid) yang merupakan molekul pita ganda yang membawa informasi genetic yang terdapat
pada setiap makhluk hidup.
Penurunan sifat pada manusia dapat terjadi pada kromosom tubuh (autosomal) dan kromosom sex
(gonosomal). Manifestasi autosomal, dapat muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sedangkan
gonosomal sebagian besar terkait kromosom X, dimana sifat ayah diturunkan semua pada anak perempuan
sedangkan sifat ibu diturunkan pada semua anak laki-laki. Ciri khas pewarisan sifat bersilang ini disebut
Criss-Cross Inheritance (Suryo, 2005). Baik autosomal maupun gonosomal, cara penurunan sifatnya mengikuti
kaidah Hukum Mendel.
Dalam cakupannya pada PG PAUD, genetika tentunya tidak dipelajari secara molekular. Tidak juga
mempelajari sel secara mikroskopis. Disini justru menerapkan pola pewarisan sifat yang dikemukakan oleh
Mendel. Ilmu hereditas salah satunya dapat diterapkan untuk mengetahui terjadinya suatu kelainan dan juga
dapat digunakan sebagai deteksi dini suatu kelainan pada tubuh manusia. Genetika dapat digunakan untuk
membedakan apakah kelainan tersebut terjadi akibat faktor keturunan (herediter) atau cacat lahir (congenital).
Kecermatan mengenali kelainan pertumbuhan dan mendiagnosa penyebab kelainan sejak lahir pada anak
akan mempermudah terapi atau tindakan rehabilitasi selanjutnya. Keterlambatan diagnose kelainan
pertumbuhan anak dapat menimbulkan cacat mental dan emosional (mental and emitonal disorder) yang
bersifat permanen. Bagi guru, hal ini terutama berguna untuk membantu orang tua untuk memahami
kelainan pada anak dan juga bagaimana memperlakukan anak berkebutuhan khusus atau anak dengan
disabilitas di lingkungan sekolah.
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems revisi ke 10 (ICD – 10)
membedakan dua masa terjadinya kelainan yaitu kelainan yang terjadi sebelum anak berusia 3 (tiga) tahun,
dan kelaiman terjadi setelah anak berusia 3 tahun. Kelainan pertumbuhan dapat berupa fisik dan mental
(kepribadian) (WHO. 2015). Kelainan pertumbuhan pada anak (pervasive development disorder) disebabkan oleh
empat faktor yaitu: faktor kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena kelainan
perkembangan saraf (neuro development disorder), virus, jamur, rubella, herpes toksoplasma dan akibat vaksin
yang mengandung air raksa (mercuri) seperti vaksin MMR dan Thimerosal, sistem pencernaan yang kurang
baik sehingga rentan terhadap makanan tertentu dan kelainan kromosom dan faktor keturunan atau
genetika.
Kelainan genetika terjadi karena terjadi mutasi pada satu atau lebih gen atau kromosom pada orang
tua yang diturunkan pada keturunannya, sehingga menyebabkan suatu kondisi fenotipe klinis. Kelainan
herediter ini tidak ditularkan. Macam kelainan genetika antara lain, sickle cell anemia, mikrosefalus,
defisiensi imunitas kombinasi, polidaktili, thalassemia, akondroplasia, muscular distropi, alergi, leukemia,
hemophilia, albinisme, buta warna, anodontia, diabetes mellitus, fenilketonuria, berbagai sindrom seperti
Klinefelter, Down, Turner, Edward, Patau, Jacobs, Cri du cat, dan masih banyak lagi kelainan lainnya.
Tindakan penyembuhan dapat dilakukan melalui diet, adaptasi lingkungan, pembedahan, kemoterapi dan
rekayasa genetika.
Sedangkan kelainan kongenital terjadi saat lahir disebabkan oleh cacat perkembangan yang asalnya
diketahui atau tidak diketahui, dan juga dapat diturunkan. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam
pertumbuhan bayi dan merupakan sebab terjadinya abortus, atau kematian setelah lahir. Untuk mencegah
terjadinya hal ini, dapat dilakukan pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium. Juga diagnose pre/ante
natal dengan pemeriksaan ultrasonografi, air ketuban dan darah Janin. Kelainan kongenital dapat berupa
Achondroplasia, Gigantisme, Dwarfisme, Acromegaly, Palatoskizis, Strabismus, Hernia umbilikalis,
Cerebral palsy, kelainan jantung, Clubfoot, defek tabung saraf dan lain sebaginya.
Untuk mengetahui kelainan pertumbuhan pada anak, tentulah diperlukan pemahaman mengenai
struktur tubuh manusia. Selain itu diperlukan pula konsep antropometri. Antropometri artinya ukuran
tubuh dari berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia.
Pengukuran antropometri dianggap sebagai indikator penting dari status gizi individu (Al-Rewashdeh and
M. Hanee Al-Dmoor, 2010). Parameter pengukuran antropometri untuk deteksi dini tumbuh kembang
antara lain berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala sebagai parameter pertumbuhan. Sedangkan untuk
perkembangan dapat menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Pengukuran tersebut
dihubungkan dengan usia dan status gizi anak. Pengukuran mengacu pada baku acuan lokal dan
internasional. Baku acuan internasional yang umum digunakan seperti Harvard (Boston), WHO-NCHS
(World Health Organization–National Center for Health Statistics), Tanner dan Kanada. Harvard dan
WHO-NCHS adalah yang paling umum digunakan di seluruh negara. Sedangkan di Indonesia sendiri
menggunakan 2 baku acuan internasional: Harvard dan WHO-NCHS. Penggunaan secara seragam baku
rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan baik perorangan
maupun masyarakat. Standar baku antropometri yang digunakan secara nasional disepakati menggunakan
standar baku WHO-NCHS. Secara formal standar ini ditetapkan penggunaannya dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 920/Menkes/SK/VIII/2002 (Gizi Masyarakat, 2011).

8. NEUROSAINS DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

Neurosains dapat dikatakan sebagai ilmu neural (neural science) atau ilmu otak, mempelajari mengenai
sistem saraf dengan pendekatan multidisipliner. Neurosains dapat menjelaskan perilaku manusia dari sudut
pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya (Suyadi, 2014).
Otak adalah satu-satunya organ yang masih berkembang ketika lahir, tapi terus berkembang selama
hidup. Pada masa prenatal, perkembangan otak paling krusial difokuskan pada trisemester pertama.
National Research Council and Institute of Medicine dalam Hannon (2003), mengidentifikasi tiga faktor
yang mempengaruhi perkembangan otak yaitu penyakit menular, neurotoksin (racun saraf) dan defisiensi
nutrien. Terdapat kaitan erat antra neurosians dan pendidikan terkait dengan neurobiologi perkembangan
otak anak. Pertama, mulai dari masa bayi terus sampai masa kanak-kanak, terjadi peningkatan dramatis
sinapsis (penghubung antar sel neuron di otak). Seorang bayi lahir dengan 100 triliyun neuron (sel saraf).
Antara sel saraf saling berhubungan satu dengan yang lainnya melalui sinapsis. Proliferasi sinapsis
(pembentukan sinapsis) diikuti juga oleh periode eliminasi sinapsis. Kedua, terdapat periode kritis dalam
perkembangan sistem sensoris-motoris yang bergantung pada pengalaman anak. Ketiga, lingkungan yang
diperkaya (kompleks) menyebabkan pembentukan sinapsis baru (Bruer, 1997). Menurut berbagai penelitian,
lingkungan yang kompleks diestimasikan dapat meningkatkan lebih banyak sinapsis pada area visual
dibandingkan dengan area yang lainnya, yaitu sebanyak 20-25% (Hannon, 2003).
Pada awal masa bayi, terjadi peningkatan yang sangat cepat jumlah sinapsis pada otak. Sampai usia 10
tahun, otak anak mengandung sinapsis yang lebih banyak dibanding dengan usia-usia lain di kehidupannya.
Hal ini menjadi faktor yang sangat penting berkaitan dengan otak dan perkembangan anak, sebab otak
merupakan modal utama yang menentukan cara bepikir, bertingkah laku dan kepribadian seseorang.
Artinya, segala sesuatu yang diterima dan dialami oleh anak usia dini akan berpengaruh pada kualitas
kehidupan anak tersebut kelak. Pengalaman yang dialami oleh anak menciptakan sambungan-sambungan
sinapsis otak. Dalam prosesnya, pengalaman yang terus diulang akan memperkuat dan mempertahankan
sinapsis, namun jika tidak digunakan, neuron akan mengalami apoptosis (kematian). Pada usia dini inilah
merupakan masa kritis anak dimana otak anak sangat efisien dalam memperoleh dan belajar berbagai
keahlian (Bruer, 1997).
Dalam Neurosains, pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar masing-masing anak, akan
memudahkan anak untuk belajar melebihi apa yang diharapkan (Education Commission of the States,
1996). Anak juga memiliki periode-periode sensitif yang dimaksud masa peka/ jendela kesempatan (widows
of opportunity). Jika periode kesempatan ini terlewat, potensi dan kecerdasan anak akan sulit untuk
dikembangkan lagi. Anak didorong untuk mulai belajar bahasa, matematika lanjut, logika serta musik sedini
mungkin namun tentunya menghindari stress dalam belajar (Viadero, 1996 dalam Bruer, 1997). Periode
kritis ini bervariasi, mulai dari lahir, 3 tahun, 6 tahun, sampai 10 tahun.
Saat ini jika berbicara tentang kecerdasan yang dimiliki otak, tidak melulu mengenai kecerdasan
intelektual (IQ), emosional (EQ) dan spiritual (SQ). Berdasarkan paradigma baru mengenai teori kecerdasan
manusia Doktor Howard Gardner (2003), kecerdasan manusia memiliki setidaknya sembilan dimensi
(multiple intelligence). Dimasa yang akan datang, tidak menutup kemungkinan dimensi ini bisa bertambah.
Sembilan dimensi yang dimaksud yaitu: kecerdasan musikal, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan visual,
spatial, kecerdasan logika matematika, kecerdasan linguistik, kecerdasan, intrapersonal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual atau eksistensialis. Tuhan Yang Maha Esa telah
membekali anak dengan potensi otak yang luar biasa yaitu miliaran bahkan trilyunan sel otak beserta
sinapsisnya. Maka tanggung jawab orang tua (keluarga) dan guru untuk mengoptimalkan potensi yang ada
dengan memberikan stimulus yang tepat dan beragam sesuai dengan perkembangan otak anak dan juga
sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Otak anak dapat distimulasi dengan memberikan mainanan atau
terlibat dalam permainan, sistem pendidikan yang baik yang dapat merangsang kedua belahan otak, nutrisi
yang tercukupi, hindarkan dari zat yang dapat merusak otak (asap rokok, mercury, alcohol), sikap orang tua
yang baik, melakukan tindakan pencegahan yang sekiranya dapat menimbulkan cedera otak, kegiatan
menggambar, mewarnai dan sebaginya.

9. KESIMPULAN

Anak Usia Dini berada dalam rentang usia “golden age”, dimana dalam usia tersebut anak memgalami
proses pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan mencakup perkembangan fisik, kecerdasan,
sosial emosional bahasa dan komunikasi. Bioantropologi dapat membantu memahami mengenai fisik anak
dalam rangka pembentukan anak berkualitas. Bioantropologi membantu memahami struktur tubuh manusia
baik struktur morfologi, anatomi maupun fisiologi. Pemahaman struktur tubuh dan genetika dasar dapat
digunakan untuk mengetahui jika terdapat kelainan dalam tubuh. Sedangkan Antropometri dapat
memberikan informasi mengenai ukuran tubuh anak normal dengan parameter pengukuran yang telah
dibakukan secara internasional oleh organisasi kesehatan dunia (WHO).
Tidak kalah pentingnya dengan hal-hal diatas, Neurosains juga membantu guru dalam proses belajar di
sekolah. Neurosains terutama sekali berhubungan dengan pembelajaran anak usia dini. Neurosains
menemukan adanya hubungan antara pekembangan saraf dan hubungan sinapsis. Neurosains dapat
digunakan sebagai panduan dalam praktik kependidikan. Otak manusia terutama anak sangat unik. Beda
otak, akan beda pula cara berpikir. Kaitannya dengan hal ini, guru harus memahami bagaimana otak
bekerja. Perbedaan karakter otak akan membedakan gaya belajar anak (visual, audio dan kinestetik). Oleh
sebab itu, proses belajar idealnya disesuaikan dengan gaya dan kemampuan otak anak sesuai dengan
usianya. Lingkungan belajar Pendidikan Anak Usia Dini harus dapat menstimulasi semua indera anak,
dengan cara menyediakan lingkungan yang imajinatif, variatif dan kreaktif, kaya akan bentuk, warna, objek,
pemandangan, suara, tekstur dan sebagainya. Semakin kaya lingkungan, akan semakin dalam level
neurobiologisnya, asrtinya semakin besar pula kemampuan berpikir anak. Dengan pemahaman mengenai
neurosains dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini, maka anak perlu diberikan stimulus yang
dapat menstimulasi semua indera yang dimiliki anak.

10. REFERENSI

Bruer, J. T. 1997. Education and the Brain: A Bridge Too Far. Educational Reasearcher 26 (8): 4-16.

Education Commission of the States. (1996). Bridging The Gap Between Neuroscience and Education. Denver,
CO: Education Commission of the States.

Fuentes, A. 2012. Biological Anthropology Concept and Connections. Second Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.

Kania, N. 2010. Upaya Peningkatan Kualitas Tumbuh Kembang Anak. http:// pustaka. unpad. ac. id/ wp-
content/ uploads /2010 /02 / upaya_ peningkatan_ tumbuh_kembang_anak. pdf. Diakses tanggal 6
September 2015.
Gardner, H. 2003. Multiple intellegencies: Kecerdasan Majemuk Dalam Praktek (alih bahasa Sindro A). Penerbit
Interaksara. Batam.

Gizi Masyarakat. 2011. Standar dan Klasifikasi Status Gizi WHO-NCHS. http:// indonesianpublichealth.
blogspot.co.id /2012/10/ standar-status-gizi-who-nchs. html. Diakses tanggal 24 November 2015.

Hannon, P. 2003. Developmental Neuroscience: Implications For Early Childhood Intervention and
Education. Elsevier Science. Ltd. Current Paediatrics 13: 58-63.

Hasbi, H. 2012. Pengertian Antropobiologi. http://antropobiologiunmuhjember. blogspot.com/2012/07/a-


pengertian-antropobiologi_29.html. Diakses tanggal 30 September 2013.

Jelliffe, D., 1966. The Assessment of Nutritional Status of the Community. WHO, Genera. Switzerland.

Larsen, C., S. 2010. Essential of Physical Anthropology. Discovering Our Origins. W. W. Norton & Company, Inc.
United States of America

Reece, J. B., L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky and R. B. Jackson. 2011. Campbell
Biology Ninth Edition. Pearson Education, Inc. San Francisco.

Relethford, J. 2010. The Human Species. An Introduction to Biological Anthropology Eight Edition. The McGraw-
Hill Companies, Inc. New York.

Stanford, C., J. S. Allen, S. C. Anton. 2013. Biological Anthropology Third Edition. Pearson Education, Inc.
United States of America.

Suryo, 2005. Genetika Strata 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Suyadi, 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

World Health Organization. 2015. International Classification of Diseases (ICD).


http://www.who.int/classifications/icd/en/. Diakses tanggal 25 November 2015.

Y.A. Abdullah Al-Rewashdeh and M. Hanee Al-Dmoor, 2010. Anthropometry and Dietary Assessment of
Males and Females Students at Mu'tah University. Journal of Applied Sciences 10: 759-765.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai