Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ANORGANIK

ANALISIS KESADAHAN AIR

_____________________________________

Oleh :
Bimo Surya Lesmana

SMKN 1 BONTANG TAHUN 2020/2021


ANALIS KIMIA
Daftar Isi

Daftar isi…………………………………………………………………………………

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang……………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………...

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….

Bab II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………

Bab III METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………………

3.2 Prosedur Kerja…………………………………………………………………….

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan…………………………………………………………………

4.2 Perhitungan………………………………………………………………………..

4.3 Pembahasan……………………………………………………………………….

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...

5.2 Saran……………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok semua makhluk hidup. Tanpa air, manusia tidak
akan bertahan hidup lama. Air alam mengandung berbagai jenis zat, baik yang larut maupun
yang tidak larut serta mengandung mikroorganisme. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau.
Air merupakan unsur penting utama bagi hidup kita di planet bumi ini. Dalam bidang
kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian,
industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Air sangat penting di dalam mendukung
kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar,
dalam menularkan atau mentransmisikan berbagai penyakit ( Anwar Daud, 2007). Air
merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan telah
mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat tajam. Di lain pihak, ketersediaan air dirasa
semakin terbatas bahkan di beberapa tempat sudah terjadi kekeringan. Hal itu semua terjadi
sebagai akibat dari kualitas lingkungan hidup yang menurun, seperti pencemaran,
penggundulan hutan, berubahnya tata guna lahan, dan lain-lain.
Sumber-sumber air yang ada di bumi antara lain adalah air atmosfer, air permukaan,
air laun dan air tanah. Air merupakan suatu sarana utama dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Jika kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu kesehatan, air
dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan tercemar jika terdapat gangguan
terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan
penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya makhluk hidup, zat, dan
energi terdalam air oleh kegiatan manusia. Keadaan itu dapat menurunkan kualitas air sampai
ke tingkat tertentu dan membuat air tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya (Mifbahuddin,
2010).
Air merupakan pelarut penting, yang memiliki kemampuan yang dapat melarutkan
zat-zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan dan banyak
macam molekul organik. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air adalah
CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Dimana air yang
banyak mengandung ion-ion kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah.
Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam-garam kalsium dan magnesium,
air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca 2+ dan Mg2+ akan berikatan dengan sisa
asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih.
Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut dalam air, sehingga
senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau
precipitation yang kemudian melekat pada logam (wadah) dan menjadi keras (Bintoro, 2008
dalam Ginoest, 2010).
Air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu
digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut diperlukan
pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan pemborosan energi. Timbulnya kerak pada
pipa uap dapat menyebabkan penyumbatan sehingga dikhawatirkan pipa tersebut akan
meledak, dan jika terjadi peledakan akan dapat menyebabkan polusi udara yang bisa
menurunkan kualitas lingkungan dan lingkungan tidak bisa berfungsi sebagai mana mestinya.
Untuk itu perlu dilakukan pengujian kesadahan. Manfaat penentuan atau pengujian
kesadahan adalah untuk mengetahui tingkat kesadahan air, dan untuk dapat menentukan
kesadahan digunakan metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat adalah:
1. Berapa tingkat kesadahan total air sampel yang diteliti?
2. Berapa kadar Ca dalam air yang diteliti?
3. Berapa kadar Mg dalam air yang diteliti?
4. Apakah air sampel yang diteliti layak dikonsumsi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kesadahan total air yang diteliti.
2. Untuk mengetahui kadar Ca dalam air yang diteliti.
3. Untuk mengetahui kadar Mg dalam air yang diteliti.
4. Untuk mengetahui kelayakan konsumsi air yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau
air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak
adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium,
penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam
bikarbonat dan sulfat (Wikipedia, 2011).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk
busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak
akan terbentuk busa. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+,
Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat,
klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (O-fish, 2003).
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai
“air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan
magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya
busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar
larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan
dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun
di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan
scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi
dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya
digunakan berbagai zat kimia (Wikipedia, 2011).
Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya
Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik air yang
menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan
sebagai CaCO3 (Giwangkara, 2006 dalam Ihsan, 2011)

B. Jenis Kesadahan
Terdapat dua jenis kesadahan, yakni sebagai berikut:
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang mengandung
ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya
dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+
dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap
pada dasar ketel (Wikipedia, 2011).
Reaksinya:
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh
jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat
(CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan
magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut
disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan
cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan
dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia
tertentu.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda- kapur (terdiri
dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan
kaslium karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan)
dalam air.
Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan penjumlahan dari
kadar alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar kesadahannya eqivalen dengan total
kadar alkali disebut kesadahan karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini
disebut kesadahan non-karbonat. Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari
penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan adalah
kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat tidak ada. Kesadahan mungkin
terbentang dari nol ke ratusan miligram per liter, bergantung kepada sumber dan
perlakuan dimana air telah subjeknya (Wikipedia, 2011).

C. Metode Penentuan Kesadahan


Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah metode Titrasi
EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat). EDTA berupa senyawa kompleks khelat
dengan rumus molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu
senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam
bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua
gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe
(III), dan Co (III) (Anonim, 2008 dalam Ginoest, 2010).
EDTA merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh
dalam keadaan murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak
tertentu dalam air, sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu.
HOOC CH2 CH2COOH
N CH2 CH2 N
HOOC CH2 CH2COOH

Gambar 2.1 Struktur EDTA


Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron
dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan
khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak (Khopkar, 1990 dalam
Ginoest, 2010).
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan
EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation
tersebut. Titrasi kompleks meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan yang
mendasari terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi.
EDTA biasa dikenal sebagai asam etilen diamina tetraasetat, mengandung atom
oksigen dan nitrogen yang efektif dalam membentuk kompleks yang stabil dengan
logam lain yang berbeda. EDTA adalah ligan yang dapat berkoordinasi dengan satu
ion logam melalui dua nitrogen dan satu oksigennya. EDTA juga dapat berlaku
sebagai ligan kudentat dan konsidentat yang membebaskan satu atau dua gugus
oksigen dari reaksi yang kuat dengan logam lain (Brady, 1994 dalam Ihsan, 2011).
EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke
suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil
Eriochrome Black Tea atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung
kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi
berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan
magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium
telah manjadi kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi
berwarna biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul
untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan ini,
kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk
titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi,
12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+
dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air
dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala
juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol.
Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA
direkomendasikan (Ginoest, 2010).

D. Standar Jenis Kesadahan


Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak kurang dan tidak juga
berlebih maka perlu diterapkan standar suatu air dikatakan sadah atau berlebih
kesadahannya. Standar kualitas menetapkan kesadahan total adalah 5-10 derajat
Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat Jerman maka air akan terasa lunak dan
sebaliknya. Jika dalam air mengandung lebih dari 10 derajat Jerman maka akan
merugikan bagi manusia.
Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk membedakan mana air
yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja
berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air, misalnya mereka mengamati kerak yang
ditimbulkan air pada dasar panci memberikan sedikit pemahaman pada masyarakat
bahwa air yang dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika
tidak terlihat kerak yang ditimbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat
kesadahannya masih tergolong rendah (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011).
Standar kesadahan air meliputi (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy 2011):
1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3;
c. Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3;
d. Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 180 ppm ke atas.
2. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
b. Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
c. Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
d. Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3;
e. Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.
3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3;
c. Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3;
d. Sadah, 150-300 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.
4. Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Kesadahan air
disebabkan adanya ion – ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan Standar kesadahan
menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang
dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus
diturunkan (pelunakan).
Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah adalah air
yang mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-180 ppm
menurut WHO, sedangkan menurut Merck air dikatakan sadah jika mengandung
320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yag dikatakan sadah jika
mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm, dan menurut PERMENKES RI,
2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L
CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan)
(Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).
E. Dampak dari Kesadahan Air yang Kurang dan yang Berlebih
Air jika tidak mengandung kapur atau tidak sadah akan terasa lunak atau hambar
karena tidak mengandung garam-garam mineral sehingga akan mengurangi selera
dalam mengkonsumsinya. Akan tetapi, jika di dalam air kandungan kapurnya sangat
tinggi atau dengan kata lain terlalu banyak mengandung garam-garam mineral justru
akan memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan. Oleh karena itu, dirasa perlu
untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan jika kandungan kapur
dalam air berlebih atau kesadahannya tinggi (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy,
2011).
Air lunak atau air yang tidak mengadung kapur mempunyai kecenderungan
menyebabkan korosi pada pipa. Sedangkan jika air memiliki kandungan kapur yang
banyak atau tingkat kesadahannya tinggi, maka mengakibatkan terbentuknya kerak-
kerak pada dinding pipa yang menyebabkan penyempitan pipa, sehingga memperkecil
debit aliran air. Dalam rumah tangga hal tersebut menyebabkan terbentuknya kerak
pada dinding peralatan memasak sehingga menyebabkan pemakaian bahan bakar
yang lebih banyak dan menyebabkan pemakaian sabun yang semakin tinggi (Bakti
Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).
Apabila kandungan CaCO3 atan MgCO3 dalam air itu melewati batas 10 derajat
Jerman maka akan menyebabkan, antara lain (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy,
2011):
a. Menyababkan lapisan kerak pada alat dapur yang terbuat dari logam;
b. Kemungkinan terjadinya ledakan pada boiler;
c. Pipa air menjadi terumbat;
d. Sayur-sayuran menjadi keras apabila dicuci dengan air bersih.
Air sadah tidak terlalu berbahaya untuk diminum, akan tetapi dapat menyebabkan
beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang, hal tersebut dapat
menimbulkan osteoporosis atau pengapuran pada tulang manusia. Air sadah dapat
menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat pipa dan keran. Air sadah juga
menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, selain itu air sadah dapat
membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air
yang digunakan diawasi ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan
kesadahan biasanya digunakan beberapa zat kimia ataupun dengan menggunakan
resin pertukaran ion (Kris, 2006 dalam Resthy, 2011).
Air sadah membawa dampak negatif, yaitu (Anoymous, 2009 dalam Resthy,
2011):
1. Menyebabkan sabun tidak berbusa karena adanya hubungan kimiawi antara
kesadahan dengan molekul sabun sehingga sifat detergen sabun hilang dan pemakaian
sabun menjadi lebih boros;
2. Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel karena
terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup ketel. Akibatnya
hantaran panas pada ketel air berkurang sehingga memboroskan bahan bakar.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
No Alat Bahan
1. Batang pengaduk Air sumur (sampel
2. Botol semprot Aquades
3. Bulp Buffer pH 10
4. Buret Eriochrom Black Tea (EBT)
5. Erlenmeyer 250mL Larutan Etylene Diamine
Tetra Asetat (EDTA) 0,01M
6. Gelas kimia 250mL Murexide
7. Gelas kimia 300mL Larutan NaOH 1 N
8. Gelas ukur 50mL
9. Pipet tetes
10 Pipet volume
11. Statif
12. Sendok tanduk

3.2 Prosedur Kerja


1.) Penentuan Kesadahan Total

Dipipet

25 mL sampel
Dimasukkan

Kedalam Erlenmeyer

Ditambahkan

2 mL larutan buffer pH 10

Ditambahkan

Sedikit indikator EBT hingga berwarna merah muda

Dititrasi

Dengan menggunakan larutan EDTA hingga berubah warna dari merah


muda ke biru
2.) Penentuan Kadar Kalsium (Ca)

Dipipet

25 mL sampel air

Dimasukkan

Kedalam Erlenmeyer

Ditambahkan

Larutan 3 mL NaOH 1N

Ditambahkan

Sedikit indikator murexide hingga berwarna merah muda

Dititrasi

Dengan larutan EDTA hingga berubah warna dari merah muda menjadi ungu
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

1) Penentuan kesadahan total

Zat yang bereaksi Hasil Keterangan


25 mL sampel air Larutan bening
ditambahkan buffer pH 10
Ditambahkan indikator Larutan berwarna merah V1 EDTA : 5,5 mL
Eriochrome Black Tea muda V2 EDTA : 5,7 mL
(EBT)
Dititrasi dengan larutan Larutan berwarna biru
EDTA 0,01 M

2) Penentuan kesadahan Ca

Zat yang bereaksi Hasil Keterangan


25 mL sampel air Larutan bening
ditambahkan buffer pH 10
Ditambahkan indikator Larutan berwarna merah V1 EDTA : 3,3 mL
Murexide muda V2 EDTA : 3,5 mL
Dititrasi dengan larutan Larutan berwarna ungu
EDTA 0,01 M

4.2 Perhitungan

1. Kesadahan Total : 
Kadar CaCO3       = A × [EDTA] × Mr CaCO3 × 1000 
                                                mL sampel 

= 5,6 × [0,01] × 100 × 1000 


                                                25
= 224 mg/L

2.     Kadar Ca 
Kadar Ca              = V × [EDTA] × Ar Ca × 1000 
                                                mL sampel 

= 3,4 × [0,01] × 40 × 1000 


                                                25
= 54,4 mg/L
3.      Kadar Mg 
Kadar Mg      = ( Volume A – Volume B) 
Kadar Mg       = (V1-V2) × [EDTA] × Ar Mg × 1000 
                                        mL sampel 
= (5,6-3,4) × [0,01] × Ar 24 × 1000 
                                        25
= 21,12 mg/L

4.3 Pemabahasan

Pada praktikum kesadahan ini, sampel diambil dari sumur di daerah sekitar. Praktikan
melakukan beberapa percobaan yakni untuk menentukan kesadahan total, kesadahan
kalsium dan kesadahan magnesium terhadap sampel air sumur.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu penentuan kesadahan total. Sampel yang
digunakan sama dengan sampel pada penentuan kalsium (Ca). Sampel ditambahkan
dengan larutan buffer pH 10 karena indikator yang akan digunakan yaitu indikator EBT,
Setelah penambahan indikator Eriochrom Black Tea (EBT) diperoleh larutan berwarna
merah muda, selanjutnya dititrasi dengan EDTA. Jika EDTA dijadikan sebagai titran,
maka larutan akan berubah dari warna merah muda menjadi warna biru. Pada titik akhir
titrasi diperoleh volume titran sebesar 5,6 mL yang merupakan hasil dari rata rata V1: 5,5
mL dan V2: 5,7 mL , dan kadar CaCO3 sebanyak 224 mg/L. Berdasarkan standar
kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang
dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011), dapat
dikatakan bahwa air sumur yang diteliti layak konsumsi karena tidak melebihi nilai
ambang batas yang dianjurkan.
Langkah kedua adalah penentuan kalsium (Ca), pertama-tama sampel dimasukkan ke
dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan NaOH sebanyak 3 mL. Fungsi
penambahan NaOH disini yaitu untuk meningkatkan pH sampel. Selanjutnya ditambahkan
dengan mureksid. Mureksid berfungsi sebagai indikator, setelah penambahan indikator
mureksid dihasilkan larutan warna merah muda. Menurut teori pada pH lebih tinggi 12,
Mg akan mengendap sehingga EDTA hanya dapat diikat oleh Ca2+ dengan indikator
mureksid. Larutan kemudian dititrasi dengan EDTA sampai warna larutan berubah
menjadi ungu. Volume titran yang digunakan yaitu sebesar 3,4 mL dengan kadar kalsium
(Ca) sebesar 54,4 mg/L, artinya dalam 1 liter air mengandung 54,4 mg kalsium (Ca).
Sedangkan untuk penentuan Magnesium (Mg) pada praktikum kali ini dilakukan
dengan cara mengurangi volume titran kesadahan total dengan kadar Ca dan diperoleh
hasil kadar magnesium (Mg) sebesar 21,12 mg/L, yang artinya dalam 1 liter air
mengandung 21,12 mg magnesium (Mg).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Nilai kesadahan total sampel air adalah 224 mg/L CaCO3.
2.      Nilai kesadahan kalsium sampel air adalah  54,4 mg/L.
3.      Nilai kesadahan magnesium sampel air adalah 21,12 mg/L.
4.      Berdasarkan standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas
maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti
Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).  Jadi dapat disimpulkan bahwa air tersebut layak
untuk dikonsumsi.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan adalah:
1. Berhati-hati dalam menggunakan alat.
2. Jangan tergesa-gesa saat melakukan percobaan.
3. Sebaiknya menguasai prosedur kerja percobaan dan mengetahui materi tentang
percobaan yang akan dilakukan.
4. Sebaiknya jangan terlambat pada saat akan melakukan praktikum.

Daftar Pustaka :
http://dhyka1207.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-kesadahan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai