DOSEN PENGAJAR :
Catur Puspawati, ST., M. KM
DOSEN PENGAJAR :
Fitri Andayani, SKM, M.Sc.PH
Catur Puspawati, ST., M.KM.
Tugiyo, SKM, M.Si
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Jakarta, 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah-B dengan sub
bahasan mengenai “Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ramah Lingkungan” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
didalamnya.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada bapak ibu Fitri Andayani, SKM,
M.Si, ibu Catur Puspitawati, ST., M.KM dan SKM, M.Sc.PH, Tugiyo, SKM, M.Si yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat, serta memberikan ilmu dan wawasan yang baru dan mendalam dalam
bidang Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah-B khususnya mengenai tempat pembuangan
akhir (TPA) ramah lingkungan.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya
Kelompok 6
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir........................................................................ 3
2.2 Proses Pengolahan Sampah Di TPA ............................................................................ 4
2.3 Pengertian TPA Ramah Lingkungan ........................................................................... 7
2.4 Tata Cara Pengelolaan TPA.......................................................................................... 9
Daftar Pustaka........................................................................................................................... 16
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
Sehingga Sistem persampahan yang digunakan harus sistem persampahan yang ramah
lingkungan karena salah satu masalah persampahan di Indonesia adalah pengelolaan sampah
yang ada tidak memberikan dampak positif terhadap lingkungan Agar sistem persampahan yang
ramah lingkungan tersebut dapat diterapkan, diperlukan lokasi baru yang menunjang TPA.
Sehingga perlu dilakukan penentuan lokasi untuk mencapai lokasi baru tersebut. Penentuan
lokasi dapat dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria apa saja yang dibutuhkan sebuah
TPA agar dapat dikatakan ramah lingkungan. Sehingga nantinya didapatkan lokasi yang optimal
untuk menerapkan TPA yang ramah lingkungan
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kuliah daring
mata kuliah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah - B, serta memahami materi tentang
TPA ramah lingkungan, yaitu diantaranya:
1. Pengertian tempat pembuangan akhir
2. Proses pengolahan sampah di TPA
3. Pengertian TPA ramah lingkungan
4. Tata cara pengelolaan TPA
2
BAB II PEMBAHASAN
Neoloka, 2008 Tempat Pembuangan Akhir adalah tempat yang digunakan untuk
menyimpan dan memusnahkan sampah dengan cara tertentu sehingga dampak negatif yang
ditimbulkan kepada lingkungan dapat dihilangkan atau dikurangi.
Mahyudin (2017: 72) juga menyatakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan
sarana fisik berakhirnya suatu proses untuk menyimpan dan memusnahkan sampah dengan
cara
Sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang.
Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini
memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang
berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan.
3
Kondisi tanah dan topografi, harus sedemikian rupa dapat menjamin ketersediaan tanah
untuk penutup dalam jumlah yang besar
Hidrologi air permukaan, perlu dipertimbangkan untuk mengetahui arah aliran air tanah
dan pengaruhnya terhadap pengisian air permukaan yang ada di sekitar sanitary landfill
Kondisi hidrologi dan hidrogeologi, yang, yang merupakan faktor cukup menentukan
dalam proses pemilihan lokasi untuk menghindarkan pencemaran dari air lindi dan gas
yang dihasilkan sampah
Kondisi lingkungan setempat, untuk menghindarkan konflik dengan masyarakat
sekitarnya, karena sanitary landfill harus dijauhkan dari lokasi permukiman dan industry
Potensi yang diharapkan setelah selesai, dimaksudkan untuk memastikan tata guna lahan
jangka panjang setelah sanitary landfill penuh dan berakhir
Jarak angkut, dipertimbangkan sedekat mungkin dengan bangkitan sampah agar
meminimalisasi biaya operasi
4
Di lokasi pemrosesan akhir ini tidak hanya proses pembuangan akhir yang dilakukan,
tetapi juga harus ada 4 (kegiatan) utama untuk penanganan sampah di lokasi pembuangan akhir,
yaitu (DPU, 2013) :
1. Pemilahan sampah
2. Daur ulang limbah non-organik (an-organik)
3. Pengomposan limbah biologis (organik)
4. Akumulasi/ akumulasi limbah residu dari proses di atas di lokasi pengurangan atau
5. penimbunan.
Pada proses pengelolaan limbah, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah memilah
sampah berdasarkan jenis. Ini akan memudahkan proses pengelolaan limbah selanjutnya.
Menurut Damanhuri (2010) klasifikasi jenis limbah di Indonesia didasarkan pada sifat kimia
yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Sampah organik yang terdiri dari bahan-bahan yang membentuk tumbuhan dan hewan yang
berasal dari alam.
2. Sampah anorganik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbarukan seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses industri.
Pengurangan limbah
Pengurangan sampah adalah upaya untuk mengatasi munculnya sampah dari produsen
sampah (rumah tangga, pasar, dll.), menggunakan kembali sampah dari sumbernya dan/ atau di
lokasi pengolahan, dan mendaur ulang sampah di sumbernya dan/atau lokasi pengolahan.
Penanganan limbah
5
3. Tahap pengangkutan, yaitu kegiatan pemindahan sampah dari sumber sampah di tempat
pembuangan sementara (TPS) menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA).
4. Pemrosesan akhir sampah di TPA, mengubah bentuk, komposisi, karakteristik dan jumlah
sampah, dengan tujuan agar sampah tersebut dapat digunakan kembali atau dapat
menyatu ke lahan/lingkungan
2.2.1. Pengomposan
Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan rumah) yang
dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. (Wied, 2004 dalam Sulistyorini, 2005) Proses
pengolahan sampah organik dengan pengomposan dilakukan oleh PT. Narpati, yang
mengolah limbah organik menjadi pupuk organik, dimana produk akhirnya adalah pupuk
granul yang dijual ke Petrokimia Gresik. PT Narpati mampu mengolah 250-350 ton / hari
sampah organik menjadi pupuk organik. PT. Narpati adalah perusahaan pengelolaan
limbah yang telah berkolaborasi sejak 2010 dan akan berakhir pada 2035 (25 tahun).
Pemanfaatan gas metana (CH4) sebagai gas alternatif (biogas), dilakukan dengan
menancapkan pipa di TPA sedalam kurang lebih 5 meter, kemudian hasil penyerapan gas
metana dari limbah/ sampah TPA dialirkan ke rumah-rumah warga sekitar. Gas metana ini
dapat digunakan untuk memasak sebagai pengganti cylin gas LPG. Area pemanenan gas di
lokasi pemrosesan akhir Jatibarang adalah seluas ± 9 Ha (https://bisnis.tempo.co/), dimana
dengan menggunakan proses ini dapat mengalirkan gas metana berkapasitas 72 meter
kubik dari timbunan sampah di TPA, secara gratis ke 100 rumah warga
(https://suaramerdeka.news/). Sistem ini cukup efektif karena selain dapat mengurangi
limbah anorganik, juga dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk
kehidupan sehari-hari.
6
TPA yang unik dibandingkan TPA lainnya di Indonesia, dimana lahan TPA digunakan
sebagai arena untuk penggembalaan ternak oleh warga yang tinggal berdampingan dengan
lokasi TPA Jatibarang. Keberadaan sapi-sapi ini telah ada sejak TPA Jatibarang resmi
dibuka pada tahun 1992-1993. Awalnya, sapi adalah bantuan dari Pemerintah Kota
Semarang sebanyak 120 ekor, sebagai kompensasi yang diterima oleh masyarakat
sekitarnya karena pembangunan sebuah pabrik pengolahan makanan di daerah
Kedungpane. Karena lahan penggembalaan yang terbatas dan ketidakmampuan untuk
menyediakan pakan bagi ternak, sehingga masyarakat sekitar menggembalakan sapi di
lokasi TPA Jatibarang ini. Hingga saat ini jumlah sapi masih terus bertambah. Keberadaan
pemulung dan sapi dipandang sebagai dilema, pada satu sisi kondisi ini dapat memberikan
manfaat karena dapat berkontribusi mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan di lokasi
TPA, tetapi di sisi lain dapat mengganggu kegiatan operasional di lokasi TPA, terutama
mobilitas kendaraan pengangkut sampah. Selain itu, hal terpenting dari kondisi ini adalah
hal terpenting dari kondisi ini adalah bahwa hal tersebut dapat berdampak negatif pada
kesehatan para pemulung maupun sapi. bahwa hal tersebut dapat berdampak negatif pada
kesehatan para pemulung maupun sapi.
Program kantin gas metana dengan pembayaran menggunakan kantong plastik ini
merupakan upaya percontohan bagi warga setempat yang memanfaatkan distribusi gas
metana dari TPA Jatibarang sebagai bahan bakar memasak. Kemudian hasil masakan dari
kompor gas metana tersebut dijual kepada para pemulung yang aktif di lokasi TPA
Jatibarang, yang dibayar dengan mengumpulkan sampah plastik. Sistem ini dapat
membantu mengurangi timbunan sampah, terutama sampah anorganik, serta dapat
memberikan manfaat yang baik bagi penduduk setempat yang mendapatkan pembayaran
berupa sampah plastik untuk dapat digunakan lagi, dan bagi pemulung yang memiliki
keterbatasan biaya untuk membeli makanan.
Pengelolaan sampah yang kurang efektif, efisien dan berwawasan lingkungan serta tidak
terkoordinasi dengan baikakan memperburuk kondisi di lingkungan sekitar. Sampah juga
mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan
7
penyakit. Sampah merupakan tempat ideal untuk sarang dan tempat berkembangnya berbagai
faktor penularan penyakit, misalnya lalat merupakan salah satu faktor penularan khususnya
penyakit saluran pencernaan dalam hal ini adalah diare karena lalat mempunyai kebiasaan hidup
di tempat kotor dan tertarik bau busuk seperti sampah basah, sehingga masyarakat yang tinggal
di sekitar TPA merasa tidak nyaman.
Namun pengelolaan TPA dengan cara open dumping menimbulkan beberapa dampak
negatif bagi lingkungan dan kesehatan, bahkan telah memakan korban jiwa. Oleh karena itu,
upaya pengelolaan TPA yang ramah lingkungan mutlak diperlukan pada saat ini, dan dalam
rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik maka diperlukan kerja sarna semua pihak baik
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan
Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, TPA dengan metode open dumping harus ditutup dan diganti dengan metode
yang ramah lingkungan, yakni dengan metode lahan urug saniter/sanitary landfill untuk kota
8
besar dan kota metropolitan, dan metode lahan urug terkendali/controlled landfill untuk kota
sedang dan kota kecil.
Dalam menentukan lokasi untuk TPA yang ramah lingkungan, terdapat beberapa kriteria
tempat yang tidak sesuai untuk dijadikan lokasi TPA yang ramah lingkungan, yakni:
Situs dalam area yang memiliki nilai lingkungan yang signifikan, yang dapat diidentifikasi
dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku
Situs yang teridentifikasi dalam cakupan sumber air bersih
Situs yang memiliki nilai keindahan, ilmiah, budaya, warisan ataupun lingkungan dan
berada dalam zona yang diperuntukkan untuk dilindungi
Situs yang dilindungi oleh peraturan yang ada
Situs yang berada dalam aliran air atau berjarak 40 m dari aliran air permanen
Situs yang berada di atas tanah alluvial yang teridentifikasi memiliki air tanah yang sangat
rentan
Situs yang berada dalam wilayah karst
Situs yang berada di jalur banjir
Situs yang berada dalam 250 m dari zona perumahan atau tempat tinggal
9
yang akan digunakan. Kriteria standar yang dimaksud meliputi kriteria regional dan kriteria
penyisih. Kriteria regional meliputi:
1. kondisi geologi, yaitu tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih aktif, tidak
berada di zona bahaya geologi misalnya daerah gunung berapi, tidak berada di daerah
karst, tidak berada di daerah berlahan gambut, dan dianjurkan berada di daerah lapisan
tanah kedap air atau lempung
2. kondisi hidrogeologi, antara lain berupa kondisi muka air tanah yang tidak kurang dari
tiga meter, kondisi kelulusan tanah tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik, dan jarak
terhadap sumber air minum lebih besar dari 100 m (seratus meter) di hilir aliran.
3. kemiringan zona harus kurang dari 20%;
4. jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dai 3.000 meter untuk penerbangan turbo
jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain; dan
Adapun kriteria penyisih adalah kriteria regional ditambah dengan kriteria iklim, kondisi
tanah, demografi, batas administrasi, kebisingan, bau, estetika, dan aspek ekonomi. Dalam SNI
dan Peraturan Menteri PU secara jelas telah ditetapkan nilai dan bobot dari masingmasing
parameter.
Apabila lokasi TPA yang sudah beroperasi tidak memenuhi persyaratan yang ada maka
TPA tersebut harus dioperasikan dengan metode lahan urug terkendali atau lahan urug saniter
meliputi:
a. melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup secara periodik;
b. mengolah lindi yang dihasilkan sehingga efluen yang keluar sesuai baku mutu;
c. mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis yang berlaku; dan
d. membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA tersebut.
10
Fasilitas dasar terdiri atas:
a. jalan masuk;
b. jalan operasional;
c. listrik atau genset;
d. drainase;
e. air bersih;
f. pagar; dan
g. kantor.
TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang, pengomposan, dan atau gas bio.
B. Pengoperasian TPA
11
Pengoperasian TPA baik dengan lahan urug terkendali maupun lahan urug saniter harus
dapat menjamin fungsi:
1. pengendalian vektor penyakit;
Pengendalian vektor penyakit dilakukan dengan cara pemadatan sampah, penutupan
sampah, dan penyemprotan insektisida secara aman dan terkendali. Penutupan sampah
menggunakan tanah dan/atau material lainnya yang dapat meloloskan air. Penutupan
sampah dilakukan sekurang-kurangnya setiap tujuh hari untuk metode lahan urug
terkendali dan setiap hari untuk metode lahan urug saniter.
2. sistem pengumpulan dan pengolahan lindi;
Pengoperasian pengolahan lindi dimaksudkan untuk menurunkan kadar pencemar lindi.
Pengolahan lindi dilakukan dengan proses biologis, fisik, kimia dan/atau gabungan dari
proses biologis, fisik dan kimia. Persyaratan efluen hasil pengolahan lindi harus sesuai
dengan baku mutu.
3. penanganan gas;
Penanganan gas harus dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi efek gas rumah
kaca dengan cara :
a. gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi di TPA tidak diperkenankan
dialirkan ke udara terbuka; dan
b. menggunakan perpipaan gas vertikal dan/atau horizontal yang berfungsi mengalirkan
gas yang terkumpul untuk kemudian dibakar atau dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol secara berkala.
4. pemeliharaan estetika sekitar lingkungan;
Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan dilakukan dengan penyediaan zona penyangga
dan revegetasi.
5. pelaksanaan keselamatan pekerja;
Pelaksanaan keselamatan pekerja dilakukan dengan penyediaan fasilitas kesehatan di
lokasi TPA dan menggunakan peralatan kerja standar untuk menjamin keselamatan kerja.
6. penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran.
12
Penutupan TPA
13
Rehabilitasi TPA
(1) Kegiatan rehabilitasi TPA meliputi:
a. pembuatan rencana tindak terhadap rencana rehabilitasi;
b. pengukuran kondisi fisik lahan pasca operasi;
c. perencanaan dan disain rehabilitasi;
d. penyediaan tanah penutup minimum dan tanah penutup final;
e. pengendalian lindi;
f. pengendalian gas;
g. rehabilitasi dan/atau pembangunan sistem drainase;
h. kontrol pencemaran air; dan
i. kontrol kualitas lingkungan lain.
(2) Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana teknis.
(3) TPA yang sudah di rehabilitasi tidak boleh dioperasikan dengan cara penimbunan
terbuka.
(4) Kompos dari penambangan TPA tidak boleh digunakan pada tanaman pangan.
14
penyimpanan sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun; dan
e. Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA.
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik
untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantina sampah kota secara aman. Sedangkan Menurut Undang- Undang Republik
Indonesia No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, TPA adalah tempat untuk memproses
atau mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, komprehensif dan
berkelanjutan yang mencakup pengurangan dan penanganan sampah. Sistem pengelolaan
sampah yang komprehensif/ terintegrasi dapat diterapkan mulai dari sumber limbah,
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan antara di TPS (Tempat Pembuangan Sementara), dan
pemrosesan akhir di TPA (Tempat Pengolahan Akhir) (PP No. 81 Tahun 2012).
Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik
untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantina sampah kota secara aman. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, TPA
biasanya ditunjang dengan sarana dan prasarana lainnya yang memproses dan mengembalikan
sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bupati Grobongan Provinsi Jawa Tengah Peraturan Daerah Kabupaten Grobongan Nomor 2
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah . Diakses : Minggu, 18 April 2021. Link :
https://dprd.grobogan.go.id/dokumen/peraturan-daerah/perda-tahun-2014?
download=1:peraturan-daerah-kabupaten-grobogan-nomor-2-tahun-2014-tentang-
pengelolaan-sampah.
Daniel William Manurung dan Eko Budi Santoso. Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah yang Ramah Lingkungan di Kabupaten Bekasi. Diakses : Minggu, 18 April
2021.
Daniel William Manurung dan Eko Budi Santoso. Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah yang Ramah Lingkungan di Kabupaten Bekasi. Diakses : Minggu, 18 April
2021.
Edy Zulfan. 2015. Studi Evaluasi Manajemen Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Lempa
Di Kabupaten Soppeng. Diakses : Minggu, 18 April 2021. Link :
https://core.ac.uk/download/pdf/77623987.pdf.
Hamsah, Yohanes Agus Iryawan, Nirmawala. 2017. Kesesuaian Tempat Pembuangan Akhir
Dengan Lingkungan Di Desa Kalitirto Yogyakarta. Diakses : Minggu, 18 April 2021. Link
: https://media.neliti.com/media/publications/158617-ID-kesesuaian-tempat-pembuangan-
akhir-sampa.pdf.
Hary Nugroho, Melan Nano Firmansyah. (2017). Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah
di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial. Jurnal Online Institut
Teknologi Nasional. Vol. 2017 No.1 : 23-31. Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/267848824.pdf.
Jurnal Planologi E-ISSN : 2615-5257. Vol. 17, No. 2, 2020 P-ISSN : 1829-9172. Diakses dari
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psa.
17
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
18