Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH - B

“TPA RAMAH LINGKUNGAN”

DOSEN PENGAJAR :
Catur Puspawati, ST., M. KM

DOSEN PENGAJAR :
Fitri Andayani, SKM, M.Sc.PH
Catur Puspawati, ST., M.KM.
Tugiyo, SKM, M.Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

Nama : Mochamad Reihan Padilah


NIM : P21335119030

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jakarta, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah-B dengan sub
bahasan mengenai “Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ramah Lingkungan” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
didalamnya.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada bapak ibu Fitri Andayani, SKM,
M.Si, ibu Catur Puspitawati, ST., M.KM dan SKM, M.Sc.PH, Tugiyo, SKM, M.Si yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat, serta memberikan ilmu dan wawasan yang baru dan mendalam dalam
bidang Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah-B khususnya mengenai tempat pembuangan
akhir (TPA) ramah lingkungan.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya

Jakarta, April 2021


 

Kelompok 6

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir........................................................................ 3
2.2 Proses Pengolahan Sampah Di TPA ............................................................................ 4
2.3 Pengertian TPA Ramah Lingkungan ........................................................................... 7
2.4 Tata Cara Pengelolaan TPA.......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka........................................................................................................................... 16

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti oleh perubahan gaya hidup masyarakat telah
memunculkan berbagai indikasi yang mengarah pada krisis lingkungan. Pada satu sisi
pertambahan jumlah kota-kota modern menengah dan besar di berbagai wilayah tanah air
merupakan fenomena positif sebagai dampak dari kemajuan ekonomi. Namun sulit dipungkiri
bahwa kemajuan tersebut membawa efek samping bagi kelestarian lingkungan hidup.
Meningkatnya tingkat kebutuhan akibat pertambahan jumlah penduduk yang disertai oleh
perubahan gaya hidup secara kumulatif menciptakan masyarakat konsumtif yang potensial
menjadi faktor penyebab rusaknya lingkungan hidup.Tumpukan sampah akibat gaya hidup
komsumtif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya peningkatan volume tumpukan sampah.
Pemerintah telah melakukan upaya dalam menanggulangi kerusakan dan bahaya yang
diakibatkan oleh sampah melalui penyediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Mahyudin (2017: 72) menyatakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan sarana fisik
berakhirnya suatu proses untuk menyimpan dan memusnahkan sampah dengan cara tertentu
sehingga dampak negatif yang di timbulkan kepada lingkungan dapat di kurangi. Terlebih
dengan meningkatnya volume kegiatan penduduk perkotaan, lahan TPA sampah juga semakin
terbatas. Umumnya masalah TPA sampah yang utama di antara produksi sampah yang terus
meninggkat adalah keterbatasan lahan TPA, teknologi proses yang tidak efisien, sampah yang
tidak mengalami proses pengolahan dan pengelolaan TPA dengan sistem yang tidak tepat tetapi
hanya berfokus pada lahan urug, dan tidak ramah lingkungan.
Pengelolaan sampah yang kurang efektif, efisien dan berwawasan lingkungan serta tidak
terkoordinasi dengan baikakan memperburuk kondisi di lingkungan sekitar. Sampah juga
mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan
penyakit. Sampah merupakan tempat ideal untuk sarang dan tempat berkembangnya berbagai
faktor penularan penyakit, misalnya lalat merupakan salah satu faktor penularan khususnya
penyakit saluran pencernaan dalam hal ini adalah diare karena lalat mempunyai kebiasaan hidup
di tempat kotor dan tertarik bau busuk seperti sampah basah, sehingga masyarakat yang tinggal
di sekitar TPA merasa tidak nyaman.

1
Sehingga Sistem persampahan yang digunakan harus sistem persampahan yang ramah
lingkungan karena salah satu masalah persampahan di Indonesia adalah pengelolaan sampah
yang ada tidak memberikan dampak positif terhadap lingkungan Agar sistem persampahan yang
ramah lingkungan tersebut dapat diterapkan, diperlukan lokasi baru yang menunjang TPA.
Sehingga perlu dilakukan penentuan lokasi untuk mencapai lokasi baru tersebut. Penentuan
lokasi dapat dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria apa saja yang dibutuhkan sebuah
TPA agar dapat dikatakan ramah lingkungan. Sehingga nantinya didapatkan lokasi yang optimal
untuk menerapkan TPA yang ramah lingkungan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tempat pembuangan akhir?
2. Bagaimana proses pengolahan sampah di TPA?
3. Apa yang dimaksud dengan TPA ramah lingkungan?
4. Bagaimana tata cara pengelolaan TPA?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kuliah daring
mata kuliah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah - B, serta memahami materi tentang
TPA ramah lingkungan, yaitu diantaranya:
1. Pengertian tempat pembuangan akhir
2. Proses pengolahan sampah di TPA
3. Pengertian TPA ramah lingkungan
4. Tata cara pengelolaan TPA

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai
tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA sampah merupakan tempat
dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan
tersebut dapat dicapai dengan baik.
Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik
untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantina sampah kota secara aman.
Sedangkan Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No.18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, TPA adalah tempat untuk memproses atau mengembalikan sampah ke
media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

Pengertian TPA menurut para ahli, sebagai berikut :

 Neoloka, 2008 Tempat Pembuangan Akhir adalah tempat yang digunakan untuk
menyimpan dan memusnahkan sampah dengan cara tertentu sehingga dampak negatif yang
ditimbulkan kepada lingkungan dapat dihilangkan atau dikurangi.
 Mahyudin (2017: 72) juga menyatakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan
sarana fisik berakhirnya suatu proses untuk menyimpan dan memusnahkan sampah dengan
cara

Sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang.
Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini
memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang
berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan.

Beberapa faktor dalam menentukan lokasi TPA, yaitu:

 Ketersediaan lahan, sekurang-kurangnya dapat digunakan selama satu tahun

3
 Kondisi tanah dan topografi, harus sedemikian rupa dapat menjamin ketersediaan tanah
untuk penutup dalam jumlah yang besar
 Hidrologi air permukaan, perlu dipertimbangkan untuk mengetahui arah aliran air tanah
dan pengaruhnya terhadap pengisian air permukaan yang ada di sekitar sanitary landfill
 Kondisi hidrologi dan hidrogeologi, yang, yang merupakan faktor cukup menentukan
dalam proses pemilihan lokasi untuk menghindarkan pencemaran dari air lindi dan gas
yang dihasilkan sampah
 Kondisi lingkungan setempat, untuk menghindarkan konflik dengan masyarakat
sekitarnya, karena sanitary landfill harus dijauhkan dari lokasi permukiman dan industry
 Potensi yang diharapkan setelah selesai, dimaksudkan untuk memastikan tata guna lahan
jangka panjang setelah sanitary landfill penuh dan berakhir
 Jarak angkut, dipertimbangkan sedekat mungkin dengan bangkitan sampah agar
meminimalisasi biaya operasi

2.2 Proses Pengolahan Sampah Di TPA


Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, komprehensif dan
berkelanjutan yang mencakup pengurangan dan penanganan sampah. Sistem pengelolaan
sampah yang komprehensif/ terintegrasi dapat diterapkan mulai dari sumber limbah,
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan antara di TPS (Tempat Pembuangan Sementara), dan
pemrosesan akhir di TPA (Tempat Pengolahan Akhir) (PP No. 81 Tahun 2012). Proses daur
ulang dalam sistem pengolahan sampah terintegrasi dipengaruhi oleh enam aspek, yaitu aspek
teknologi, aspek partisipasi masyarakat (sosial), aspek ekonomi dan keuangan, aspek hukum dan
peraturan, aspek organisasi dan manajemen, dan aspek operasional (Sucipto, 2012). Sedangkan
menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, komprehensif dan
berkelanjutan yang mencakup pengurangan dan penanganan limbah.

4
Di lokasi pemrosesan akhir ini tidak hanya proses pembuangan akhir yang dilakukan,
tetapi juga harus ada 4 (kegiatan) utama untuk penanganan sampah di lokasi pembuangan akhir,
yaitu (DPU, 2013) :
1. Pemilahan sampah
2. Daur ulang limbah non-organik (an-organik)
3. Pengomposan limbah biologis (organik)
4. Akumulasi/ akumulasi limbah residu dari proses di atas di lokasi pengurangan atau
5. penimbunan.

Pada proses pengelolaan limbah, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah memilah
sampah berdasarkan jenis. Ini akan memudahkan proses pengelolaan limbah selanjutnya.
Menurut Damanhuri (2010) klasifikasi jenis limbah di Indonesia didasarkan pada sifat kimia
yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Sampah organik yang terdiri dari bahan-bahan yang membentuk tumbuhan dan hewan yang
berasal dari alam.
2. Sampah anorganik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbarukan seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses industri.

 Pengurangan limbah

Pengurangan sampah adalah upaya untuk mengatasi munculnya sampah dari produsen
sampah (rumah tangga, pasar, dll.), menggunakan kembali sampah dari sumbernya dan/ atau di
lokasi pengolahan, dan mendaur ulang sampah di sumbernya dan/atau lokasi pengolahan.

 Penanganan limbah

Serangkaian kegiatan penanganan sampah terdiri dari:

1. Tahap penyaringan/ memilah, adalah pengelompokan dan pemisahan sampah


berdasarkan jenis dan sifatnya
2. Tahap pengumpulan adalah, memindahkan sampah dari sumber sampah ke tempat
pembuangan sementara (TPS)

5
3. Tahap pengangkutan, yaitu kegiatan pemindahan sampah dari sumber sampah di tempat
pembuangan sementara (TPS) menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA).
4. Pemrosesan akhir sampah di TPA, mengubah bentuk, komposisi, karakteristik dan jumlah
sampah, dengan tujuan agar sampah tersebut dapat digunakan kembali atau dapat
menyatu ke lahan/lingkungan

Kegiatan pengelolaan sampah yang terdapat di lokasi TPA Jatibarang, adalah:

2.2.1. Pengomposan

Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan rumah) yang
dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. (Wied, 2004 dalam Sulistyorini, 2005) Proses
pengolahan sampah organik dengan pengomposan dilakukan oleh PT. Narpati, yang
mengolah limbah organik menjadi pupuk organik, dimana produk akhirnya adalah pupuk
granul yang dijual ke Petrokimia Gresik. PT Narpati mampu mengolah 250-350 ton / hari
sampah organik menjadi pupuk organik. PT. Narpati adalah perusahaan pengelolaan
limbah yang telah berkolaborasi sejak 2010 dan akan berakhir pada 2035 (25 tahun).

2.2.2. Pemanfaatan Gas Metana (CH4)

Pemanfaatan gas metana (CH4) sebagai gas alternatif (biogas), dilakukan dengan
menancapkan pipa di TPA sedalam kurang lebih 5 meter, kemudian hasil penyerapan gas
metana dari limbah/ sampah TPA dialirkan ke rumah-rumah warga sekitar. Gas metana ini
dapat digunakan untuk memasak sebagai pengganti cylin gas LPG. Area pemanenan gas di
lokasi pemrosesan akhir Jatibarang adalah seluas ± 9 Ha (https://bisnis.tempo.co/), dimana
dengan menggunakan proses ini dapat mengalirkan gas metana berkapasitas 72 meter
kubik dari timbunan sampah di TPA, secara gratis ke 100 rumah warga
(https://suaramerdeka.news/). Sistem ini cukup efektif karena selain dapat mengurangi
limbah anorganik, juga dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk
kehidupan sehari-hari.

2.2.3. Pengurangan Sampah dengan Kegiatan Penggembalaan Ternak

Keberadaan kegiatan penggembalaan ternak sapi oleh warga, bertujuan untuk


mengurangi volume sampah organik di lokasi TPA Jatibarang. TPA Jatibarang merupakan

6
TPA yang unik dibandingkan TPA lainnya di Indonesia, dimana lahan TPA digunakan
sebagai arena untuk penggembalaan ternak oleh warga yang tinggal berdampingan dengan
lokasi TPA Jatibarang. Keberadaan sapi-sapi ini telah ada sejak TPA Jatibarang resmi
dibuka pada tahun 1992-1993. Awalnya, sapi adalah bantuan dari Pemerintah Kota
Semarang sebanyak 120 ekor, sebagai kompensasi yang diterima oleh masyarakat
sekitarnya karena pembangunan sebuah pabrik pengolahan makanan di daerah
Kedungpane. Karena lahan penggembalaan yang terbatas dan ketidakmampuan untuk
menyediakan pakan bagi ternak, sehingga masyarakat sekitar menggembalakan sapi di
lokasi TPA Jatibarang ini. Hingga saat ini jumlah sapi masih terus bertambah. Keberadaan
pemulung dan sapi dipandang sebagai dilema, pada satu sisi kondisi ini dapat memberikan
manfaat karena dapat berkontribusi mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan di lokasi
TPA, tetapi di sisi lain dapat mengganggu kegiatan operasional di lokasi TPA, terutama
mobilitas kendaraan pengangkut sampah. Selain itu, hal terpenting dari kondisi ini adalah
hal terpenting dari kondisi ini adalah bahwa hal tersebut dapat berdampak negatif pada
kesehatan para pemulung maupun sapi. bahwa hal tersebut dapat berdampak negatif pada
kesehatan para pemulung maupun sapi.

2.2.4. Kantin Gas Metana dengan Pembayaran menggunakan Plastik

Program kantin gas metana dengan pembayaran menggunakan kantong plastik ini
merupakan upaya percontohan bagi warga setempat yang memanfaatkan distribusi gas
metana dari TPA Jatibarang sebagai bahan bakar memasak. Kemudian hasil masakan dari
kompor gas metana tersebut dijual kepada para pemulung yang aktif di lokasi TPA
Jatibarang, yang dibayar dengan mengumpulkan sampah plastik. Sistem ini dapat
membantu mengurangi timbunan sampah, terutama sampah anorganik, serta dapat
memberikan manfaat yang baik bagi penduduk setempat yang mendapatkan pembayaran
berupa sampah plastik untuk dapat digunakan lagi, dan bagi pemulung yang memiliki
keterbatasan biaya untuk membeli makanan.

Dampak kesehatan dari pengelolaan sampah di TPA

Pengelolaan sampah yang kurang efektif, efisien dan berwawasan lingkungan serta tidak
terkoordinasi dengan baikakan memperburuk kondisi di lingkungan sekitar. Sampah juga
mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan

7
penyakit. Sampah merupakan tempat ideal untuk sarang dan tempat berkembangnya berbagai
faktor penularan penyakit, misalnya lalat merupakan salah satu faktor penularan khususnya
penyakit saluran pencernaan dalam hal ini adalah diare karena lalat mempunyai kebiasaan hidup
di tempat kotor dan tertarik bau busuk seperti sampah basah, sehingga masyarakat yang tinggal
di sekitar TPA merasa tidak nyaman.

2.3 Pengertian TPA Ramah Lingkungan


Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik
untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantina sampah kota secara aman.
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, TPA biasanya ditunjang dengan sarana
dan prasarana lainnya yang memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
Pengertian tersebuut menjelaskan bahwa TPA merupakan tempat terakhir sampah
mengalami pengolahan untuk nantinya dikembalikan ke lingkungan secara aman atau dengan
kata lain TPA bukan hanya menjadi tempat pembuangan terakhir bagi sampah tetapi juga
menjadi tempat terakhir sampah diproses untuk nantinya dikembalikan ke alam. Hal ini tidak
sesuai dengan keadaan yang terjadi di Indonesia. TPA di Indonesia banyak yang masih menjadi
tempat untuk sekedar membuang sampah secara terbuka (open dumping).

Namun pengelolaan TPA dengan cara open dumping menimbulkan beberapa dampak
negatif bagi lingkungan dan kesehatan, bahkan telah memakan korban jiwa. Oleh karena itu,
upaya pengelolaan TPA yang ramah lingkungan mutlak diperlukan pada saat ini, dan dalam
rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik maka diperlukan kerja sarna semua pihak baik
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan
Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, TPA dengan metode open dumping harus ditutup dan diganti dengan metode
yang ramah lingkungan, yakni dengan metode lahan urug saniter/sanitary landfill untuk kota

8
besar dan kota metropolitan, dan metode lahan urug terkendali/controlled landfill untuk kota
sedang dan kota kecil.

Tempat Pemrosesan Akhir Ramah Lingkungan

Dalam menentukan lokasi untuk TPA yang ramah lingkungan, terdapat beberapa kriteria
tempat yang tidak sesuai untuk dijadikan lokasi TPA yang ramah lingkungan, yakni:

 Situs dalam area yang memiliki nilai lingkungan yang signifikan, yang dapat diidentifikasi
dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku
 Situs yang teridentifikasi dalam cakupan sumber air bersih
 Situs yang memiliki nilai keindahan, ilmiah, budaya, warisan ataupun lingkungan dan
berada dalam zona yang diperuntukkan untuk dilindungi
 Situs yang dilindungi oleh peraturan yang ada
 Situs yang berada dalam aliran air atau berjarak 40 m dari aliran air permanen
 Situs yang berada di atas tanah alluvial yang teridentifikasi memiliki air tanah yang sangat
rentan
 Situs yang berada dalam wilayah karst
 Situs yang berada di jalur banjir
 Situs yang berada dalam 250 m dari zona perumahan atau tempat tinggal

2.4 Tata Cara Pengelolaan TPA


A. Persyaratan TPA
Persyaratan TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf c meliputi
penyediaan dan pengoperasian, harus memperhatikan pemilihan lokasi, kondisi fisik,
kemudahan operasi, aspek lingkungan, dan sosial.
Penentuan area TPA diperoleh dari pemodelan spasial yang dilakukan berdasarkan kriteria
standar pada SNI No. 03-3241-1994 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
3/PRT/M/2013. Kedua aturan ini telah menetapkan besaran nilai dan bobot untuk parameter

9
yang akan digunakan. Kriteria standar yang dimaksud meliputi kriteria regional dan kriteria
penyisih. Kriteria regional meliputi:
1. kondisi geologi, yaitu tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih aktif, tidak
berada di zona bahaya geologi misalnya daerah gunung berapi, tidak berada di daerah
karst, tidak berada di daerah berlahan gambut, dan dianjurkan berada di daerah lapisan
tanah kedap air atau lempung
2. kondisi hidrogeologi, antara lain berupa kondisi muka air tanah yang tidak kurang dari
tiga meter, kondisi kelulusan tanah tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik, dan jarak
terhadap sumber air minum lebih besar dari 100 m (seratus meter) di hilir aliran.
3. kemiringan zona harus kurang dari 20%;
4. jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dai 3.000 meter untuk penerbangan turbo
jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain; dan

5. tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam


6. bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 (dua puluh lima) tahun

Adapun kriteria penyisih adalah kriteria regional ditambah dengan kriteria iklim, kondisi
tanah, demografi, batas administrasi, kebisingan, bau, estetika, dan aspek ekonomi. Dalam SNI
dan Peraturan Menteri PU secara jelas telah ditetapkan nilai dan bobot dari masingmasing
parameter.
Apabila lokasi TPA yang sudah beroperasi tidak memenuhi persyaratan yang ada maka
TPA tersebut harus dioperasikan dengan metode lahan urug terkendali atau lahan urug saniter
meliputi:
a. melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup secara periodik;
b. mengolah lindi yang dihasilkan sehingga efluen yang keluar sesuai baku mutu;
c. mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis yang berlaku; dan
d. membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA tersebut.

Prasarana dan sarana TPA meliputi:


a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasional; dan
d. fasilitas penunjang.

10
Fasilitas dasar terdiri atas:
a. jalan masuk;
b. jalan operasional;
c. listrik atau genset;
d. drainase;
e. air bersih;
f. pagar; dan
g. kantor.

Fasilitas perlindungan lingkungan terdiri atas:


a. lapisan kedap air;
b. saluran pengumpul lindi;
c. instalasi pengolahan lindi;
d. zona penyangga;
e. sumur uji atau pantau; dan
f. penanganan gas.

Fasilitas operasional terdiri atas:


a. alat berat;
b. truk pengangkut tanah; dan
c. tanah.

Fasilitas penunjang terdiri atas:


a. bengkel;
b. garasi;
c. tempat pencucian alat angkut dan alat berat;
d. alat pertolongan pertama pada kecelakaan;
e. jembatan timbang;
f. laboratorium; dan g. tempat parkir.

TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang, pengomposan, dan atau gas bio.

B. Pengoperasian TPA

11
Pengoperasian TPA baik dengan lahan urug terkendali maupun lahan urug saniter harus
dapat menjamin fungsi:
1. pengendalian vektor penyakit;
Pengendalian vektor penyakit dilakukan dengan cara pemadatan sampah, penutupan
sampah, dan penyemprotan insektisida secara aman dan terkendali. Penutupan sampah
menggunakan tanah dan/atau material lainnya yang dapat meloloskan air. Penutupan
sampah dilakukan sekurang-kurangnya setiap tujuh hari untuk metode lahan urug
terkendali dan setiap hari untuk metode lahan urug saniter.
2. sistem pengumpulan dan pengolahan lindi;
Pengoperasian pengolahan lindi dimaksudkan untuk menurunkan kadar pencemar lindi.
Pengolahan lindi dilakukan dengan proses biologis, fisik, kimia dan/atau gabungan dari
proses biologis, fisik dan kimia. Persyaratan efluen hasil pengolahan lindi harus sesuai
dengan baku mutu.
3. penanganan gas;
Penanganan gas harus dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi efek gas rumah
kaca dengan cara :
a. gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi di TPA tidak diperkenankan
dialirkan ke udara terbuka; dan
b. menggunakan perpipaan gas vertikal dan/atau horizontal yang berfungsi mengalirkan
gas yang terkumpul untuk kemudian dibakar atau dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol secara berkala.
4. pemeliharaan estetika sekitar lingkungan;
Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan dilakukan dengan penyediaan zona penyangga
dan revegetasi.
5. pelaksanaan keselamatan pekerja;
Pelaksanaan keselamatan pekerja dilakukan dengan penyediaan fasilitas kesehatan di
lokasi TPA dan menggunakan peralatan kerja standar untuk menjamin keselamatan kerja.
6. penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran.

C. Penutupan atau Rehabilitasi TPA

12
 Penutupan TPA

(1) Penutupan TPA dapat dilakukan jika memenuhi kriteria seperti:


a. TPA telah penuh dan tidak mungkin diperluas;
b. keberadaan TPA sudah tidak sesuai lagi dengan RTRW/RTRK kota/kabupaten;
dan/atau
c. dioperasikan dengan cara penimbunan terbuka.

(2) Rehabilitasi TPA dapat dilakukan jika memenuhi kriteria seperti:


a. TPA telah menimbulkan masalah lingkungan;
b. TPA yang mengalami bencana tetapi masih layak secara teknis;
c. TPA dioperasikan dengan cara penimbunan terbuka.
d. pemerintah kota / kabupaten masih sulit mendapatkan calon lahan pengembangan TPA
baru;
e. kondisi TPA masih memungkinkan untuk direhabilitasi, baik melalui proses
penambangan kompos terlebih dahulu atau langsung digunakan kembali;
f. TPA masih dapat dioperasikan dalam jangka waktu minimal 5 tahun dan atau
memiliki luas lebih dari 2 Ha;
g. lokasi TPA memenuhi ketentuan teknis pemilihan lokasi TPA;
h. peruntukan lahan TPA sesuai dengan rencana peruntukan kawasan dan Rencana Tata
Ruang Wilayah / Kota (RTRW / K); dan i. kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar lokasi mendukung.
(3) Dalam hal menentukan TPA akan ditutup atau direhabilitasi didasarkan atas hasil penilaian
indeks risiko.

13
 Rehabilitasi TPA
(1) Kegiatan rehabilitasi TPA meliputi:
a. pembuatan rencana tindak terhadap rencana rehabilitasi;
b. pengukuran kondisi fisik lahan pasca operasi;
c. perencanaan dan disain rehabilitasi;
d. penyediaan tanah penutup minimum dan tanah penutup final;
e. pengendalian lindi;
f. pengendalian gas;
g. rehabilitasi dan/atau pembangunan sistem drainase;
h. kontrol pencemaran air; dan
i. kontrol kualitas lingkungan lain.
(2) Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana teknis.
(3) TPA yang sudah di rehabilitasi tidak boleh dioperasikan dengan cara penimbunan
terbuka.
(4) Kompos dari penambangan TPA tidak boleh digunakan pada tanaman pangan.

D. Pemrosesan akhir sampah di TPA


Pemrosesan akhir sampah di TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 harus
memperhatikan :
a. Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis
sampah rumah tangga, dan residu;
b. Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:
1. limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga;
2. limbah yang berkatagori bahan berbahaya dan beracun sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
3. limbah medis dari pelayanan kesehatan.
c. Residu sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak berkategori bahan berbahaya dan
beracun atau mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
d. Dalam hal terdapat sampah yang berkategori bahan berbahaya dan beracun atau
mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun di TPA harus disimpan di tempat

14
penyimpanan sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun; dan
e. Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA.

Dalam melakukan pemrosesan akhir sampah pemerintah kabupaten/kota wajib


menyediakan dan mengoperasikan TPA. Dalam hal kondisi khusus atau terdapat kerjasama
penanganan sampah lintas kabupaten/kota pemerintah provinsi dapat menyediakan dan
mengoperasikan TPA.

15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik
untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantina sampah kota secara aman. Sedangkan Menurut Undang- Undang Republik
Indonesia No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, TPA adalah tempat untuk memproses
atau mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, komprehensif dan
berkelanjutan yang mencakup pengurangan dan penanganan sampah. Sistem pengelolaan
sampah yang komprehensif/ terintegrasi dapat diterapkan mulai dari sumber limbah,
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan antara di TPS (Tempat Pembuangan Sementara), dan
pemrosesan akhir di TPA (Tempat Pengolahan Akhir) (PP No. 81 Tahun 2012).
Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik
untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantina sampah kota secara aman. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, TPA
biasanya ditunjang dengan sarana dan prasarana lainnya yang memproses dan mengembalikan
sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bab I Pendahuluan. Diakses pada Minggu, 18 April 2021 dari


https://eprints.uny.ac.id/53643/2/TAS%20BAB%20I%2013416241028.pdf

Bab II Tinjauan Pustaka. Diakses : Minggu, 18 April 2021. Link :


https://eprints.uny.ac.id/8147/3/bab%202%20-%2008304241033.pdf

Bupati Grobongan Provinsi Jawa Tengah Peraturan Daerah Kabupaten Grobongan Nomor 2
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah . Diakses : Minggu, 18 April 2021. Link :
https://dprd.grobogan.go.id/dokumen/peraturan-daerah/perda-tahun-2014?
download=1:peraturan-daerah-kabupaten-grobogan-nomor-2-tahun-2014-tentang-
pengelolaan-sampah.

Daniel William Manurung dan Eko Budi Santoso. Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah yang Ramah Lingkungan di Kabupaten Bekasi. Diakses : Minggu, 18 April
2021.

Daniel William Manurung dan Eko Budi Santoso. Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah yang Ramah Lingkungan di Kabupaten Bekasi. Diakses : Minggu, 18 April
2021.

Edy Zulfan. 2015. Studi Evaluasi Manajemen Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Lempa
Di Kabupaten Soppeng. Diakses : Minggu, 18 April 2021. Link :
https://core.ac.uk/download/pdf/77623987.pdf.

Hamsah, Yohanes Agus Iryawan, Nirmawala. 2017. Kesesuaian Tempat Pembuangan Akhir
Dengan Lingkungan Di Desa Kalitirto Yogyakarta. Diakses : Minggu, 18 April 2021. Link
: https://media.neliti.com/media/publications/158617-ID-kesesuaian-tempat-pembuangan-
akhir-sampa.pdf.

Hary Nugroho, Melan Nano Firmansyah. (2017). Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah
di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial. Jurnal Online Institut
Teknologi Nasional. Vol. 2017 No.1 : 23-31. Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/267848824.pdf.

Jurnal Planologi E-ISSN : 2615-5257. Vol. 17, No. 2, 2020 P-ISSN : 1829-9172. Diakses dari
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psa.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup RI Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional


Sumatera. 2009.Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Yang Berwawasan Lingkungan.
Sumatera : Kementrian Negara Lingkungan Hidup RI Pusat Pengelolaan Lingkungan
Hidup Regional Sumatera.

17
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

18

Anda mungkin juga menyukai