Anda di halaman 1dari 28

Konsep Indonesia Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

KATA PENGATAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat saya
dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Indonesia Sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita tentang NKRI sebagai mana yang dicangkup dalam makalah ini. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………... 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………….………………………………………... 3

1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………………… 4

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………. 4

1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian NKRI ……………………………………………………………….…... 6-8

2.2 Sejarah NKRI …………………………………………………………………….... 8-10

2.3 Gelombang pertentangan Politik di Indonesia ……………………………………. 10-17

2.4 Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ……………………... 17-23

2.5 Undang-Undang yang Mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia ……………. 23

2.6 Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ……………………..... 23-27

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ……………………………………………………………………….…. 28-29

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...….. 30

2
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi
tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar
(bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Apabila ditnjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara
Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk
itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya
negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah
menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuan negara.

Banyak polemik yang terjadi dalam menjaga keutuhan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia, perjalanan Indonesia paska kemerdekaan tidak semulus yang rakyat Indonesia
harapkan. Sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945 sampai dengan tahun 1965, bangsa
Indonesia mengalami gelombang pertentangan politik dan rentetan pergolakan yang terus-
menerus, membuat bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dan konstitusi Negara
mengalami berbagai jenis perubahan.

Namun atas dasar keinginan rakyat Indonesia yang merasa tidak ada kesesuaian dengan
konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, setelah melalui berbagai tahapan, akhirnya
Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UUD 1945 kembali
diberlakukan.

3
1.2  PERUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu Negara Kesatuan Republik Indonesia?


2.      Bagaimana sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia?
3.      Bagaimana gelombang pertentangan politik yang terjadi di Indonesia paska kemerdekaan?
4.      Bagaimana Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia?
5.      Apa saja Undang-Undang yang mengatur tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia?
6.      Bagaimana cara menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia?

1.3  TUJUAN PENULISAN

1.      Memahami pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia


2.      Mengidentifikasikan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia
3.      Mendeskripsikan sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
4.      Memahami Undang-Undang yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia

1.4  MANFAAT PENULISAN

1.      Menumbuhkan jiwa nasionalisme pada para pemuda masa kini


2.      Dapat memahami arti penting dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

4
BAB II PEMBAHASAN

BAB II
2.1  PENGERTIAN NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk republik
dengan sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat

Pasal 18 UUD 45 menyebutkan :

1.      Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah profinsi dan daerah provinsi itu dibagi 
atas kabupaten dankota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang

2.      Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dankota mengatur dengan mengurus sendiri


urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

3.      Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dankota memiliki DPRD yang anggotanya


dipilih melalui pemilihan umum.

4.      Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten dan kotadipilih secara demokrasi.

5.      Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan        yang


oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

6.      Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7.      Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga dikenal dengan nama Nusantara yang artinya
negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke.

5
Letak wilayah NKRI berada di antara:

• dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia; serta

• dua samudra. yaitu samudra Hindia dan samudra Pasifik.

Indonesia terletak di benua Asia tepatnya di Asia Tenggara. Wilayah Indonesia berada di:

• 6° lintang utara (LU) – 11° lintang selatan (LS), don

• 95° bujur timur (BT) – 141° bujur timur (BT).

Karenaa letak wilayah Indonesia di sekitar khatulistiwa, makaIndonesia memiilki iklim traps


dan rnerniliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pulau-pulau yang termasuk
dalam wilayah NKRI berjumlah 17.504 terdiri dari pulau besar dan kecil. Beberapa di antaranya,
yaitu 6000 pulau tdak bepenghuni.

Wilayah Indonesia terbentangsepanjang 3.977 my di antara Samudra Hindia dan Samudra


Pasifik. Luas daratanIndonesia 1.922.570 km2 dan luas perairannya 3.257.483 km2. Pula]
dengan jumlah pendudukterpadat adalah pulau Jawa.

Setengah dari jumlah penduduk Indonesia menempati pulau Jawa.

Pulau-pulau besar, yaitu:

• Jawa dengan luas 132.107 km2, ,

• Sumatera dengan luas 473.606 km2,

• Kalimantan dengan luas 539.460 krri,

• Sulawesi dengan luas 189.216 km2, dan

• Papua dengan luas 421.981 km2.

Pulau-pulau kecil, antara lain Pulau Nias, Pulau Siberut, Pulau Bangka, Pulau Beiitung,
Pulau Madura, Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Flores, Pulau Ambon, clan Pules
Halniahera.Perkernbangan jumlah provinsi Indonesia clan tahun ke tahun torus bertambah. Pada

6
awal kemerdekaan, Indonesia terdiri dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk 33 provinsi.
Tujuan perkernbangan jumlah provinsi Indonesia clan tahun ke tahun torus bertambah. Pada
awal kemerdekaan, Indonesia terdiri dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk 33 provinsi.
Tujuan perkernbangan jumlah provinsi dan kabupaten adalah untuk memudahkan pelayanan
kepada masyarakat.

2.2  SEJARAH NKRI

Sejarah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditandai dengan


dibacakannya teks proklamasi oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun
proklamasi itu sendiri merupakan rangkaian peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya
proklamasi tersebut. Bagaimana kronologis lahirnya atau terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia itu?

Berikut kejadian-kejadian menjelang pembacaan Proklamasi serta lahirnya Negara Kesatuan


Republik Indonesia :

1.   29 April 1945

BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa
Jepang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai  yang didirikan oleh pemerintah Jepang pada tanggal yang
beranggotakan 63 orang.

2.   06 Agustus 1945 

Sebuah bom atom meledak di kota Hiroshima, Jepang. Pada saat itu, padahal Jepang sedang
menjajah Indonesia.

3.   07 Agustus 1945

BPUPKI kemudian berganti pada tanggal menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi inkai.

7
4.   9 Agustus 1945

Bom atom kedua kembali dijatuhkan di kota Nagasaki yang membuat Negara Jepang Menyerah
Kepada Amerika Serikat. Momen ini dimanfaatkan Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. 

5.   10 Agustus 1945

Sutan Syahrir mendengar lewat radio bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu, yang
membuat para pejuang Indonesia semakin mempersiapkan kemerdekaannya. saat kembalinya
Soekarno dari Dalat, sutan syahrir mendesak kemerdekaan Indonesia. 

6.   15 Agustus 1945 

Jepang benar-benar menyerah pada Sekutu. Hal ini membuat semangat bangsa Indonesia
semakin bangkit untuk segera memproklamasikan kemerdekaannya.

7.   16 Agustus 1945 

Dinihari Para pemuda membawa Soekarno beserta keluarga dan Hatta ke Rengas Dengklok
dengan tujuan agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Wikana dan Mr. Ahmad
Soebarjo di Jakarta menyetujui untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena
itu diutuslah Yusuf Kunto menjemput Soekarno dan keluarga dan juga Hatta. Soekarno dan
Hatta kembali ke Jakarta awalnya ia dibawa ke rumah nishimura baru kemudian di bawa kembali
ke rumah Laksamana Maeda. untuk membuat konsep kemerdekaan. Teks porklamasi pun
disusun pada dini hari yang diketik oleh Sayuti Malik. 

8
8.   17 Agustus 1945 

Pagi hari di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Teks proklamasi dibacakan
tepatnya pada pukul 10:00 WIB dan dikibarkanlah Bendera Merah Putih yang dijahit oleh Istri
Soekarno, Fatmawati. Peristiwa tersebut disambut gembira oleh seluruh rakyat Indonesia.

9.   18 Agustus 1945

PPKI mengambil keputusan, mengesahkan UUD 1945, dan terbentuknya NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia, serta terpilihnya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai Presiden
dan Wakil Presiden. Republik Indonesia.

2.3  GELOMBANG PERTENTANGAN POLITIK YANG TERJADI DI INDONESIA.

Indonesia memang telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun sebagai Negara
baru, Indonesia masih belum terlalu matang. Persiapan kemerdekaan yang digelar secara
dadakan itu, tanpa memikirkan apa dampak setelah kemerdekaan, membuat paska kemerdekaan
Indonesia harus mengalami polemik yang luar biasa. Guncangan pertentangan politik yang
terjadi karena Belanda yang belum sepenuhnya mengakui kemerdekaan Indonesia. Hal itu
membuat Indonesia beberapa kali harus berganti konstitusi.

Berikut periode-periode yang terjadi paska kemerdekaan Indonesia:

1.      Periode Berlakunya UUD 1945

Pemerintahan pada periode berlakunya UUD 1945 memiliki kurun waktu 18 Agustus 1945
sampai dengan 27 Desember 1949. Bentuk negara adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik (Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945). UUD 1945 tidak menganut teori pemisahan kekuasaan
secara murni seperti yang diajarkan Montesquieu, melainkan menjalankan prinsip pembagian

9
kekuasaan (distribution of power). Dengan demikian, masih dimungkinkan adanya kerja sama
antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lainnya.

Dalam pemerintahan Indonesia terdapat lima lembaga yang mengelola negara, yaitu sebagai
berikut :

A.    Legislatif, dilakukan oleh DPR.

B.     Eksekutif, dilakukan oleh Presiden.

C.     Konsultatif, dilakukan oleh MK (Mahkamah Konstitusi).

D.    Eksaminatif, dilakukan oleh BPK, termasuk di dalamnya fungsi inspektif dan auditatif.

E.     Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung

      Akan tetapi, pada kenyataannya segala bentuk kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif
dijalankan oleh satu badan atau lembaga kepresidenan dibantu oleh KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat). Selain itu, lembaga-lembaga pemerintahan lain pada kurun waktu 18 Agustus
1945 sampai dengan 27 Desember 1945 belum terbentuk.

2.      Periode Konstitusi republik indonesia serikat 1949 (RIS)

A.    Latar belakang dan proses terjadinya konstitusi RIS.

Sejak ditetapkan, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebab bangsa


indonesia masih terus berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan yang akan
dirampasa kembali oleh belanda.

Belanda berusaha terus untuk menghancurkan NKRI dengan cara melancarkan agresi militer
I (1949) dan agresi militer II (1948). Adanya agresi militer belanda ini membuat indonesia dan
belanda mengadakan perundingan linggar jati (10-15 september 1946) dan perundingan renville
(17 januari 1948).

10
Perjuangan bangsa indonesia tidak akan pernah mati demi mempertahankan kemerdekaan.
Indonesia terus menekan dan melancarkan serangan 1 maret 1948 terhadap belanda. Akibatnya,
indonesia dan belanda harus melakukan perundingan lagi yang disebut konferensi meja bundar
(KMB) di Den Hag Belanda, KMB menghasilkan beberapa kesepakatan, diantaranya:

      Belanda akan mengakui kedaulatan RIS pada akhir bulan desember 1949.

      Penyelesaian irian barat akan diselesaikan satu tahun kemudian setelah adanya pengakuan
kedaulatan.

Pada tanggal 27 september 1949, belanda mengakui kedaulatan negara RIS. Sejak saat
itulah berdiri negara RIS dengan menggunakan konstitusi republik indonesia serikat 1949.
Wilayah RIS meliputi seluruh wilayah bekas jajahan Belanda. Adapun UUD 1945 hanya berlaku
di dalam wilayah republik Indonesia (bagian RIS) yang beribu kota di Yogyakarta.

B.     Sistematika dan Isi pokok Konstitusi RIS

Sistematika Konstitusi RIS terdiri dari :

      Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea. Di dalamnya tercantum dasar negara Indonesia, yaitu;
pancasila.

      Batang tubuh yang terdiri dari 6 bab dan 197 pasal. Konstitusi RIS bersifat sementara. Hal ini
ditunjukkan dalam pasal 186 yang berbunyi “Konstituante (sidang pembuat konstitusi), bersama-
sama dengan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat
yang akan menggantikan konstitusi sementara ini”.

11
C.     Perbedaan Pokok Antara UUD 1945 dengan Konstitusi RIS

N UUD 1945 Konstitusi RIS 1949


O

1 Bentuk negara: Kesatuan Bentuk negara: Serikat / Federasi

2 Sisten pemerintahan: Presidensil Sisitem Pemerintahan: Parlementer

3 Kedaulatan: Kedaulatan di tangan Kedaulatan: Kedaulatan negara


rakyat dan dilakukan sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah bersama-sama
oleh MPR dengan DPR

4 Demokrasi: Demokrasi Pancasila Demokrasi: Liberal

5 Tidak dikenal senat melainkan Dikenal senat sebagai wakil daerah-


utusan dari daerah dan golongan daerah bagian

6 Alat-alat perlengkapan negara Alat-alat perlengkapan negara RIS:

(tidak disebutkan secara khusus Presiden, Menteri-menteri, Senat, DP


dalam UUD 1945): R,Makamah AgungIndonesia, Dewan
Pengawas Keuangan
MPR, DPR, Presiden,
BPK,Mahkamah Agung, Dewan
Pertimbangan Agung

3.      Periode UUD Sementara 1950 ( UUDS 1950 )

A.    Latar belakang dan proses terjadinya UUDS 1950

Terbentuk nya RIS tidak sejalan dengan keinginan para pendiri negara dan semangat
proklamasi  17 Agustus 1945. Selain itu, pembentukan RIS di anggap sebagai bentukan Belanda
sehingga beberapa negara bagian memutuskan bergabung kembali ke dalam NKRI.
Penggabungan negara-negara bagian tersebut berdasarkan UU darurat no 11 tahun 1950 tentang
tata cara perubahan susunan kenegaraan dari wilayah negara Republik Indonesia Serikat.

12
      Pada tanggal 19 Mei 1950 RIS hanya terdiri dari 3 negara bagian yaitu: Negara Republik
Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan negara Sumatera Timur. Pada saat itu, keaadaan daerah-
daerah tidak menetu, sukar untuk di atur dan di perintah. Hal itu membuat menurunnya
kewibawaan pemerintahan RIS. Akhirnya, di lakukan perundingan antara pemerintah RIS
(Termasuk atas nama Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur) dengan pemerintah
RI yang bertujuan untuk kembali ke NKRI.

      Pada tanggal 19 Mei 1950 di tanda tangani persetujuan antara pemerintah RIS dengan
pemerintah RI untuk kembali ke NKRI kemudian di bentuklah sebuah panitia bersama yang
bertugas merancang UUDS NKRI.

      Panitia perancang UUDS di ketuai oleh Prof.DR.Soepomo sebagai wakil RIS dan  MR.Abdul
hakim sebagai wakil RI. Hasil kerja panitia bersama tersebut di serahkan kepada DPR, SENAT
DAN KNIP. Akhirnya dengan sedikit perubahan, DPR, SENAT, dan KNIP meneriman
rancangan hasil kerja panitia bersama tersebut menjadi UUDS 1950.

      Perubahan konstitusi RIS menjadi UUDS 1950 didasarkan pada undang-undang federal No.
7 tahun 1950 tentang perubahan konstitusi sementara RIS  menjadi UUD RI yang tertulis dalam
lembaran Negara No. 56 tahun 1950.

      Naskah perubahan tersebut termuat dalam pasal I UU No. 7 tahun 1950. Berasarkan pasal II
UU No. 7 tahun 1950, UUDS 1950 mulai berlaku tanggal 7 agustus 1950. Maka sejak saat itu
susunan Negara federasi atau serikat berubah menjadi NKRI.

B.     Sistematik dan isi pokok UUDS 1950:

   Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea. Yang memuat dasar Negara pancasila.

    BAB I. Negara republik Indonesia.

Bagian 1. Bentuk Negara dan kedaulatan (1 pasal )

Bagian 2. Daerah Negara (1 pasal )

Bagian 3. Lambang dan bahasa Negara (2 pasal)

Bagian 4. Kewarganegaraan dan penduduk Negara (2 pasal)

13
Bagian 5. Hak-hak dan kebebasan-kebebasan dasar manusia (28 pasal)

Bagian 6. Asas-asas dasar (9 pasal)

   BAB II alat dan perlengkapan Negara

Bagian 1. Pemerintah (11 pasal)

Bagian 2. DPR (22 pasal)

Bagian 3. MA (2 pasal)

Bagian 4. DPK (2 pasal)

4.      Periode Berlakunya Kembali UUD 1945

Mengingat kondisi politik pada masa berlakunya UUDS semakin memanas, pada tanggal 22
April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada Badan Konstitusional untuk
kembali ke UUD 1945. Namun, untuk mengembalikan UUD 1945 secara murni menjadi
perdebatan bagi anggota kelompok konstituante.

         Kelompok pertama    : anggota konstituante mau menerima saran untuk kembali kepada
UUD 1945 secara utuh.

         Kelompok kedua    : anggota konstituante mau menerima kembali UUD 1945 dengan
persyaratan amandemen, yaitu sila pertama Pancasila pada pembukaan UUD 1945 harus diubah
dengan sila pertama Pancasila seperti tercantum dalam Piagam Jakarta.

Perdebatan kedua kelompok di dalam badan konstituante itu tidak mencapai titik temu
meskipun telah melalui berbagai macam usaha, sedangkan mempersiapkan dan membentuk
UUD berada di tangan konstituante.

Presiden, yang menurut UUDS 1950 memiliki kemampuan membubarkan Dewan Perwakilan
Rakyat, akhirnya membubarkan badan konstituante yang dianggap tidak dapat menjalankan
tugas dengan baik. Bubarnya badan konstituante tersebut, secara otomatis tidak adanya lembaga

14
pembentuk UU. Situasi ini pula yang mendorong Presiden mengajukan konsep Demokrasi
Terpimpin agar dapat kembali ke UUD 1945.

Peristiwa di atas disebut dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sejak itu berlakulah UUD 1945
dan sistem pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Sistem Demokrasi Terpimpin, tentu saja tidak
sesuai dengan UUD 1945. Akan tetapi, kondisi itu tetap berlaku sampai diangkatnya Jenderal
Soeharto sebagai pengemban Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).

Peranan Supersemar untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin keamanan dan
ketentraman serta stabilitas jalannya pemerintahan, menjadi puncak sejarah hitam pemerintahan
Presiden Soekarno. Dengan ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 dikukuhkan dengan masa
berlaku sampai terbentuknya MPR RI hasil pemilu, meskipun penerbitan Supersemar sampai
sekarang masih kontroversi.

2.4  SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Selama 70 tahun merdeka, Indonesia telah memiliki tujuh presiden terhitung hingga saat ini,
dan setiap periode, Indonesia beberapa kali berganti system pemerintahan. Pergantiansystem
pemerintahan ini lebih sering terjadi di awal paska kemerdekaan seperti yang diterangkan pada
pembahasan sebelumnya.

Namun untuk lebih terperinci, berikut periodisasi sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia selama kurun waktu 70 tahun, sbb :

1.         Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949

  Bentuk Negara : Kesatuan

  Bentuk Pemerintahan : Republik

  Sistem Pemerintahan : Presidensial

  Konstitusi : UUD 1945

  Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

15
  Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta (18 Agustus 1945 - 19 Desember
1948)

  Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI) (19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)

Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang
memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil menjadi parlementer. Gelagat ini sudah
terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14
November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang
seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik,
bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda. Setelah munculnya Maklumat Wakil
Presiden No. X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu
kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-
kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945.
Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan eksekutif yang semula
dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya sistem
pemerintahan parlementer.

2.         Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950

  Bentuk Negara : Serikat (Federasi)

  Bentuk Pemerintahan : Republik

  Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)

  Konstitusi : Konstitusi RIS

  Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950

  Presiden dan Wapres :Ir. Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949 dikota Den Hagg (Netherland)
diadakan konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi
BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi

16
Belanda dipimpin olah Van Harseveen. Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah
untuk meyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang
adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia
Serikat (RIS). Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda mengakui
kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS
selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah pada tanggal 27 Desember
1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam.

3.         Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959

  Bentuk Negara : Kesatuan

  Bentuk Pemerintahan : Republik

  Sistem Pemerintahan : Parlementer

  Konstitusi : UUDS 1950

  Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

  Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus
1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 . UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik
Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang
Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini
dinamakan "sementara", karena hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya Konstituante
hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil
memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru
hingga berlarut-larut.

17
4.         Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin)

  Bentuk Negara : Kesatuan

  Bentuk Pemerintahan : Republik

  Sistem Pemerintahan : Presidensial

  Konstitusi : UUD 1945

  Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966

  Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta

Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Latar belakang
dikeluarkannya dekrit ini adalah:

1.      Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan
persaingan partai politik yang semakin menajam.

2.      Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang dasar

3.      Terjadinya gangguan keamanan berupa pemberontakan bersenjata di daerah-daerah

Berikut Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959:

1.      Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.

2.      Pembubaran Badan Konstitusional

3.      Membentuk DPR sementara dan DPA sementara

5.         Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)

  Bentuk Negara : Kesatuan

  Bentuk Pemerintahan : Republik

  Sistem Pemerintahan : Presidensial

18
  Konstitusi : UUD 1945

  Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998

  Presiden dan Wapres : 

1.      Soeharto (22 Februari 1966 – 27 Maret 1968)

2.      Soeharto (27 Maret 1968 – 24 Maret 1973)

3.      Soeharto dan Adam Malik (24 Maret 1973 – 23 Maret 1978)

4.      Soeharto dan Hamengkubuwono IX (23 Maret 1978 –11 Maret 1983)

5.      Soeharto dan Try Sutrisno (11 Maret 1983 – 11 Maret 1988)

6.      Soeharto dan Umar Wirahadikusumah (11 Maret 1988 – 11 Maret 1993)

7.      Soeharto dan Soedharmono (11 Maret 1993 – 10 Maret 1998)

8.      Soeharto dan BJ Habiebie (10 Maret 1998– 21 Mei 1998)

      Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945
dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari
Pancasila dan UUD 1945 yang murni, terutama pelanggaran pasal 23 (hutang
Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang
memberi kekuasaan pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita. Pada masa
Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah
peraturan:

1.   Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya

2.   Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat
melalui referendum.

3.   Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.

19
6.         Sistem Pemerintahan Periode 1998 – Sekarang

  Bentuk Negara : Kesatuan

  Bentuk Pemerintahan : Republik

  Sistem Pemerintahan : Presidensial

  Konstitusi : UUD 1945

  Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang

  Presiden dan Wapres :

1.      J Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)

2.      Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)

3.      Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)

4.      Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2004 – 20 Oktober
2009)

5.      Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (20 Oktober 2009 – 2014)

6.      Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2014 – 20 Oktober 2019)

     Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadapUUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga
dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentangsemangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD
1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanannegara, kedaulatan rakyat,
HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dannegara hukum, serta hal-hal lain
yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhanbangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah PembukaanUUD 1945, tetap mempertahankan susunan

20
kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial.

2.5  UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK


INDONESIA

Berdasarkan Ketetepan MPR No. III Tahun 2000 sebagaimana tercantum di atas. Tata urutan
perundang-undangan dalam UU PPP ini sebagaimana diatur dalam Pasal 7 adalah sebagai
berikut:

1.      Undang-Undang Dasar 1945.

2.      Undang-undang/ peraturan pemerintah pengganti undang-undang.

3.      Peraturan pemerintah.

4.      Peraturan presiden.

5.      Peraturan daerah, yang meliputi:

6.      Peraturan daerah provinsi.

7.      Peraturan daerah kabupaten/kota.

8.      Peraturan desa.

Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan, maka segala peraturan dalam hierarki
perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan di atasnya, tidak bisa dilaksanakan
dan batal demi hukum. Demi menjaga keutuhan NKRI dan persatuan Indonesia, hendaknya
seluruh komponen politik tidak menjadikan peraturan atau gagasan yang bertolak belakang
dengan UUD 1945 sebagai kompromi politik (political bargaining), khususnya dalam proses
suksesi politik di daerah (pilkada).

21
2.6  MENJAGA KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Bukan cara yang mudah bagi para pejuang dan pahlawan-pahlawan kemerdekaan untuk
melawan penjajah, segala cara sudah di lakukan mereka, hingga berjuang sampai titik darah
pengabisan. Begitu banyak sejarah yang melukiskan perjuangan para pahlwan saat itu, sampai
akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta mampu
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas dorongan dari seluruh Bangsa Indonesia yang
sudah lama menginginkan kemerdekaan Indonesia.

Mengingat semua perjuangan mereka, sudah sepatutnya bagi kita yang hidup di jaman ini
untuk bersyukur karena bisa menikmati kemerdekaan, tidak perlu berperang lagi melawan
penjajah, dan dapat menikmati hidup dan pendidikan dengan layak.

Untuk itu, cara bersyukur serta menghormati perjuangan para pahlawan adalah dengan cara
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal yang harus kita tanggulangi dalam
rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ancaman.
Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang
dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa.

Bagaimana agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga? Salah satu
caranya adalah kita sebagai warga negara berpartisipasi dalam upaya menjaga keutuhan wilayah
dan bangsa Indonesia. Berpartisipasi artinya turut serta atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang dapat menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia. Untuk turut menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikap-sikap:

A. Cinta Tanah Air

Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air. Cinta
tanah air dan bangsa dapat diwujudkan dalam berbagai hal, antara lain:

   Menjaga keamanan wilayah negaranya dari ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam
negeri

22
   Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

   Mengolah kekayaan alam dengan menjaga ekosistem guna meningkatkan kesejahteraan


rakyat.

   Rajin belajar guna menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin untuk diabdikan kepada
negara.

B.     Membina Persatuan dan Kesatuan

Pembinaan persatuan dan kesatuan harus dilakukan di manapun kita berada, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Tindakan yang menunjukkan
usaha membina persatuan dan kesatuan, antara lain:

   Menyelenggarakan kerja sama antar daerah.

   Menjalin persahabatan antarsuku bangsa.

   Memberi bantuan tanpa membedakan suku bangsa atau asal daerah.

   Mempelajari berbagai kesenian dari daerah lain,

   Memperluas pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

   Mengerti dan merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, serta tidak mudah marah atau
menyimpan dendam.

   Menerima teman tanpa mempertimbangkan perbedaan suku, agama, maupun bahasa dan
kebudayaan.

C.     Rela Berkorban

Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan
memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan

23
bagi diri sendiri. Partisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI dapat dilakukan dengan hal-hal
sebagai berikut:

   Partisipasi tenaga

   Partisipasi pikiran

D.    Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI

Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek kehidupan manusia, baik
pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat nasional. Untuk menghadapi era
globalisasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita
memerlukan perencanaan yang matang diantaranya adalah sebagai berikut :

   Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan kemampuannya.

   Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai sektor
kehidupan.

   Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri / regional.

   Kesiapan perekonomian rakyat.

Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan bentuk
ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional berkembang
menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal dari luar negeri maupun dari dalam
negeri. Oleh karena itu kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk
menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan tidak
hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga untuk membantu pemerintah dalam
upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional.

E.     Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan NKRI

      Berikut beberapa sikap dan perilaku mempertahankan NKRI :

   Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya.

24
   Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan, kedaulatan
Negara dan mempererat persatuan bangsa.

   Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan
menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan
salah satu kekayaan bangsa.

   Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa, bahasa


persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai
pancasila dan UUD 1945.

   Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat mewujudkan


persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah maupun aspek sosial
yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar
bersama.

   Menaati peraturan. Salah satu cara menjaga keutuhan Indonesia adalah dengan menaati
peraturan. Peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.Tujuannya agar
Indonesia menjadi lebih baik. Melalui peraturan, Indonesia akan selamat dari kekacauan. Taat
kepada undang-undang dan peraturan berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. Peraturan berlaku
baik untuk presiden maupun rakyat biasa, baik tua maupun muda, baik yang kaya maupun yang
miskin, baik laki-laki maupun perempuan.

25
BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk republik
dengan sistem desentralisasi. Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga dikenal dengan nama
Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah kepulauan yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki ragam
adat dan budaya, namun keragaman itu tidak menjadikan perpecahan bagi Bangsa Indonesia,
karena sesuai dengan dasar Negara serta ideologi Indonesia yang menganut paham persatuan.

Sebelum merdeka, bangsa Indonesia sudah di jajah selama beratus-ratus tahun. Berbagai
perjuangan yang dilakukan para pejuang bukanlah hal kecil, mereka hingga rela mengorbankan
nyawa dan apapun untuk membela Negeri ini. sampai akhirnya Indonesia mampu menemukan
titik terang, saat di jaman penjajahan Jepang. Kejatuhan Jepang yang diserang oleh Sekutu tidak
disia-siakan oleh Bangsa Indonesia. Dalam waktu yang singkat dan persiapan seadanya, akhirnya
bangsa Indonesia yang diwakili Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta mampu memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.

Rintangan bagi Bangsa Indonesia tidak berhenti sampai disana, bahkan setelah Indonesia
merdeka ternyata Indonesia di deru gelombang pertentangan politik yang di pelopori Belanda.
Perjuangan belum berakhir, perang kembali terjadi, sampai perpecahan sempat dijalani. Negara
Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat. Sampai akhirnya,
setelah terjadi polemik yang panjang, Indonesia kembali pada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta UUD 1945.

Perjuangan panjang yang dilakukan oleh para pejuang Indonesia saat dahulu, sudah
selayaknya mendapatkan apresiasi dari kita yang bisa menikmati kemerdekaan Indonesia.
Sebagai Bangsa Indonesia, sudah sewajibnya kita menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan seksama, agar tidak terjadi perpecahan atau konflik terus-menerus. Oleh
karena itu, kita harus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan cara
mencintai tanah air, melestarikan budaya yang ada di Indonesia, dan mengantisipasi ancaman

26
yang berasal dari luar ataupun dalam. Persatuan, rela berkorban dan saling menghargai tetap
harus dijunjung tinggi demi menjaga keutuhan NKRI.

27
DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Hatta, Mohammad. 2014. Kedaulatan Rakyat, Demokrasi, dan Otonomi. Bantul: Kreasi Wacana.
Simanjuntak, Marsillam. 1994. Pandangan Negara Integralistik. Jakarta: Pustaka Utama.

http://www.gudangmakalah.com/2015/02/contoh-makalah-negara-kesatuan-republik.html, Di
akses 10 November 2018

http://www.edukasippkn.com/2015/09/pengertian-nkri-negara-kesatuan.html, Di akses 10
Novenber 2018

Tjokroaminoto, O. S., Abdoel Moeis, dan R. Hasan Djajadiningrat. Nasionalisme, Sistem


Pemerintahan, dan Mandiri, dalam Soeharto, Pitut dan drs. A. Zainoel Ihsan. 1981. Cahaya di
Kegelapan: Capita Selecta Kedua Budi Oetama dan Sarekat Islam. Jakarta: Jaya Sakti.

28

Anda mungkin juga menyukai