Anda di halaman 1dari 3

Apa Yang Menyebabkan Karir Seseorang Cemerlang?

 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala: ”Ditengah bejibunnya orang yang pusing dengan bayaran rendah, ada
sejumlah orang yang terus membangun kecemerlangan karirnya sehingga tidak lagi pusing
soal angka yang tertera dalam slip gajinya.”
 
Kita tidak bisa mengetahui masa depan secara pasti. Tetapi urusan karir, dari dulu saya
percaya bahwa kita bisa memperkirakan masa depan. Misalnya, kita bisa melihat orang-orang
yang bekerja di sekitar kita. Dan kita, bisa memperkirakan siapa yang akan menjadi manager
lalu terus menanjak menjadi senior manager, direktur bahkan presiden direktur. Kita juga bisa
memperkirakan siapa yang akan mentok, atau yang hanya akan begitu-begitu saja sepanjang
karirnya. Saya pernah melakukan uji coba sendiri, dengan mengamati orang-orang yang
bekerja sebagai profesional. Meski tidak 100% akurat, tetapi boleh dibilang ‘hampir 100%”
perkiraan saya benar. Tidak butuh menjadi paranormal untuk ‘meramalkan’ masa depan karir
seseorang. Cukup melihat sikap, perilaku, dan tindakannya selama bekerja sehari-hari, maka
kita bisa ‘meramalkan’ masa depan karirnya. Anda pun bisa menjadi peramal karir. Minimal
meramalkan masa depan karir Anda sendiri. Mau?
 
Kemarin siang sebelum meeting, tanpa diduga saya bertemu dengan seorang sahabat. Hanya
sebentar sekali karena kami sedang sama-sama dikejar jadwal masing-masing. Walhasil,
hanya sempat bertukar kartu nama. Bahagia saya membaca titelnya sebagai seorang
pemimpin puncak sebuah perusahaan di pusat bisnis mentereng kelas atas. Saya mengenal
sahabat saya itu sejak masuk kampus dulu. Meskipun sudah jarang bertemu, saya
memperhatikan beliau dari jauh. Membaca perkembangannya di jejaring para profesional.
Hingga kemarin, saya bertemu beliau sekali lagi. Bagi saya, beliau adalah salah seorang
model profesional yang dengan tekun membangun karirnya setapak demi setapak sampai
berada di puncak. Ditengah bejibunnya orang yang pusing dengan bayaran rendah, ada
sejumlah orang yang terus membangun kecemerlangan karirnya sehingga tidak lagi pusing
soal angka yang tertera dalam slip gajinya. Ini adalah pertanda bahwa mereka mengetahui
cara yang kebanyakan orang lain tidak mengetahuinya. Kita butuh berguru atau meniru
orang-orang seperti itu. Khususnya ditengah hiruk pikuk protes dan kekesalam begitu banyak
karyawan soal bayaran atau jenjang karirnya yang tidak kunjung memperlihatkan perbaikan.
Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar dari mereka yang berhasil membangun karir
cemerlangnya, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence
(NatIn™), berikut ini:  
 
1.      Memiliki visi terhadap masa depan karirnya sendiri. Bukan hanya perusahaan yang
membutuhkan visi. Kita pribadi pun demikian. Mengapa? Karena visilah yang bisa memberi
kita kekuatan untuk terus melangkah maju ketika tiba masa-masa sulit atau jebakan berbagai
godaan. Kehidupan kerja kita, tidak selamanya mudah. Namun, setiap kali berpegang teguh
pada visi; semua cobaan itu menjadi semakin kecil. Selama bekerja, kita juga dihadapkan
pada banyak godaan. Banyak sudah orang yang kepeleset. Namun, selama kita mengingat
visi pribadi kita, maka kita akan sanggup berkelit agar terbebas dari jerat yang bisa menodai
perjalanan karir kita. Bukankah banyak orang cemerlang yang berguguran hanya karena
ketahuan melakukan satu kesalahan fatal dalam karirnya? Bangunlah visi pribadi yang kokoh
untuk masa depan karir Anda. Maka Insya Allah, Anda bisa lebih sanggup untuk menghadapi
beratnya cobaan, dan mengatasi semenggiurkan apapun godaan.
 
2.      Terus belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Saya memperhatikan orang-orang
yang saat ini menduduki posisi-posisi penting dalam karirnya. Menelisik ke belakang
sewaktu mereka baru memulai karir itu sebagai fresh graduate alias belum berpengalaman
apapun. Ternyata, mereka tidak beda banyak dengan kebanyakan orang lainnya. Sama grogi
dan culunnya seperti kita. Ilmunya juga tidak terlampau jauh dari kita. Tetapi, mereka
melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang pada umumnya, yaitu; terus
belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Begitu banyak orang yang merasa cukup dengan
semua pengetahuan dan keterampilan kerja yang dimilikinya. Sehingga dengan semua
kehebatannya itu, mereka merasa sudah memuncaki kualitas profesionalnya. Tak jarang
mereka mempermasalahkan; kenapa gue yang hebat ini dibayar segini doang!?. Beda banget
dengan orang-orang yang patut menjadi model yang saya sebutkan tadi. Meskipun ilmunya
semakin tinggi, mereka tidak pernah merasa sudah tinggi. Mereka teruuuus saja
meningkatkan kualitas profesionalismenya. Makanya, orang yang merasa hebat dan canggih
sering ketinggalan oleh mereka yang terus mengasah diri. Karena mereka yang terus belajar
dan meningkatkan diri menapaki tingkatan yang semakin tinggi dan tidak tertandingi.
 
3.      Menbuat kinerja tinggi dengan optimalisasi diri. Setiap karyawan dipekerjakan untuk
mengkontribusikan kinerja dalam kadar tertentu. Tertera dalam job descriptonnya, dan
dipaparkan secara detail melalui strategic objective tahunannya. Banyak orang yang
kinerjanya bagus, memang. Namun kebanyakan orang mendedikasikan  kinerja tinggi itu
hanya untuk uang semata. Maka ketika imbalan yang diterima mereka nilai tidak sepadan
dengan kontribusi yang mereka berikan kepada perusahaan, mereka kemudian ‘mengerem’
kinerjanya hingga menjadi biasa-biasa saja. Maka kinerja tingginya pun segera berakhir. Para
model profesional itu berbeda. Mereka tidak memusingkan soal imbalan sekarang. Karena
mereka percaya bahwa ada hal yang lebih penting dari sekedar imbalan, yaitu; aktualiasi dari
kemampuan dirinya. Mereka terus saja fokus kepada usaha-usaha mengoptimalkan kapasitas
diri. Makanya, tidak heran jika kinerja tingginya tidak terpengaruh oleh faktor luar. Dalam
jangka pendek, mungkin tidak ada bedanya imbalan yang mereka terima dengan apa yang
didapatkan oleh orang lain yang bekerja biasa-biasa saja. Namun dalam jangka panjang, cepat
atau lambat mereka akan memperoleh perbedaan secara signifikan.
 
4.      Membangun reputasi 360 derajat. Karir seseorang tidak bisa dibangun hanya dengan
reputasi baik dihadapan orang-orang terntentu. Mungkin memang ada orang yang karirnya
menanjak hanya karena reputasi baik didepan atasannya belaka. Namun tetap saja, karir yang
dibangun dengan reputasi 360 derajat jauh lebih berbobot dan lebih lestari. Apa artinya
reputasi 360 derajat itu? Yaitu reputasi tinggi yang kita bangun dihadapan semua orang yang
berkaitan dengan karir kita. Bukan hanya bagus dihadapan atasan, melainkan juga bagus
dimata kolega, bawahan, departemen lain, pelanggan, bahkan pesaing-pesaing kita. Pendek
kata, reputasi yang dibangun dihadapan orang-orang sekeliling kita. Orang yang berhasil
membangun reputasi 360 derajat ini pada saatnya kelak akan berhasil memanen buahnya
berupa kepercayaan dan kesempatan yang tidak dipertanyakan keabsahannya. Karena semua
orang tahu, bahwa dia memang layak mendapatkannya. Jika belum terasa manfaatnya,
konsisten dan bersabar saja.
 
5.      Tetap rendah hati meski memiliki posisi tinggi. Diantara orang-orang yang berhasil
membangun karir cemerlangnya, memang ada banyak yang sombong, angkuh dan lupa diri.
Namun, sejauh yang saya ketahui sebagian besar diantaranya justru adalah mereka yang tetap
rendah hati. Mereka tidak merendahkan orang lain hanya karena posisinya lebih tinggi. Justru
mereka memuliakan orang lain dengan jabatan tinggi yang disandangnya. Lagi pula, jika
posisi kita sudah tinggi; mengapa kita harus bersikap tinggi hati, kan? Karena tanpa diminta
pun orang lain akan menghormati kita. Hanya saja, apakah penghormatan orang lain itu tulus
atau tidak; sangat ditentukan oleh cara kita membawakan diri. Kita mungkin menaruh hormat
kepada orang berposisi tinggi namun tinggi hati. Namun, kita kan tidak tulus menghormati
mereka. Beda sekali dengan rasa hormat yang kita berikan kepada orang yang berposisi tinggi
namun tetap rendah hati. Mereka benar-benar layak mendapatkan penghormatan setulus hati.
Itulah sebabnya, mengapa hati kecil kita sering berharap orang tinggi hati segera diganti oleh
orang-orang yang berkualitas tinggi namun tetap rendah hati.
 
Orang bilang, sulit sekali membangun karir di zaman yang penuh persaingan ini. Anggapan
itu hanya cocok bagi orang-orang yang tidak mengetahui caranya. Sedangkan bagi orang-
orang berilmu, kenaikan jenjang karir itu seperti naik tangga sebuah gedung yang indah.
Perlahan tapi pasti. Setapak, demi setapak. Hingga akhirnya bisa sampai ke puncak. Bahkan,
diantara mereka ada yang tahu jalur cepatnya. Maka seperti naik lift saja, mereka bisa menuju
kesana dengan cara-cara yang mengagumkan. Jika kita masih merasa sulit membangun karir
ini. Atau tergoda untuk menyalahkan boss dan lingkungan kerja yang tidak mendukung,
mungkin sudah saatnya untuk belajar kepada mereka yang mengetahui bagaimana cara
mengatasinya. Carilah orang-orang seperti itu.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  28 Februari 2012
Author & Trainer of Natural Intelligence Leadership
 

Anda mungkin juga menyukai