Anda di halaman 1dari 68

KONSEP DAN PRINSIP GIZI PADA BAYI

Dosen Pengampu: Novfitri Syuryadi, M.Si.


Mata Kuliah : Gizi Daur Hidup

Disusun Oleh :
Ikrima Alinda Fitri 12080322290
Selvi Harlianti 12080327088
Ragina Sakila 12080320831
Intan Cahayaning Pertiwi 12080320869

JURUSAN PRODI GIZI 2D


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TP 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bayi” dengan waktu yang
telah ditetapkan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Ibuk Novfitri
Syuryadi, M.Si. pada bidang Gizi Daur Hidup. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah ilmu dan kemampuan kita dalam memahami gizi pada bayi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Novfitri Syuryadi, M.Si. selaku dosen di
bidang Gizi Daur Hidup, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan di dalam
makalah ini. Kami juga berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Sabtu, 3 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 1


DAFTAR ISI .............................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 3
A. Latar Belakang .................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 5
A. Keadaan Fisiologi ( Pertumbuhan dan Perkembangan bayi ) ............... 5
B. Kebutuhan gizi pada bayi .................................................................. 10
C. Status gizi pada bayi.......................................................................... 20
D. Masalah gizi pada bayi...................................................................... 28
E. Menu sehat pada bayi ....................................................................... 35
F. Menyusun menu bayi ........................................................................ 37
G. Asuhan Nutrisi Pada Bayi Prematur .................................................. 47
BAB III PENUTUP ................................................................................... 66
A. Kesimpulan ....................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 67

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa bayi adalah masa di mana pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat baik secara
fisik maupun psikologis, dengan cepatnya pertumbuhan ini perubahan tidak hanya terjadi
dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Berkurangnya ketergantungan pada orang
lain merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan
bayi duduk, berdiri, berjalan, menggerakkan benda-benda dan lain-lain. Pengelolaan makan
yang baik dan benar pada bayi sangat diperlukan untuk mendapatkan tumbuh kembang yang
optimal. Pemberian makan selain dari sisi makanan itu sendiri juga perlu melibatkan
lingkungan dimana bayi tersebut tinggal, jadwal waktu makan yang tepat serta prosedur
pemberian yang benar. Pertumbuhan dan perkembangan bayi berlangsung dengan sangat
cepat, dari janin dalam rahim ibu, lahir dan menjadi bayi yang belum bisa apa-apa sampai
menjadi anak kecil yang mulai belajar jalan. Semua ini hanya butuh waktu 9 bulan ditambah
12 bulan dengan perkembangan baru dan menarik setiap bulannya. Masa bayi adalah dasar
periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan
pola ekspresi emosi terbentuk. Harus diingat bahwa ketepatan waktu dalam fase
perkembangan bayi seperti kapan bayi dapat memiringkan badannya, tengkurap, duduk dan
atau mengucapkan kata pertama sifatnya sangat individual dan bukan merupakan hal yang
terpenting, melainkan bahwa bayi harus bergerak maju dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Asupan zat gizi mempunyai peran penting dalam proses tumbuh kembang
ini. Separuh dari kehidupan pertama di masa bayi (6 bulan) dipenuhi oleh ibunya melalui Air
Susu Ibu (ASI).Ibu menyusui harus memperhatikan setiap makanannya, setiap makanan yang
dikonsumsinya akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. Periode menyusui merupakan
masa yang sangat peting bagi bayi dan ibu, sama pentingnya dengan masa kehamilan. Pada
periode menyusui ini hubungan emosional antara bayi dan ibunya akan terbentuk dengan
baik, sehingga masa menyusui ini sangat baik bagi perkembangan mental dan psikis bayi, dan

3
pada masa ini bayi akan dapat merasakan besarnya kasih sayang dan kehangatan yang
diberikan oleh ibu kepadanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan fisiologi (pertumbuhan dan perkembangan) pada bayi ?
2. Bagaimana kebutuhan gizi pada bayi ?
3. Bagaimana penentuan status gizi pada bayi ?
4. Apa saja masalah gizi pada bayi ?
5. Apa saja menu sehat untuk bayi ?
6. Bagaimana konsep gizi untuk bayi prematur?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Fisiologi (Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi)


1. Pertumbuhan Bayi
Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah
tumbuh kembang. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan secara bergantian
atau bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari
perkembangan. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat berlipat-
gandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah zat antarsel. Sebagai contoh, seorang anak
tumbuh dari kecil menjadi besar. Ukuran kecil dan besar ini dapat dicontohkan dengan
perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat atau dengan perubahan tinggi badan
dari pendek menjadi lebih tinggi. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai bertambahnya
fungsi tubuh yaitu pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. Sebagai
contoh seorang anak berkembang dari hanya mampu berbaring menjadi mampu berjalan,
atau dari tidak dapat berbicara menjadi mampu berbicara. Pertumbuhan seorang anak bukan
hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya,
tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh.
Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang
atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang.
Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan

5
normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan
terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, pendek, atau gemuk.

2. Pemantauan Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk digunakan
dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan Balita. Dalam upaya memonitor
kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu yang
memuat suatu grafik pertumbuhan BB menurut Umur, yang menunjukkan batas-batas
pertumbuhan BB anak Balita. Anak sehat digambarkan dengan jalur berat badan yang
berwarna hijau. Anak yang sedang diteliti dicatat umurnya dan ditimbang berat badannya.
Data yang didapat ditempatkan pada jalur KMS. Bila jatuh dijalur hijau berarti berat badan
anak tersebut baik dan anak ada dalam kondisi kesehatan gizi yang baik. Pada pemeriksaan
yang berturut-turut hasilnya menunjukkan suatu grafik suatu pertumbuhan anak tersebut.
Anak sehat akan memperlihatkan grafik pertumbuhan anak terletak pada jalur hijau. Kalau
garis grafik menurun ke luar jalur hijau berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan
pertumbuhan anak tersebut. Ini merupakan petunjuk pula adanya gangguan kesehatan anak
tadi. Harus diteliti Iebih lanjut, mengapa kurva menurun dan keluar dari jalur hijau. Ibu atau
mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya, dengan melihat KMS akan segera
mengetahui kondisi kesehatan anak tersebut. Kurva pertumbuhan yang masih tetap di dalam
jalur hijau, anak tersebut ada dalam kondisi keseharian gizi baik, dan bila menurun ke jalur
kuning, anak memerlukan perhatian yang lebih banyak dan sebaiknya dikonsultasikan kepada
seorang dokter atau di bawa ke puskesmas, sedangkan bila kurva pertumbuhan anak sudah
turun ke bawah garis merah, berarti anak tersebut sudah masuk ke dalam kondisi kesehatan
yang buruk dan perlu penanganan kesehatan yang serius. Pengukuran antropometri
digunakan untuk mengukur pertumbuhan fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
tertentu, seperti timbangan bayi (dacin). Penilaian antropometri dapat dibedakan menjadi
yang berdasar umur dan yang tidak berdasar umur. Berat badan memiliki hubungan yang
linear dengan umur anak. Keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan umur anak dengan kecepatan tertentu. Indeks berat badan menurut umur anak
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.
3. Perkembangan Bayi

6
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan yang dialami anak
dan merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap
perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum.
4. Pemantauan Perkembangan
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Untuk
memantau perkembangan anak balita, terdapat 7 aspek yang dipantau tingkat
perkembangannya, antara lain:
a. Perkembangan kemampuan gerak kasar.
Gerakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh,
sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan
perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Disebut
gerak kasar karena gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan
biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Contoh;
gerakan membalik dari telungkup menjadi telentang atau sebaliknya, gerakan berjalan,
berlari dan sebagainya.
b. Perkembangan kemampuan gerak halus.
Dikatakan gerakan halus karena hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Contoh;
gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan,
memasukkan benda ke dalam lubang, menari, menggambar dan gerakan lainnya.
c. Perkembangan kemampuan komunikasi pasif.
Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang
lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana, senang

7
mendengarkan cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang sederhana
hingga yang lebih sukar.
d. Perkembangan kemampuan komunikasi aktif
Perkembangan kemampuan komunikasi aktif yaitu kemampuan untuk menyatakan
perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun dengan kata-kata.
Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain. Agar
dicapai saling pengertian maka diperlukan suatu komunikasi, dimana bahasa merupakan alat
untuk menyatakan pikiran dan perasaannya. Baik komunikasi pasif maupun yang aktif,
keduanya perlu dikembangkan yaitu dengan cara melatih anak secara bertahap agar mau dan
mampu berkomunikasi seperti berbicara, mengucapkan kalimat-kalimat, menyanyi dan
ungkapan verbal (lisan) lainnya.
e. Perkembangan kecerdasan.
Pada anak Balita, kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui kelima indranya.
Ia melihat warna-warna, mendengar suara atau bunyi-bunyi, mengenal rasa dan seterusnya.
Daya pikir dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang nyata yang dapat dilihat dan
dipegang atau dimainkan. Kemudian berbagai konsep atau pengertian akan dimiliki, seperti
konsep tentang benda, warna, manusia, bentuk, dll. Semua konsep ini kemudian
memungkinkan anak melakukan pemikiran-pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, yang lebih
abstrak dan majemuk.
f. Perkembangan menolong diri sendiri.
Seorang anak pada awal kehidupannya mula-mula masih bergantung pada orang lain
dalam hal pemenuhan kebutuhannya. Dengan makin mampunya dia melakukan gerakan
motorik dan bicara, anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal. Orang tua harus
melatih usaha mandiri anak ini, mula-mula dalam hal menolong kebutuhan anak sehari-hari,
misalnya makan, minum, buang air kecil dan besar, berpakaian, dll. Kemudian
kemampuannya ditingkatkan dalam hal kebersihan, kesehatan dan kerapian.
g. Perkembangan tingkah laku sosial.
Yaitu kemampuan anak berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Mula-
mula anak hanya mengenal orang-orang yang paling dekat dengan dirinya yaitu ibunya,
kemudian orang-orang serumah. Dengan bertambahnya usia anak, luas pergaulan juga perlu
dikembangkan. Anak perlu berkawan, perlu diujar tentang aturan-aturan, disiplin, sopan
santun, dan lain-lain. Untuk memantau perkembangan balita menggunakan Kuesioner Pra

8
Skrining Perkembangan (KPSP) anak yaitu suatu pertanyaan singkat yang ditujukan kepada
para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan
perkembangan anak. Kegunaan KPSP untuk mengetahui ada atau tidak hambatan dalam
perkembangan anak. KPSP meliputi 10 pertanyaan singkat kepada orang tua / pengasuh,
berisi tentang kemampuan yang telah dicapai oleh anak. Cara menggunakan KPSP yaitu
petugas kesehatan di lapangan membaca KPSP terlebih dahulu dan kemudian memberikan
kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai dengan
usia anak. Usia ditetapkan menurut bulan, kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Gunakan kuesioner sesuai umur / lebih muda. Tanyakan isi KPSP sesuai urutan. Cara mencatat
hasil KPSP yaitu : bagi tiap golongan umur terdapat 10 pertanyaan untuk orang tua atau
pengasuh anak. Hasil dicatat di dalam kartu data tumbuh kembang anak. Tuliskan jawaban ya
atau tidak pada kotak yang disediakan untuk tiap pertanyaan menurut golongan umur anak
kemudian hitunglah jawaban ya.
Interpretasi KPSP “Ya” bila orang tua menjawab : anak bisa melakukan pernah atau sering
atau kadang-kadang. “Tidak” bila anak belum pernah melakukan/tidak pernah/ibu tidak tahu.
“Ya” berjumlah 9-10 berarti perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya (S), “Ya”
berjumlah 7-8 berarti meragukan (M), “Ya” ≤ 6 berarti terjadi penyimpangan (P).
5. Tahapan Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan
Pada proses perkembangan ditandai oleh semakin bertambahnya kemampuan anak.
Bagian Psikologi fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama Unit Pediatri Sosial
Ikatan Dokter Anak Indonesia menyusun beberapa tahapan praktis tumbuh kembang anak,
yaitu sebagai berikut. Perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan
pada usia 0 – 3 bulan. Bila gizi bayi cukup maka, perkiraan berat badan akan mencapai 700-
1000 gram/bulan sedangkan pertumbuhan tinggi badan agak stabil tidak mengalami
kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan. Perkembangan pada usia ini dapat dilihat dari:
a. 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu. Kemudian.
b. 12-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara, memegang
benda yang ditaruh di tangannya, mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada
dengan bertopang tangan.
c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya, menaruh benda-benda di mulutnya
d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, duduk dengan
bantuan kedua tangannya ke depan, makan biskuit sendiri Pada umur 3 – 6 bulan,

9
pertumbuhan dapat menjadi 2 kali berat badan pada waktu lahir dan rata-rata kenaikan 500-
600 gram/bulan apabila mendapat gizi yang baik. Sedangkan tinggi badan tidak mengalami
kecepatan dalam pertumbuhan dan terjadi kestabilan berdasarkan pertambahan umur.
Perkembangan yang terjadi pada umur tersebut seperti : Standar normal untuk pertumbuhan
yang sering digunakan dalam pedoman deteksi tumbuh kembang anak balita adalah :
Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
Berat badan usia per bulan
6. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada
akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Tumbuh
kembang dipengaruhi faktor langsung dan faktor tidak langsung yaitu:
1. Faktor Langsung
a. Kecukupan Komsumsi Makanan.
Status gizi masyarakat ditentukan oleh kecukupan makanan dan kemampuan tubuh
yang mengandung zat gizi untuk kesehatan. Jika kecukupan konsumsi makanan kurang akan
mempermudah timbulnya penyakit yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
mengakibatkan status gizi menurun.
b. Keadaan Kesehatan.
Kurang gizi adalah faktor prakondisi yang memudahkan anak mendapat kesehatan yang
kurang baik atau akan mempermudah timbulnya penyakit infeksi. Dalam keadaan gizi yang
baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit
infeksi.
2. Faktor Tidak Langsung.
a. Asuhan Ibu Bagi Anak.
Dalam tumbuh kembang anak, tidak sedikit peranan ibu dalam ekologi anak.
b. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan.
Perawatan kesehatan yang teratur tidak saja pada anak sakit, tetapi pemeriksaan
kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan dapat mengetahui status gizi anak
tersebut.
c. Pendidikan.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam tumbuh
kembang anak.

10
d. Faktor Ekonomi.
Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua yang berperan
langsung terhadap status gizi.
e. Politik.
Kehidupan politik dalam masyarakat akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.

B. Kebutuhan Gizi Bayi


Kebutuhan gizi makro dan mikronutrient untuk bayi per kilogram berat badan bayi
perhari lebih besar dibanding usia yang lain. Hal tersebut dibutuhkan untuk mempercepat
pembelahan sel dan sintesa DNA selama masa pertumbuhan terutama energi dan protein.
Bayi usia 0 – 6 bulan dapat mencukupi kebutuhan gizinya hanya dengan ASI saja, yait dengan
mengonsumsi 6 – 8 kali sehari atau lebih pada masa awal dan 6 bulan selanjutnya dapat mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan berupa Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk
mencukupi kebutuhan gizinya.

1. Energi
Kebutuhan energi masa bayi lebih besar dari masa dewasa, Kebutuhan Basal
Metabolisme Rate hampir 2 kali kebutuhan dewasa. Kondisi ini berkaitan dengan proses
tumbuh kembangnya yang berjalan sangat pesat. Kebutuhan energi pada bayi bergantung
pada banyak faktor yaitu antara lain:
a. Ukuran dan komposisi tubuh.
b. Jenis kelamin, genetik.
c. Tingkat metabolisme.
d. Kondisi medis, suhu tubuh.
e. Aktivitas fisik.
f. Dll.
Tujuan pemenuhan energi pada bayi antara lain:
a. Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikomotorik.
b. Untuk melakukan aktivitas fisik.
c. Untuk pemenuhan kebutuhan hidup yaitu pemeliharaan dan atau pemulihan
serta peningkatan kesehatan bayi.

11
Kebutuhan energi pada tahun pertama adalah 100-110 Kkal/kgBB/hr. Penggunaan
energi tersebut adalah sebesar 50% untuk metabolisme basal, 5-10% untuk SDA, 12% untuk
pertumbuhan 25% untuk aktivitas dan 10% terbuang melalui feses. Adapun anjuran
pemenuhan energi sehari diperoleh dari 50-60% Karbohidrat, 25-35% lemak dan 10-15% dari
protein.
2. Protein
Protein merupakan sumber asam amino essensial untuk pertumbuhan dan
pembentukan serum, hemoglobin, enzim, hormon dan antibodi, memelihara sel tubuh yang
rusak, menjaga keseimbangan asam basa, cairan tubuh serta sebagai sumber energi. Jenis
protein yang disarankan adalah yang mengandung asam amino essensial dalam jumlah yang
cukup, mudah dicerna dan mudah diserap oleh tubuh. Jenis protein ini adalah protein
berkualitas tinggi dan biasanya bersumber dari hewani. Selama 6 pulan pertama kebutuhan
protein bayi dapat dipenuhi dari ASI atau Pengganti ASI, selanjutnya ditambah dari susu
formula dan Makanan Pendamping ASI. Protein dalam tubuh bayi berfungsi sebagai :
a. Zat pengatur, pembangun dan memperbaiki jaringan seperti mata, kulit, otot,
jantung, paru-paru, otak dan organ lainnya.
b. Membentuk enzim, hormone, antibody dan komponen penting lainnya.
c. Membantu proses regulasi.
3. Lemak
Lemak merupakan substansi yang terdiri atas lemak, minyak dan kolesterol. Asam lemak
merupakan bagian terbesar dari lemak dan harus tersedia dalam diet sehari-hari karena tidak
dapat disintesa dalam tubuh. Asam lemak tersebut disebut asam lemak esensial yang terdiri
dari 2 jenis yaitu: asam linoleate dan asam (AL) dan asam Alfa Linolenat (ALL). Kebutuhan akan
lemak pada bayi 0-6 bulan dapat dipenuhi seluruhnya dari ASI. Setelah usia 6 bulan bayi harus
mendapatkan tambahan lemak dari makanan.
Fungsi lemak dalam tubuh adalah antara lain:
a. Menyuplai hampir 50% energi untuk kebutuhan sehari, kondisi ini dapat dipenuhi dari ASI
atau susu formula serta MP-ASI.
b. Memacu penyimpanan lemak tubuh untuk menjaga suhu tubuh dan melindungi organ-
organ penting tubuh.
c. Membantu penyerapan vitamin larut lemak.

12
d. Membantu menyediakan asam lemak esensial untuk perkembangan otak, Kesehatan kulit,
rambut serta mata, serta melindungi dari penyakit. Kebutuhan lemak pada bayi tidak
dinyatakan dalam angka mutlak tetapi dalam proporsi yaitu 15-20% dari total energi pada
usia 6 bulan pertama dan selanjutnya meningkat maksimal 30-35% dari total energi sehari.
4. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah menyuplai energi untuk pertumbuhan, dan aktivitas.
Jenis Karbohidrat yang paling cocok untuk bayi adalah Laktosa yang terdapat dalam ASI atau
PASI. Untuk bayi yang mengalami lactos intoleran dimana tidak dapat memetabolisme laktosa
dan galaktosa dalam sistim pencernaannya diberikan susu formula bebas laktosa seperti susu
soya yang mengandung karbohidrat dalam bentuk sukrosa, sirup jagung, tepung tapioka.
Setelah bayi berusia 6 bulan, bayi membutuhkan karbohidrat tambahan yang diberikan
berupa MP-ASI seperti sereal, produk tepung-tepungan dan buah buahan. Jenis karbohidrat
yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan difermentasikan di usus bagian bawah, kondisi ini
sering menyebabkan bayi mengalami diare, sakit perut dan muntah, untuk itu bayi usia
kurang dari 6 bulan tidak dianjurkan untuk mengonsumsi jus buah ataupun sayuran. Asupan
Karbohidrat sehari untuk bayi dianjurkan sekitar 40-60% total energi sehari.
5. Mikronutrient
Zat gizi mikro yang dibutuhkan bayi hampir semua terpenuhi dari ASI jika konsumsi ASInya
cukup. Namun kandungan vitamin D yang diperlukan untuk penyerapan kalsium dan
pembentukan tulang dalam ASI tergolong rendah sehingga perlu suplementasi pada kondisi
khusus misal defisiensi. Vitamin D juga perlu diberikan melalui paparan sinar matahari. Vit K
pada ASI juga lebih rendah daripada susu formula sehingga bayi yang kurang ASI akan
mengalami defisiensi vit K. Untuk ibu menyusui yang kurang mendapatkan asupan lauk
hewani atau ibu menyusui yang menjalankan diet vegetarian asupan vit B 12 pada bayinya
perlu diwaspadai.
Agar bayi dan anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, orang tua harus
memperhatikan ASI dan makanan yang dikonsumsinya. ASI merupakan satu-satunya
makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan.
Namun dengan bertambahnya usia bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan
zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapat makanan tambahan/ pendamping
ASI atau yang biasa disebut dengan MPASI.
Pengertian MP ASI

13
Makanan pendamping ASI (MP ASI) merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga yang mengandung zat gizi, diberikan pada anak berumur 6–24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan
untuk menggantikan ASI, melainkan untuk melengkapi ASI. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak.
Pentingnya ASI dan MP ASI
➢ Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
➢ Sering diistilahkan sebagai periode emas atau masa emas sekaligus masa kritis.
➢ Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh
asupan nutrisi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.
➢ Sebaliknya apabila asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka periode
emas ini akan berubah menjadi periode kritis.
Oleh karena itu, untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Ibu bisa memberikan ASI
pada bayi usia 0-6 bulan. Dan ibu segera mulai mengenalkan pemberian MPASI kepada
bayinya yang sudah berusia 6 bulan. Inilah makanan bayi kedua yang menyertai pemberian
ASI.
Alasan MP ASI baru diberikan pada bayi berusia 6 bulan
➢ ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi
sampai berumur 6 bulan
➢ Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat menghindarkan dari
berbagai risiko penyakit
➢ Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem
pencernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang
➢ Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga kesediaan
ASI
Dampak Pemberian MP ASI yang Tidak Tepat
1. Pemberian MPASI dini
Dampak secara langsung :
➢ Gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB (Buang Air Besar), muntah

14
➢ Gangguan menyusui seperti mengurangi keinginan bayi untuk menyusu sehingga
frekuensi dan kekuatan bayi menyusu berkurang yang berakibat produksi ASI juga
berkurang
➢ Meningkatkan risiko terkena infeksi (penyakit menular)
Dampak jangka panjang :
➢ Peningkatan berat badan (obesitas) dan alergi makanan. Obesitas ini bisa berlanjut
hingga usia dewasa nanti
➢ Gangguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat
mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein)
2. Pemberian MPASI yang terlambat
➢ Menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping
➢ Menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi. Energi dan zat-zat gizi yang
dihasilkan ASI tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi setelah berusia 6 bulan

Tahapan Makanan Bayi dan Baduta


Usia 0-6 Bulan
➢ Makanan yang diberikan hanya berupa ASI
➢ Tanpa ada pemberian makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif)
➢ ASI diberikan setiap kali bayi menginginkan
➢ Sedikitnya 8 kali sehari, pagi siang, sore maupun malam.
Usia 6-9 Bulan
➢ Memperkenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan lumat (tekstur
makanan cair dan lembut)
➢ Contoh : bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran yang dihaluskan, bubur sumsum,
nasi tim saring
➢ ASI tetap diberikan dimana ASI diberikan terlebih dahulu kemudian makanan
pendamping ASI.
➢ Frekuensi pemberian : 2-3 kali sehari makanan lumat
➢ ASI sesering mungkin. Jumlah setiap kali makan : 2-3 sendok makan penuh setiap kali
makan, secara bertahap ditingkatkan sampai 1/2 mangkuk berukuran 250 ml setiap
kali makan

15
Usia 6 Bulan :
➢ Mulai dengan pemberian satu jenis buah yang dihaluskan. Seperti pisang yang
dihaluskan
➢ Pada waktu awal MP ASI diberikan, pastikan tekstur MP ASI tidak terlalu
cair atau encer. Hal ini dapat dilihat ketika sendok dimiringkan bubur tidak langsung
tumpah
➢ Pemberian ASI di sela-sela waktu makan utama

Usia 7-8 Bulan :


➢ Bisa diperkenalkan dengan tekstur makanan yang lebih kasar, yaitu bubur tim saring
➢ Makanan sumber protein contohnya seperti ikan bisa diperkenalkan pula pada usia ini
➢ Setelah secara bertahap diberikan tim saring, bayi bisa dikenalkan dengan nasi tim
tanpa disaring

Usia 9-12 Bulan

16
➢ Memberikan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan lunak atau
lembik (dimasak dengan banyak air dan tampak berair ) atau dicincang yang mudah
ditelan anak
➢ Contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri
➢ Untuk makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan di antara waktu makan
lengkap
➢ ASI masih tetap diberikan.
➢ Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan lembek + 1-2 kali sehari makanan
selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian ASI. Jumlah setiap kali
makan : ½ sampai dengan ¾ mangkuk berukuran 250 ml

Usia 9-10 bulan :


➢ Pemberian pure dan jus buah bisa diberikan seperti pada usia 6-8 bulan
➢ Bisa dengan kombinasi sampai dengan tiga jenis buah
➢ Bayi juga sudah bisa diberikan bubur saring
Usia 11-12 Bulan :
➢ Menu untuk usia 6-10 bulan bisa diberikan
➢ Bayi sudah bisa diberikan nasi tim
➢ Pada usia 12 bulan bisa diperkenalkan makanan dewasa tanpa pemberian penguat
rasa tambahan
Usia 12-24 Bulan
➢ Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa disebut
dengan makanan keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa
➢ Menghindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan,
seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak.

17
➢ Finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget atau potongan
sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk melatih keterampilan dalam memegang
makanan dan merangsang pertumbuhan giginya
➢ Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua tahun.
➢ Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali sehari makanan
selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian ASI. Jumlah setiap kali
makan : semangkuk penuh berukuran 250 ml

Bahan Makanan untuk Membuat MPASI


1. Serealia dan Umbi-umbian
➢ Jenis serealia seperti beras, beras merah merupakan sumber utama
karbohidrat dan kaya akan vitamin B
➢ Pada tahap awal disarankan untuk memberikan satu jenis sereal terlebih dahulu
dikarenakan sereal berpotensi untuk menimbulkan alergi pada bayi
➢ Kentang dan ubi terutama ubi merah, dapat dijadikan MP ASI dengan merebus dan
menghaluskannya hingga lembut terlebih dahulu
2. Kacang-Kacangan
➢ Diperlukan bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat penting untuk
pertumbuhan. Contohnya kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, kacang
polong dan lain-lain.
➢ Kacang tanah tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan alergi atau
pembengkakan pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernafas
3. Sayur dan Buah
➢ Sayuran yang kaya akan kandungan karotinnya seperti sayuran berwarna jingga dan
hijau. Contohnya wortel, tomat merah, bayam, kangkung, labu kuning dan lainnya.
➢ Sayuran mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak sebaiknya tidak
diberikan karena makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung. Untuk buah
sebaiknya pilih buah yang berwarna jingga dan tidak asam seperti, pepaya, pisang,
jeruk manis, apel, melon, alpukat dan lainnya.
4. Bahan Pangan Hewani

18
➢ Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain, daging sapi dan ayam pilihan
yang tidakberlemak, ikan segar yang dihaluskan dan tanpa
duri seperti fillet salmon, fillet ikan kakap, dan fillet gurami, telur.
➢ Terkadang putih telur dapat memacu alergi. Sebaiknya diberikan
secara bertahap dengan porsi kecil. Jika bayi alergi maka segera dihentikan.
5. Lemak dan Minyak
➢ Memberi rasa lebih gurih dan makanan menjadi lebih lunak dan mudah ditelan.
➢ Beberapa jenis lemak yang dapat ditambahkan antara lain mentega, keju dan jenis
minyak yang umum digunakan yaitu minyak kelapa, santan, minyak kacang, minyak
jagung dan lainnya.
Contoh Resep dan Cara Membuat MP ASI
1. Resep untuk Usia 6 Bulan
Jus Apel (Untuk 1 porsi)
Bahan :
100 gram apel manis, kulit dikupas
3 sendok makan ASI/ air masak/ susu formula cair
Cara membuat :
Mengukus apel selama 5 menit atau hingga lunak
Kemudian mengambil sari buah apel dengan menggunakan saringan
Menambahkan ASI/ air masak/ susu formula cair, lalu diaduk rata
Jus apel siap diberikan pada bayi
2.Resep untuk Usia 7-8 Bulan
Pure Pepaya Pisang (Untuk 1 porsi)
Bahan :
40 gram pisang Ambon, dikukus dan dikupas kulitnya
40 gram pepaya, dikupas kulitnya kemudian dikukus
3 sendok makan air
Cara Membuat :
Memasukkan pisang, pepaya dan air ke dalam blender, kemudian memblendernya hingga
halus
Menuang ke dalam mangkuk saji dan segera diberikan pada bayi
3.Resep untuk Usia 9-10 Bulan

19
Puding Buah Soya
Bahan :
300 ml susu kedelai
1 sendok makan agar-agar putih
50 gram pepaya
50 gram melon
Cara membuat :
Memblender pepaya, melon, agar-agar dan susu kedelai hingga halus
Menuang ke dalam panci, dan merebusnya hingga mendidih dan kental lalu diangkat
Menunggunya hingga dingin, setelah itu siap diberikan pada bayi
4.Resep untuk Usia 11-12 Bulan
Tim Nasi Jamur Ayam
Bahan :
100 gram nasi putih
50 gram jamur kancing, dicincang kasar
75 gram daging ayam giling
25 gram tahu putih dihaluskan
¼ bawang Bombai dicincang halus
5 sendok makan kaldu
Cara Membuat :
Mencampur semua bahan dan mengaduknya hingga rata
Memasukkan ke dalam wadah tahan panas, kemudian mengukusnya hingga matang (± 20
menit ),lalu diangkat
Menunggu hingga dingin dan siap untuk disajika
5.Resep untuk Usia 1 Tahun Ke Atas
Sandwich Saus Buah (Untuk 1 porsi)
Bahan :
3 lembar roti tawar
1 lembar keju
Selai pisang
Madu
Cara Membuat :

20
Mengambil selembar roti tawar, mengolesi dengan selai pisang
2. Menaruh selembar roti tawar di atasnya dan mengolesi madu serta menambahkan keju
3. Menutup dengan roti tawar terakhir, lalu siap disajikan

Waktu Usia 0-6 Usia 6-7 Usia 7-8 Usia 8-9 Usia 9-10 Usia 11-12 Usia 1-2
makan bulan bulan bulan bulan bulan bulan tahun
ASI ASI
06.00 sekehen sekehen ASI ASI ASI ASI
dak dak
Bubur Menu
08.00 Nasi tim
susu keluarga

Buah/sar Buah/sar
09.00 Buah/sar
i buah i buah i buah

Buah/pudi Buah/pudi Buah/pu


10.00
ASI ng ng ding

sekehen Bubur Bubur


12.00 ASI
dak susu susu

Menu
13.00 Tim saring Nasi tim
keluarga

Buah/sar Bubu
15.00 Biscuit Biscuit Biscuit Biscuit
i buah saring

Tim Menu
18.00 ASI ASI Tim saring Nasi tim
saring keluarga

21.00 ASI ASI ASI ASI ASI ASI

21
C. Status Gizi Bayi
1. Indikator pengukuran status gizi bayi
Di awal masa kehidupan, bayi butuh asupan ASI selama enam bulan penuh alias ASI
eksklusif. Hal ini dikarenakan ASI eksklusif merupakan makanan dan minuman terbaik bagi
bayi di usianya yang masih kurang dari enam bulan. Baru setelah usia bayi lewat dari enam
bulan, ia membutuhkan asupan makanan dan minuman selain ASI yang dikenal dengan
nama makanan pendamping ASI (MPASI).
Pemberian ASI dan MPASI tersebut bertujuan untuk mendukung tumbuh kembang bayi
sekaligus mencukupi kebutuhan gizi hariannya. Dengan begitu, status gizi bayi bisa
berkembang dengan baik sebagai salah satu bentuk persiapan saat usianya dewasa kelak.
Berdasarkan Bahan Ajar Penilaian Status Gizi, berikut beberapa indikator penting dalam
mengukur status gizi bayi:
1. Berat badan
Sebagai salah satu indikator pengukuran status gizi bayi, berat badan digambarkan
sebagai ukuran total tubuh. Alasan berat badan dijadikan sebagai salah satu indikator
penilaian status gizi bayi yakni karena perubahannya mudah terlihat dalam waktu singkat.
Itulah mengapa berat badan bayi dapat menggambarkan status gizi saat ini. Atas dasar inilah,
penting untuk memantau sejauh mana peningkatan dan penurunan berat badan bayi guna
mengetahui status gizi saat ini.
2. Panjang badan
Pengukuran panjang badan sebenarnya sama dengan tinggi badan. Hanya saja, untuk
usia bayi yang masih belum bisa berdiri tegak, indikator panjang badan lebih umum dipakai
untuk mengetahui status gizinya. Jika tinggi badan diukur dalam posisi sedang berdiri tegak,
panjang badan diukur pada posisi sebaliknya yakni ketika berbaring. Bukan hanya posisi
pengukuran yang berbeda, alat ukur yang dipakai untuk mengetahui panjang dan tinggi badan
seseorang juga tidak sama.
Tinggi badan anak usia di atas dua tahun dan orang dewasa diukur dengan
menggunakan alat bernama microtoise atau mikrotoa. Sementara pengukuran panjang
badan memakai alat length board atau infantometer dengan menempatkan bayi pada posisi
berbaring di atasnya. Berbeda dengan berat badan yang merupakan indikator pengukuran
status gizi sekarang, panjang badan memiliki sifat linier. Ini karena perubahan panjang badan

22
tidak secepat peningkatan dan penurunan berat badan. Perubahan panjang badan banyak
mendapat pengaruh dari berbagai faktor di masa lampau, contohnya asupan harian bayi
sehingga berpengaruh pada status gizinya. Secara rincinya, panjang atau tinggi badan
memberi gambaran mengenai pertumbuhan massa tulang akibat dari asupan gizi, khususnya
di masa lampau.
3. Lingkar kepala
Mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ukuran lingkar kepala merupakan
penilaian pertumbuhan bayi yang menggambarkan pertumbuhan otak.
Itulah mengapa selain berat dan panjang badan, lingkar kepala juga termasuk salah satu
indikator dalam pengukuran status gizi bayi. Pengukuran lingkar kepala bayi dilakukan dengan
menggunakan pita ukur tidak elastis. Cara mengukur lingkar kepala yakni dimulai dengan
melingkari bagian atas alis kemudian melewati bagian atas telinga, sampai ke bagian paling
menonjol di belakang kepala bayi. Setelah mengetahui indikator untuk menilai status gizi bayi,
Anda juga perlu tahu cara tepat untuk mengukurnya. Bukan seperti orang dewasa yang
menggunakan indeks massa tubuh (IMT) untuk menilai status gizi, bayi menggunakan
indikator pengukuran lainnya. Bagi bayi yang berusia 0-5 tahun, biasanya digunakan grafik
WHO 2006 (cut off z score) untuk membantu mengukur status gizi. Satuan dari pengukuran
dengan grafik WHO 2006 (cut off z score) adalah standar deviasi (SD). Pengukuran status gizi
bayi bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
Status gizi bayi berdasarkan berat badan sesuai umur (BB/U)
Indikator berat badan berdasarkan umur (BB/U) dipakai oleh anak berusia 0-5 tahun,
termasuk bayi. Pengukuran status gizi ini bertujuan untuk memastikan penambahan berat
badan bayi setara dengan usianya saat ini.
Selain itu, indikator status gizi ini juga dapat membantu menujukan apabila bayi
memiliki berat badan sangat kurang, kurang, ideal, lebih, hingga obesitas. Pada tabel berat
badan berdasarkan usia dari WHO, bayi dikatakan memiliki berat yang ideal saat hasilnya
berada di rentang -2 sampai dengan +1 SD. Bila pengukuran berat badan mendapatkan hasil
kurang dari -2 SD, bayi dikatakan mengalami kekurangan berat badan. Begitu pula jika hasil
pengukuran berada di angka lebih dari +1 SD, artinya berat badan bayi masuk dalam kategori
risiko berlebih.
Penilaian status gizi bayi berdasarkan BB/U, yaitu:
➢ Berat badan sangat kurang: kurang dari -3 SD

23
➢ Berat badan kurang: -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD
➢ Berat badan normal: -2 SD sampai dengan +1 SD
➢ Risiko berat badan lebih: lebih dari +1 SD
Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa pengukuran yang satu ini hanya dapat
digunakan bila usia anak diketahui secara jelas.
Status gizi bayi berdasarkan panjang badan sesuai umur (PB/U)
Sama halnya seperti penilaian berat badan, pengukuran panjang badan per usia juga
dinilai berdasarkan umur bayi saat ini.
Sebenarnya, pengukuran tinggi badan berdasarkan usia (TB/U) dapat digunakan oleh
anak di rentang usia 0-5 tahun. Hanya saja, bagi bayi yang belum mampu berdiri tegak masih
harus menggunakan indikator panjang badan berdasarkan umur (PB/U). Tujuan dari indikator
status gizi ini adalah untuk mengetahui jika pertumbuhan tubuh bayi tidak sesuai dengan
usianya alias pendek. Penilaian status gizi bayi berdasarkan PB/U, yakni:
➢ Sangat pendek: kurang dari -3 SD
➢ Pendek: -3 SD sampai dengan kurang dari 2 SD
➢ Normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
➢ Tinggi: lebih dari +3 SD

Status gizi bayi berdasarkan berat badan sesuai panjang badan (BB/PB)
Sesuai dengan namanya, indikator status gizi ini dipakai untuk mengetahui berat badan
bayi berdasarkan panjang badannya. Namun, karena menggunakan penilaian panjang badan,
jadi indikator ini hanya bisa digunakan oleh bayi yang belum bisa berdiri tegak.
Penilaian status gizi bayi berdasarkan BB/PB, yakni:
➢ Gizi buruk: kurang dari -3 SD
➢ Gizi kurang: -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD
➢ Gizi baik: -2 SD sampai dengan +1 SD
➢ Berisiko gizi lebih: lebih dari +1 SD sampai dengan +2 SD
➢ Gizi lebih: lebih dari +2 SD sampai dengan +3 SD
➢ Obesitas: lebih dari +3 SD
Status gizi bayi berdasarkan lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala termasuk ke dalam satu dari beberapa indikator untuk
menilai perkembangan status gizi bayi. Sejak bayi lahir, lingkar kepalanya akan terus diukur

24
sampai usianya genap 24 bulan alias 2 tahun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perkembangan otak dan kepala bayi berjalan dengan baik.
Penilaian lingkar kepala bayi untuk mengetahui status gizinya menurut WHO, yaitu:
➢ Ukuran lingkar kepala terlalu kecil (mikrosefalus): persentil < 2
➢ Ukuran lingkar kepala normal: persentil ≥ 2 sampai < 98
➢ Ukuran lingkar kepala terlalu besar (makrosefalus): ≥ 98
2.Penilaian status gizi ideal bayi usia 0-2 tahun
Kurang lengkap jika Anda mengetahui cara mengukur beserta kategori pengukuran
status gizi bayi tanpa tahu rentang idealnya.
Agar dapat memastikan apakah perkembangan status gizi bayi sudah berada di jalur yang
tepat, berikut indikator berat badan, panjang badan, serta lingkar kepala normal sesuai usia:
1. Berat badan
Menurut organisasi kesehatan dunia WHO dan Kementerian Kesehatan RI, kisaran berat
badan ideal untuk mengukur status gizi bayi usia 0-2 tahun adalah sebagai berikut:
Bayi laki-laki
Berat badan ideal bayi laki-laki sampai usia 24 bulan yakni:
➢ Usia 0 bulan atau baru lahir: 2,5-3,9 kilogram (kg)
➢ Usia 1 bulan: 3,4-5,1 kg
➢ Usia 2 bulan: 4,3-6,3 kg
➢ Usia 3 bulan: 5,0-7,2 kg
➢ Usia 4 bulan: 5,6-7,8 kg
➢ Usia 5 bulan: 6,0-8,4 kg
➢ Usia 6 bulan: 6,4-8,8 kg
➢ Usia 7 bulan: 6,7-9,2 kg
➢ Usia 8 bulan: 6,9-9,6 kg
➢ Usia 9 bulan: 7,1-9,9 kg
➢ Usia 10 bulan: 7,4-10,2 kg
➢ Usia 11 bulan: 7,6-10,5 kg
➢ Usia 12 bulan: 7,7-10,8 kg
➢ Usia 13 bulan: 7,9-11,0 kg
➢ Usia 14 bulan: 8,1-11,3 kg
➢ Usia 15 bulan: 8,3-11,5 kg

25
➢ Usia 16 bulan: 8,4-13,1 kg
➢ Usia 17 bulan: 8,6-12,0 kg
➢ Usia 18 bulan: 8,8-12,2 kg
➢ Usia 19 bulan: 8,9-12,5 kg
➢ Usia 20 bulan: 9,1-12,7 kg
➢ Usia 21 bulan: 9,2-12,9 kg
➢ Usia 22 bulan: 9,4-13,2 kg
➢ Usia 23 bulan: 9,5-13,4 kg
➢ Usia 24 bulan: 9,7-13,6 kg
Bayi perempuan
Berat badan ideal bayi perempuan sampai usia 24 bulan yakni:
➢ Usia 0 bulan atau baru lahir: 2,4-3,7 kg
➢ Usia 1 bulan: 3,2-4,8 kg
➢ Usia 2 bulan: 3,9-5,8 kg
➢ Usia 3 bulan: 4,5-6,6 kg
➢ Usia 4 bulan: 5,0-7,3 kg
➢ Usia 5 bulan: 5,4-7,8 kg
➢ Usia 6 bulan: 5,7-8,2 kg
➢ Usia 7 bulan: 6,0-8,6 kg
➢ Usia 8 bulan: 6,3-9,0 kg
➢ Usia 9 bulan: 6,5-9,3 kg
➢ Usia 10 bulan: 6,7-9,6 kg
➢ Usia 11 bulan: 6,9-9,9 kg
➢ Usia 12 bulan: 7,0-10,1 kg
➢ Usia 13 bulan: 7,2-10,4 kg
➢ Usia 14 bulan: 7,4-10,6 kg
➢ Usia 15 bulan: 7,6-10,9 kg
➢ Usia 16 bulan: 7,7-11,1 kg
➢ Usia 17 bulan: 7,9-11,4 kg
➢ Usia 18 bulan: 8,1-11,6 kg
➢ Usia 19 bulan: 8,2-11,8 kg
➢ Usia 20 bulan: 8,4-12,1 kg

26
➢ Usia 21 bulan: 8,6-12,3 kg
➢ Usia 22 bulan: 8,7-12,5 kg
➢ Usia 23 bulan: 8,9-12,8 kg
➢ Usia 24 bulan: 9,0-13,0 kg
2. Panjang badan
Menurut organisasi kesehatan dunia WHO dan Kementerian Kesehatan RI, kisaran
panjang badan ideal untuk mengukur status gizi bayi usia 0-2 tahun adalah sebagai berikut:
Bayi laki-laki
Panjang badan ideal bayi laki-laki sampai usia 24 bulan yakni:
➢ Usia 0 bulan atau baru lahir: 46,1-55,6 sentimeter (cm)
➢ Usia 1 bulan: 50,8-60,6 cm
➢ Usia 2 bulan: 54,4-64,4 cm
➢ Usia 3 bulan: 57,3-67,6 cm
➢ Usia 4 bulan: 59,7-70,1 cm
➢ Usia 5 bulan: 61,7-72,2 cm
➢ Usia 6 bulan: 63,6-74,0 cm
➢ Usia 7 bulan: 64,8-75,5 cm
➢ Usia 8 bulan: 66,2- 77,2 cm
➢ Usia 9 bulan: 67,5-78,7 cm
➢ Usia 10 bulan: 68,7-80,1 cm
➢ Usia 11 bulan: 69,9-81,5 cm
➢ Usia 12 bulan: 71,0-82,9 cm
➢ Usia 13 bulan: 72,1-84,2cm
➢ Usia 14 bulan: 73,1-85,5 cm
➢ Usia 15 bulan: 74,1-86,7 cm
➢ Usia 16 bulan: 75,0-88,0 cm
➢ Usia 17 bulan: 76,0-89,2 cm
➢ Usia 18 bulan: 76,9-90,4 cm
➢ Usia 19 bulan: 77,7-91,5 cm
➢ Usia 20 bulan: 78,6-92,6 cm
➢ Usia 21 bulan: 79,4-93,8 cm
➢ Usia 22 bulan: 80,2-94,9 cm

27
➢ Usia 23 bulan: 81,0-95,9 cm
➢ Usia 24 bulan: 81,7-97,0 cm
Bayi perempuan
Panjang badan ideal bayi perempuan sampai usia 24 bulan yakni:
➢ Usia 0 bulan atau baru lahir: 45,4-54,7 cm
➢ Usia 1 bulan: 49,8-59,6 cm
➢ Usia 2 bulan: 53,0-63,2 cm
➢ Usia 3 bulan: 55,6-66,1 cm
➢ Usia 4 bulan: 57,8-68,6 cm
➢ Usia 5 bulan: 59,6-70,7 cm
➢ Usia 6 bulan: 61,2-72,5 cm
➢ Usia 7 bulan: 62,7-74,2 cm
➢ Usia 8 bulan: 64,0-75,8 cm
➢ Usia 9 bulan: 65,3-77,4 cm
➢ Usia 10 bulan: 66,5-78,9 cm
➢ Usia 11 bulan: 67,7-80,3 cm
➢ Usia 12 bulan: 68,9-81,7 cm
➢ Usia 13 bulan: 70,0-83,1 cm
➢ Usia 14 bulan: 71,0-84,4 cm
➢ Usia 15 bulan: 72,0-85,7 cm
➢ Usia 16 bulan: 73,0-87,0 cm
➢ Usia 17 bulan: 74,0-88,2 cm
➢ Usia 18 bulan: 74,9-89,4 cm
➢ Usia 19 bulan: 75,8-90,6 cm
➢ Usia 20 bulan: 76,7-91,7 cm
➢ Usia 21 bulan: 77,5-92,9 cm
➢ Usia 22 bulan: 78,4-94,0 cm
➢ Usia 23 bulan: 79,2-95,0 cm
➢ Usia 24 bulan: 80,0-96,1 cm
3. Lingkar kepala
Menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO dan Kementerian Kesehatan RI, kisaran
berat badan ideal untuk mengukur status gizi bayi usia 0-2 tahun adalah sebagai berikut:

28
Bayi laki-laki
Lingkar kepala ideal bayi laki-laki sampai usia 24 bulan yakni:
➢ Usia 0 bulan atau baru lahir: 31,9-37,0 cm
➢ Usia 1 bulan: 34,9-39,6 cm
➢ Usia 2 bulan: 36,8-41,5 cm
➢ Usia 3 bulan: 38,1-42,9 cm
➢ Usia 4 bulan: 39,2-44,0 cm
➢ Usia 5 bulan: 40,1-45,0 cm
➢ Usia 6 bulan: 40,9-45,8 cm
➢ Usia 7 bulan: 41,5-46,4 cm
➢ Usia 8 bulan: 42,0-47,0 cm
➢ Usia 9 bulan: 42,5-47,5 cm
➢ Usia 10 bulan: 42,9-47,9 cm
➢ Usia 11 bulan: 42,3-48,3 cm
➢ Usia 12 bulan: 43,5-48,6 cm
➢ Usia 13 bulan: 43,8-48,9 cm
➢ Usia 14 bulan: 44,0-49,2 cm
➢ Usia 15 bulan: 44,2-49,4 cm
➢ Usia 16 bulan: 44,4-49,6 cm
➢ Usia 17 bulan: 44,6-49,8 cm
➢ Usia 18 bulan: 44,7-50,0 cm
➢ Usia 19 bulan: 44,9-502 cm
➢ Usia 20 bulan: 45,0-50,4 cm
➢ Usia 21 bulan: 45,2-50,5 cm
➢ Usia 22 bulan: 45,3-50,7 cm
➢ Usia 23 bulan: 45,4-50,8 cm
➢ Usia 24 bulan: 45,5-51,0 cm
Bayi perempuan
Lingkar kepala ideal bayi perempuan sampai usia 24 bulan yakni:
➢ Usia 0 bulan atau baru lahir: 31,5-36,2 cm
➢ Usia 1 bulan: 34,2-38,9 cm
➢ Usia 2 bulan: 35,8-40,7 cm

29
➢ Usia 3 bulan: 37,1-42,0 cm
➢ Usia 4 bulan: 38,1-43,1 m
➢ Usia 5 bulan: 38,9-44,0 cm
➢ Usia 6 bulan: 39,6-44,8 cm
➢ Usia 7 bulan: 40,2-45,55 cm
➢ Usia 8 bulan: 40,7-46,0 cm
➢ Usia 9 bulan: 41,2-46,5 cm
➢ Usia 10 bulan: 41,5-46,9 cm
➢ Usia 11 bulan: 41,9-47,3 cm
➢ Usia 12 bulan: 42,2-47,6 cm
➢ Usia 13 bulan: 42,4-47,9 cm
➢ Usia 14 bulan: 42,7-48,2 cm
➢ Usia 15 bulan: 42,9-48,4 cm
➢ Usia 16 bulan: 43,1-48,6 cm
➢ Usia 17 bulan: 43,3-48,8 cm
➢ Usia 18 bulan: 43,5-49,0 cm
➢ Usia 19 bulan: 43,6-49,2 cm
➢ Usia 20 bulan: 43,8-49,4 cm
➢ Usia 21 bulan: 44,0-49,5 cm
➢ Usia 22 bulan: 44,1-49,7 cm
➢ Usia 23 bulan: 44,3-49,8- cm
➢ Usia 24 bulan: 44,4-50,0 cm
Setelah mengetahui kisaran normal dari berat badan, panjang badan, serta lingkar
kepala bayi, Anda bisa menilai apakah status gizi si kecil terbilang baik atau tidak.

D. Masalah Gizi Pada Bayi


Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin),
bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa
kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan
walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Pertumbuhan merupakan

30
komponen penting dalam menilai status gizi dan dapat digunakan sebagai indikator dari
kesehatan/kesejahteraan individu maupun populasinya. Gangguan pertumbuhan masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Kekurangan gizi terjadi pada saat tubuh tidak
memperoleh jumlah energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral serta zat gizi
lainnya dalam jumlah cukup yang diperlukan untuk mempertahankan organ dan jaringannya
tetap sehat serta berfungsi dengan baik. Bertambah berat badan merupakan tanda yang
menunjukkan bahwa seorang anak dan tumbuh serta berkembang dengan baik ( UNICEF,
2010).
Asupan zat gizi mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak dari bayi
hingga masa remaja. Diet seimbang tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi
juga berfungsi sebagai imunitas, penunjang kemampuan. Masa balita merupakan bagian
penting dalam tumbuh kembang anak. Karena masa tersebut terjadi pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sangat pesat. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan menjadi landasan
perkembangan berikutnya. Kekurangan zat gizi yang biasa terjadi pada balita seperti, Kurang
Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi (AGB).
Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui meningkat
dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk balita,
zat besi untuk ibu dan yodium untuk penduduk di daerah endemis gondok Suplementasi zat
gizi (tablet, kapsul atau bentuk lain) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi.
Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan
dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan
sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) , pemberian tablet tambah
darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi Tetanus Toksoid (TT) , pemberian vitamin A pada
ibu nifas. Bayi dan balita dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian
vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan
kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan,
penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan,
pasar). Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study(MGRS) Tahun
2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak

31
sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-
ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu mendapat asupan gizi
yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan lingkungan ( Yuni zahraini, 2013). Menurut
data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 status gizi balita di Indonesia dengan indikator BB/U
menunjukkan prevalensi gizi buruk, yaitu 4,9%, gizi kurang 13,0% dan gizi lebih 5,8% (Depkes
RI, 2010).
Berbagai masalah gizi pada bayi:
1. Masalah gizi berat badan bayi lahir rendah
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah salah satu masalah gizi pada bayi. Sesuai
namanya, kondisi berat badan lahir rendah ini terjadi ketika bayi yang baru lahir memiliki
berat badan di bawah rentang normal. Idealnya, bayi baru lahir tergolong memiliki berat
badan normal jika hasil pengukuran ada di rentang 2,5 kilogram (kg) atau 2.500 gram (gr)
sampai dengan 3,5 kg atau 3.500 gr. Jadi, apabila berat badan bayi baru lahir yang berada di
bawah 2.500 gram, menandakan bahwa ia mengalami masalah gizi berupa BBLR. Namun,
Anda perlu ingat bahwa rentang berat badan normal tersebut berlaku untuk bayi baru lahir
di usia kehamilan 37-42 minggu.
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), beberapa kelompok berat badan lahir rendah pada
bayi yakni:
➢ Berat badan lahir rendah (BBLR): berat lahir kurang dari 2.500 gr (2,5 kg)
➢ Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR): berat lahir di rentang 1.000 sampai kurang
dari 1.500 gr (1 kg hingga kurang dari 1,5 kg)
➢ Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR): berat lahir kurang dari 1.000 gr
(kurang dari 1 kg)
Tindakan penanganannya
Cara perawatan untuk masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah biasanya
disesuaikan kembali dengan gejala, usia, dan kesehatan tubuhnya secara umum.
Dokter nantinya juga akan menilai seberapa parah kondisi si kecil untuk menentukan tindakan
penanganan yang tepat. Mengutip dari University of Rochester Medical Center, perawatan
untuk masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah, yakni:
➢ Bayi mendapat perawatan khusus di neonatal intensive care unit (NICU)
➢ Pemantauan pada suhu ruangan tidur bayi

32
➢ Bayi diberikan makanan khusus, entah melalui selang yang mengalir langsung ke perut
atau selang infus yang masuk ke pembuluh darah

Selain itu, badan kesehatan dunia WHO menyarankan pemberian ASI pada bayi yang
mengalami BBLR sejak baru lahir. Bahkan, akan lebih baik lagi jika pemberian ASI diteruskan
selama enam bulan penuh alias ASI eksklusif.
2. Masalah gizi bayi kurang
Gizi kurang termasuk satu dari beberapa masalah gizi pada bayi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara asupan energi dan kebutuhan gizi harian.
Dengan kata lain, asupan harian bayi dengan gizi kurang cenderung lebih sedikit dan
tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuhnya. Berdasarkan Permenkes No. 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak, bayi termasuk dalam kelompok gizi kurang saat
pengukuran berat badan menurut tinggi badannya berada di bawah normal. Begini,
pengukuran berat badan dan tinggi badan bayi memiliki satuan bernama standar deviasi (SD).
Normalnya, bayi dikatakan memiliki gizi baik saat berat badan berdasarkan tinggi badannya
berada di rentang -2 SD sampai dengan 2 SD. Sementara jika si kecil mengalami gizi kurang,
pengukurannya berada di rentang -3 SD sampai kurang dari -2 SD.
WHO menjelaskan lebih lanjut bahwa masalah kurang gizi pada bayi dapat mencakup
stunting, wasting, berat badan rendah, hingga kekurangan vitamin dan mineral. Padahal,
mineral dan vitamin untuk bayi termasuk sebagian kecil zat gizi yang asupan nya tidak boleh
kurang. Masalah gizi kurang pada bayi bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan telah
terbentuk akibat kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama. Bayi yang mengalami gizi
kurang bisa saja telah mengalami ketidakcukupan nutrisi sejak dalam kandungan maupun
sejak dilahirkan. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh asupan gizi bayi yang kurang maupun
karena bayi susah makan.
Tindakan penanganannya
Bayi yang mengalami gizi kurang sangat dianjurkan untuk mendapatkan ASI eksklusif
selama enam bulan penuh. Namun, penanganan tersebut hanya berlaku untuk bayi yang
masih berusia di bawah enam bulan. Sementara untuk bayi di atas enam bulan dengan kondisi
gizi kurang bisa diatasi dengan cara pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang
lengkap. Lengkap di sini berarti dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi si kecil. Selain itu,

33
Anda dianjurkan untuk tidak melewatkan makanan selingan atau camilan bayi di sela-sela
waktu makan utamanya.
Jika perlu, bayi bisa diberikan MPASI yang telah difortifikasi atau ditambahkan aneka
zat gizi guna melengkapi kebutuhan hariannya. Sesuaikan juga menu MPASI dengan selera
makan bayi untuk membantu meningkatkan nafsu makannya.
3. Masalah gizi buruk pada bayi
Masalah gizi lainnya pada bayi yakni gizi buruk. Gizi buruk adalah keadaan saat berat
badan berdasarkan tinggi badan bayi berada jauh dari rentang yang seharusnya. Permenkes
No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak menjabarkan bahwa pengukuran bayi
dengan kategori gizi buruk yakni kurang dari -3 SD. Sama halnya seperti gizi kurang yang
mencakup beberapa masalah, gizi buruk pun demikian. Masalah gizi buruk pada bayi dapat
dibagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkor. Marasmus adalah
kondisi gizi buruk karena asupan energi tidak tercukupi. Kwashiorkor adalah masalah gizi
buruk yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein pada bayi. Sementara marasmus-
kwashiorkor merupakan gabungan dari keduanya yakni masalah karena asupan protein dan
energi kurang dari yang seharusnya.
Tindakan penanganannya
Pengobatan masalah gizi buruk pada bayi nantinya akan disesuaikan kembali dengan
kondisinya, misalnya mengalami marasmus, kwashiorkor, atau marasmus kwashiorkor. Jika
bayi mengalami marasmus, penanganannya bisa dilakukan dengan memberikan susu formula
F 75. Susu formula F 75 diolah dari gula, minyak sayur, serta protein susu bernama kasein
yang dicampur menjadi satu.
Selain itu, asupan makanan bayi setiap harinya juga akan diatur agar mengandung zat
gizi yang cukup, termasuk kalori dan serta karbohidrat guna memenuhi kebutuhan energinya.
Seperti bayi dengan marasmus, masalah gizi buruk berupa kwashiorkor pada bayi juga
membutuhkan pemberian susu formula F 75. Namun, pemberian makanan harian biasanya
akan sedikit berbeda karena si kecil sebaiknya mendapat makanan sumber kalori meliputi
gula, karbohidrat, serta lemak. Setelah itu, baru bayi boleh diberikan sumber makanan
dengan kandungan protein yang tinggi guna mencukupi kebutuhannya yang kurang. Begitu
pula dengan penanganan kasus marasmus-kwashiorkor pada bayi yang bisa dilakukan dengan
menggabungkan kedua pengobatan sebelumnya.
4. Masalah gizi lebih pada bayi

34
Masalah gizi lainnya yang juga bisa dialami bayi yaitu kelebihan gizi. Kelebihan gizi alias
gizi lebih adalah kondisi saat berat badan berdasarkan tinggi badan si kecil berada di atas
rentang normalnya. Bayi dengan gizi lebih bisa memiliki salah satu dari dua kondisi, yaitu
antara berat badan lebih (overweight) dan obesitas pada bayi.
Bayi dikatakan memiliki berat badan lebih saat pengukurannya berada di rentang +2 SD
sampai +3 SD. Sementara untuk obesitas berbeda dengan gemuk biasa karena berada di atas
pengukuran +3 SD.
Tindakan penanganannya
Cara terbaik untuk menangani masalah gizi lebih pada bayi yakni dengan mengatur
asupan makanan dan minuman hariannya.
Sebisa mungkin, Anda perlu menjaga asupan makanan dan minuman harian si kecil agar berat
badannya tidak semakin meningkat.
Ganti selingan seperti roti yang manis dengan memberikan buah-buahan untuk bayi.
Bayi usia 0-2 tahun yang mengalami obesitas tidak perlu mengurangi asupan kalori harian.
Dokter biasanya lebih menganjurkan untuk mempertahankan sekaligus mengurangi
peningkatan berat badan.
Jadi, sebaiknya Anda tetap mengontrol jumlah kalori yang sesuai agar tidak berlebih. Ini
karena di masa 0-2 tahun ini, bayi sedang dalam proses pertumbuhan linier. Artinya, status
gizi anak di masa depan atau saat ia dewasa akan sangat ditentukan oleh kondisinya saat ini.
Bila usia bayi saat ini sudah masuk ke masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI)
tetapi porsi dan jadwal MPASI bayi di luar aturan normal, coba benarkan kembali. Berikan
frekuensi serta porsi makan bayi yang tepat sesuai dengan usianya. Jika ternyata dokter
menyarankan agar si kecil mengurangi asupan kalori harian, biasanya buah hati Anda akan
mendapatkan anjuran menu khusus. Hal ini bertujuan agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi
dengan baik dan tidak menyebabkan kekurangan zat gizi tertentu yang berisiko menghambat
tumbuh kembangnya.
5. Masalah gizi stunting pada bayi
Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada tubuh bayi. Kondisi ini membuat panjang
atau tinggi badan bayi tidak sesuai dengan rata-rata anak seusianya.
Stunting pada bayi bukan hal yang bisa dianggap remeh. Jika tidak segera diketahui dan
ditangani dengan tepat, stunting dapat membuat perkembangan fisik maupun kognitif bayi
terhambat dan kurang optimal di kemudian hari. Hal ini dikarenakan kondisi bayi yang

35
mengalami stunting umumnya sulit kembali normal bila sudah terlanjur terjadi. Penilaian
stunting pada bayi dan anak biasanya dilakukan dengan memakai grafik pertumbuhan anak
(GPA) dari badan kesehatan dunia WHO. Bayi bisa dikatakan mengalami stunting saat hasil
pengukuran panjang atau tinggi badan menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD).
Standar deviasi adalah satuan yang dipakai dalam pengukuran panjang atau tinggi badan bayi.
Masalah gizi stunting pada bayi dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
meliputi gizi ibu saat hamil, kondisi sosial ekonomi keluarga, asupan gizi bayi, hingga kondisi
medis bayi. Secara lebih rincinya, kondisi kesehatan dan asupan gizi ibu baik sebelum, selama,
maupun setelah kelahiran dapat berpengaruh pada pertumbuhan bayi. Selain itu, postur
tubuh yang pendek, usia yang masih terlalu remaja untuk hamil, hingga jarak kehamilan yang
terlalu dekat juga berisiko membuat bayi mengalami stunting. Sementara pada bayi,
pemberian ASI eksklusif yang gagal dan penyapihan (pemberian makanan padat) terlalu dini
merupakan beberapa faktor penyebab stunting.
Tindakan penanganannya
Penanganan untuk masalah gizi stunting pada bayi dapat diupayakan dengan
melakukan pola asuh (caring). Tindakan pola asuh ini mencakup inisiasi menyusui dini (IMD)
saat baru lahir kemudian menyusui ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan.
Selanjutnya, bayi juga harus diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sampai usia 2 tahun
guna mendukung tumbuh kembangnya. Jangan lupa perhatikan juga frekuensi pemberian ASI
untuk bayi yang mengalami stunting, seperti:
Jika bayi menyusu ASI:
➢ Usia 6-8 bulan: makan 2 kali per hari atau lebih
➢ Usia 9-23 bulan: makan 3 kali per hari atau lebih
Jika bayi tidak menyusu ASI:
➢ Usia 6-23 bulan: makan 4 kali per hari atau lebih
Ketentuan ini merupakan minimum meal frequency (MMF) alias frekuensi makan
minimal. MMF dapat diberlakukan untuk bayi stunting berusia 6-23 bulan dalam semua
kondisi. Kondisi tersebut meliputi bayi usia 6-23 bulan yang mendapat atau tidak lagi
mendapat ASI dan sudah makan MPASI (bentuk lunak, padat, maupun diberi susu formula
bayi karena tidak lagi mendapat ASI). Kondisi-kondisi tersebut di atas membutuhkan
perhatian khusus dari dokter. Oleh karena itu Anda perlu mengonsultasikan ke dokter untuk
penanganan lebih lanjut.

36
6. Alergi
Bahan makan yang dapat bersifat alergen untuk bayi terutama pada tahun pertama
kehidupannya antara lain kacang-kacangan, mentega, telur, susu sapi dan kacang-kacangan.
Apabila ada indikasi alergi dapa keluarga, pemberian bahan - bahan yang dapat menimbulkan
alergi tersebut sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Untuk produk susu misalnya dapat ditunda
sampai bayi berusia 1 tahun, 2 tahun untuk telur, 3 tahun untuk ikan dan kacang-kacangan,
Bayi yang alergi terhadap susu sapi dapat diberikan susu kedelai atau soya.
7. Gizi Lebih (obesitas)
Bayi yang mengalami obesitas mempunyai kemungkinan obesitas lebih
besar dimasa pubertas dan dewasanya. Penyebab obesitas ini bisa multi faktor antara lain
genetik, gaya hidup dan pola makan yang tidak baik.

8. Karies gigi
Gigi susu berisiko mengalami karies gigi yang diakibatkan oleh konsumsi ASI, Susu formula
maupun makanan pendamping yang diberikan. Pemberian makanan dan atau minuman
manis untuk bayi melalui botol 3 kali/hr atau lebih dari 1 jam saat makan/minum dapat
menjadi penyebab kondisi ini.
9. Diare
Diare sering terjadi karena infeksi saluran cerna, bila hal ini sering terjadi akan
mengakibatkan dehidrasi sehingga memerlukan pengganti cairan dan elektrolit yaitu dengan
rehidrasi oral atau bila kondisi berlanjut lebih parah dimungkinkan pemberian rehidrasi
parenteral.
10. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Kekurangan yodium berakibat pada rendahnya tingkat intelegensia anak dan proses
tumbuh kembangnya, yaitu menjadi kerdil atau kretin, gangguan pendengaran/tuli, retardasi
mental, gangguan neuromotor, dan sebagainya. Penyebab GAKY antara lain kurangnya
asupan yodium, tingginya konsumsi makanan goitrogenik, air minum kotor dan genetik.

E. Menu Sehat Bayi

37
Asupan nutrisi bayi usia di bawah 6 bulan masih bergantung pada ASI, sehingga ibu
menyusui juga harus memperhatikan makanan sehat yang dikonsumsi untuk menjaga
kuantitas dan kualitas ASI. Jika anak sudah mencapai usia 6 bulan maka akan mulai
mengonsumsi makanan padat.
Tanda-tanda Bayi Siap Makan
➢ Dia sudah bisa mengangkat leher dan kepalanya.
➢ Dia mulai nampak tertarik dengan apa yang Anda makan, misalnya dengan mencoba
untuk meraih makanan dari piring Anda.
➢ Terlihat kelaparan walau baru saja diberi susu.
➢ Dia bisa menahan makanan di dalam mulut.
Jika Si Kecil sudah menampakkan tanda-tanda di atas, itu berarti dia sudah siap diberi
makanan padat.
Pilihan Makanan Sehat untuk Bayi
1.Sereal
Sereal yang terbuat dari satu jenis bijan-bijan dan sudah diberi tambahan zat besi. Anda bisa
mencampurkannya dengan ASI, susu formula, atau air mineral. Namun, pastikan bahwa susu
tersebut diberikan melalui wadah atau botol susu yang steril. Menu tambahan ini bisa
diberikan pada bayi berusia 6 bulan.
2.Yoghurt
Anda boleh memperkenalkan yogurt pada bayi berusia 6 bulan. Kandungan kalsium dan
vitamin D yang tinggi pada yoghurt bisa memberi efek baik bagi perkembangan tulang dan
giginya. Selain itu, Si Kecil juga jadi tidak mudah sakit karena yoghurt bisa meningkatkan
sistem kekebalan tubuhnya dan mendukung kesehatan jantung serta otak.
Pilih yoghurt rasa tawar tanpa tambahan gula. Lalu, tambahkan pada buah-buahan yang
dihaluskan seperti pisang, apel, atau alpukat. Anda bisa juga memberi tambahan ASI atau
susu formula untuk membuatnya encer agar mudah ditelan olehnya.
3.Sayur dedaunan hijau gelap
Jenis makanan ini mengandung zat besi dan folat tinggi yang baik untuk kesehatannya. Pilihan
sayuran terbaik yang bisa Anda berikan kepada Si Kecil yaitu bayam.
4.Brokoli
Selain kalsium, serat, dan folat yang baik bagi perkembangan tubuhnya, brokoli juga diberkahi
oleh kandungan sulfur. Kandungan ini bisa memberi rasa unik di lidah yang bisa membuat

38
bayi mengenal berbagai jenis rasa. Tidak hanya itu, brokoli juga memiliki kandungan anti
kanker.
5.Kacang-kacangan
Makanan ini kaya akan protein dan serat. Kacang merupakan salah satu sumber makanan
yang sehat, namun hati-hati jika Si Kecil memiliki alergi terhadap kacang.
6.Jeruk
Rasa dari buah yang kaya akan vitamin C dan zat antioksidan ini sangat disukai oleh bayi. Anda
bisa memberinya sebagai finger food (camilan).
7.Labu
Sayuran ini memiliki rasa manis yang alami dan bertekstur creamy (lunak). Selain nikmat
disantap, labu kaya akan vitamin A dan C.
8.Daging
Mungkin Anda berpikir bahwa daging tidak cocok untuk bayi karena teksturnya yang keras.
Namun, itu tergantung dari cara memasaknya. Memasak daging yang tepat untuk bayi adalah
dengan cara direbus dalam waktu lama agar teksturnya empuk dan mudah dipotong kecil-
kecil atau dihaluskan. Mengonsumsi daging bagus untuk bayi karena
mengandung protein, zinc, dan zat besi. Daging sudah bisa diberikan pada bayi berusia 6–8
bulan ke atas.
Pada usia ini bayi tidak mengutamakan makanan yang memanjakan lidahnya. Dia hanya
makan untuk memenuhi kebutuhannya ketika lapar. Jadi, hindari makanan yang mengandung
banyak perasa tambahan, termasuk gula. Menjauhkan Si Kecil dari makanan yang terlalu
manis bisa membantu mencegahnya dari kerusakan gigi. Untuk memberikan rasa manis,
Anda bisa menambahkan ASI, susu formula, atau buah-buahan pada makanannya. Jangan
pula memberinya terlalu banyak garam, karena garam tidak baik bagi kesehatan ginjalnya.
Selain itu, hindari memberinya jenis-jenis makanan seperti madu, kacang, telur mentah atau
setengah matang, jenis ikan laut yang diduga mengandung merkuri, kerang-kerangan
mentah, makanan dengan kandungan lemak jenuh tinggi, dan makanan rendah lemak.
Dengan memberikan makanan sehat untuk bayi sesuai usia, Anda bisa memiliki buah hati
dengan tubuh yang prima.

F. Menyusun menu bayi

39
Seorang bayi perempuan NONA usia 11 bulan BB lahir 3 kg, PB lahir 50 cm, sekarang BB
10 kg. PB sekarang 75 cm. anak pertama dari ayah yang bekerja sebagai supir taksi dan ibu
menjual pulsa di konter depan rumah. Masih diberi ASI terkadang suka diberi susu kental
manis bila ibunya sedang keluar rumah dan Nona dititipkan ke tetangganya. Pagi dan siang ia
makan nasi tim sachet masing masing 1 bungkus Sore buah pisang ambon kerok 1 buah
Malam biscuit bayi 2 buah
Sisanya ASI
Buatkan pengkajian kasus berdasar ADIME dan susun menu sehari untuk Nona.
Jawaban:
1. Asesmen
Riwayat Personal :
- nama : Nona, bayi berusia 11 bulan, status sosial ekonomi kurang ( ayah supir taksi dan ibu
rumah Tangga berjualan pulsa).
Antropometri :
- Usia 11 bulan, berat badan lahir 3 kg, BB sekarang 10 kg, Panjang lahir 50 cm, PB sekarang
75 cm.
Termasuk kategori Normal
Biokimia : tidak ada data
Klinis/Fisik : tidak ada data
Dietary History : masih ASI dan kadang diberi susu formula

- Pola makan
Penukar Energi Protein Lemak karbohidrat
Makanan 4 700 16 - 160
pokok

Buah 1 50 - - 12
Susu 2 125 7 6 10
ASI 400 cc 250 14 12 20
total 1125 37 18 202

40
Perhitungan kebutuhan Energi dan zat gizi makro
Kebutuhan Energi sehari : 100 Kkal x 10 kg= 1000 Kkal
Kebutuhan Protein : 2,5 x 10 kg = 25 gr (10% Total Energi)
Kebutuhan Lemak : (45% x 1000 Kkal)/9 = 50 gram
Kebutuhan Karbohidrat : (45% x1000 Kkal)/4= 112,5 gram
*Analisis kuantitatif Pencapaian Kebutuhan
Energi : 1125/1000 x 100% = 112,5%
Protein : 37/25 x 100% = 148%
Lemak : 18/50 x 100% = 36 %
Karbohidrat : 202/112,5 x 100%=80%
*Analisa kualitatif pola makan:
Asupan makan tidak adekuat terutama kelebihan energi, protein.
Kurang pengetahuan gizi Ibu tentang makanan sehat bayi.
2. Diagnosa Gizi
- Asupan makan tidak adekuat /sesuai kebutuhan disebabkan karena terlalu banyak konsumsi
MPASI pabrikan ditandai dengan asupan Energi, Protein, lebih100%.
3. Intervensi
Tujuan pemberian makanan bayi:
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan energi dan zat gizi makro.
- Memberikan komposisi gizi seimbang dengan memberikan MPASI lokal buatan rumah
memperhatikan komposisi makanan sumber protein, KH. sayur dan buah.
Syarat makanan ibu menyusui :
- Porsi keci diberikan sering berupa 3 makanan utama dan 2x makanan selingan.
- Bentuk makanan lembek, menu dengan bahan makanan beragam.
Edukasi :
- Konseling tentang gizi terbaik untuk 1000 hari pertama kehidupan.
- Informasi jelas tentang Daftar Bahan Makanan Penukar untuk melengkapi jenis
bahan makanan bervariasi.
- Pentingnya beragamnya asupan sayur dan buah serta protein untuk dilengkapi
di asupan makan bayi.
4. Monitoring dan Evaluasi

41
- Asupan makanan sesuai kebutuhan energi dan zat gizi makro ( minimal 80%)
- Jenis bahan makanan dan frekuensi makan sesuai gizi seimbang
- Berat badan normal sesuai standar kurva pertumbuhan.

ANJURAN JUMLAH PORSI (p) BAHAN MAKANAN BAYI 11 BULAN (1000 Kkal)
No Bahan makanan/penukar Jumlah porsi (p)
1 Nasi 1 1/2
2 Daging 1
3 Tempe 1
4 Sayuran 1
5 Buah 2
6 Susu ½
7 Minyak 1
8 ASI Sekehendak
9 Taburia 1 Sachet/hari

PEMBAGIAN PORSI (p) MAKANAN SEHARI MENU BAYI 11 BULAN 1000 Kkal
Bahan makanan/penukar Pagi Selingan pagi Siang Selingan sore
siang
Nasi 1/2 1/2 1/2 1/2

Daging 1/2 1/2


Tempe 1/2 1/2
Sayuran 1/2 1/2
Buah 1 1
Susu 1/2
Minyak 1/2 1/2
ASI sekehendak
Taburia 1 sachet/hari

TABEL MENU BAYI 11 BULAN 1000 kkal

42
Waktu Menu Bahan makanan Berat(gr) Penukar(p) Jumlah
kalori
Pagi Bubur Tepung beras 20 1/2 160
sumsum slada
buah Santan encer 20 1/2
Jeruk manis 100 1
Jam 10.00 Buah Papaya 100 1 50
Siang Bubur tim hati Beras 25 1/2 209
cincang Hati ayam 20 1/2
Tempe 25 1/2
Wortel 25 1/2
Bayam 25 1/2
Minyak 2,5 1/2
Selingan Biscuit Biskuit bayi 40 1/2 300
Susu bubuk 12,5 1/2

Sore Bubur tim Beras 25 1/2 163


ikan, kacang Daging ikan lele 20 1/2
dan sayuran
Kacang hijau rebus 10 1/2
Labu siam 30
Buncis 20 1/2
Tomat 10
ASI Sekehendak
TOTAL 1000

43
LAMPIRAN
GOLONGAN 1 ( SUMBER KARBOHIDRAT )
Satuan penukar mengandung 175 kkal, 4g protein, dan 40g karbohidrat
Bahan makanan Urt Berat (g)
Bihun ½ gls 50
Bubur beras 2 gls 400
Biskuit 4 bh bsr 40
Havermout 5 ½ sdm 45
Kentang 2 bj sdg 210
Krakers 5bh bsr 50
Macaroni ½ gls 50
Mi kering 1 gls 50
Mi basah 2 gls 200
Nasi ¾ gls 100
Nasi tim 1 gls 200
Roti putih 3 ptg sdg 70
Singkong 1 ptg 120
Talas 1ptg 125
Tepung sagu 8 sdm 50
Tepung hunkwe 10 sdm 50
Tepung terigu 5 sdm 50
Tepung maizena 10 sdm 50
Tepung beras 8 sdm 50
ubi 1 bj sdg 135

44
GOLONGAN II ( SUMBER PROTEIN HEWANI )
1. Rendah Lemak
Satuan penukar mengandung 50 kkal, 7g protein, 2g lemak
Bahan makanan Urt Berat (g)
Ayam tanpa kulit 1 ptg sdg 40
Babat 1 ptg sdg 40
Daging kerbau 1 ptg sdg 35
Dideh sapi 1 ptg sdg 35
Ikan 1 ptg sdg 40
Ikan sapi 1 ptg sdg 15
Teri kering 1 sdm 15
Udang segar 5 ekor sdg 35

2. Lemak Sedang
Satuan penukar mengandung 150 kkal, 7g protein, 5g lemak
Bahan makanan Urt Berat (g)
Bakso 10 bj sdg 170
Daging kambing 1 ptg sdg 40
Daging sapi 1 ptg sdg 35
Hati ayam 1 ptg sdg 30
Hati sapi 1 ptg sdg 35
Otak 1 ptg bsr 60
Telur ayam 1 btr 55
Telur bebek 1 btr 55
Usus sapi 1 ptg bsr 50

45
3. Tinggi Lemak
Satuan penukar mengandung 150 kkal, 7g protein, 5g lemak
Bahan makanan Urt Berat (g)
Ayam dengan kulit 1 ptg sdg 55
Bebek 1 ptg sdg 45
Corned beef 2 sdm 45
Kuning telur ayam 4 btr 45
sosis 1 ptg sdg 50

GOLONGAN III ( SUMBER PROTEIN NABATI )


1 satuan penukar mengandung 75 kkal, 5g protein, 3g lemak, 7g karbohidrat
Bahan makanan Urt Berat (g)
Kacang hijau 2 sdm 20
Kacang kedelai 2 sdm 25
Kacang merah segar 2 sdm 20
Kacang tanah 2 sdm 15
Kacang tolo 2 sdm 20
Keju kacang tanah 1 sdm 15
Oncom 2 ptg kcl 40
Susu kedelai bubuk 2 sdm 25
Tahu 1 bj bsr 110
Tempe 2 ptg sdg 50

GOLONGAN IV ( SAYURAN )

Sayuran A
Bebas dimakan, kandungan energi dapat diabaikan Baligo, gambas (oyong), jamur kuping
segar, ketimun, labu air, lobak, selada air, selada, tomat.
Sayuran B

46
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung 25 kkal, 1 g protein, 5 g karbohidrat Bayam, bit,
buncis, brokoli, caisim, daun pukis, daun wuluh, genjer, jagung muda, jantung pisang, kol,
kembang kol, kapri muda, kangkung, kucai, kacang panjang, kecipir, labu siam, labu wuluh,
pare, pepaya muda, rebung, sawi, tauge kacang hijau, terong, wortel.

Sayuran C
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung 50 kkal, 3 g protein, 10 g karbohidrat Bayam
merha, daun katuk, daun melinjo, daun pepaya, daun singkong, daun tales, kacang kapri,
kluwih, melinjo, nangka muda, tauge kacang kedelai.

G. Asuhan Nutrisi Pada Bayi Prematur


•Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Diperkirakan sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia setiap tahunnya dan jumlah ini
semakin meningkat. Dari 184 negara di dunia, prevalensi kelahiran prematur berkisar dari 5%-
18% dari seluruh bayi yang lahir.Bayi prematur membutuhkan asupan nutrisi yang cukup
untuk proses tumbuh kejar yang lebih cepat. Pemberian nutrisi adekuat bagi bayi prematur
diharapkan dapat mencapai tahapan tumbuh kembang yang optimal seperti bayi cukup bulan
sehingga akan diperoleh kualitas hidup yang juga optimal. Bayi prematur mempunyai
kemampuan penyediaan nutrisi yang terbatas, metabolisme yang belum matur, jalur
penyerapan yang belum sempurna, dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
belum matangnya proses perkembangan fungsi oromotor sehingga berisiko terjadi
kekurangan gizi.
Indonesia merupakan negara kelima tertinggi di dunia dengan jumlah kelahiran bayi
prematur sekitar 675.700 per tahun. Kejadian hambatan pertumbuhan pascakelahiran bayi
prematur masih cukup tinggi. Oleh karena itu, manajemen nutrisi pada bayi prematur dan
bayi berat lahir rendah (BBLR) atau bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) sangat penting
untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh pada bayi prematur. Menurut Riskesdas tahun
2013, jumlah kelahiran BBLR tahun 2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan sedikit
dibanding tahun 2010 sebesar 11,1%. Bayi prematur mempunyai risiko yang lebih tinggi
mengalami luaran neurodevelopmental yang buruk. Pertumbuhan dan nutrisi yang adekuat

47
memegang peranan penting dalam memperbaiki luaran jangka panjang.Pemberian nutrisi
optimal akan mempengaruhi perkembangan otak selama kehidupan fetal dan bulan-bulan
pertama setelah lahir. Pada dekade terakhir, perhatian terfokus pada intervensi nutrisi yang
dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur.
Sebanyak 8% kegagalan pertumbuhan pascanatal bayi prematur yang BBLSR terjadi
pada periode antara 40 minggu sampai 4 bulan, 28% terjadi pada periode 4-8 bulan, dan 12%
terjadi >8-20 bulan serta menyebabkan fungsi motorik yang buruk pada usia 20 bulan.
Hambatan pertumbuhan ekstrauteri (berat badan, BB) berdasarkan umur gestasi dibawah
persentil 10) dijumpai pada 75% bayi prematur pada usia 28 hari.7 Bayi prematur secara
umum memiliki risiko untuk terjadi poor feeding, defisiensi nutrisi, dan hambatan
pertumbuhan. Pemberian nutrisi pada bayi prematur sering mengalami kesulitan disebabkan
oleh kondisi kelelahan, agitasi dan disorganisasi, serta belum maturnya sistem kardiorespirasi
serta neurobehavioural. Kemampuan bayi prematur untuk menerima minum secara oral dan
enteral dipengaruhi oleh berbagai faktor. Morbiditas dan umur kehamilan sangat
berhubungan dengan masalah pemberian makan.9Koordinasi menghisap, menelan dan
bernapas, serta kemampuan untuk minum merupakan tahap-tahap perkembangan awal yang
penting yang akan mempengaruhi perkembangan keterampilan makan di kemudian hari pada
bayi prematur. Prevalensi bayi prematur yang masih cukup tinggi serta meningkatnya bayi-
bayi prematur yang bertahan hidup menjadi tantangan kita sebagai dokter anak untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan, serta meningkatkan kualitas hidup bayi
prematur. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk membuat konsensus asuhan nutrisi pada
bayi prematur di Indonesia.

•Terminologi
Definisi bayi prematur menurut WHO adalah bayi yang lahir sebelum usia gestasi 37
minggu. Penentuan usia gestasi tersebut berdasarkan New Ballard Score. Selanjutnya
berdasarkan usia gestasi, bayi dikelompokan sebagai berikut:
• Amat sangat prematur (extremely preterm): Jika lahir pada usia gestasi <28 minggu

• Sangat prematur (very preterm): Jika lahir pada usia gestasi 28 minggu sampai <32
Minggu.

• Moderate to late preterm: Jika lahir pada usia gestasi 32 minggu sampai<37 minggu.

48
Beberapa terminologi yang berkenaan dengan kondisi prematur adalah sebagai
berikut:
o Bayi berat lahir rendah (BBLR): bila berat lahir <2500 gram
o Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bila berat lahir <1500 gram
o Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR): bila berat lahir <1000 gram
o Kecil masa kehamilan (KMK): bila berat lahir <P10 menurut masa gestasi grafik
Lubchenco
o Sesuai masa kehamilan (SMK): bila berat lahir berada antara P10 dan P90 menurut
masa gestasi grafik Lubchenco
o Besar masa kehamilan (BMK): bila berat lahir >P90 menurut masa gestasi grafik
Lubchenco
o Pertumbuhan janin terhambat (PJT): bila terjadi pertumbuhan janin yang abnormal
atau melambat
o Usia kronologis: usia yang dihitung sejak bayi itu lahir
o Usia koreksi: hasil pengurangan usia kronologis dengan hasil perbedaan usia gestasi
dengan usia aterm (40 minggu). contoh: bayi lahir dengan masa gestasi 34 minggu,
usia kronologis 10 minggu, maka usia koreksinya adalah 10 minggu - (40 minggu – 34
minggu) = 4 minggu.
o Early aggressive nutrition/ acute stage: fase sejak bayi lahir sampai usia 10 hari
(minggu-minggu pertama). Bayi berada pada kondisi yang paling rentan.
o Stable growing stage: fase mulai 10 hari sampai keluar dari rumah sakit (6-8 minggu
setelah lahir). Bayi secara perlahan mencapai nutrisi enteral penuh dan mempunyai
peluang untuk kejar tumbuh.
o Post discharge: sejak pulang dari rumah sakit sampai kurang lebih usia 1 tahun.

•Asuhan Nutrisi pada Bayi Prematur

1. Pengkajian (assesment) status nutrisi dan kecepatan pertumbuhan


Pola pertumbuhan pada bayi prematur, terutama pada BBLSR (<1500 gram) sangat
berbeda bila dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan dan memiliki berat lahir yang
lebih besar. Penilaian pertumbuhan pada bayi prematur ditentukan berdasarkan berat badan,
panjang badan, dan lingkar kepala.Berbagai grafik pertumbuhan bayi dibuat, mulai dari grafik

49
Lubchenco hingga Babson dan Benda. Pada tahun 2003, Fenton membuat grafik yang berasal
dari tiga set data pertumbuhan intrauterin dari populasi bayi di Kanada, Swedia, dan Australia
yang dikombinasikan dengan data CDC 2000. Olsen pada tahun 2010 melakukan validasi
berdasarkan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala yang spesifik menurut jenis
kelamin pada populasi bayi (22-41 minggu) yang lahir di 33 negara bagian di Amerika Serikat
yang kemudian dikombinasikan dengan grafik WHO-CDC 2010.
Penelitian Olsen dkk. mendapatkan kecepatan tumbuh bayi prematur adalah 16
g/kg/hari, panjang bertambah 1,4 cm/minggu dan pertambahan lingkar kepala 0,9
cm/minggu. Selanjutnya Fenton dan Kim pada tahun 2013melakukan revisi terhadap grafik
Fenton setelah melakukan telaah sistematik dan metaanalisis, serta melakukan kombinasi
data dari enam populasi dari berbagai negara serta memasukkan data bayi (sampai dengan
50 minggu) yang menjadi subjek dari penelitian grafik WHO 2006. Saat ini telah dilakukan
Intergrowth-21st Project yang merupakan penelitian multisenter dan multietnik pada
delapan negara yang ingin menghasilkan grafik standar pertumbuhan sejak awal kehamilan
sampai masa bayi. Proyek ini menghasilkan berbagai macam grafik pertumbuhan,
mulai saat pertumbuhan intrauterin (ukuran panjang antara kepala dan bokong, crown-
rump serta biparietal), grafik berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala berdasarkan
usia gestasi dan jenis kelamin (sejak usia 14-42 minggu; berdasarkan data potong lintang),
serta grafik pemantauan kohort indeks antropometri pascalahir pada bayi prematur.5,6 Villar
dkk.
Ehrenkranz dkk. menyatakan bahwa peningkatan berat badan lebih cepat terjadi pada
bayi yang mendapat nutrisi parenteral lebih singkat, nutrisi enteral lebih awal, serta lebih
cepat mencapai nutrisi enteral penuh.Peneliti yang sama juga mendapatkan bahwa kenaikan
berat badan yang tidak adekuat merupakan risiko untuk terjadinya palsi serebral pada usia
koreksi 18 bulan (OR = 8,0; 95% IK 2,07-30,78) dan mengalami gangguan perkembangan
(OR = 2,53; 95% IK 1,27-5,03). Ramel dkk mendapatkan bahwa terdapat
hubungan antara pertumbuhan linier yang tidak adekuat dengan penurunan fungsi
kognitif pada usia 2 tahun. Stephens mendapatkan korelasi antara protein dan asupan energi
pada minggu pertama kehidupan dengan skor Mental Development Index (MDI). Setiap 1
g/kg/hari protein berkorelasi dengan kenaikan MDI sampai 8,2 poin, sedangkan setiap
kenaikan 10 kkal/kg/hari akan mampu menaikkan 4,6 poin MDI.10 Olsen menyatakan bahwa

50
kecepatan pertumbuhan dapat lebih baik dengan pemberian protein yang adekuat sejak awal
kehidupan.
2. Kecukupan Nutrisi Bayi Prematur
Kecukupan nutrisi pada bayi prematur adalah jumlah asupan yang dibutuhkan bayi agar
mencapai kecepatan dan komposisi tubuh serupa dengan pertumbuhan janin. Bayi prematur
memiliki kebutuhan nutrien yang lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Hal ini
disebabkan bayi prematur kehilangan periode pertumbuhan yang cepat, yaitu dimulai pada
usia gestasi 24 sampai 40 minggu.Percepatan pertumbuhan akan tercapai apabila kebutuhan
nutrisi dan cairan terpenuhi secara adekuat.
1. Kecukupan cairan
Sekitar 90% komposisi tubuh janin mulai usia gestasi 24 minggu adalah cairan yang
mengisi ruang ekstraseluler.Pascalahir, fungsi diuresis terbagi tiga yaitu fase pradiuresis (24-
48 jam pascalahir), fase diuresis (2-4 hari pascalahir) dan fase pascadiuresis (sampai minggu
ke dua pascalahir).Pada fase diuresis, terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit4
sedangkan pada fase pasca diuresis, terjadi penurunan berat badan 5-10% karena perubahan
komposisi jumlah cairan ekstraseluler dan peningkatan volume intraselular. Cairan yang
dibutuhkan bayi prematur dipengaruhi oleh usia kehamilan, kondisi klinis, dan penyakit yang
mendasari. Perhitungan kebutuhan cairan didasarkan pada insensible water loss (IWL) dan
produksi urin. IWL meningkat pada bayi prematur karena epidermisnya belum mengalami
keratinisasi, sehingga perlu dirawat pada inkubator berdinding ganda dengan kelembaban 70-
80%.Pemberian cairan bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pada
fase diuresis dan mencegah kehilangan cairan ekstraseluler pada fase pascadiuresis. Jumlah
diuresis dipertahankan pada 1-3 mL/kgBB/jam. Jumlah cairan yang diberikan pada fase
pradiuresis adalah IWL ditambah jumlah diuresis minimal 1 mL/kgBB/jam. Kebutuhan cairan
ditingkatkan 10-20 mL/kgBB/hari sampai 140-160 mL/kgBB/hari pada minggu pertama (fase
pascadiuresis), maksimal 200 mL/kgBB/hari pada minggu kedua agar tercapai pertumbuhan
optimal intrauterin.Pemberian cairan tidak saja ditujukan untuk mencegah dehidrasi pada
bayi prematur tetapi juga dijaga tidak berlebih untuk mengurangi risiko terjadinya persistent
ductus arteriosus (PDA), displasia bronkopulmonar, enterokolitis nekrotikans (EKN), dan
perdarahan intrakranial. Retriksi cairan secara bermakna meningkatkan risiko terjadinya PDA
dan EKN.

51
2. Kecukupan energi
Bayi prematur membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kecukupan
kalori berbanding lurus dengan kecukupan protein yang digunakan untuk metabolisme.1,2
Jumlah yang dianjurkan diberikan secara parenteral adalah 90–100 kkal/kg/hari dan secara
enteral 115-120 kkal/kg/hari. Jumlah kalori tersebut digunakan untuk metabolisme protein
sebesar 3,5-4 g/kg/hari. Besaran kalori minimal untuk metabolisme basal sekitar 40–60
kkal/kg/hari, yang digunakan untuk mencegah katabolisme protein 1.5 g/kg/hari sehingga
dapat terjadi balans nitrogen yang positif.

3. Kecukupan Makronutrien
Kecukupan makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
a. Kecukupan Karbohidrat
Kebutuhan metabolisme dan fisiologi mengalami perubahan yang sangat besar dari
nutrisi transplasenta pada kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Bila bayi tidak menerima
nutrisi parenteral atau enteral dini, bayi akan mengalami katabolisme dengan kehilangan
nitrogen. Glukosa merupakan sumber energi utama proses metabolisme dalam tubuh,
terutama untuk otak dan jantung bayi prematur, sebelum oksidasi lipid berkembang dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian. Rata-rata pemakaian glukosa pada bayi
prematur dua kali lebih tinggi dari bayi cukup bulan. Selain itu, akibat hemostasis glukosa yang
masih imatur maka bayi prematur tidak mampu menjamin ketersediaan glukosa di hari-hari
pertama kelahiran dan dapat terjadi abnormalitas hemostasis glukosa.Pemberian glukosa
pada bayi prematur harus dimulai dalam 24 jam pertama pascalahir dengan kecepatan infus
glukosa (glucose infusion rate, GIR) 6-8 mg/kgBB/menit, kemudian ditingkatkan bertahap 1-2
mg/kgBB/menit sampai mencapai kecukupan maksimal dukungan NPT dengan GIR 12-13
mg/kgBB/menit.

b. Kecukupan Protein
Asupan protein tinggi merupakan bagian dari nutrisi agresif dini sebagai upaya
mencegah gagal tumbuh kembang pascalahir pada bayi prematur.Bayi prematur dengan
berat lahir amat sangat rendah akan kehilangan protein 1-2% atau 0,6-1,2 g/kgBB apabila
sumber kalori hanya berasal dari karbohidrat. Kehilangan protein semakin bertambah dengan
semakin mudanya usia kehamilan. Defisit protein pada bayi prematur menimbulkan

52
morbiditas jangka pendek dan panjang.10 Kejar pertumbuhan membutuhkan waktu lama,
dan kurang nutrisi pada awal kelahiran akan berdampak pada gangguan perkembangan,
kognitif, sebanding dengan adanya gangguan pertumbuhan.Penelitian merekomendasikan
pemberian protein 1,5 g/kgBB/hari pada 24 jam pertama pascalahir, ditingkatkan 0,5-1
g/kgBB/hari. Dosis maksimal protein pada minggu pertama untuk bayi dengan berat lahir
≥1000 gram dapat mencapai 3,5-4 g/kgBB/hari, sedangkan pada bayi dengan berat lahir
<1000 gram dapat mencapai 4-4,5 g/kgBB/hari.Pemberian dosis 1,5 kgBB/hari pada hari
pertama pascalahir ditoleransi dengan baik karena dapat memenuhi kecukupan protein,
mencegah katabolisme protein, menjaga keseimbangan nitrogen sehingga tercapai
peningkatan tumbuh kembang.1,2,18 Manfaat lain adalah meningkatkan toleransi glukosa,
mengurangi risiko hiperglikemia melalui sekresi insulin endogen dan glukoneogenesis.19
Protein dalam sediaan nutrisi neonatus harus mengandung conditionally essential amino acid,
yaitu tirosin, sistein, taurin, histidin, glisin, glutamin, dan arginin.

c. Kecukupan Lemak
Lemak merupakan energi yang sangat dibutuhkan bayi. Cadangan lemak dalam tubuh
bayi merupakan cadangan energi terbesar pada saat lahir. Bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) memiliki cadangan lemak yang
sangat terbatas, sehingga sangat bergantung pada nutrisi enteral dan parenteral. Bukti yang
ada menunjukkan pemberian lemak pada fase awal kehidupan akan menentukan luaran yang
bervariasi pada masa kehidupan mendatang termasuk terhadap pertumbuhan fisik dan
perkembangan intelektual. Pemberian lemak dalam dua hari pertama kehidupan pada bayi
sangat prematur aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Pemberian lipid intravena pada
bayi prematur dimulai dalam 24 jam pertama pascalahir dengan dosis 1 g/kgBB/hari dinaikkan
bertahap sebanyak 0,5-1 g/kgBB/hari sampai mencapai 2,5-3,5 g/kgBB/hari. Pemberian lipid
intravena diindikasikan karena merupakan sumber asam lemak esensial dan juga sumber
kalori yang tinggi. Bayi prematur yang mendapat nutrisi parenteral tanpa lipid akan
mengalami defisiensi asam lemak esensial dalam waktu 2-3 hari. Pemberian lipid intravena
konsentrasi 20% lebih dipilih dibandingkan dengan 10% karena kadar fosfolipid lebih rendah
untuk tiap gram trigliserida, sehingga memudahkan ekskresinya dan mengurangi efek
samping hipertrigliseridemia, serta densitas kalori lebih tinggi (mengurangi

53
pemberian jumlah cairan).5,6 Pemberian lipid intravena yang dimulai di 24 jam pertama
setelah lahir terbukti peningkatan tumbuh kembang dan pengurangan morbiditas serta
mortalitas pada bayi prematur.Pada kondisi tertentu pemberian lipid intravena bisa
dipertimbangkan untuk diturunkan dosisnya atau dihentikan. Apabila kadar trigliserida dalam
darah >200 mg/dL pemberian lipid intravena bisa dikurangi atau dihentikan.Begitu juga pada
kondisi sepsis, lipid intravena dapat diturunkan atau dihentikan berdasarkan tingkat beratnya
sepsis, karena saat sepsis terjadi penurunan ekskresi trigliserda dan oksidasi asam lemak,
yang berakibat meningkatkan kadar trigliserida dalam plasma. Pada keadaan peningkatan
kadar bilirubin yang mendekati ambang tranfusi tukar, perlu penyesuaian dosis lipid intravena
menjadi 0,5-1 g/kg/hari.

4. Kecukupan Mikronutrien
a. Elektrolit
Pada bayi baru lahir terjadi perubahan fisiologis yang memengaruhi metabolisme air
dan elektrolit. Fase I adalah fase transisi yang ditandai dengan penurunan berat badan bayi
baru lahir dan kontraksi cairan ekstraseluler. Pada bayi prematur sehat, fase ini berlangsung
3-5 hari. Fase II adalah fase intermediate yaitu bayi mulai diperkenalkan nutrisi enteral, terjadi
penurunan kehilangan air lewat kulit transcutaneus water loss, diuresis <2 mL/kgBB/hari, dan
ekskresi natrium yang masih rendah. Fase III yaitu fase tumbuh stabil yang ditandai dengan
peningkatan berat badan 15-20 g/kgBB/hari.Pada minggu pertama kehidupan, kebutuhan
elektrolit relatif rendah karena fungsi pemekatan urin masih belum sempurna. Kebutuhan
natrium (Na) bervariasi pada minggu pertama sebesar 0-3 mEq/kgBB/hari. Setelah terdapat
diuresis awal, dapat diberikan natrium (Na) dan kalium (K) dengan dosis 2-3 mEq/kgBB/hari
disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar elektrolit.Dosis pemberian ion kalsium (Ca2+),
fosfat (P) dan magnesium (Mg) sesuai dengan kecukupan selama pertumbuhan intrauterin,
yang bertujuan untuk mencegah timbulnya osteopeni prematuritas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian elektrolit tersebut akan meningkatkan konsentrasi P dan
mineral tulang mulai dari minggu pertama sampai ke-26 usia pascakonsepsi.Pada trimester
ketiga, terjadi akresi harian Ca, P, dan Mg berturut-urut 120, 70, dan 3 mg/kg/hari. Pemberian
Ca dan P bersamaan pada nutrisi parenteral tidaklah mudah karena masalah kelarutan
keduanya. Saat asupan cairan mencapai 150 mL/KgBB/hari, cairan parenteral haruslah
mengandung 12.5-15 mmol/L Ca elemental and 13-15 mmol/L Phospor. Kebutuhan Ca, P, dan

54
Mg dalam nutrisi enteral bayi prematur dihitung berdasarkan kandungan komposisi Ca, P, dan
Mg dalam ASI dan variabilitas penyerapan elektrolit tersebut berdasarkan usia gestasi
(Ca2+:40-70 %, P:60-95%, Mg:40%).

b. Kecukupan Trace Elements


Data epidemiologi pada studi praklinik menunjukkan pentingnya peran mikronutrien
dalam perkembangan otak normal selama periode fetal akhir dan awal neonatal. Namun studi
terkait peranan mikronutrien dan vitamin terhadap perkembangan otak bayi prematur masih
terbatas dibanding studi mengenai makronutrien.

c. Besi
Besi sangat penting dalam perkembangan otak fetus dan neonatus. Bayi prematur
berisiko tinggi menderita defisiensi besi yang akan berpengaruh pada fungsi dan
perkembangan otak. Defisiensi besi dan anemia terjadi karena 60% penyimpanan total besi
terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Pada tahun 2005, hasil metaanalisis dari 17 RCT
menunjukkan suplementasi besi pada anak (bayi baru lahir sampai remaja) memiliki efek
positif pada indikator perkembangan mental (LoE 1a).6 Sedangkan metaanalisis lain juga
menunjukkan bahwa suplementasi besi pada bayi (mulai 0-6 bulan kehidupan) memiliki efek
positif terhadap perkembangan motorik (LoE 1a).7 Bayi prematur yang mendapat
suplementasi besi memiliki kadar Hb yang lebih tinggi, cadangan besi yang lebih baik dan
risiko lebih rendah untuk mengalami anemia defisiensi besi. Namun masih belum jelas,
apakah suplementasi besi pada bayi prematur dan berat lahir rendah memiliki keuntungan
jangka panjang pada pertumbuhan dan neurodevelopmental. American Academy of
Pediatrics merekomendasikan pemantauan kadar hemoglobin dan hematokrit pada bayi
dengan risiko defisiensi besi atau anemia. Pemberian suplementasi besi untuk BBLSR yang
mendapat ASI sebanyak 2 mg/kgBB/hari, dimulai pada usia 2 minggu bila bayi telah memasuki
fase pertumbuhan (growing care) sampai usia 12 bulan.Telaah sistematik dari Cochrane
menyatakan belum terdapat bukti ilmiah yang jelas manfaat pemberian suplementasi besi
pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah terhadap pertumbuhan dan luaran
neurodevelopmentaljangka panjang.

55
d. Zinc
Defisiensi zinc masih sering dijumpai dan merupakan masalah pada anak dan bayi
terlebih bayi prematur. Zinc bersifat esensial untuk berbagai enzim dan berperan penting
dalam pertumbuhan dan diferensiasi jaringan. Beberapa uji klinis dengan berbagai dosis zinc
telah dilakukan dan didapati bahwa asupan zinc minimal 1,4-2 mg/kgBB/hari diperlukan
untuk mencapai pertumbuhan optimal pada bayi prematur. Rekomendasi terkini
untuk asupan zinc enteral pada bayi prematur adalah 1-2 mg/kg/hari atau maksimal 1-3
mg/kg/hari.

5. Kecukupan vitamin
Vitamin merupakan nutrisi esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit terutama
untuk mendukung reaksi-reaksi enzim dan memelihara metabolisme dalam tubuh.
a. Vitamin A
Telaah Cochrane menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin A dapat menurunkan
kematian, kebutuhan oksigen pada 1 bulan, serta kebutuhan oksigen pada usia 36 minggu
masa gestasi, dengan Number Needed to Treat(NNT) 13. Belum ada bukti-bukti yang
menguntungkan atau merugikan terhadap luaran jangka panjang perkembangan neurologi.

b. Vitamin D
American Academy of Pediatrics merekomendasikan pada bayi yang mendapat ASI
eksklusif atau parsial untuk mendapat vitamin D 400 IU/hari selama minimal setahun pertama
kehidupan. Bayi yang tidak mendapat ASI juga sebaiknya mendapat suplementasi, sampai 32
fl.oz. (1000 ml) per hari susu formula fortifikasi vitamin D. Untuk bayi prematur, pemenuhan
dosis ini dapat dipenuhi melalui pemberian multivitamin atau suplemen vitamin D tunggal.12
Dosis 400 IU/hari diperkirakan cukup adekuat untuk mempertahankan kadar serum 25 (OH)
D >50 nmol/L untuk mencegah rikets akibat defisiensi vitamin D, tanpa berrisiko intoksikasi
vitamin D. Pada saat ini belum cukup data untuk memberikan rekomendasi vitamin di daerah
tropis. Oleh karena itu, rekomendasi untuk vitamin D mengacu pada rekomendasi AAP 2014.

c. Vitamin E
American Academy of Pediatrics merekomendasikan diet pada bayi prematur sebaiknya
mengandung minimal 1 IU vitamin E/gram asam linoleat, setara ±0.6 mg d-∞-

56
tocopherol/gram polyunsaturated fatty acids (PUFA). Bayi prematur yang mendapat nutrisi
enteral dan suplemen multivitamin, di mana asupan setiap harinya mengandung 5 IU vitamin
E, mendapat ±5–10 IU/kg/hari vitamin E, tetapi untuk nutrisi parenteral kadarnya lebih
rendah.

3. Rute Pemberian Nutrisi


a. Inisiasi Pemberian Nutrisi
Nutrisi parenteral agresif harus diberikan pada bayi prematur dengan usia gestasi <32
minggu dan atau berat lahir <1500 gram segera setelah terpenuhi kriteria STABLE (Lampiran
7). Penelitian menunjukkan bayi prematur yang mendapat nutrisi parenteral dalam 24 jam
pertama kehidupan mempunyai skor Indeks Perkembangan Mental (Mental Development
Index, MDI) yang lebih tinggi.Nutrisi enteral dalam bentuk trophic feeding diberikan dalam
waktu 48 jam pertama, diusahakan ASI segar mulai 5–10 mL/kgBB/hari yang dinaikkan
bertahap sampai volume 25 mL/kgBB/hari. Pemberian nutrisi enteral dini pada bayi prematur
tidak berhubungan dengan meningkatnya risiko EKN. Pemberian nutrisi enteral harus hati-
hati pada kondisi hipoksia atau penurunan aliran darah usus, seperti hipoksia-iskemik usus,
hipoksemia persisten berat, hipotensi, penurunan aliran darah usus halus akibat Persistent
Ductus Arteriosus (PDA) dan penurunan sementara aliran darah arteri mesenterika superior
akibat pemberian indometasin dosis tinggi melalui intravena.Waktu pencapaian kecukupan
total cairan (150–180 mL/kgBB/hari) pada neonatus amat sangat prematur (<28 minggu) atau
berat lahir amat sangat rendah (<1000 gram) adalah dua minggu. Sedangkan waktu
pencapaian pada bayi sangat prematur (<32 minggu) atau berat lahir sangat rendah (<1500
gram) adalah seminggu (LoE 2b).Lambatnya peningkatan volume nutrisi enteral akan
memperpanjang waktu pemberian nutrisi parenteral sehingga meningkatkan risiko infeksi,
komplikasi metabolik, morbiditas dan mortalitas, memanjangnya waktu rawat, dan
berdampak pada timbulnya gangguan tumbuh kembang.

b. Cara Pemberian Nutrisi


Cara pemberian nutrisi pada bayi prematur memperhatikan kematangan fungsi oral
yaitu kemampuan mengisap serta koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas.

57
c. Oral
Sebelum memberikan nutrisi oral pada bayi usia gestasi ≥32–34 minggu,harus dipastikan
bayi mempunyai kemampuan koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas yang baik.
Metode pemberian nutrisi oral dapat dengan menyusu atau dengan nipples. Menyusui
merupakan metode yang paling dianjurkan. Apabila menyusui tidak memungkinkan,
alternatifnya adalah dengan menggunakan nipples.Prinsip menyusui bayi prematur sama
dengan neonatus pada umumnya. Sebaiknya ibu menyusui dari satu payudara sampai habis
sebelum menawarkan payudara lainnya agar produksi susu lebih baik.Ibu harus dikonseling
mengenai tanda bayi lapar, perlekatan puting yang benar, cara memposisikan bayi pada
payudara, dan frekuensi menyusu yang baik. Bayi prematur yang diberikan nutrisi per oral
lebih baik diberikan berdasarkan tanda lapar bayi dibandingkan diberikan terjadwal, kecuali
jika bayi tertidur lebih dari 3 jam setelah minum terakhir. Cara pemberian ini memperpendek
masa rawat bayi. Meskipun begitu, perbedaan yang ada tidak begitu signifikan dan kualitas
penelitian yang dipakai tidak terlalu baik.

d. Enteral
Pemberian nutrisi enteral diindikasikan pada bayi prematur <32–34 minggu, bayi
prematur dengan kemampuan mengisap, menelan dan/atau bernapas yang belum baik, bayi
prematur tidak bisa mendapat nutrisi per oral karena kondisi medis atau sebagai
suplementasi nutrisi oral yang tidak adekuat. Sebelum memulai nutrisi enteral pastikan
saluran cerna dan kondisi hemodinamik baik.Nutrisi enteral dapat diberikan melalui NGT
(nasogastric tube) atau OGT (orogastric tube). Kedua rute ini mempunyai keuntungan dan
kerugiannya masing-masing. NGT lebih mudah untuk difiksasi dibandingkan OGT, namun
neonatus bernapas melalui hidung dan NGT dapat menyebabkan obstruksi hidung parsial,
meningkatkan resistensi jalan napas dan meningkatkan usaha yang dibutuhkan untuk
bernapas. Kekurangan OGT adalah pergerakan berlebihan dari OGT bisa menyebabkan
trauma mukosa mulut dan dapat meningkatkan insiden apnea dan bradikardi
karena stimulasi vagal. Namun, sampai saat ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara
OGT dan NGT, baik dalam hal peningkatan berat badan dan efek samping. Pada bayi prematur
yang menggunakan continous positive airway pressure (CPAP) atau alat bantu napas lain
melalui hidung, lebih dipilih penggunaan OGT.Ada dua metode pemberian nutrisi. melalui
NGT atau OGT, yaitu bolus intermiten dan kontinyu. Bolus intermiten yaitu pemberian

58
sejumlah susu diberikan dalam 10–20 menit setiap 2 atau 3 jam dengan menggunakan
gravitasi, sedangkan kontinyu yaitu memberikan susu secara terus menerus
melalui sonde menggunakan pompa infus.21 Pemberian bolus intermiten bersifat lebih
fisiologis karena meningkatkan pengeluaran hormon saluran cerna secara siklik. Pemberian
kontinyu menurunkan pengeluaran energi, membantu fungsi duodenum dan tidak ada efek
samping terhadap fungsi paru. Telaah sistematik yang dilakukan menunjukkan tidak terdapat
perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pemberian makan
enteral penuh. Volume dan interval waktu pemberian (frekuensi pemberian) nutrisi
enteral berhubungan dengan daya tampung serta waktu pengosongan lambung. Volume
pemberian nutrisi enteral yang besar pada bayi prematur memicu timbulnya refluks
gastroesofagus. Untuk menurunkan kejadian refluks gastroesofagus direkomendasikan untuk
memosisikan bayi miring ke kiri atau tengkurap atau telentang dengan kepala lebih tinggi
membentuk sudut 30o selama 30-60 menit. Frekuensi pemberian nutrisi enteral pada bayi
prematur dengan berat lahir >1250 gram adalah delapan kali atau interval waktu tiap tiga jam.
Sedangkan pada bayi prematur dengan berat lahir <1250 gram belum
ada penelitian yang membuktikan interval waktu optimal antara dua dengan tiga jam sekali.
Pada tabel berikut dipresentasikan frekuensi dan volume pemberian nutrisi enteral pada bayi
prematur. Pemantauan intoleransi pemberian nutrisi enteral pada bayi prematur
berhubungan dengan dismotilitas atau gangguan penyerapan akibat imaturitas sistem
saluran cerna. Pemeriksaan gastric residual volume (GRV) tidak dilakukan secara rutin untuk
mengevaluasi toleransi minum, hanya bila terdapat kecurigaan dismotilitas. Beberapa
penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara gejala apnea,
desaturasi/bradikardi dengan kejadian refluks gastroesofagus.

4. Jenis Nutrisi
Terdapat dua jenis nutrisi yaitu parenteral dan enteral. Nutrisi parenteral terdiri dari
makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien berupa karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat dalam nutrisi parenteral diberikan dalam bentuk dekstrosa. Sediaan protein
untuk nutrisi parenteral harus mengandung asam amino conditionally essential yaitu tirosin,
sistein, taurin, histidin, glisin, glutamin, dan arginin. Konsentrasi emulsi lipid intravena yang
dianjurkan adalah 20%. Lipid dengan bahan dasar soy bean 100% tidak dianjurkan. Sediaan
lipid yang dianjurkan adalah campuran soy bean dan medium chain triglyceride (MCT), atau

59
campuran soy bean, MCT, olive oil, fish oil (SMOF). Berikut ini merupakan jenis nutrisi oral
atau enteral yang dapat diberikan untuk kejar tumbuh optimal bayi prematur.
a. Air susu ibu (ASI)
Air susu ibu merupakan nutrisi yang direkomendasikan untuk bayi prematur karena
efek imunoprotektif, stimulasi maturitas fungsi gastrointestinal, dan faktor bioaktif yang
berkontribusi untuk luaran neurodevelopmental ASI saja tidak selalu dapat memenuhi
kecukupan nutrisi bayi prematur, namun demikian, pemberian ASI untuk BBLSR memiliki
manfaat jangka pendek maupun panjang. Komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi
prematur berbeda dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. ASI prematur pada awalnya
mengandung lebih banyak protein, lemak, asam amino bebas, dan natrium, tetapi beberapa
minggu kemudian kadar zat gizi tersebut menurun. Kadar mineral ASI prematur sama dengan
ASI cukup bulan, kecuali untuk kalsium (lebih rendah di ASI prematur) dan tembaga atau seng
(lebih tinggi pada ASI prematur namun akan menurun seiring durasi menyusui).4 Kandungan
nutrien pada ASI prematur dan cukup bulan berdasarkan hasil metaanalisis
dipresentasikan pada Lampiran.Pemilihan ASI segar lebih dianjurkan karena mengandung
komponen bioaktif yang lebih tinggi dibandingkan ASI yang telah disimpan.

b. ASI Perah
Produksi ASI perah seharusnya dimulai segera setelah lahir untuk meningkatkan
produksi ASI. Teknik memerah ASI secara manual dan mesin memiliki tingkat kebersihan dan
efektifitas yang sama. Air susu ibu perah dapat disimpan dalam botol kaca (pyrex), plastik
keras (polypropylene) atau kantong plastik (polyurethane). Plastik keras atau kaca merupakan
tempat penyimpanan ASI yang disertai segel kedap udara sehingga dapat menyimpan ASI
lebih lama. Kaca dan polypropylene memiliki pengaruh yang sama terhadap kandungan lemak,
imunoglobulin A dan jumlah sel darah putih10. Kantong plastik khusus ASI dapat digunakan
untuk penyimpanan ASI dalam waktu yang lebih singkat (<72 jam). Kantong plastik khusus ASI
tidak disarankan untuk penggunaan jangka lama oleh
karena mudah tumpah, terkontaminasi bakteri, dan beberapa komponen ASI mudah melekat
pada plastik. Wadah untuk penyimpanan ASI tidak boleh mengandung Bisphenol A karena
bersifat mutagenik. Air susu ibu perah dapat disimpan dalam suhu ruang (tmaksimal 25°C)
selama 6-8 jam11, sehingga sulit diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu,

60
ASI perah sebaiknya segera disimpan pada suhu 3-4°C.12-14 Rekomendasi penyimpanan ASI
perah menurut protokol Academy of Breastfeeding Medicine(ABM) terdapat dalam.

c. ASI donor
ASI donor merupakan pilihan kedua bila ASI tidak tersedia. Terdapat beberapa aturan
dan panduan yang mengatur mekanisme pendonoran, penyimpanan, dan penyiapan ASI
donor. Donor harus menjalani skrining untuk menghindari risiko infeksi (HIV, CMV, hepatitis,
sifilis) atau kontaminasi toksik (obat, narkotik, alkohol, tembakau). Tes mikrobiologi dan
pasteurisasi dilakukan pada ASI donor untuk menghindari kontaminasi bakteri atau virus.
Pengolahan dan pemberian ASI donor harus memenuhi persyaratan tertentu dalam hal
skrining donor ASI, penyimpanan, dan prosedur pengolahan untuk memastikan keamanan ASI
donor dan optimalisasi kandungan zat gizi ASI donor.Semua ASI donor harus menjalani
prosedur pasteurisasi untuk membasmi kuman patogen yang dapat ditularkan melalui ASI.
Prosedur pasteurisasi menurunkan kandungan atau komponen bioaktif ASI terutama protein,
sama seperti ASI perah beku yang dipanaskan. Ada dua metode pasteurisasi yang aman dan
mudah dilakukan di rumah, yaitu flash heating dan Pretoria (Lampiran 10). Pada metode flash
heating, penelitan menunjukkan bahwa setelah ASI dikeluarkan dari panci, maka suhu ASI
akan mencapai 560C-72,90C selama 6 menit 15 detik, suhu ini merupakan suhu terendah
yang digunakan pada metode pasteurisasi low temperature long time. Metode flash heating
menurunkan aktivitas antibakterial laktoferin sebanyak 11,1% (7,8-14,3%) dan lisozim
sebanyak 56,6% (47,1-64,5%).Metode Pretoria dilakukan dengan menggunakan prinsip
transfer panas. Penelitian menunjukkan bahwa suhu ASI akan bertahan antara 560C-620C
selama 10-15 menit setelah diletakkan di dalam panci berisi air mendidih. Kisaran suhu
dipengaruhi volume ASI, suhu awal ASI saat diletakkan di
dalam panci, dan suhu ruangan.19 Penelitian menunjukkan bahwa metode flash heating dan
Pretoria dapat menginaktivasi HIV-1 dalam ASI. Human Milk Bank Association of North
America (HMBANA) dan beberapa bank ASI lain menerapkan prosedur untuk melakukan
pasteurisasi Holder (memanaskan ASI pada suhu 62,50C selama 30 menit) untuk mencegah
transmisi virus dan patogen. Pasteurisasi Holder dapat mencegah kontaminasi HIV, HTLV-1,
CMV, dan beberapa bakteri namun juga menghancurkan komponen sel B dan sel T dalam ASI.

61
d. Human Milk Fortifier
Walaupun ASI prematur memiliki kandungan energi dan protein yang lebih tinggi,
namun tetap tidak dapat memenuhi kecukupan BBLSR yang sedang kejar tumbuh, terutama
untuk protein, fosfor, dan kalsium. Oleh karena itu, pemberian human milk fortifier (HMF)
perlu dilakukan pada BBLSR (berat lahir <1500 gram) yang mendapat ASI. Tujuan utama
fortifikasi adalah meningkatkan konsentrasi nutrien tertentu sehingga memenuhi kebutuhan
kejar tumbuh bayi prematur, termasuk meningkatkan densitas kalori sehingga volume minum
tidak terlalu besar. Zat gizi kunci HMF adalah protein dan dapat dibuat dari susu sapi atau ASI,
serta dapat berupa cair atau bubuk. Beberapa HMF menggunakan protein susu sapi
terhidrolisis parsial sedangkan lainnya protein utuh.17 Pemberian HMF multikomponen
meningkatkan secara signifikan pertambahan berat badan, pertumbuhan linear (panjang
badan), dan lingkar kepala. Terdapat beberapa jenis HMF dengan petunjuk penyiapan masing-
masing. HMF yang beredar di Indonesia saat ini adalah bentuk bubuk yang berasal dari susu
sapi dari beberapa produsen. Dalam menggunakan HMF, perlu diperhatikan petunjuk
penyiapan dan perhitungan kalori. Satu saset HMF yang dilarutkan ke dalam 25 ml ASI akan
menambah kalori sebanyak 4 kkal/oz sehingga kalori ASI+HMF menjadi 24 kkal/oz, sedangkan
bila satu saset HMF dilarutkan ke dalam 50 ml ASI akan menambah kalori sebanyak 2 kkal/oz
sehingga kalori ASI+HMF menjadi 22 kkal/oz. HMF juga mengandung elektrolit, makromineral,
mikromineral, dan vitamin sehingga dapat mencukupi kecukupan bayi prematur yang lebih
tinggi dari bayi cukup bulan. HMF meningkatkan osmolalitas ASI sebanyak 36–95 mOsm/kg
H2O.23

e. Hindmilk
Pada beberapa kondisi dimana penyediaan HMF tidak memungkinkan, pemberian
hindmilk untuk membantu meningkatkan berat badan bayi prematur bisa dijadikan alternatif.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian hindmilk memberikan hasil peningkatan
berat badan yang lebih baik dibandingkan sebelum diberi hindmilk. Beberapa penelitian
menunjukkan hindmilk mempunyai kandungan kalori dan protein yang lebih tinggi
dibandingkan foremilk. Untuk memisahkan foremilk dan hindmilk ibu juga bisa dikonseling
pada saat memerah ASI untuk memperhatikan mulai keluar hindmilk apabila ASI sudah mulai
kental dan lebih gelap.

62
f. Formula prematur
Formula prematur merupakan formula medis khusus dengan energi berkisar 80
kkal/100 ml, protein 2,0-2,4 g/100 ml dan diperkaya mineral, vitamin, dan trace elements
untuk mendukung kecukupan nutrisi bayi prematur agar dapat mencapai laju pertumbuhan
intrauterin. Formula ini umumnya digunakan untuk bayi prematur sebelum dipulangkan dari
rumah sakit. Formula prematur diberikan bila ASI yang difortifikasi HMF tidak cukup untuk
mencapai kejar tumbuh (berat badan ideal) atau indikator antropometri (berat, panjang, dan
lingkar kepala) di bawah persentil 25 grafik Infant Health and Development Program (IHDP).
Berdasarkan telaah literatur, E. sakazakii dan S. enterica merupakan organisme kontaminan
yang sering berhubungan dengan penggunaan susu bubuk formula pada bayi. WHO-FAO
expert working group menyimpulkan bahwa, neonatus dan bayi usia dibawah dua bulan
terutama bayi prematur, BBLR, dan imunokompromis merupakan kelompok umur yang
mempunyai risiko paling tinggi. Bayi prematur memiliki risiko infeksi E. sakazakii lebih tinggi
dimana akan berkembang menjadi bakteremia setelah umur 1 bulan, sedangkan BBLR akan
berkembang menjadi meningitis selama periode neonatus. Sehingga penggunaan formula
terutama pada bayi prematur harus memenuhi kaidah yang sesuai dengan guideline yang
dibuat WHO mulai dari tahap persiapan, penggunaan, dan penyimpanannya.

g. Nutrient-enriched formula
Nutrient-enriched formula atau post-discharge formula (PDF) pada awalnya dirancang
khusus untuk bayi prematur yang dipulangkan dari rumah sakit. Kandungan energi berkisar
72-74 kkal/100 ml, kandungan protein 1,8-1,9 g/100 ml dan diperkaya dengan mineral,
vitamin, dan trace elements. Telaah Cochrane terhadap 15 uji klinis terkontrol berkualitas
baik (total subjek 1128 bayi prematur) yang menguji efikasi pemberian PDF dibandingkan
formula standar pada bayi prematur setelah pulang dari rumah sakit menunjukkan bahwa
pemberian PDF untuk bayi prematur setelah pulang dari rumah sakit tidak didukung oleh
bukti ilmiah yang cukup. Nutrient-enriched formula tidak termasuk formula medis khusus dan
sampai saat ini masih tersedia di pasaran. Pemberian PDF dilakukan saat berat bayi mencapai
1800-2000 gram, saat bayi akan dipulangkan, dan indikator antropometri (berat badan,
panjang badan, dan lingkar kepala) sudah mencapai persentil 25 atau lebih pada grafik IHDP.

63
h. Formula standar
Formula standar dirancang untuk bayi cukup bulan berdasarkan komposisi ASI matur,
yaitu kandungan energi 66-68 kkal/100 ml, konsentrasi protein berkisar 1,4-1,7 g/100 ml,
kalsium sekitar 50 mg/100 ml dan fosfat 30 mg/100 ml. Komposisi tersebut tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi BBLSR (<1500 gram) dalam fase kejar tumbuh. Formula standar
dapat diberikan pada bayi prematur yang telah mencapai usia koreksi 0 minggu dan indikator
anthropometri menurut grafik WHO 2006 menunjukkan BB menurut usia berada antara -2
sampai +2 z-score dan panjang bayi mencapai 45 cm.

5. Pemantauan dan evaluasi


❖ Jangka pendek :
• Akseptabilitas yaitu penilaian perbandingan asupan yang masuk secara aktual
terhadap preskripsi nutrisi yang direncanakan dokter.
• Toleransi, meliputi penilaian adanya muntah, diare, residu lambung, food adverse
reaction pada pemberian nutrisi enteral atau oral; parameter biokimia dan klinis pada
pemberian nutrisi parenteral.
• Efisiensi yaitu menilai kenaikan berat badan Jangka panjang
• Untuk menilai pertumbuhan dan osteopenia prematuritas

a. Pemantauan jangka pendek


√Pemantauan pertumbuhan
Tujuan pemberian nutrisi pada awal kehidupan bayi prematur adalah untuk mencapai
pertumbuhan dan pemenuhan nutrisi sesuai dengan bayi dengan usia gestasi yang sama.
Hingga saat ini pemantauan pertumbuhan bayi prematur selalu mengacu pada pertumbuhan
intrauterin. Berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala diukur secara berkala. Kecepatan
penambahan berat badan (weight velocity) diukur setiap hari,
dalam rangka mendeteksi dini adanya weight faltering dan melakukan tatalaksana yang tepat
untuk menanggulanginya. Penilaian pertumbuhan bukan saja kenaikan berat badan, tetapi
juga pertambahan panjang badan dan lingkar kepala.Umumnya kenaikan 15 g/kg/hari
dikatakan sebagai ambang batas yang baik, sedangkan dikatakan weight faltering jika
antropometri bayi tersebut berada <P10 menurut usia gestasi. Target terapi nutrisi pada bayi

64
prematur yaitu mencapai laju pertumbuhan yang sama dengan janin normal yang sesuai usia
gestasi, menyerupai komposisi tubuh janin, dan mencapai luaran fungsional serupa dengan
bayi lahir cukup bulan yaitu:
o Penambahan berat badan bayi prematur 15 g/kg/hari.
o Penambahan panjang badan : 0,8-1,0 cm/minggu
o Penambahan lingkar kepala: 0,5-0,8/minggu

Panjang badan merupakan indikator status nutrisi yang lebih baik daripada berat badan
oleh karena tidak dipengaruhi oleh jumlah cairan tubuh, menggambarkan lean body mass
yang sebenarnya, dan pertumbuhan jangka panjang.

❖ Pemantauan Jangka Panjang


a. Osteopenia Prematuritas
Selama tiga bulan terakhir usia kehamilan, sejumlah besar kalsium dan fosfor
ditransfer dari ibu ke bayi. Ketika lahir prematur, bayi tidak menerima sejumlah besar kalsium
dan fosfor untuk membentuk tulang yang kuat. Penurunan densitas tulang pada bayi
prematur, bayi berat lahir rendah, disebut osteopenia prematuritas.
Pada bayi prematur, deteksi dan pemantauan osteopenia prematuritas sebaiknya dilakukan
bila umur gestasi <34 minggu dan BB lahir <1800 gram. Temuan yang khusus pada osteopenia
prematuritas ini berupa penurunan kadar ion kalsium (Ca2+) dan fosfor serta peningkatan
serum alkali phospatase (ALP). Serum alkali phospatase merupakan indikator tidak langsung
untuk melihat aktivitas sel tulang. Pemeriksaan laboratorium ini biasanya diprioritaskan pada
saat keluar rumah sakit dan harus di cek sampai tiga bulan usia koreksi. Indikasi untuk
penilaian ulang dari status kalsium, fosfor, dan alkali fosfatase:
1) Satu bulan pascaperawatan untuk semua bayi dengan BB lahir <1500 gram dan bayi
IUGR dengan BB lahir <1800 gram.
2) Satu bulan pascaperawatan, jika hasil laboratorium saat keluar RS (tidak diketahui)
diluar dari nilai rujukan.
3) Jika bayi prematur mengalami pergantian dari ASI ke susu formula <3 bulan usia
koreksi
4) Jika asupan dan kecepatan pertumbuhan bayi prematur berada di bawah batas bawah
garis pertumbuhan.

65
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa bayi dimulai dari 0 hari atau hari setelah lahir sampai usia 12 bulan. Masa ini
merupakan periode kritis pada masa pertumbuhan dan perkembangan, pada masa ini juga
terjadi beberapa perubahan fisiologis, demikian juga dengan organ dan sistim organ termasuk
sistim pencernaan dan sistim syarafnya Masa bayi mempunyai ciri-ciri perkembangan fisik,
kecerdasan, emosi, bahasa, bermain, pengertian dan juga moral. Asupan gizi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan kesehatan bayi sampai masa dewasanya kelak.
Kebutuhan masing-masing bayi berbeda satu sama lain tergantung pada usia, kecepatan
tumbuh, aktivitas, efisiensi penyerapan dan penggunaan makanan dalam tubuh. Diet yang
seimbang juga akan berpengaruh pada sistim imunitas, kemampuan intelektual dan
pembentukan emosional. Pemberian gizi yang berkualitas dan tepat harus diberikan pada
masa ini karena gangguan zat gizi pada masa ini akan mempengaruhi kualitas kehidupan masa
selanjutnya. Pemantauan kondisi kesehatan dan gizi bayi perlu dikakukan untuk
mengidentifikasikan bayi yang berisiko malnutrisi untuk melakukan intervensi perbaikan gizi
sebelum terjadi komplikasi, di samping itu asupan yang cukup akan mendukung percepatan
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Masa bayi sangat rentan terhadap penularan penyakit
karena sistim imunitasnya belum sempurna. Faktor yang menyebabkan masalah gizi bayi
pada bayi antara lain kurangnya pemahaman orang tua terhadap gizi dan kesehatan, asupan
makan serta informasi yang keliru. Masalah gizi yang sering timbul antara lain : alergi, karies
gigi, obesitas, diare dan GAKY.
B. Saran
Demikianlah pembahasan makalah yang dapat kami paparkan dalam memenuhi tugas.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kejanggalan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna
menambah kesempurnaan kita dalam menambah wawasan serta dalam rangka menambah
ilmu.

66
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,s. 2011.soetardjo,s. soekatri, moesijanti.gizi seimbang dalam daur
kehidupan.kompas Gramedia.jakarta.
Ditjen bina Kesehatan masyarakat, direktorat bina gizi masyarakat. 2001. Buku panduan
manajemen laktasi. Jakarta : DEPKES RI

Ditjen bina Kesehatan masyarakat, direktorat bina gizi masyarakat.2007. pedoman


pemberian makanan bayi dan anak dalam situasi darurat. Jakarta : DEPKES RI.

Fikawati, D.S., Syafiq, A., & Karima, K. Gizi Ibu dan Bayi. Rajagrafindo Persada, Depok
Helmyati, S., Hadi, H., & Lestariana, W. Kejadian Anemia pada Bayi Usia 6 bulan yang
Berhubungan dengan Sosial Ekonomi Keluarga dan Usia Pemberian Makanan
Pendamping ASI. Berita Kedokteran Masyarakat, 2007, 23(1) : 35–40.
Jumiyati. 2014. Pemberian MP-ASI Setelah Anak Berumur 6
Bulan. http://180.250.43.170:1782/poltekkes/files/MPASI.pdf
Kemenkes, RI. 2011. Makanan Sehat Untuk Bayi. Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik,
Jakarta
M.B; Arisman.2002. buku ajar ilmu gizi dalam daur kehidupan. Palembang : EGC

Moore, Mary Courtney. 1997. Buku pedoman terapi diet dan nutrisi edisi II. Diterjemahkan
oleh liniyanti D. Oswari. Jakarta : Hipokrates

Mufida, L., Widyaningsih, T.D., Maligan, J.M. Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) Untuk Bayi 6-24 Bulan : Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 2015, 3 (4): p.1646-1651.
Prawirohartono, Endy Paryanto. 2008. Tumbuh Kembang Anak dalam Seminar Tumbuh
Kembang Anak. Yokyakarta.

Soekirman. 2010. Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Insitut danone, kompas Gramedia.
Jakarta.
Soenardi T. gizi bayi. 2010. Hidup sehat dengan gizi seimbang.gramedia.jakarta.
Sudaryanto, G. MPASI Super Lengkap. Penebar Swadaya Grup, Jakarta
Wargiana, R., Susumaningrum, L.A., Rahmawati, I. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan
Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah
Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 2013, 1 (1).
www,walpapercave.com
www.shutterstock.com
Yogi, E.D. 2014. Pengaruh Pola Pemberian ASI dan Pola Makanan Pendamping ASI Terhadap
Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal Delima Harapan, 2(1): 14-18

67

Anda mungkin juga menyukai