Anda di halaman 1dari 3

Nama: Audrey Prameshita Trisnadevi

NIM: 19200098
Prodi: Manajemen Pagi
Soal!
1. Mengapa dikataka bahwa hukum perikatan tidak sama dengan perjanjian? Jelaskan
disertai alasan dan dasar hukumnya!
2. Mengapa seorang debitur tidak memenuhi kewajiban pada saat yang dijanjikan tidak
dengan sendirinya berarti telah wanprestasi? Jelaskan kapan seorang debitur dianggap
lalai memenuhi kewajibannya dan bagaimana akibat hukumnya?
3. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang memberikan kekuasaan
(wewenang) kepada orang lain, yang menerimanya untuk atas namanya
meneyelenggarakan suatu urusan. Hal apa saja yang dapat mengakhiri pemberian suatu
kuasa?
JAWABAN!
1. Perikatan
Pada dasarnya istilah perikatan di dalam KUHPerdata tidak diberikan suatu definisi, namun
istilah perikatan dapat diketahui apabila kita memakai pendekatan di dalam Pasal 1233
KUHPerdata yang menyebutkan “tiap-tiap perikatan dilahirkan karena perjanjian atau karena
undang-undang.” Dengan memakai pendekatan Pasal 1233 KUHPerdata tersebut, banyak ahli
hukum yang akhirnya memberikan definisi terhadap perikatan  yang salah satunya
adalah Subekti yaitu :
“Suatu perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak atau dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu.”
2. Perjanjian & Kontrak
Sebenarnya banyak ahli yang membedakan antara “perjanjian” dan “kontrak”. Salah satu ahli
yang membedakan tersebut adalah Subekti yang menurutnya perjanjian atau persetujuan yang
tertulislah yang dapat disebut dengan “kontrak”. Sedangkan perjanjian tidak harus dilakukan
secara tertulis, namun dapat dilakukan secara lisan.
2. Salah satu pihak yang tidak bisa memenuhi prestasi maka yang tidak bisa memenuhi prestasi
tersebut bisa dibilang wanprestasi. Dengan begitu seorang debitur disebutkan dan berada dalam
keadaan wanprestasi, apabila debitur dalam melakukan pelaksanaan prestasi tidak menurut
sepatutnya atau selayanya. Pelaksanaan janji sesuai yang diatur dalam perikatan atau perjanjian
adalah prestasi, sedang wanprestasi adalah ketiadaan pelaksanaan janji. Akibat hukum adanya
wanprestasi adalah hukuman atau sanksi hukum berikut ini:
Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata).
1. Jika perikatan itu timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya
memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, yaitu syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan timbal balik,
manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
2. Pasal 1237 ayat (2) KUHPerdata menyebutkan apabila perjanjian itu untuk memberikan
sesuatu, maka risiko beralih kepada debitur sejak terjadi wanprestasi.
3. Debitur diwajibkan memenuhi pelaksanaan perikatan jika masih dapat dilakukan, atau
pembatalan perikatan disertai kewajiban debitur untuk melakukan pembayaran ganti kerugian
(Pasal 1267 KUHPerdata).
4. Debitur harus membayar biaya perkara jika perkara tersebut di bawa ke muka Pengadilan
Negeri, dan debitur dinyatakan bersalah.
Hal-hal yang dapat mengakhiri pemberian kuasa menurut pasa 1813 KUH perdata: a.Pemberian
kuasa menarik kembali secara sepihak Ketentuan penarikan atau pencabutan kembali kuasa oleh
pemberi kuasa diatur lebih lanjut dalam pasal 1814 KUH perdata dan seterusnya, dengan acuhan:
·Pencabutan tanpa memerlukan persetujuan daripenerima kuasa. ·Pencabutan dapat dilakukan
secara tegas dengan bentuk:
1. Mencabut secara tegas dengan tertulis atau
2. Meminta kembali surat kuasa darimpenerima kuasa ·Pencabutan secara diam-diam,
berdasarkan pasal 1816 KUH prdata. Caranya, pemberi kuasa mengangkat atau menujuk kuasa
baru untuk melaksanakan urusan yang sama. Tindakan itu berakibat, kuasa yang pertama,
terhitung sejak tanggal pemberian kuasa kepada kuasa yang baru, ditarik secara diam-diam.
Sehubung dengan pencabutan secara sepihak, ada baiknya dilakukan secara terbuka, dengan cara
memberitahukannya atau dengan mengumumkannya. Cara yang demikian, memberi
perlindungan hukum kepada pemberi kuasa maupun kepada pihak ketiga, karena sejak itu, setiap
tindakan yang dilakuakan kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa, tidak sah dan dianggap
melawan hukum, sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pemberi kuasa.

Anda mungkin juga menyukai