Anda di halaman 1dari 5

Untuk menegakkan diagnosis kelainan urologi, seorang dokter dituntun dapat melakukan

pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan secara sistematik, mulai dari :

1. Pemeriksaan Subyektif, yaitu mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien dan
digali melalui anamnesis yang sistematik

Anamnesis

Identitas : Perempuan 20 tahun (nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan)

Keluhan utama : kaki bengkak 6 bulan hilang timbul (onset dan durasi bengkak, bengkak di
tempat lain)

Keluhan penyerta : lemas, mual, muntah, urin sedikit, sesak memberat 2 pekan terakhir
(riwayat kencing : warna dan jumlah/frekuensi, ada batu atau tidak, berpasir, darah/nanah
pada kemaluan, nyeri berkemih,dll)

Riwayat penyakit dahulu : penyakit autoimun (riwayat hipetensi, DM, Asam urat, Kolestrol,
dan penyakit lain)

Riwayat pengobatan : pengobatan penyakit autoimun yang tidak teratur (nama atau bentuk
obat yang di minum)

Riwayat kebiasaan : tanyakan penggunaan obat non-steroid, antibiotik, antiinflamasi, jamu,


minum alkohol, merokok

Riwayat keluarga : Apakah keluarga mengidap penyakit atau keluhan yang sama

2. Pemeriksaan obyektif, yaitu melakukan pemeriksaan fisis terhadap pasien untuk mencari
data-data yang obyektif mengenai keadaan pasien

Pemeriksaan inspeksi daerah pinggang dimulai dengan meminta pasien duduk relaks dengan
membuka penutup (pakaian) pada daerah perut sebelah atas. Diperhatikan adanya
pembesaran asimetri pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran itu
mungkin disebabkan oleh karena hidronefrosis, abses paranefrik, atau tumor ginjal, atau
tumor pada organ retroperitoneum yang lain.

Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual dengan memakai dua tangan. Tangan kiri diletakkan
di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba
ginjal dari depan di bawah arkus kosta, seperti diperlihatkan pada gambar 3-2. Pada bayi atau
neonatus palpasi ginjal dilakukan dengan cara meletakkan ibu jari di sebelah anterior dan
keempat jari lainnya di sebelah posterior pada sudut kosto-vertebra. Pada saat inspirasi ginjal
teraba bergerak ke bawah, Dengan melakukan palpasi bimanual, ginjal kanan yang normal
pada anak atau dewasa yang bertubuh kurus seringkali masih dapat diraba. Ginjal kirisulit
diraba, karena terletak lebih tinggi daripada sisi kanan.

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut
kostovertebra (sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra). Pembesaran
ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal, mungkin teraba pada palpasi dan terasa nyeri
pada perkusi.

Suara bruit yang terdengar pada saat melakukan auskultasi di daerah epigastrium atau
abdomen sebelah atas patut dicurigai adanya stenosis arteria renalis, apalagi kalau terdapat
bruit yang terus menerus (sistolik-diastolik). Bruit pada abdomen juga bisa disertai oleh
aneurisma arteria renalis atau malformasi arteriovenus.

3. Pemeriksaan penunjang, tujuan pemeriksaan ini untuk mendapatkan diagnosis yang


akurat sehingga dapat diberikan terapi yang tepat

URINALISIS

Makroskopik : warna, bau, kejernihan, pH, berat jenis

Warna ; Normal pucat-kuning tua dan amber tergantung kadar urokrom. Keadaan patologis,
obat dan makanan dapat mengubah warna. Urin merah disebabkan Hb, miogobin, atau
pengaruh obat rifampisin. Warna hijau dapat karena zat klinis eksogen (biru metilen) atau
infeksi Pseudomonas, warna oranye/jingga menandakan pigmen empedu. Bita urin keruh
dapat karena fosfat (biasanya normal) atau leukosituria dan bakteri (abnormal).

Turbiditas atau kejernihan ; Normal transparan, ur in keruh karena hematuria, infeksi dan
kontaminasi

Bau ; Beberapa penyakit mempunyai bau urin yang khas, missal bau keton, maple syrup
disease, isoloric acidemia, dsb.

Berat jenis: diukur memakai urinometer, mudah dilakukan, butuh urin 25 cc, BJ dipengaruhi
oleh suhu urin, protein, glukosa dan kontras media. BJ mencerminkan konsentrasi yang larut
dalam urin dan nilai normal 1010-1030. Pada orang tua BJ bias di bawah atau di atas normal
karena kehilangan daya mengencerkan atau memekatkan urin.

pH ; dapat dilakukan dengan pH meter, pH hasilnya dipengaruhi oleh asam-basa sistemik.


Mikroskopik : sedimen leukosit, eritrosit, epitel, torak/silinder, kristal, bakteri, lipid. Metode
yang digunakan yaitu urin pertama atau kedua pada pagi hari, dan untuk cegah kerusakan sel
harus segera diperiksa. Setelah disentrifugasi memakai alat hitung khusus, urin diperiksa
dengan mikroskop biasa atau fase kontras.

Sel pada sedimen urin dapat berasal dari sirkulasi (eritrosit dan leukosit) dan dari traktus
utinarius (sel tubulus, epitel).

Lipid pada urin terlihat sferis, translusen, dan berwarna kuning dalam macam0macam bentuk.
Dapat bebas atau berada dalam sitoplasma sel epitel tubulus atau makrofag, disebut oval fat
bodies. Bila dengan silinder, lipid membentuk silinder lemak. Lipid dapat terlihat sebagai
kristal kolestrol.

Macam – macam kristal yang dapat ditemukan dalam urin

1) kristal asam urat dan urat amorf


2) kristal kalsium oksalat
3) kristal kalsium fosfat
4) kristal tripel fosfat
5) kristal kolestrol
6) kristal sistin
7) kristal karena obat
Bakteri kadang-kadang dapat dilihat di urin, karena kontaminasi atau pemeriksaan yang
ditunda-tunda. Bakteri positif belum tentu infeksi karena belum tentu patogen, dan baru
dicurigai adanya infeksi bila ditemukan bersama leukosit yang penuh.

Kimiawi : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, darah, leukosit esterase.

Glukosa dengan dipstik untuk menilai reabsorbsi glukosa dan bahan lain. Tes ini sangat
sensitif dan dapat dilanjutkan dengan kadar glukosa urin secara kuantitatif dengan metode
enzimatik.

Protein normal tidak lebih dari 150 mg/hari untuk dewasa. Peningkatan kadar protein dalam
urin disebut juga proteinuria, biasanya dites memakai dipstik dan cukup sensitif terhadap
albumin.
Leukosit esterase, tes dipstik ini berdasarkan aktivitas enzim esterase indoksil yang
dihasilkan oleh neutrofil, granulosit, dan makrofag dan akan memberikan nilai positif bila
paling sedikit 4/LPB.

Nitrit, dasar tes ini adalah adanya bakteri yang dapat mengubah nitrat menjadi nitrit melalui
enzim reduktase nitrat. Enzim ini banyak pada bakteri gram negatif.

Keton, metode dipstik menunjukkan adanya asam asetoasetat dan aseton. Positif di urin pada
penyakit asidosis diabetik, puasa, muntah ataupun olahraga yang berlebihan.

Pemeriksaan fungsi ginjal : LFG, Konsentrasi ureum plasma

Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah mengukur berapa banyak filtrat yang dapat dihasilkan
oleh glomerulus. Ini adalah pengukuran yang paling baik dalam menilai fungsi ekskresi.

Pemeriksaan konsentrasi ureum plasma, dengan nilai normal ureum plasma 20-40 mg%.
Ureum merupakan produk nitrogen terbesar yang dikeluarkan melalui ginjal yang berasal dari
diet dan protein endogen yang telah difiltrasi oleh glomerulus dan sebagian direabsorbsi oleh
tubulus.

Serologi : tes ANA, Tes anti ds DNA, antibodi anti-ribonuklear, kadar komplemen.
Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan untuk mengetahui bukti terjadinya penyakit
autoimun seperti SLE.

Radiologi : USG Abdomen, foto polos abdomen, Pelografi Intravena, Pielografi


retrograde/antergrad, sistografi, angiografi renalis dan venografi renalis, CT-Scan, MRI.
Faktor-faktor yang diperhatikan untuk pemeriksaan radiologi :

1. Informasi yang akan diperoleh untuk manajemen selanjutnya


2. Akurasi dan ketepatan diagnostik
3. Invasif/ non invasif dan petimbangkan risiko
4. Biaya pemeriksaan

Biopsi Ginjal : dapat memberikan gambaran dasar klasifikasi dan pengertian penyakit ginjal
baik primer maupun sekunder. Tindakan ini memiliki manfaat :

1. Menegakkan diagnosis baik kelainan primer atau sistemik


2. Menentukan prognosis
3. Menentukan opsi pengobatan
4. Mengetahui patofisiologi penyakit ginjal.

Anda mungkin juga menyukai