Latar belakang kasus : Membayar “tilang” sudah menjadi rahasia umum dikalangan pengendara kendaraan bermotor di Indonesia. Pada umumnya, pengendara yang tertangkap atau terjaring razia melanggar peraturan lalu lintas enggan menyelesaikannya melalui jalur resmi dan lebih cenderung membayar “tilang” kepada petugas. Dalam perkembangannya, masyarakat menyiapkan berbagai cara agar terhindar diberhentikan oleh petugas di jalan. Beberapa pengendara dari kelompok ekonomi tinggi menyiapkan atau memasang atribut dari instansi tertentu yang berguna sebagai penanda. Bagi kelompok ekonomi menengah dan rendah, terkadang tidak ada pilihan selain memutar balik kendaraannya melawan arus lalu lintas ketika ada razia yang siap menghadangnya di ujung jalan. Jika tertangkap, mereka cenderung membayar uang damai agar tidak kena “tilang” Menurut saya pribadi, kasus “tilang” memang bukan hal langka yang terjadi di masyarakat. Berbagai macam cara di lakukan masyarakat kita seperti memutar balik arah, ngebut, dan hal membahayakan lainnya. Namun di sisi lain, kebanyakan masyarakat lebih memilih menggunakan jalur “damai”. Damai atau suap ini merupakan istilah yang sering digunakan oleh pengendara dan polisi. Tapi tahukah kamu sebenarnya perilaku ini dilarang dalam undang undang dasar dan dapat di kenakan sanksi hukum? Sebagaimana diatur dalam pasal 209 KUHP ayat (2) yakni : barang siapa memberi atau menjanjkikan sesuatu kepada seoraang pejabat dengan maksud menggerakanya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Selain itu, menggunakan haka tau jabatan karena menghindari tilang merupakan hal yang salah. Karena hal tersebut termasuk dalam penyalahgunaan jabatan yang mana juga melanggar undang undang. Sebenarnya jika kita memberi uang damai pada polisi, uang tersebut hanya akan masuk pada kantung dompetnya saja, bukan kepada negara. Hal ini secara tidak langsung mengurangi pendapatan pajak pada bagian denda ataupun pajak. Maka dari itu dari pada memberikan uang damai lebih baik kita menyelesaikan perkara tilang dengan proses hukum yang baik dan benar