Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG

STROKE PADA PEKERJA INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI

Related factor of Knowledge by Stroke in Institute of Higher Education Employees

Novida Rizky Wardhani1, Santi Martini2


1
FKM Universitas Airlangga, novidarizkywardhani@yahoo.com
2
Departemen Epidemiologi FKM Universitas Airlangga, santi279@yahoo.com
Alamat Korepondensi : Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Stroke merupakan penyakit tidak menular penyebab kematian yang menduduki peringkat atas di wilayah
perkotaan yaitu sekitar 28,5% penderita stroke meninggal dunia di Indonesia tahun 2011. Stroke mulai terjadi
pada usia produktif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang stroke pada pekerja institusi pendidikan di Surabaya. Jenis Penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Kuesioner diberikan kepada
142 responden. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai faktor resiko stroke,
tingkat pengenalan gejala awal stroke, dan cara penanganannya. Variabel bebas adalah umur, jenis kelamin,
dan tingkat pendidikan. Analisis data dengan menggunakan uji chi square dan uji Spearman. Hasil penelitian
menunjukan tingkat pengetahuan faktor risiko stroke 78,9% responden dalam tingkat pengetahuan “baik”
mengenai faktor risiko stroke, tingkat pengenalan gejala awal stroke metode Face, Arm, Speech, and Time
(FAST) dari responden sebagian besarnya dalam kategori “tidak baik”, dan 63,4% dari responden telah
mengetahui cara penanganan dengan benar. Hasil analisis yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan
adalah antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan faktor risiko stroke (p = 0,020) dan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat pengenalan gejala awal stroke (p = 0,006; r = 0,229). Kesimpulan dari penelitian
ini adalah responden dalam tingkat pengetahuan dalam kategori baik mengenai faktor risiko stroke, cara
penanganan yang dilakukan sudah benar, layanan kesehatan yang dipilih juga sudah benar yaitu rumah sakit,
lama waktu penanganan kurang dari 3 jam dan hanya tingkat pengenalan gejala awal stroke yang masih
kurang diketahui dengan baik.

Kata Kunci: faktor risiko, gejala awal, pengetahuan, stroke, pekerja, pendidikan tinggi

ABSTRACT
Stroke is a non-communicable disease that causes death in the top ranks in urban areas which around 28.5%
in Indonesia at 2011. Strokes begin at the productive age. This study aims to determine factors associated
with knowledge about stroke in workers of educational institutions in Surabaya. This type of research is an
observation analytic study using a cross-sectional study design. The questionnaire was given to 142
respondents. Dependent variables in this study were knowledge of stroke risk factors, level of initial stroke
recognition, and how to handle it. The independent variables are age, sex, and level of education. Data
analysis using chi-square test and spearman test. The results showed a level of knowledge of stroke risk
factors 78.9% of respondents in the level of "good" knowledge about stroke risk factors, the level of
recognition of early symptoms of the Face, Arm, Speech, and Time (FAST) method of respondents mostly in
the category of "not good", and 63.4% of respondents had knowing how to handle it properly. The analysis
showed that there was a significant relationship between sex with the level of knowledge of stroke risk factors
(p = 0.020) and between the level of education with the level of recognition of early symptoms of stroke (p =
0.006; r = 0.229). The conclusion of this study is that respondents in the level of knowledge in both categories
regarding stroke risk factors, how to do the treatment is correct, the health service chosen is also correct that
is the hospital, the duration of treatment is less than 3 hours and only the level of recognition of early
symptoms of stroke still not well known.

13
14 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 13-23

Key words : risk factors, first symtomps, knowledge, stroke, employee, higher education

PENDAHULUAN cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal


Perkembangan ilmu dan teknologi dari hal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
yang tradisional menjadi modern banyak (kecuali ada intervensi bedah atau membawa
memberikan pengaruh dalam kehidupan baik dalam kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain
pembangunan, ekonomi, sampai dengan peningkatan selain penyebab vaskuler. Definisi ini mencakup
taraf hidup manusia. Peningkatan taraf hidup stroke akibat infark otak (stroke iskemik),
manusia mendorong manusia untuk semakin pendarahan intraserebal (PIS) non traumatic,
komsutif yang apabila tidak diatur akan pendarahan intraventrikuler dan beberapa kasus
menyebabkan pola konsumsi yang tidak benar pendarahan subarachnoid (PSA) (Soeharto, 2004).
(Depkes, 2011). Indonesia mengalami transisi Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler
epidemiologi dimana infeksi masih tinggi sedangkan (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
penyakit-penyakit degenerative muncul dan mulai kematian jaringan otak yang terjadi karena
mendominasi (Nadesul, 2006). berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Stroke adalah penyebab kematian tertinggi di Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa
wilayah perkotaan yang jumlahnya mencapai 15,9 dikarenakan oleh adanya penyumbatan, penyempitan
persen dari proporsi penyebab kematian di Indonesia atau pecahnya pembuluh darah. Jumlah penduduk
(Depkes, 2008). Stroke merupakan salah satu pada usia produktif antara umur 15-64 tahun
penyakit tidak menular yang menjadi kekhawatiran memiliki jumlah yang lebih banyak daripada
banyak orang. Stroke tergolong dalam penduduk non produktif maupun usia lansia di
cerebrovaskuler disease (CVD) yang merupakan Indonesia. Berdasarkan data penduduk sasaran
penyakit gawat darurat dan membutuhkan program pembangunan kesehatan tahun 2007-2011,
pertolongan secepat mungkin. Stroke adalah suatu usia produktif berada pada penduduk yang berusia
serangan pada otak akibat gangguan pembuluh darah 15-64 tahun. Sehingga menunjukan bahwa pada usia
dalam mensuplai darah yang membawa oksigen dan tersebut sangat berpotensi terserang penyakit tidak
glukosa untuk metabolisme sel-sel otak agar dapat menular khususnya stroke. Stroke mulai terjadi pada
tetap melaksanakan fungsinya. Serangan ini bersifat orang yang berusia produktif (Depkes, 2008).
mendadak dan menimbulkan gejala sesuai dengan Insiden stroke meningkat secara eksponensial
bagian otak yang tidak mendapat suplai darah dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar
(Soeharto, 2004) pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola
Stroke adalah suatu penyakit gangguan penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf
fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit
cepat yang disebabkan karena adanya pendarahan di akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat
otak. Biasanya mengenai penderita pada umur <45 kecelakaan serta karena proses degeneratif system
tahun sebanyak 11,8 persen, pada umur 45-65 tahun saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia
sebanyak 54,2 persen dan pada umur >65 tahun (Lefrina, 2004).
sebanyak 33,5 persen. Pada umumnya angka Departemen Kesehatan mendata kasus stroke
kejadian pada laki- laki lebih banyak daripada di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440
perempuan. Stroke terjadi tanpa adanya gejala- gejala kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel
prodroma atau gejala dini, dan muncul begitu rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota
mendadak. Stroke adalah penyebab kematian dan rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel
kecacatan yang utama di seluruh dunia. Kecacatan kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit
akibat stroke tidak hanya berdampak bagi stroke merupakan pembunuh utama di kalangan
penyandangnya, namun juga bagi keluarganya penduduk perkotaan. Untuk pencegahannya perlu
(Pinzon, 2009). diantisipasi dengan cara menyebarluaskan
Stroke menurut World Health Organization pengetahuan tentang bahaya stroke misalnya melalui
(WHO, 2005) adalah tanda klinis yang berkembang media massa, internet, seminar dan lain-lain (Depkes,
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau 2008).
global), dengan gejala yang berlangsung selama 24 Stroke merupakan penyakit tidak menular
jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa penyebab kematian menduduki peringkat atas di
adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke wilayah perkotaan sekitar 28,5% penderita stroke
merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan meninggal dunia, selebihnya lumpuh sebagian atau
gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan bahkan lumpuh total dan sisanya 15% dapat sembuh
Novida dkk., Faktor Yang Berhubungan.... 15

total. Menurut data WHO, stroke merupakan salah sebesar 4,7 per 1000 penduduk, pada kelompok usia
satu dari tiga besar penyebab kematian di dunia 45-54 tahun sebesar 11,3 per 1000 penduduk dan
diantara penyakit-penyakit berbahaya lainnya seperti pada usia 55-64 tahun sebesar 20,2 per 1000
kanker dan jantung (Depkes, 2008) penduduk. Di Indonesia prevalensi stroke ditemukan
Stroke iskemik (penyumbatan) memiliki sebesar 8,3 per 1.000 penduduk dan yang telah
persentase terbesar, yaitu sekitar 80%. Insiden terdiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000
penyakit stroke hemoragik antara 15-30 % dan untuk penduduk. Pada propinsi Jawa Timur, penyakit
stroke iskemik antara 70-85%. Sedangkan, insiden stroke yang berdasarkan diagnosa dan gejala di
stroke di negara- negara berkembang atau Asia untuk masyarakat prevalensinya 0,8 per 1.000 penduduk.
stroke hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Prevalensi stroke di Kota Surabaya tidak terpaut jauh
Kejadian stroke iskemik memiliki proporsi lebih dari angka prevalensi stroke Jawa Timur, Kota
besar dibandingkan dengan stroke hemoragik Surabaya memiliki prevalensi 0,7 persen per 1000
(Soeharto, 2004). penduduk. Penelitian yang dilakukan pada tahun
Penyebab utama stroke diantaranya pasien 2007 menunjukkan bahwa sekitar 72,3% kasus stroke
stroke yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga
mengandung lemak jenuh yang menimbulkan kesehatan. Meskipun dapat terdiagnosis oleh para
aterosklerosis, yaitu menyempitnya pembuluh arteri tenaga kesehatan di setiap wilayah Indonesia, namun
disebabkan lemak yang menempel pada dinding angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data
arteri. Para ahli menganggap bahwa aterosklerosis menunjukkan bahwa stroke menempati urutan
merupakan penyebab utama stroke pada umumnya. pertama sebagai penyebab kematian utama di
Dijaman sekarang, pengobatan dan pencegahan Indonesia (Depkes, 2008).
stroke sudah semakin maju walaupun masih tetap Dilihat dari kelompok umur,di Indonesia,
mahal (Yugiantoro, 2006). penderita stroke tersebut terbanyak pada kelompok
Gejala-gejala ringan stroke dapat dikenali umur yang produktif. Apabila mortalitas dan cacat
seperti seringnya kesemutan ringan tanpa sebab, sakit yang terjadi dapat diatasi maka penderita stroke yang
kepala atau vertigo ringan, tiba-tiba sulit produktif tersebut masih dapat meneruskan kariernya
menggerakkan mulut dan sulit berbicara, lumpuh untuk mendapatkan penghasilan dalam menghidupi
sebelah serta mendadak pikun dan cadel. Bagi keluarganya, menyumbangkan pikiran dan darma
mereka yang pernah mengalami serangan stroke lalu baktinya kepada nusa dan bangsa. Dengan
dikemudian hari terkena serangan stroke yang kedua, penanganan stroke yang baik, cepat dan tepat, berarti
maka serangan stroke ulangan ini lebih berbahaya dapat mengatasi berkurangnya sumber daya manusia
dan dapat menyebabkan kematian (Sutrisno, 2007). yang potensial dalam masyarakat Indonesia
Tindakan pengobatan sendiri di rumah (Lumbantobing, 2007).
dilakukan berdasarkan pengalaman yang lalu karena Pencegahan yang dilakukan dalam penelitian
merasa sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini dengan pengenalan gejala awal stroke yang
ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak bertujuan untuk dapat diberikan penanganan secara
diperlukan (Notoatmodjo, 2007). Setelah merasa tepat dam cepat. Berkaitan dengan time window yang
tidak berhasil melakukan pengobatan karena bertujuan untuk pengobatan stroke adalah tiga jam,
penderita stroke tidak kunjung sembuh, maka maka pengenalan sedini mungkin gejala stroke
pelayanan kesehatan dipilih untuk mengobati kepada masyarakat sangat penting karena pengobatan
penderita storke yang pada saat itu sudah dalam sedini mungkin akan sangat memberikan hasil yang
kondisi parah oleh karena terdapat kerusakan pada paling optimal sehingga dapat menurunkan angka
otak. Oleh karena itu pada kasus penyakit stroke ini, kematian serta mengurangi kecacatan yang akan
waktu adalah otak. Semakin cepat penderita dibawa terjadi (Purwanto, 2003).
ke Rumah Sakit, maka lebih banyak jaringan otak Berdasarkan latar belakang tersebut di atas
yang dapat diselamatkan (Feigin, 2007). maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
Berdasarkan data Departemen Kesehatan faktor yang berhubungan dengan pengetahuan stroke
tahun 2008, stroke merupakan peringkat pertama pada pekerja Institusi Pendidikan Tinggi.
penyebab kematian semua umur dengan presentase
15,4 persen, dan stroke juga menduduki peringkat
METODE
pertama diantara penyakit mematikan yang tidak
Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik,
menular. Prevalensi penyakit stroke pada kelompok
yaitu suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk
usia 18-24 tahun sebesar 1,7 per 1000 penduduk,
menguji hipotesis dan mengadakan interpretasi yang
pada kelompok usia 25- 34 tahun sebesar 2,5 per
lebih mendalam mengenai hubungan antar variabel.
1000 penduduk, pada kelompok usia 35- 44 tahun
16 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 13-23

Pendekatan yang digunakan adalah observasional HASIL


yaitu pendekatan penelitian yang mana dalam Gambaran Menurut Karakteristik Responden
pengumpulan data tanpa ada intervensi atau Responden yang digunakan pada penelitian
perlakuan pada populasi. Rancang bangun penelitian ini adalah kelompok pekerja Institusi Pendidikan di
ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu Universitas Airlangga yang terambil dalam 8 fakultas
suatu fenomena hanya diobservasi pada satu titik yang tersebar di 3 wilayah kampus A, kampus B, dan
waktu tertentu. Pada penelitian ini tiap subjek Kampus C. Pekerja yang menjadi responden pada
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan penellitian ini sebanyak 142 responden. Responden
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau paling banyak terdapat pada rentang usia 40-50
variabel subjek pada waktu yang sama. tahun, yaitu sebesar 53,5 % persentasenya tidak
Populasi dalam penelitian ini diambil dari berbeda jauh dengan rentang usia yang lain yaitu 28-
jumlah seluruh pekerja di Institusi Pendidikan Tinggi 39 tahun sebesar 46,5 %. Sebagian besar responden
di Unair Surabaya yang berusia 28-50 tahun yaitu berjenis kelamin laki- laki sebesar 57,0 %, sedangkan
sebesar 2758 jiwa. yang berjenis kelamin perempuan sebesar 43,0 %.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan
dalam penelitian ini adalah two stage cluster terakhir dengan jenjang Perguruan Tinggi dengan
sampling yaitu metode klaster 2 tahap. Pemilihan di persentase 69,0%. Responden lainnya menyelesaikan
atas, dilihat dari populasi yang begitu besar, data pendidikan terakhir pada tingkat SD sampai dengan
tidak akan mampu dikumpulkan dari seluruh SMP sebesar 2,8% dan untuk jenjang SMA sebesar
populasi. Pemilihan teknik sampling ini didasarkan 28,2%.
pada besarnya populasi, cakupan wilayah yang luas, Gambaran responden menurut tingkat pengetahuan
yaitu jumlah pekerja Institusi Pendidikan Tinggi di faktor risiko stroke. Pembagian pengetahuan ini
Surabaya namun tetap ingin menampilkan hasil yang terbagi menjadi 2 kriteria yaitu tidak baik dan baik.
mampu digeneralisir ke populasi dengan Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan
menggunakan metode ilmiah dan tidak memerlukan faktor risiko stroke dengan kriteria baik
list dari seluruh populasi serta biayanya yang murah persentasenya 78,9 %, untuk kriteria yang lain
dalam hal transportasi dan pengumpulan list datanya. dengan kriteria tidak baik presentasenya sebesar 21,1
Hal tersebut dikaitkan dengan jangka waktu %. Gambaran responden menurut tingkat pengenalan
penelitian yang cukup pendek yaitu 2-3 bulan. gejala awal stroke yang terbagi menjadi 2 kriteria
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu tidak baik dan baik. Mayoritas responden
ini menggunakan data primer dan data sekunder. memiliki tingkat pengenalan gejala awal stroke
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan kriteria tidak baik dengan presentase 90,1 %
meliputi kuesioner yang dibagikan kepada dan untuk kriteria yang baik presentasenya lebih
responden. Data sekunder dalam penelitian ini sedikit yaitu 9,9 %.
meliputi data demografi pekerja Institusi dan jumlah Gambaran responden menurut cara
pekerja sesuai dengan hasil yang terpilih dalam penanganan penyakit stroke yang terbagi menjadi 2
penentuan sampel. Berdasarkan teknik pengumpulan kriteria yaitu cara penanganan yang benar dengan
data untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dibawa ke UGD/IGD Rumah Sakit dan sebelum 3
maka adapun instrumen pengumpulan data yang jam dan cara penanganan yang salah. Mayoritas
digunakan untuk penelitian adalah kuesioner. responden memiliki cara penanganan penyakit stroke
Data yang diperoleh dari penyebaran dengan benar yaitu dengan membawa ke UGD/IGD
kuesioner kemudian ditabulasi dan narasi. Untuk Rumah Sakit sebelum 3 jam yang presentasenya
mengetahui adanya kuat hubungan antar variabel sebesar 63,4% dan responden yang memilih cara
dengan menggunakan uji Chi Square dan uji penanganan yang salah presentasenya sebesar 36,6%.
Spearman. Selanjutnya untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
1.
Novida dkk., Faktor Yang Berhubungan.... 17

Tabel 1. Gambaran karakteristik responden Tabel 3. Tingkat pengenalan gejala awal stroke

Variabel Frekuensi Presentase Variabel Tidak Baik Baik Sign

Kategori Usia Kategori Usia

28-39 tahun 66 46,5 28-39 tahun 6,3 % 40,1% 0,063

40-50 tahun 76 53,5 40-50 tahun 14,8 % 38,7% 0,063

Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Laki-laki 81 57,0 Laki-laki 7,7 % 49,3% 0,020

Perempuan 61 53,5 Perempuan 13,4 % 29,6% 0,020

Tingkat Tingkat
Pendidikan Pendidikan
SD-SMP 4 2,8 SD-SMP 1,4 % 1,4 % 0,411

SMA 40 28,2 SMA 3,5 % 24,6 % 0,411

Perguruan Tinggi 98 69,0 Perguruan Tinggi 16,2 % 52,8 % 0,411

Tabel 4. Cara penanganan penyakit stroke


Gambaran menurut tingkat pengetahuan tentang Variabel Benar Salah Sign
penyakit stroke pada responden
Kategori Usia
Tabel 2. Tingkat pengetahuan faktor risiko stroke
28-39 tahun 32,4 % 14,1 % 0,200
Variabel Tidak Baik Baik Sign
40-50 tahun 31,0 % 22,5 % 0,200
Kategori Usia
Jenis Kelamin
28-39 tahun 43,7 % 2,8 % 0,257
Laki-laki 33,1% 23,9 % 0,177
40-50 tahun 46,5 % 7,0 % 0,257
Perempuan 30,3 % 12,7 % 0,177
Jenis Kelamin
Tingkat
Laki-laki 52,8 % 4,2 % 0,398
Pendidikan
Perempuan 37,3 % 5,6 % 0,398 SD-SMP 1,4 % 1,4 % 0,457

Tingkat Pendidikan SMA 16,9 % 11,3 % 0,457

SD-SMP 1,4 % 1,4 % 0,286 Perguruan Tinggi 45,1 % 23,9 % 0,457

SMA 28,2 % 0% 0,286 Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh data


bahwa diantara responden yang rentang umur 28-39
Perguruan Tinggi 60,6 % 8,5 % 0,286 tahun dengan pengetahuan faktor risiko yang baik
(40,1%) lebih besar dibandingkan rentang umur
18 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 13-23

40-50 tahun dengan pengetahuan faktor risiko yang laki - laki dengan tingkat pengenalan gejala awal
baik (38,7%). Dengan tabel diatas hasil analisis yang penyakit stroke yang tidak baik (52,8%) lebih besar
dilakukan dengan menggunakan uji Fisher Exact dibandingkan responden yang berjenis kelamin
adalah 0,063 maka lebih besar dari titik kritis 0,05 perempuan dengan tingkat pengenalan gejala awal
(0,063 > 0,05). Menurut hasil analisis statistik dapat penyakit stroke yang tidak baik (37,3%). Dengan
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan tabel diatas hasil analisis yang dilakukan dengan
yang signifikan antara umur responden dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh signifikansi
tingkat pengetahuan faktor risiko kelompok pekerja 0,398 sehingga nilai p > α (0,05). Menurut hasil
Institusi Pendidikan di Surabaya. analisis statistik dapat diperoleh kesimpulan bahwa
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh data tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
bahwa diantara responden yang berjenis kelamin laki kelamin responden dengan tingkat pengenalan gejala
- laki dengan tingkat pengetahuan faktor risiko yang awal penyakit stroke kelompok pekerja Institusi
baik (49,3%) lebih besar dibandingkan responden Pendidikan.
yang berjenis kelamin perempuan dengan Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh data
pengetahuan faktor risiko yang baik (29,6%). bahwa diantara responden yang pendidikan terakhir
Dengan tabel diatas hasil analisis yang Perguruan Tinggi dengan tingkat pengenalan gejala
dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square awal yang tidak baik (60,6%) lebih besar
diperoleh signifikansi 0,020 sehingga nilai p < α dibandingkan responden yang pendidikan terakhirnya
(0,05). Menurut hasil analisis statistik dapat SD - SMP dengan tingkat pengenalan gejala awal
diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang stroke yang tidak baik (1,4%) dan responden yang
signifikan antara jenis kelamin responden dengan pendidikan terakhirnya SMA dengan tingkat
tingkat pengetahuan faktor risiko kelompok pekerja pengenalan gejala awal stroke yang tidak baik
Institusi Pendidikan. (28,2%) Berdasarkan hasil analisis statistik yang
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh data dilakukan menggunakan metode korelasi Spearman
bahwa diantara responden yang pendidikan terakhir maka diperoleh signifikansi p = 0,286 sehingga nilai
Perguruan Tinggi dengan tingkat pengetahuan faktor p > α (0,05) dan nilai r yang didapatkan sebesar
risiko yang baik (52,8%) lebih besar dibandingkan 0,090. Menurut hasil analisis statistik dapat diperoleh
responden yang pendidikan terakhirnya SD - SMP kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang
dengan tingkat pengetahuan faktor risiko yang baik signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
(1,4%) dan responden yang pendidikan terakhirnya pengenalan gejala awal stroke kelompok pekerja
SMA dengan tingkat pengetahuan faktor risiko yang Institusi Pendidikan.
baik (24,6%). Berdasarkan hasil analisis statistik Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh
yang dilakukan menggunakan metode korelasi data bahwa diantara responden yang rentang umur
Spearman maka diperoleh signifikansi p = 0,411 28-39 tahun dengan cara penanganan penyakit stroke
sehingga nilai p > α (0,05) dan nilai r yang yang benar dibawa ke UGD / IGD Rumah Sakit dan
didapatkan sebesar -0,069. Menurut hasil analisis sebelum dari 3 jam (32,4%) lebih dilakukan dengan
statistik dapat diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada menggunakan uji Chi Square diperoleh signifikansi
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan 0,200 sehingga nilai p > α (0,05). Menurut hasil
tingkat pengetahuan faktor risiko kelompok pekerja analisis statistik dapat diperoleh kesimpulan bahwa
Institusi Pendidikan. tidak ada hubungan besar dibandingkan rentang umur
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh data 40-50 tahun dengan cara penanganan penyakit stroke
bahwa diantara responden yang rentang umur 40-50 yang benar dibawa ke UGD / IGD Rumah Sakit dan
tahun dengan tingkat pengenalan gejala awal yang sebelum dari 3 jam (31,0%). Dengan hasil analisis
tidak baik (46,5%) lebih besar dibandingkan rentang yang signifikan antara umur responden dengan cara
umur 28-39 tahun dengan tingkat pengenalan gejala penanganan penyakit stroke kelompok pekerja
awal yang tidak baik (43,7%). Dengan tabel diatas Institusi Pendidikan.
hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh
uji Chi Square diperoleh signifikansi 0,257 sehingga data bahwa diantara responden yang berjenis kelamin
nilai p > α (0,05). Menurut hasil analisis statistik laki - laki dengan cara penanganan penyakit stroke
dapat diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada penyakit stroke yang benar dibawa ke UGD / IGD
hubungan yang signifikan antara umur responden Rumah Sakit dan sebelum dari 3 jam (33,1%) lebih
dengan tingkat pengenalan gejala awal penyakit besar dibandingkan responden yang berjenis kelamin
stroke kelompok pekerja Institusi Pendidikan. perempuan dengan cara penanganan penyakit stroke
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh data penyakit stroke yang benar dibawa ke UGD / IGD
bahwa diantara responden yang berjenis kelamin Rumah Sakit dan sebelum dari 3 jam (30,3%).
Novida dkk., Faktor Yang Berhubungan.... 19

Dengan tabel diatas hasil analisis yang dilakukan pada usia tersebut diharapkan telah mempersiapkan
dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh upaya pencegahan stroke karena stroke yang semula
signifikansi 0,177 sehingga nilai p > α (0,05). dianggap sebagai penyakit yang didominasi orang tua
Menurut hasil analisis statistik dapat diperoleh ternyata stroke dapat menyerang siapa saja.
kesimpulan bahwa atau tidak ada hubungan yang Berdasarkan Depkes tahun 2011 menyatakan bahwa
signifikan antara jenis kelamin responden dengan pada usia produktif sangat berpotensi terserang
cara penanganan penyakit stroke kelompok pekerja penyakit tidak menular khususnya stroke. Umur
Institusi Pendidikan. dalam penelitian ini terbanyak pada rentang umur >
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh 31 tahun yang merupakan rentang usia dewasa muda
data bahwa diantara responden yang pendidikan dengan persentasenya 53,5 %. Distribusi responden
terakhir Perguruan Tinggi dengan cara penanganan berdasarkan jenis kelamin yang ditampilkan pada
penyakit stroke yang benar dibawa ke UGD / IGD tabel 5.2 menunjukan bahwa jenis kelamin laki – laki
Rumah Sakit dan sebelum dari 3 jam (45,1%) lebih lebih banyak dibandingkan perempuan. Pada saat
besar dibandingkan responden yang pendidikan penelitian, perempuan kebanyakan sedang sibuk
terakhirnya SD - SMP dengan dengan cara dengan tugas – tugas mereka, sehingga responden
penanganan penyakit stroke yang benar dibawa ke mayoritas adalah laki – laki.
UGD / IGD Rumah Sakit dan sebelum dari 3 jam Berdasarkan tingkat pengetahuan responden
(1,4%) dan responden yang pendidikan terakhirnya mengikut kelompok jenis kelamin, didapati
SMA dengan dengan cara penanganan penyakit perempuan mempunyai pengetahuan yang baik
stroke yang benar dibawa ke UGD / IGD Rumah berbanding laki-laki yang mempunyai pengetahuan
Sakit dan sebelum dari 3 jam (16,9%). Berdasarkan yang sedang terhadap stroke. Hal ini mungkin karena
hasil analisis statistik yang dilakukan menggunakan laki-laki lebih peka terhadap stroke berbanding
metode korelasi Spearman maka diperoleh perempuan akibat dari epidemiologi yang
signifikansi p = 0,457 sehingga nilai p > α (0,05) dan menyatakan lelaki lebih rentan untuk mendapat
nilai r yang didapatkan sebesar -0,063. Menurut stroke disebabkan faktor hormon. Menurut Anwar
hasil analisis statistik dapat diperoleh kesimpulan B.T. (2004), laki-laki mempunyai risiko stroke dua
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan.
pendidikan responden dengan cara penanganan Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih
penyakit stroke kelompok pekerja Institusi tinggi daripada perempuan akan tetapi setelah
Pendidikan. menopause hampir tidak didapatkan perbedaan
dengan laki-laki. Sebagian besar responden memiliki
PEMBAHASAN pengetahuan mengenai faktor risiko stroke pada
Responden dalam penelitian ini berjumlah kategori kurang. Faktor risiko adalah ciri sekelompok
142 pekerja yang terdiri dari 81 pekerja laki –laki individu yang menunjuk mereka sebagai high-risk
dan 61 pekerja perempuan. Responden diambil dari 8 terhadap penyakit tertentu.
fakultas yang ada di Institusi Pendidikan di Surabaya Selanjutnya menurut Amir (2010)
berdasarkan metode pengambilan sampel multistage pengetahuan masyarakat tentang stroke dinilai masih
cluster sampling. Ketujuh fakultas tersebutt adalah minim, akibatnya banyak penderita stroke yang tidak
fakultas Kedokteran Gigi, fakultas Ilmu Sosial dan tertangani dengan baik. Tidak sedikit juga pasien
Ilmu Politik, fakultas Psikologi, fakultas Hukum, stroke yang tidak ditangani dengan baik karena
fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan ketidaktahuan masyarakat terutama keluarga pasien
Masyarakat, dan Fakultas Perikanan dan Kelautan. bagaimana memperlakukan dan melayani penderita
Ketujuh fakultas tersebut mewakili 3 wilayah stroke tersebut.
kampus di salah satu institusi pendidikan di Pengetahuan terhadap faktor risiko tentunya
Surabaya.Responden yang menjadi sampel penelitian sangat penting karena dengan pahamnya seseorang
ini yang berumur 15 – 30 tahun sebanyak 66 terhadap faktor risiko suatu penyakit, maka upaya
responden dan yang berumur > 31 tahun sebanyak 76 pencegahan secara tidak langsung akan dilakukan
responden. Dari 142 responden yang memiliki oleh individu tersebut. Faktor risiko akan muncul
pendidikan terakhir SD – SMP sebanyak 4 responden menjadi penyakit dalam jangka waktu yang cukup
dan untuk pendidikan terakhirnya SMA – PT lama, sehingga jika upaya pencegahan dilakukan
sebanyak 138 responden. secara dini kemungkinan bermanifestasi menjadi
Dalam penelitiaan ini umur sampel penyakit semakin kecil. Senada dengan yang tertulis
ditentukan mulai dari 15 tahun hingga 64 tahun. Pada dalam sebuah artikel bahwa saat ini upaya untuk
umur tersebut dapat digunakan untuk melihat pencegahan stroke sekunder adalah dengan kontrol
seberapa besar pengetahuan responden. Responden terhadap faktor – faktor risiko, penggunaan
20 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 13-23

antiplatelet dan revaskularisasi karotis dianggap akan tertangani dengan baik. Pada penderita stroke yang
memberikan hasil yang optimal. Pengetahuan tidak tertangani tersebut dikarenakan salah satunya
responden mengenai faktor risiko stroke dalam ketidaktahuan masyarakat terutama keluarga
penelitian ini dilihat menurut seluruh karakteristik penderita dalam memperlakukan dan melayani
demografi masih berada pada kategori kurang. Maka penderita stroke dengan baik.
dari itu perlu adanya tindak lanjut untuk peningkatan Penelitian Sudarminta (2009) yang
pengetahuan masyarakat terkait hal ini, mengingat mengambil sampel sejumlah 250.000 orang secara
faktor risiko merupakan salah satu hal yang masih acak dapat disimpulkan bahwa umumnya masyarakat
bisa dikontrol oleh masyarakat. Pengetahuan mengetahui dengan baik tanda dan gejala stroke
(knowledge) merupakan terminologi generik yang meskipun pengetahuan tentang apa yang
mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. menyebabkan stroke (faktor risiko) masih rendah.
Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan Gambaran responden menurut tingkat pengenalan
manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, gejala awal stroke, responden lebih banyak dalam
pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap kategori tidak baik. Sebesar 90,1% pada kategori
alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya tidak baik dalam pengenalan gejala awal stroke.
untuk mencapai suatu tujuan. Gambaran responden Sisanya sebesar 9,9% pada kategori baik dalam
menurut tingkat pendidikan, responden lebih banyak pengenalan gejala awal stroke. Pada penelitian ini
pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dengan menggunakan metode FAST yang merupakan
persentase sebesar 69,0 %. Sisanya sebesar 2,8 % singkatan dari Facial Weakness (kelemahan wajah),
pada tingkat SD hingga SMP dan pada tingkat SMA Arm Weakness (kelemahan lengan), Speech
sebesar 28,2%. Pendidikan adalah suatu usaha yang Disturbances (kesulitan bicara), dan Time is Brain
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan (Berpacu dengan waktu).
di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsng Pada penelitian ini hasil yang diperoleh
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang makin Anggraini (2010) yang menyatakan tingkat
mudah orang tersebut untuk menerima informasi. pengenalan gejala awal stroke termasuk dalam
Dengan itu seseorang akan cenderung unntuk kategori baik. Perbedaan ini karena responden pada
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun tingkat penyerapan pengetahuan setiap individu dan
dari media massa. Semakin banyak informasi yang dari segi tingkat pendidikan yang berbeda setiap
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang individu. Pada penelitian ini dilihat juga bagaimana
didapat. Hal ini sesuai dengan teori yang kemukakan pengetahuan pekerja tentang cara penanganan
oleh Notoatmodjo (2007) bahwa aspek pengetahuan penyakit stroke. Cara penanganan ini terbagi menjadi
merupakan domain yang sangat penting untuk 2 bagian yaitu mengenai tempat dan waktu
terbentuknya perilaku seseorang di mana semakin penanganan. Kedua bagian tersebut meupakan hal
tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan dapat yang terpenting dalam cara penanganan yang benar
mempengaruhi pola pikir dan sikap terhadap sesuatu yang harus dilakukan oleh keluarga terhadap pasien
hal ini akan mempengaruhi perubahan perilaku. yang terkena penyakit stroke. Pada penelitian ini
Berdasarkan data dari data kuesioner responden yang terambil sebesar 63,4% responden
sebagian besar responden telah mengetahui tanda dan menjawab benar dan sebesar 36,6% menjawab salah.
gejala stroke. Paralisis maupun kelemahan di suatu Hal ini menunjukan sebagian besar dari responden
sisi tubuh kejadian stroke adalah hal yang umum telah mengetahui dan memiliki pengetahuan
diketahui oleh masyarakat awam (American Heart mengenai cara penanganan stroke dengan benar.
Association, 2011). Penanganan yang benar adalah dengan
Gambaran responden menurut tingkat membawa seseorang yang terkena serangan stroke ke
pengetahuan faktor risiko stroke, responden lebih instalasi gawat darurat rumah sakit terdekat dalam
banyak pada kategori baik. Sebesar 78,9% pada tempo waktu kurang dari 3 jam (Garnadi, 2005).
kategori baik dalam mengetahui faktor- faktor apa Hasil penelitian mengenai pengetahuan cara
saja yang termasuk risiko terkena penyakit stroke. penanganan penyakit stroke ini sama dengan
Sisanya sebesar 21,1% pada kategori tidak baik penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
dalam mengetahui faktor- faktor apa saja yang Anggraini (2010), yaitu cara penanganan stroke oleh
berisiko terkena penyakit stroke. Pada penelitian masyarakat sudah benar dan tepat. Pada penelitian ini
sebelumnya yang dilakukan oleh Amir (2010) yang menghasilkan bahwa tidak adanya hubungan antara
dilakukan pada masyarakat menyatakan bahwa umur dengan tingkat pengetahuan faktor risiko stroke
pengetahuan masyarakatnya dinilai masih minim pada kelompok pekerja institusi pendidikan di
yang sangat berakibat pada penderita yang akan tidak Surabaya.
Novida dkk., Faktor Yang Berhubungan.... 21

Pada penelitian yang telah dilakukan setiap individu dan dari segi tingkat pendidikan yang
sebelumnya oleh Rismanto (2006) menyatakan berbeda setiap individu. Sehingga hasilnya tidak ada
bahwa umur responden ada hubungan dengan hubungan antara umur dengan tingkat pengenalan
pengetahuan faktoor risiko penyakit stroke. gejala awal penyakit stroke. Pada penelitian ini tidak
Perbedaan hasil yang di dapatkan dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan antara jenis
dan penelitian sebelumnya mungkin dikarenakan dari kelamin dengan tingkat pengenalan gejala awal
faktor umur seseorang yang semakin rendah semakin stroke pada kelompok pekerja institusi pendidikan di
kurang informasi yang didapatkan, begitupun Surabaya. Sebagian besar dari kelompok laki – laki
sebaliknya semakin tinggi umur seseorang semakin dan perempuan, tingkat pengenalan gejala awal
banyak informasi yang didapatkan oleh seseorang stroke tidak baik.
tersebut. Sehingga hasil yang didapatkan dari Hal ini sangat berbeda dengan penellitian
penellitian ini dengan penelitian sebelumnya yang sebelumnya dilakukan oleh Goetz (2007) yang
berbeda.Pada penelitian ini menghasilkan bahwa ada menyatakan bahawa ada hubungan antara jenis
hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kelamin laki – laki dan perempuan dengan
pengetahuan faktor risiko stroke pada kelompok pengenalan gejala awal stroke. Perbedaan ini
pekerja institusi pendidikan di Surabaya. mungkin dikarenakan oleh perbedaan kriteria
Pada penelitian yang dilakukan oleh Suharni responden dalam kedua penelitian tersebut. Sehingga
(2010) menyatakan bahwa antara jenis kelamin hal tersebut menghasilkan bahwa penelitian ini
dengan tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada
stroke berhubungan. Sehingga dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak adanya
penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
sama antara jenis kelamin dengan tingkat pengenalan gejala awal stroke pada kelompok
pengetahuan faktor risiko. Pada penelitian ini pekerja institusi pendidikan di Surabaya. Sebagian
menghasilkan bahwa ada tidak ada hubungan antara besar responden terdapat pada tingkat Perguruan
tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan Tinggi.
faktor risiko stroke pada kelompok pekerja institusi Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
pendidikan di Surabaya. oleh Anggraini (2010) menyatakan bahwa adanya
Pada penelitian yang dilakukan oleh hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
Anggraini (2010) menyatakan bahwa antara tingkat pengenalan gejala awal penyakit stroke. Sehingga hal
pendidikan dengan tingkat pengetahuan faktor risiko tersebut menghasilkan bahwa penelitian ini dengan
penyakit stroke berhubungan. Sehingga dengan hasil penelitian sebelumnya itu sama. Cara penanganan
penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya stroke yang tepat yaitu dengan membawa penderita
tidak sama antara tingkat pendidikan dengan tingkat ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang memadai
pengetahuan faktor risiko. Pengenalan gejala awal dalam jangka waktu kurang dari 3 jam. Penderita
stroke terdiri dari : kelemahan wajah (wajah tampak stroke harus segera dirujuk ke rumah sakit yang
abnormal dilihat dari senyum penderita), kelemahan mempunyai fasilitas dan adanya unit stroke sesudah
genggaman tangan (apakah penderita dapat dilaksanakan penanganan dasar dan stabilisasi fungsi
mengepalkan tangannya dengan lemah atau justru vital. Secara umum pengetahuan mengenai cara
tidak bisa menggenggam sama sekali) dan kelemahan penanganan stroke oleh responden sudah benar
lengan yang dilihat dari bisa tidaknya lengan seorang dalam semua karakteristik demografi.
penderita diangkat ke atas. Dari ketiga poin tersebut Sebuah artikel mengemukakan bahwa sisi
kemudian diukur tingkat pengenalan gejala awal negatif dari rt-PA terkait dengan sempitnya waktu
stroke oleh responden. Pada penelitian ini tidak jendela pengobatan pemberian obat ini yaitu 3 jam
menunjukan bahwa adanya hubungan antara umur setelah serangan dan efek samping obat yaitu
dengan tingkat pengenalan gejala awal stroke pada perdarahan serta harga obat yang mahal, sehingga
kelompok pekerja institusi pendidikan di Surabaya. penggunaan obat ini sangat terbatas, yaitu 3% dari
Pada penelitian sebelumnya yang telah semua penderita stroke akut Anggraeni (2009). Hasil
dilakukan oleh Anggraeni (2009) bahwa daya ingat penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan
seseorang dipengaruhi oleh faktor umur. Semakin antara umur dengan cara penanganan penyakit
tinggi umur seseorang, maka pengetahuan yang stroke. Hal ini menunjukan bahwa perilaku
diperoleh juga akan semakin bertambah. Karena penanganan penyakit stroke pada kelompok pekerja
dalam penelitian ini yang digunakan untuk sampel institusi pendidikan di Surabaya tidak bergantung
penelitian adalah kelompok pekerja institusi pada umur responden. Dalam penelitian ini rentang
pendidikan, maka perbedaan ini dikarenakan umur yang terpilih sebagian besar memilih cara
responden pada tingkat penyerapan pengetahuan penanganan yang benar. Faktor usia akan
22 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 13-23

mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang. KESIMPULAN DAN SARAN


Perbedaan ini dimungkinkan oleh karena jarak umur Kesimpulan
yang ada didalam karakteristik responden penelitian Sebagian besar responden berusia 40-50
ini tidak terpaut jauh, sehingga menimbulkan tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan pendidikan
kesamaan tindakan atau respon terhadap penanganan terakhir pada jenjang Perguruan Tinggi. Pengetahuan
penyakit stroke. Analisis statistik memang tidak yang dimiliki responden mengenai faktor risiko
menunjukkan signifikansi antara umur responden stroke pada penelitian ini berada pada kategori baik.
dengan cara penanganan penyakit stroke ini, namun Pengenalan responden terhadap gejala awal stroke
jika melihat hasil data penelitian, diketahui bahwa pada peneitian ini berada pada kategori baik.
sebagian besar sudah menjawab cara penanganan Pengetahuan mengenai cara penanganan penderita
penyakit stroke yang benar. Hasil penelitian yang stroke oleh responden juga berada pada kategori
telah dilakukan menunjukan bahwa antara jenis benar. Karakteristik responden untuk umur dan
kelamin dengan cara penanganan penyakit stroke tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan
tidak ada hubungan atau perbedaan. Sebagian besar pengetahuan faktor risiko stroke, tetapi untuk
responden yang berjenis kelamin laki – laki dan karakteristik responden jenis kelamin berhubungan
perempuan menjawab benar yaitu untuk laki – laki dengan pengetahuan faktor risiko stroke.
33,1% dan untuk perempuan sebesar 30,3%. Karakteristik responden tidak berhubungan dengan
Sehingga laki – laki dan perempuan mempunyai cara tingkat pengenalan gejala awal stroke. Karakteristik
penanganan yang sama dalam menangani penyakit responden tidak berhubungan dengan cara
stroke. penanganan penyakit stroke.
Hasil dari penelitian ini serupa dengan yang
dilakukan Anggraeni (2009), yakni tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan cara Saran
penanganan penyakit stroke di Kota Semarang. Hasil Dinas Kesehatan Kota Surabaya agar
dari penelitian ini serupa dengan penelitian yang melakukan sosialisasi dan promosi mengenai
dilakukan oleh Anggraini (2010) bahwa tidak kesehatan terutama penyakit stroke kepada pekerja-
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan cara pekerja di seluruh Kota Surabaya agar mendapatkan
penanganan penyakit stroke. Hasil penelitian informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara terutama mengenai penyakit stroke yang baik dan
tingkat pendidikan dengan cara penanganan penyakit benar. Bagi pekerja sebaiknya meningkatkan
stroke. Sebagian besar dari responden memiliki cara pengetahuan mengenai kesehatan terutama penyakit
penanganan yang benar dalam menangani penyakit stroke, sehingga dapat mengenali dan mengetahui
stroke. lebih luas tentang faktor risiko, gejala awal, dan cara
Hasil penelitian sebelumnya yang telah penanganan penyakit stroke dengan memanfaatkan
dikemukakan oleh Anggraini (2010) menyatakan sarana internet dan sarana informasi lainnya.
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan cara penanganan penyakit stroke. Sehingga
antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya dapat REFERENSI
mendapatkan hasil yang sama. Penanganan stroke American heart Association pada jurnal Circulation
dengan cepat dan tepat akan memberikan sumbangan edisi November 2011. Download dari
yang besar bagi penderita ke depannya. Hendaknya http;//circ.ahajournals.org (sitasi 28
memilih alat transportasi yang tentunya cepat dan November 2012)
aman untuk mengevakuasi penderita stroke ke rumah Amir, 2010, “Pengetahuan masyarakat tentang stroke
sakit setempat yang memadai. Bahkan Anggraeni masih minim”, Majalah Antara, Edisi 7
(2009) dalam artikelnya menuliskan bahwa transpot Maret 2010.
dengan helikopter untuk penderita stroke akut sangat Anwar, B.T. 2004. Angina Pektoris Tak Stabil,
bermanfaat, yaitu bagi mereka yang tinggal di Universitas Sumatra Utara, Medan.
pedesaan dan penderita yang dapat mencapai fasilitas Anggraeni, 2009, ‘General management of acute
pengobatan dalam jendela waktu terjangkau, ischemic stroke’, Joint Scientific Meeting on
sehingga pengobatan trombolitik dapat dilakukan. Neurology Continuing Medical Education
Novida dkk., Faktor Yang Berhubungan.... 23

and Pain 2009, Pusat Penerbitan dan http://www.jurnalnet.com/konten,php?nama


Percetakan Airlangga University Press =KolomFeature&op=kirim_aspirasi_kolom_
(AUP), Surabaya. feature&id=127 (sitasi 27 November 2012).
Anggraini, N. N., 2010. Deteksi Tingkat Pengenalan Purwanto, MS 2003, ”Faktor-faktor yang
Gejala Awal Stroke dan Pengetahuan Cara berhubungan dengan keterlambatan
Penanganan Stroke Pada Masyarakat. penderita serangan stroke datang ke rumah
Skripsi. Surabaya; Universitas Airlangga. sakit”, Skripsi, Universitas Airlangga,
Departemen Kesehatan RI, 2008. Riset Kesehatan Surabaya.
Dasar 2007, Jakarta Rismanto, R. 2006 “Gambaran faktor-faktor risiko
Departemen Kesehatan RI, 2011. Riset Kesehatan penderita stroke di instalasi rawat jalan
Dasar 2007, Jakarta rsud prof. dr. margono soekarjo
Feigin, V. 2007. Panduan Bergambar Tentang purwokerto”
Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta : Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke
PT Bhuana Ilmu Popular Hubungannya Dengan Lemak dan
Garnadi Y. 2005. Stroke & Apa Yang Harus Anda Kolesterol. Jakarta : PT Grameddia Pustaka
Ketahui Untuk Mencegah Stroke. Familia Utama.
Medika. Sudarminta. 2009. Epistemologi Dasar. Yogyakarta:
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Kanisius
Goetz: Textbook of Clinical Neurology 3rd Suharni, Rini., Indarwati, 2010. Tingkat Pengetahuan
ed. Philadelphia : Saunders. 2007 Keluarga dan Kesiapan Keluarga dalam
Lefrina, Y 2004, “Waspadai stroke mengancam usia Merawat Anggota Keluarga yang menderita
muda”http://www Stroke Di Desa Kebakramat Karanganyar.
.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritade Gaster, vol 7 no 2
tail&id=18556 (sitasi 5 Februari 2013). Sutrisno, A., 2007. Stroke???: You must know before
Lumbantobing, 2007, Stroke bencana peredaran you get it!. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
darah di otak, Jakarta : Balai Penerbit FKUI Utama.
Nadesul, H. 2006. Sehat Itu Murah. Jakarta : Kompas WHO, 2005, Preventing Chronic Diseases: A Vital
Media Nusantara. Investment, WHO, Geneva.
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Yugiantoro M, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Dalam UI. Hipertensi Essensial. Edisi 4 Jilid
Pinzon, R 2009, ”Kolom catatan kecil menyambut I., Jakarta: FK UI.
hari stroke sedunia”

Anda mungkin juga menyukai